Anda di halaman 1dari 7

E-ISSN : 2579-9258 Jurnal Cendekia: Jurnal Pendidikan Matematika

P-ISSN : 2614-3038 Volume 04, No. 01, Mei 2020, pp. 261-267

ANALISIS KESULITAN MAHASISWA DALAM MENUMBUHKAN


KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS MELALUI PEMECAHAN
MASALAH

Indri Anugraheni
PGSD, Universitas Kristen Satya Wacana
Indri.anugraheni@uksw.edu

Abstract
The purpose of this study is to describe the difficulties experienced by students in developing critical thinking
skills in mathematics through problem solving learning. This research needs to be done because of the low ability
of students critical thinking in solving mathematical problems. This research is descriptive research. The subjects
of this study were 64 students of PGSD. Data obtained by distributing instruments in the form of questionnaires.
The results showed that 64.06% of students had difficulty in solving problems; 53.13% of students had difficulty
finding alternative solutions to the problems given. The ability of students to think critically appears from 67.19%
of students are able to understand mathematical problems, 85.94% of students are able to check and draw
conclusions from the problems given.
Keywords: Difficulty Analysis, Critical Thinking Mathematics

Abstrak
Tujuan penelitian ini adalah mendeskripsikan kesulitan-kesulitan yang dialami mahasiswa dalam menumbuhkan
kemampuan berpikir kritis matematika melalui pembelajaran pemecahan masalah. Penelitian ini perlu dilakukan
karena rendahnya kemampuan berpikir kritis mahasiswa dalam pemecahan masalah matematika . Penelitian ini
merupakan penelitian deskriptif. Subjek penelitian ini adalah mahasiswa PGSD yang berjumlah 64 mahasiswa.
Data diperoleh dengan cara menyebarkan instrument yang berupa kuesioner. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa 64,06% mahasiswa kesulitan dalam menyelesaikan masalah; 53,13% mahasiswa kesulitan mencari
alternatif penyelesaian dari permasalahan yang diberikan. Kemampuan berpikir kritis mahasiswa tampak dari
67,19% mahasiswa mampu memahami permasalahan matematika, 85,94% mahasiswa mampu memeriksa dan
menarik kesimpulan dari permasalahan yang diberikan.
Kata kunci: analisis kesulitan, berpikir kritis matematika

Berpikir kritis adalah individu yang rasional, mampu berpikir reflektif, dan mampu mengambil
keputusan berdasarkan pertimbangan yang matang (Sani, 2019). Berpikir reflektif merupakan proses
berpikir yang melibatkan kemampuan berpikir kritis dan kreatif dalam menyelesaikan permasalahan.
Wijaya (Ibrahim, 2007) berpikir kritis merupakan kegiatan menganalisis gagasan kearah yang spesifik,
membedakan suatu hal secara tajam, memilih, mengidentifikasi.

Gerhard menjelaskan berpikir kritis sebagai proses kompleks yang melibatkan penerimaan,
penguasaan data, analisis data, evaluasi serta membuat seleksi atau membuat keputusan berdasarkan
hasil evaluasi (Maulana, 2017). Brillian Rosy & Triesninda Pahlevi (2015) berpikir kritis yang
dilakukan adalah proses terorganisasi yang melibatkan aktivitas mental mencakup kemampuan
seseorang dalam merumuskan masalah, memberikan argumen, menyusun laporan, melakukan
dedukasi, induksi, memutuskan kemudian melaksanakan, dan berinteraksi dengan yang orang lain
untuk memecahkan masalah. Berpikir kritis mambuat seseorang mampu untuk mengatur,
menyesuaikan, mengubah atau memperbaiki pikirannya, sehingga dapat mengambil keputusan untuk

261
262 Jurnal Cendekia: Jurnal Pendidikan Matematika, Volume 04, No. 01, Mei 2020 pp.261-267

bertindak lebih cepat (Maulana, 2017). Sebelum mengambil keputusan, seseorang mengalami proses
rasional. Proses rasional dalam berpikir kritis bertujuan untuk membuat keputusan apakah meyakini
atau melakukan sesuatu (Haryani, 2011). Sejaln pendapat Wiliawanto, dkk (2019) menyebutkan
berpikir kritis merupakan bagian terpenting dari tujuan sebuah pembelajaran. Berdasarkan beberapa
penjelasan diatas maka berpikir kritis merupakan proses dinamis yang memungkinkan mahasiswa/siswa
mampu mendeteksi perbedaan informasi, mengumpulkan data, menganalisis data yang diperoleh,
mengevaluasi dan menyimpulkan informasi/data yang diperoleh.

Perubahan paradigma dalam kegiatan proses perkuliahan/pembelajaran yang awalnya berpusat


pada guru (teacher centered) kini berkembang menjadi kegiatan pembelajaran yang berpusat pada siswa
(learner center). Kegiatan perkuliahan/pembelajaran yang berpusat pada siswa/mahasiswa (learner
centered). Diharapkan siswa/mahasiswa memiliki kemampuan dalam mengembangkan pengetahuan,
keterampilan dan sikap. Salah satu model pembelajaran yang berpusat pada siswa adalah pembelajaran
berbasis masalah atau dikenal dengan pemecahan masalah .

Garofalo dan Lester (1985) menjelaskan bahwa pemecahan masalah adalah proses yang
mencakup visualisasi, sosiasi, abstraksi, pemahaman, manipulasi, bernalar, analisis, sintesis, dan
generalisasi, yang masing-masing indikator harus diatur dan dikoordinasikan. Pemecahan masalah
merupakan suatu rangkaian aktivitas pembelajaranyang menekankan pada proses penyelesaian masalah
yang dihadapi secara ilmiah (Komariah, K; 2011). Polya (1973) menyatakan bahwa langkah-langkah
pembelajaran pemecahan masalah yaitu: 1) memahami masalah, 2) menentukan rencana strategi yang
tepat untuk menyelesaikan permasalahan, 3) menyelesaikan strategi penyelesaian masalah, 4)
memerikasa dan menarik kesimpulan dari jawaban penyelesaian masalah tersebut. Pembelajaran
pemecahan masalah sangat berpengaruh terhadap kemampuan berpikir kritis siswa (Ristiasari, dkk;
2012). Dapat kita simpulkan bahwa pemecahan masalah mampu menumbuhkan pemikiran kritis dan
kreatif mahasiswa melalui kegiatan menganalisis argument, mempertimbangkan alternative
penyelesaian, mengevaluasi, dan menyimpulkan permasalahan yang diberikan kepada mahasiswa.

Kegiatan menganalisis argument, mempertimbangkan alternative penyelesaian suatu


permasalahan, mengevaluasi serta menarik kesimpulan harus muncul dalam kegiatan pembelajaran
khususnya bagi mahasiswa. dalam kegiatan pembelajaran mampu mengubah pola pikir mahasiswa
untuk menjadi kritis dan kreatif. Pembelajaran adalah proses interaksi yang terjalin antar peserta didik
(mahasiswa), antara peserta didik (mahasiswa) dengan pendidik dan sumber belajar pada lingkungan
belajar (UU permendikbud no 23, Tahun 2016). Kegiatan pembelajaran di perguruan tinggi tidak hanya
mengembangkan dari aspek akademis (kognitif) saja tetapi juga mengembangkan keterampilan yang
dimiliki mahasiswa khususnya keterampilan berpikir kritis mahasiswa.

Mata kuliah matematika merupakan mata kuliah yang tidak hanya melihat aspek kognitifnya saja
tetapi juga aspek keterampilan mahasiswa. Tujuan mata kuliah strategi pemecahan masalah adalah
Analisis Kemampuan Koneksi Matematis Siswa SMK Pada Materi Fungsi Kelas XI, Arpin Chronika Saida Manalu, Asri
Septiahani, Bunga Permaganti, Melisari, Yeti Jumiati, Wahyu Hidayat 263

mahasiswa mampu menerapkan pemikiran logis, kritis, sistematis dan inovatif dalam konteks
pengembangan atau implementasi ilmu pengetahuan dan teknologi. Perkuliahan strategi pemecahan
masalah mampu menumbuhkan pemikiran kritis dengan memberikan permasalahan-permasalahan
matematika yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari kepada mahasiswa. Kemampuan berpikir
kritis sangat dibutuhkan bagi mahasiswa khususnya mahasiswa PGSD agar ketika mereka nanti terjun
ke dua kerja mampu mengatasi dan menyelesaiakan masalah-masalah yang dihadapi.

Kenyataan dilapangan mahasiswa masih kesulitan dalam menyelesaikan permasalahan yang


berakaitan dengan berpikir kritis. Mahasiswa kurang memahami permasalahan kemampuan berpikir
kritis terkait dengan indikator: kemampuan mahasiswa mendefinisikan permasalahan matematika yang
diberikan, kemampuan mahasiswa memilih informasi yang relevan untuk menyelesaikan permasalahan,
kemampuan mahasiswa untuk mengembangkan dan memilih hipotesisi yang relevan, serta kemampuan
memutuskan kesimpulan dari permasalahan yang diberikan. Oleh karena itu, peneliti peneliti mencoba
menerapkan pembelajaran pemecahan masalah untuk menumbuhkan kemampuan berpikir kritis. Setiap
tahapan dalam pemecahan masalah memerlukan kemampuan berpikir kritis siswa (Haryani, 2011).
Dalam kegiatan pembelajaran pemecahan masalah ditemukan banyak sekali kesulitan dalam
menyelesaikan masalah. Oleh karena itu permasalahan dalam penelitian ini adalah mendeskripsikan
kesulitan-kesulitan yang dialami mahasiswa dalam menumbuhkan kemampuan berpikir kritis pada
pembelajaran matematika dengan menggunakan model pembelajaran pemecahan masalah.

METODE

Penelitian ini menggunakan metode deskriptif. Subjek penelitian ini adalah mahasiswa PGSD
kangkatan 2017 C dan 2017F yang berjumlah 64 mahasiswa. Teknik pengumpulan data dengan
menggunakan kuesioner. Kuesioner dianalisis dengan cara mencari frekuensi dan presentase dari hasil
kuesioner, kemudian hasil presentase kuesiner digunakan untuk mendeskripsikan kesulitan-kesulitan
yang dialami mahasiswa dalam pembelajaran pemecahan masalah .

HASIL DAN PEMBAHASAN

Model pembelajaran pemecahan masalah merupakan pembelajaran yang menumbuhkan


kemampuan berpikir kritis mahasiswa dalam menyelesaiakan permasalahan yang dihadapi baik secara
individu maupun kelompok. Dosen mempunyai peran penting dalam memberikan masalah atau
permasalahan kepada mahasiswa yang mampu merangsang mahasiswa untuk mampu berpikir kritis.
Kemampuan berpikir kritis mahasiswa dapat berkembang melalui pembelajaran pemecahan masalah .
Peneliti mengamati bahawa kemampuan berpikir kritis mahasiswa tampak dari kemampuan mahasiswa
mengidentifikasi masalah, menganalisis masalah, memecahkan masalah, mampu berpikir logis serta
mahasisiwa mampu membuat kesputusan atau kesimpulan dari permasalahan yang diberikan. Berpikir
kritis ini sama dengan model pembelajaran pemecahan masalah dengan langkah-langkah Polya yaitu:
memahami, merencanakan, menyelesaikan dan menarik kesimpulan dari permasalahan tersebut. Hal ini
264 Jurnal Cendekia: Jurnal Pendidikan Matematika, Volume 04, No. 01, Mei 2020 pp.261-267

sejalan dengan Haryani (2011) langkah-langkah pemecahan masalah menurut Polya sangat diperlukan
kemampuan berpikir kritis mulai dari tahap memahami masalah, tahap merencanakan pemecahan, tahap
melaksanakan rencana, sampai dengan tahap memeriksa kembali pemecahan yang sudah dilaksankan.
Watson & Glaser (dalam Sani, 2019) menyebutkan empat keterampilan yang berkaitan dengan berpikir
kritis, yakni: 1) kemampuan mendefinisikan permasalahan, 2) kemampuan memilih informasi yang
relevan untuk menyelesaikan masalah, 3) kemampuan mengembangkan dan memilih hipotesis yang
relevan, 4) kemampuan melegimitasi kesimpulan serta mengevaluasi inferensi.

Tabel 1.
Hasil analisis Kesulitan Mahasiswa dalam proses berpikir kritis Mahasiswa

Indrikator Presentase 
(%)

Baik Kurang

Kemampuan mendefinisikan permasalahan 67,19 32,81 100

Kemampuan memilih informasi yang relevan 46,88 53,13 100


untuk menyelesaikan masalah

Kemampuan mengembangkan dan memilih 35,94 64,06 100


hipotesis yang relevan

kemampuan melegimitasi kesimpulan dan 85,94 14,06 100


mengevaluasi inferensi.

Tabel 1 merupakan kemampuan berpikir kritis mahasiswa melalui pembelajaran pemecahan


masalah. Hasil analisis menunjukan bahwa 67,19% mampu mendefinisikan permasalahan matematika
yang diberikan; 32,81% belum mampu memahami permasalahan matematika yang diberikan.
Kemampuan mahasiswa memilih informasi yang relevan untuk menyelesaikan masalah sebesar
46,88%; 53,13% mahasiswa mengalami kesulitan dalam memilih informasi yang relevan untuk
menyelesikan permasalahan matematika. Hasil analisis 35,94% mahasiswa memilih dan
mengembangkan hipotesis yang relevan; 64,06% mahasiswa masih kesulitan dalam memilih dan
mengembangkan hipotesis yang relevan dengan permasalahan yang diberikan. Hasil analisis 85,95%
mahasiswa melegitimasi (keputusan) kesimpulan dan mengevaluasi inferensi; 14,06% mahasiswa
kesulitan dalam mengambil keputusan dari kesimpulan sertamengevaluasi inferensi.

Kesulitan-kesulitan yang dialami mahasiswa dalam menumbuhkan kemampuan berpikir kritis


adalah kemampuan memilih informasi yang relevan dengan permasalahan matematika. Hasil presentase
Analisis Kemampuan Koneksi Matematis Siswa SMK Pada Materi Fungsi Kelas XI, Arpin Chronika Saida Manalu, Asri
Septiahani, Bunga Permaganti, Melisari, Yeti Jumiati, Wahyu Hidayat 265

menunjukkan 53,13 mahasiswa masih kesulitan dalam menentukan alternatif penyelesaian atau
memilih informasi yang relevan dalam penyelesaikan masalah. Mahasiswa juga mengalami kesulitan
dalam mengembangkan/menyelesaikan permasalahan matematika dan memilih hipotesis yang relevan
dengan presentase sebesar 64,04. Mahasiswa tidak mengalami kesulitan dalam mendefinisikan
permasalahan matematika dengan ditunjukan hasil presentase sebesar 67,19. Mahasiswa juga tidak
mengalami kesulitan dalam mengambil keputusan dan mengevaluasi permasalahan yang diberikan,
ditunjukan dari hasil presentasi sebesar 85,94 mahasiswa mampu mememeriksa dan menarik
kesimpulan dari permasalahan yang diberikan.

Pembelajaran dengan pemecahan masalah mampu menumbuhkan berpikir kritis mahasiswa


terutama pada kemampuan mendefinisikan atau memahami permasalahan yang diberikan, mahasiswa
mampu menarik kesimpulan serta mengevaluasi dari permasalahan yang diberikan. Kemampuan
menumbuhkan berpikir kritis tidak lepas dari kemampuan mahasiswa dalam memecahkan
permasalahan. Mahasiswa mampu memahami permasalahan, menganalisis permasalahan yang
diberikan, merencanakan permasalahan yang diberikan, mampu menarik kesimpulan dari permasalahan
yang diberikan (Polya, 1973). Sejalan dengan Haryani (2011) bahwa langkah-langkah pembelajaran
polya (pembelajaran pemecahan masalah) sangat diperlukan kemampuan berpikir kritis. Relevan
dengan penelitian yang dilakukan Lubis (2017) bahwa pemecahan masalah mampu meningkatkan
kemampuan berpikir kritis mahasiswa.

Hasil analisis menunjukkan bahwa 79,69% mahasiswa setuju jika pembelajaran pemecahan
masalah mampu menumbuhkan kreativitas mahasiswa. Kreativitas ini muncul ketika mahasiswa
mampu menyelesaikan permasalahan matematika yang diberikan. Kemampuan mahasiswa dalam
memikirkan ide-ide kreatif didalam menyelesaikan permasalahan matematika. Setiap permasalahan
matematika, mahasiswa mampu menemukan menemukan lebih dari satu ide/solusi penyelesaian.
langkah-langkah pembelajaran pemecahan masalah mampu menumbuhkan berpikir kreatif peseta didik
melalui pembelajaran pemecahan masalah sejalan dengan pernyataan Palobo (2015).

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil analisis kesulitan-kesulitan yang dihadapi mahasiswa dalam menumbuhkan


kemampuan berpikir kritis adalah 1) mahasiswa kesulitan dalam menentukan alternatif dari
permasalahan yang diberikan, 2) mahasiswa kesulitan dalam memilih dan menyelesaikan permasalahan
matematika yang diberikan dosen, 3) permaslahan matematika sulit dipahami mahasiswa. Penyebab
mahasiswa mengalami kesulitan dalam menumbuhkan berpikir kritis adalah sebagai berikut: 1)
mahasiswa tidak terbiasa menyelesaikan permasalahan matematika yang berkaitan dengan berpikir
kritis, 2) mahasiswa kurang kreatif dalam memilih atau mencari strategi yang tepat sesuai dengan
permasalahan yang diberikan, 3) mahasiswa kurang teliti dalam menyelesaikan permasalahan
matematika. Saran bagi penelitian ini adalah: 1) dosen memberikan bantuan kepada siswa yang
266 Jurnal Cendekia: Jurnal Pendidikan Matematika, Volume 04, No. 01, Mei 2020 pp.261-267

mengalami kesulitan dalam menyelesaikan masalah, mahasiswa harus sering diberikan permasalahan
yang mampu menumbuhkan berpikir kritis mahasiswa, mahasiswa harus terbiasa diberikan
permaslahan-permasalahan tingkat tinggi.

DAFTAR PUSTAKA

Brillian Rosy & Triesninda Pahlevi. (2015). Penerapan Problem Based Learning untuk Meningkatkan
Kemampuan Berpikir Kritis dan Keterampilan Memecahkan Masalah. Prosiding Seminar
Nasional, ( 9 Mei 2015).
Ennis, R. H. (1991). Goals for a Critical Thinking. Illinois Critical Thinking Project: University Illinois.
Garofalo, J., & Lester Jr, F. K. (1985). Metacognition, cognitive monitoring, and mathematical
performance. Journal for research in mathematics education, 163-176.
Haryani, D. (2011). Pembelajaran matematika dengan pemecahan masalah untuk
menumbuhkembangkan kemampuan berpikir kritis siswa. In Prosiding Seminar Nasional
Penelitian, Pendidikan dan Penerapan MIPA, Fakultas MIPA, Universitas Negeri
Yogyakarta (Vol. 14).
Istianah, E. (2013). Meningkatkan kemampuan berpikir kritis dan kreatif matematik dengan pendekatan
model eliciting activities (MEAs) pada siswa SMA. Infinity Journal, 2(1), 43-54.
Ibrahim (2007). Pengembangan Kemampuan Berpikir Kritis dan Kreatif Siswa SMP dalam Matematika
melalui Pendekatan Advokasi dengan Penyajian Masalah Open-Ended. Tesis Sekolah Pasca
Sarjana UPI. Bandung: Tidak dipublikasikan
Komariah, K. (2011). Penerapan metode pembelajaran pemecahan masalah model polya untuk
meningkatkan kemampuan memecahkan masalah bagi siswa kelas IX J di SMPN 3 Cimahi.
In Prosiding Seminar Nasional Penelitian, Pendidikan dan Penerapan MIPA, Fakultas MIPA,
Universitas Negeri Yogyakarta (Vol. 1).
Lubis, J. A. (2017). Pengaruh Penerapan Model Pembelajaran Pemecahan masalah Pada Kemampuan
Berpikir Kritis Mahasiswa. Jurnal Pendidikan Biologi, 6(2), 291-295.
Maulana, M. (2017). Konsep dasar matematika dan pengembangan kemampuan berpikir kritis-kreatif.
UPI Sumedang Press.
Palobo, M. (2015). Mengembangkan Kemampuan Berpikir Kreatif Melalui Pembelajaran
ProblemPosing Dan Pemecahan masalah . In Seminar Nasional Matematika dan Pendidikan
Matematika UNY. Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta.
Paul Eggen & Don Kauchak. (2012). Strategi dan Model Pembelajaran (mengajarkan konten dan
keterampilan berpikir). Indeks, Jakarta Barat.
Polya, G. 1973. How To Solve it: A New Aspect of Mathematical Method. New Jersey, USA: Pricenton
University Press
Analisis Kemampuan Koneksi Matematis Siswa SMK Pada Materi Fungsi Kelas XI, Arpin Chronika Saida Manalu, Asri
Septiahani, Bunga Permaganti, Melisari, Yeti Jumiati, Wahyu Hidayat 267

Ristiasari, T., Priyono, B., & Sukaesih, S. (2012). Model pembelajaran pemecahan masalah dengan
mind mapping terhadap kemampuan berpikir kritis siswa. Journal of Biology Education, 1(3).
Sani, R. A. (2019). Pembelajaran Berbasis HOTS (Higher Order Thinking Skills). Tangerang: Tira
Smart.
Undang-undang Permendikbud, No 23 Tahun 2016. Tentang Standar Penilaian Pendidikan.
Wiliawanto, W., Bernard, M., Akbar, P., & Sugandi, A. I. (2019). Penerapan Strategi Pembelajaran
Aktif Question Student Have Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Matematik Siswa
SMK. Jurnal Cendekia: Jurnal Pendidikan Matematika, 3(1), 139-148.

Anda mungkin juga menyukai