Anda di halaman 1dari 9

ANALISIS KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA KELAS VIII

SMP KRISTEN PAYETI DALAM MENYELESAIKAN SOAL


CERITA PADA MATERI PERSAMAAN LINEAR SATU
VARIABEL DITINJAU DARI GAYA BELAJAR AUDITORIAL
Selvyanti Banni Ratu
Pendidikan Matematika, Fakultas Ilmu-Ilmu Sosial Universitas Kristen Wira Wacana Sumba
selvyantiratu17@gmail.com

Elsy Senides Hana Taunu


Pendidikan Matematika, Fakultas Ilmu-Ilmu Sosial Universitas Kristen Wira Wacana Sumba
elsysenides1177@gmail.com

Mayun Erawati Nggaba


Pendidikan Matematika, Fakultas Ilmu-Ilmu Sosial Universitas Kristen Wira Wacana Sumba
mayun@unkriswina.ac.id

ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh deskripsi kemampuan berpikir kritis matematika
siswa kelas VIII SMP Kristen Payeti dalam menyelesaikan soal cerita pada materi Persamaan
Linear Satu Variabel yang ditinjau dari gaya belajar auditorial dan untuk mengetahui faktor-
faktor internal yang mempengaruhi kemampuan berpikir kritis. Jenis penelitian ini adalah
penelitian kualitatif. Teknik pengumpulan data yang digunakan yaitu angket, tes, dan
wawancara. Angket diberikan untuk mengetahui gaya belajar siswa yang dikelompokkan
menjadi tiga bagian, visual, auditorial dan kinestetik. Selanjutnya hasil analisis angket
dijadikan acuan untuk memberikan tes dan wawancara pada siswa yang memiliki gaya
belajar auditorial. Hasil wawancara disusun menjadi kalimat yang jelas dan mudah dipahami,
untuk mengetahui lebih dalam kemampuan berpikir kritis siswa dan faktor-faktor internal
yang mempengaruhinya. Data dianalisis dengan tahapan reduksi data, penyajian data, dan
verifikasi. Hasil penelitian menunjukan bahwa dari 30 siswa yang mengisi angket gaya
belajar adalah 46,67% memiliki gaya belajar auditorial. Hasil tes siswa gaya belajar auditorial
temasuk pada kategori rendah dengan nilai rata-rata 28,88 dimana siswa mampu memberikan
penjelasan secara sederhana dan membangun keterampilan dasar tetapi siswa belum dapat
memberikan penjelasan lanjut, mengatur strategi dan taktik, serta membuat kesimpulan.
Faktor-faktor internal yang mempengaruhi kemampuan berpikir kritis meliputi, minat
belajar, ketelitian, kemandirian belajar siswa, dan penguasaan materi.

Kata kunci: Kemampuan Berpikir Kritis, Gaya Belajar, Persamaan Linear Satu
Variabel

ABSTRACT
This study aims to obtain a description of the mathematical critical thinking skills of eighth
grade students of Payeti Christian Middle School in solving story problems on the One
Variable Linear Equation material in terms of auditory learning styles and to determine
internal factors that affect critical thinking skills. The type of this research was qualitative
research. Data collection techniques used were questionnaires, tests, and interviews.
Questionnaires were given to determine students' learning styles which were grouped into
three parts, visual, auditory and kinesthetic. Furthermore, the results of the questionnaire
analysis were used as a reference for giving tests and interviews to students who had auditory
learning style. The results of the interviews were arranged into clear and easy-to-understand
sentences, to find out more about students' critical thinking skills and the internal factors that

132 | Satya Widya


Volume XXXVII No. 2, Desember 2021 e-ISSN: 2549-967X

influenced them. The data were analyzed with the stages of data reduction, data presentation,
and verification. There were 14 students (46.67%) out of 30 students who were auditory
learner. The test results of students' auditory learning styles were included in the low category
with an average value of 28.88 where students were able to provide simple explanations and
build basic skills but students had not been able to provide further explanations, set strategies
and tactics, and make conclusions. Internal factors that affect critical thinking skills include,
interest in learning, thoroughness, student learning independence, and mastery of the
material.

Keywords: Critical Thinking Ability, Learning Style, One Variable Linear Equation.

PENDAHULUAN
Matematika merupakan suatu pelajaran yang selalu berkaitan dengan angka
maupun hitungan, serta membahas persoalan yang berkaitan dengan jumlah maupun
besaran, mempelajari mengenai pola, bentuk dan struktur yang saling berhubungan
(Hamzah & Muhlisrarini, 2014). Depdiknas (2006) menjelaskan bahwa matematika
adalah pelajaran yang diajari pada siswa dari SD hingga perguruan tinggi agar membekali
siswa berpikir logis, analitis, sistematis, kritis, kreatif dan mampu untuk kerja sama
dalam memecahkan masalah. Dari penjelasan tersebut, jelas bahwa berpikir kritis adalah
bagian dari tujuan matematika, sehingga belajar matematika tidak hanya memahami suatu
konsep tetapi juga untuk melatih kemampuan berpikir, secara khusus kemampuan dalam
berpikir kritis ketika menghadapi suatu masalah.
Berpikir kritis merupakan salah satu kemampuan yang perlu dikembangkan siswa
sejak dini, karena dengan memiliki kemampuan berpikir kritis dapat meningkatkan
pemahaman dan mengembangkan kemampuan berpikir siswa untuk menyelesaikan suatu
permasalahan khususnya dalam pembelajaran matematika (Crismasanti & Yunianta,
2017). Johnson dalam Firdaus & Ratna (2019) mengatakan bahwa berpikir kritis adalah
cara berpikir yang terarah ketika menyelesaikan suatu masalah. Sedangkan menurut
Ennis dalam Ulva (2018), suatu pemikiran yang sesuai atau benar dalam mengambil suatu
tindakan tertentu. Terdapat 5 indikator kemampuan berpikir kritis menurut ennis yang
terdiri dari, memberikan penjelasan secara sederhana, membangun keterampilan dasar,
memberikan penjelasan lanjut, mengatur strategi dan taktik, dan menyimpulkan
(Maulana, 2017). Berdasarkan penjelasan menurut Johnson dan Ennis, disimpulkan
bahwa berpikir kritis adalah proses berpikir yang benar ketika menentukan sebuah
keputusan untuk menyelesaikan masalah.
Proses berpikir kritis sangat berkaitan dengan gaya belajar, seperti yang dikatakan
oleh Parson dan Alexander dalam Rini, dkk (2020) bahwa gaya belajar termasuk satu hal
yang dapat mempengaruhi kemampuan berpikir kritis siswa. Gaya belajar adalah cara
yang dilakukan siswa ketika sedang belajar maupun berpikir, selesaikan masalah,
menerima, menyampaikan, mengatur, dan mengolah informasi serta mengingat kembali
materi yang pernah dipelajari (Marfuah, Mardiyana & Subanti, 2016). Gaya belajar juga
termasuk strategi yang mengarahkan bagaimana seseorang mengelola kegiatan belajar
dan berpikir (Samsudin & Hardini, 2019). Sehingga dapat dikatakan bahwa gaya belajar
merupakan salah satu faktor penting yang mempengaruhi keberhasilan suatu
pembelajaran, karena gaya belajar sangat dibutuhkan siswa dalam proses berpikir saat
pembelajaran (Rizaldi, dkk, 2021). Terdapat 3 kategori gaya belajar yaitu, visual
(cenderung lebih menggunakan indra penglihatan), auditorial (menggunakan indra
pendengaran), dan kinestetik (menggunakan gerak) (Karim, 2014). Bukan berarti bahwa

Satya Widya | 133


Analisis Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Kelas VIII SMP Kristen Payeti dalam...

setiap individu hanya menggunakan satu gaya belajar karena kemungkinan besar gunakan
ketiga gaya belajar, tetapi setiap individu pasti memiliki satu cara belajar yang paling
dominan pada dirinya (Wiedarti, 2018).
Salah satu gaya belajar yang sering diterapkan oleh guru matematika di SMP
Kristen Payeti yaitu gaya belajar auditorial, berdasarkan informasi yang diperoleh dari
hasil wawancara dengan salah satu guru matematika. Auditorial adalah cara belajar yang
mengandalkan pendengaran dalam menerima dan memahami informasi. Pada saat
seseorang memiliki gaya belajar auditorial, mereka akan lebih pandai berbicara serta
mudah untuk mengingat yang telah mereka diskusikan daripada yang dilihat. Ketika
seseorang menggunakan cara belajar yang sesuai dengan karakternya maka terasa lebih
mudah untuk menyelesaikan berbagai masalah (Darmadi, 2017). Sehingga gaya belajar
termasuk suatu hal yang perlu diperhatikan oleh Guru ketika proses pembelajaran.
Berdasarkan hasil wawancara dengan guru matematika SMP Kristen Payeti, ada
pun kendala yang sering ditemui ketika proses pembelajaran, banyak siswa yang hanya
menunggu jawaban dari guru saat soal dibahas secara bersama-sama. Hal ini terjadi ketika
diberikan soal yang sedikit berbeda atau bervariasi dari yang dicontohkan, mereka
bingung untuk mengerjakannya. Banyak siswa yang masih keliru memahami soal terkait
yang diketahui dan ditanya. Saat proses pembelajaran pun masih ada siswa yang sibuk
sendiri, ngobrol dengan teman sebangku dan tidak perhatikan penjelasan guru, sehingga
menyebabkan rendahnya hasil belajar. Dapat dilihat dari siswa yang mampu memahami
materi dengan baik sebesar 19,2% (5 orang) sedangkan 80,8% (21 orang) lainnya belum
pahami dengan baik.
Peneliti juga mewawancarai enam orang siswa kelas VIII SMP Kristen Payeti.
Dari hasil wawancara, peneliti memperoleh beberapa informasi, ketika diminta kerjakan
tugas, 70% siswa tidak mengerjakan soal karena mereka merasa kesulitan dan masih
bingung, khususnya soal yang berkaitan dengan materi PLSV. Siswa merasa kesulitan
untuk menyajikan soal yang diberikan dalam bentuk cerita ke dalam kalimat matematika.
Maka dari hasil wawancara terlihat bahwa, kemampuan berpikir kritis siswa dalam
menyelesaikan soal cerita masih kurang.
Persamaan Linear Satu Variabel (PLSV) merupakan sebuah persamaan yang
hanya mempunyai satu variabel dan termasuk suatu konsep matematika yang harus
dikuasai, karena dapat membantu siswa menyelesaikan masalah pada kehidupan nyata.
Materi ini sebagai suatu sarana untuk kembangkan kemampuan berpikir kritis karena
selalu diperhadapkan dengan masalah yang real yang berhubungan dengan soal cerita.
Sehingga menekankan siswa untuk bernalar dan berpikir kritis dalam memahami soal
tersebut dan mencari solusinya (Heriyanto, 2018).
Berdasarkan latar belakang, maka penelitian bertujuan untuk memperoleh
deskripsi kemampuan berpikir kritis siswa kelas VIII SMP Kristen Payeti dalam
menyelesaikan soal cerita pada materi PLSV ditinjau dari gaya belajar auditorial serta
menganalisis faktor-faktor internal yang mempengaruhi kemampuan berpikir kritis siswa.

METODE PENELITIAN
Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan pendekatan deskriptif.
Penelitian yang memperoleh data deskriptif berupa kalimat, baik secara lisan maupun
tulisan yang berorientasi atau mengarah pada situasi yang bersifat alami, (Noor, 2011).
Penelitian dilakukan pada bulan Februari 2021, semester genap tahun ajaran 2020/2021
di SMP Kristen Payeti. Subjek pada penelitian ini yaitu 30 orang siswa dari kelas VIII C

134 | Satya Widya


Volume XXXVII No. 2, Desember 2021 e-ISSN: 2549-967X

dan VIII D. Namun yang menjadi fokus penelitian, 14 orang siswa kelompok gaya belajar
auditorial. Subjek penelitian dipilih menggunakan teknik purposive sampling.
Teknik pengumpulan data yang digunakan pada penelitian ini yaitu, angket untuk
mengetahui gaya belajar siswa, tes untuk mengetahui kemampuan berpikir kritis siswa,
dan wawancara untuk mendalami kemampuan berpikir kritis siswa serta untuk
mengetahui fakor-faktor internal yang mempengaruhi kemampuan berpikir kritis siswa.
Subjek dikelompokkan ke dalam gaya belajar visual, auditorial, dan kinestetik.
Selanjutnya memberikan tes kemampuan berpikir kritis pada siswa kelompok gaya
belajar auditorial, terdiri dari 5 soal esay yang berkaitan dengan materi PLSV, lalu
dilanjutkan dengan wawancara. Sehingga kemampuan berpikir kritis siswa ditentukan
berdasarkan hasil tes dan wawancara. Selain itu faktor internal yang mempengaruhi
kemampuan berpikir kritis siwapun diperoleh dari hasil wawancara lalu disusun menjadi
subuah kalimat yang jelas dan mudah dipahami. Adapun teknik analisis data yang
digunakan dalam penelitian ini adalah teknik analisis data kualitatif menurut Miles and
Huberman yang terdiri dari, reduksi data (data reduction), penyajian data (data display),
dan penarikan kesimpulan (conclusion drawing/verification), (Sugiyono, 2016). Teknik
validasi data dilakukan menggunakan triangulasi teknik dan sumber.

HASIL DAN PEMBAHASAN


Hasil angket gaya belajar yang diikuti oleh 30 orang siswa, mempunyai tipe gaya
belajar yang berbeda-beda. Angket dianalisis dengan cara menghitung banyak jawaban
“YA” pada pernyataan dari setiap gaya belajar. Jumlah jawaban “YA” terbanyak
menunjukan gaya belajar siswa yang paling dominan. Hasil dari pengisian angket dapat
dilihat pada tabel 1.

Tabel 1. Hasil Tes Gaya Belajar Siswa


Tipe Gaya Belajar Jumlah Persentase
Visual 7 Orang 23,33%
Auditorial 14 Orang 46,67%
Kinestetik 9 Orang 30%

Berdasarkan data hasil angket pada Tabel 1, diperoleh siswa menggunakan gaya
belajar visual sebanyak 7 orang (23,33%), auditorial 14 orang (46,67%), dan kinestetik 9
orang (30%). Selanjutnya berikan tes kepada siswa yang memiliki gaya belajar auditorial,
yaitu sebanyak 14 orang. Hasil tes akan dijadikan acuan untuk mengetahui kemampuan
siswa, selanjutnya melakukan wawancara.

Kategori Kemampuan Berpikir Kritis Siswa


Jumlah Siswa

10 7

5 3 3
1
0
0
0-20 21-40 41-60 61-80 81-100
Sangat Rendah Sedang Tinggi Sangat
Rendah Nilai Tinggi
Gambar 1. Grafik Kemampuan Berpikir Kritis

Satya Widya | 135


Analisis Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Kelas VIII SMP Kristen Payeti dalam...

Berdasarkan hasil tes pada materi PLSV, diperoleh kemampuan siswa dalam
menyelesaikan soal cerita termasuk kategori rendah dengan nilai rata-rata 28,88. Tidak
terdapat siswa yang mencapai kategori sangat tinggi sedangkan kategori tinggi 1 orang
(7,14%), sedang 3 orang (21,43%), rendah 3 orang (21,43%) dan sangat rendah 7 orang
(50%). Jika dilihat dari standar KKM yang ditetapkan oleh SMP Kristen Payeti yaitu 71,
terdapat 1 orang (7%) yang tuntas dan 13 orang (93%) tidak tuntas. Setelah
mengelompokkan gaya belajar dan mengetahui kemampuan siswa, selanjutnya
menganalisis data hasil tes. Adapun kemampuan siswa per indikator, dapat dilihat pada
tabel 2.
Tabel 2. Kemampuan Berpikir Kritis Per Indikator
No Indikator Skor Skor yang Nilai
Maksimal Diperoleh Akhir
1 Memberikan penjelasan secara sederhana 210 93 44,29
2 Membangun keterampilan dasar 210 83 39,52
3 Memberikan penjelasan lanjut 210 38 18,10
4 Mengatur strategi dan taktik 126 18 14,29
5 Menyimpulkan 210 47 22,38

Berdasarkan data tersebut, terlihat bahwa kemampuan siswa yang tertinggi yaitu
pada indikator memberikan penjelasan secara sederhana dengan nilai 44,29. Tertinggi
kedua yaitu indikator membangun keterampilan dasar dengan nilai 39,52, selanjutnya
indikator menyimpulkan dengan nilai 22,38, lalu indikator memberikan penjelasan lanjut
dengan nilai 18,10, sedangkan yang terendah yaitu pada indikator mengatur strategi dan
taktik dengan nilai 14,29.
Tabel 3. Siswa yang Memenuhi dan Belum Memenuhi Indikator
No Indikator Memenuhi Tidak Memenuhi
1 Memberikan penjelasan secara sederhana 9 Orang 5 Orang
2 Membangun keterampilan dasar 7 Orang 7 Orang
3 Memberikan penjelasan lanjut 3 Orang 11 Orang
4 Mengatur strategi dan taktik 1 Orang 13 Orang
5 Menyimpulkan 5 Orang 9 Orang

Saat memberikan tes, pada indikator memberikan penjelasan secara sederhana,


terdapat 9 orang siswa yang telah memenuhi indikator tersebut, dimana siswa sudah dapat
menulis yang diketahui walaupun masih ada beberapa yang belum tepat dan terdapat 5
orang siswa yang belum menulis informasi yang diketahui. Indikator membangun
keterampilan dasar, terdapat 7 orang siswa yang telah memenuhi indikator tersebut,
dimana siswa dapat menulis yang tanyakan tetapi masih ada yang belum tepat dan
terdapat 7 orang yang belum menulisnya. Indikator memberikan penjelasan lanjut,
terdapat 3 orang siswa yang telah memenuhi indikator tersebut, siswa dapat membuat
model matematika walaupun masih ada yang tidak tepat, dan 11 orang lainnya belum
dapat membuat model matematikanya. Indikator mengatur strategi dan taktik, hanya
terdapat 1 orang siswa yang mampu memenuhi indikator tersebut, siswa dapat
menentukan nilai variabelnya dan terdapat 13 orang siswa yang tidak dapat
menentukannya. Indikator menyimpulkan, terdapat 5 orang siswa yang telah memenuhi
indikator tersebut, siswa dapat membuat kesimpulannya walaupun masih ada jawaban
yang belum tepat dan terdapat 9 orang siswa yang belum dapat membuat kesimpulannya.
Siswa gaya belajar auditorial, rata-rata mampu memenuhi indikator memberikan
penjelasan secara sederhana dan membangun keterampilan dasar, walaupun masih ada
yang tidak tepat. Dilihat dari hasil tes, bahwa siswa gaya belajar auditorial mampu

136 | Satya Widya


Volume XXXVII No. 2, Desember 2021 e-ISSN: 2549-967X

menulis yang diketahui dan ditanya. Sama halnya dengan penelitian yang dilakukan
Rokhimah dan Rejeki (2018), mengatakan siswa gaya belajar auditorial hanya dapat
menjelaskan informasi yang diperoleh dan yang ditanyakan. Penelitian Amir (2015) juga
menunjukan dalam menyelesaikan masalah, siswa gaya belajar auditorial dapat
menuliskan informasi yang ada.
Tetapi siswa gaya belajar auditorial rata-rata belum memenuhi indikator
memberikan penjelasan lanjut, mengatur strategi dan taktik, dan menyimpulkan. Dilihat
dari hasil tes rata-rata siswa belum mampu membuat model matematika, menentukan
nilai variabel dan membuat kesimpulan. Rata-rata siswa masih bingung untuk
mengerjakan soal cerita, walaupun mereka mamahami informasi yang ada pada soal.
Tiffani (2015) mengatakan, siswa gaya belajar auditorial belum dapat mengolah
informasi dengan tepat sehingga proses pengerjaan dan hasil akhirnya salah. Pada saat
memberikan kesimpulan ada beberapa siswa yang sudah menulis kesimpulannya, tetapi
masih kurang tepat. Dalam penelitian Amir (2015) juga mengatakan siswa gaya belajar
auditorial kurang mampu dalam membuat kesimpulan.
Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan pada siswa, guru matematika dan
wali kelas, dengan cara memberikan pertanyaa-pertanyaan yang berkaitan dengan
penyebab kurangnya kemampuan berpikir kritis siswa. Setelah itu hasil wawancaranya
disusun dan dirangkum dalam bentuk kalimat, sehingga diperoleh beberapa faktor
internal yang mempengaruhi kemampuan berpikir kritis siswa yaitu minat belajar,
ketelitian, kemandirian belajar, dan penguasaan materi.
Pengaruh minat belajar diungkapkan SD dan MK, sebagai guru matematika dan
wali kelas, bahwa minat siswa untuk belajar masih kurang. Ketika diberikan PR, masih
banyak yang tidak mengerjakannya. Siswa yang memiliki minat pada pelajaran akan
terdorong untuk belajar, sehingga untuk memperoleh hasil yang baik, harus memiliki
minat pada pelajaran (Syahputra, 2020). Sirait (2016) pada penelitiannya juga
mengatakan bahwa, ketika minat belajarnya tinggi, siswa akan mampu belajar dengan
baik dan lebih mudah berpikir.
Dalam faktor ketelitian, terdapat juga siswa yang mengatakan bahwa, Ia terburu-
buru dalam mengerjakan soal karena takut kehabisan waktu atau ingin cepat selesai, hal
inilah yang menyebabkan siswa tidak teliti dalam mengerjakan soal. Amalia (2017)
mengatakan, salah satu yang menyebabkan siswa tidak teliti dan salah saat kerjakan soal
yaitu karena tergesa-gesa. Hanipa, dkk (2018) dalam penelitiannya juga mengatakan
bahwa, siswa memberikan jawaban kurang tepat disebabkan karena terburu-buru dan
tidak mengecek kembali hasil pekerjaannya.
Pada faktor kemandirian belajar, dari hasil wawancara siswa terlihat bahwa
kesadaran siswa untuk belajar sendiri masih rendah. Dimana rata-rata mereka mau belajar
ketika disuruh atau pada saat mau ulangan, dan jarang untuk pelajari kembali apa yang
sudah mereka pelajari di sekolah. Ada juga siswa yang sibuk dengan urusan mereka
sendiri ketika guru berhalangan untuk mengajar. Dalam penelitiannya, Egok (2016)
mengatakan kemandirian belajar mempunyai pengaruh yang penting. Kemandirian
belajar merupakan suatu usaha belajar mandiri dan tidak bergantung pada guru. Penelitian
Yanwar & Fadila (2019) mengatakan bahwa kemandirian belajar dapat pengaruhi
kemampuan berpikir kritis siswa.
Penguasaan materi dapat mempengaruhi kemampuan berpikir kritis. Sejalan
dengan penelitian Amalia (2017) mengatakan bahwa, siswa tidak bisa menyelesaikan soal
dapat disebabkan karena belum memahami masalah dan tidak menguasai materi. Dari
hasil wawancara, rata-rata siswa belum dapat membuat model matematika dan mencari

Satya Widya | 137


Analisis Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Kelas VIII SMP Kristen Payeti dalam...

nilai variabelnya atau memberikan jawaban yang benar karena belum paham materi
tersebut dan kebingungan. Pemodelan berkaitan dengan kemampuan memahami dan
menggunakan ilmu matematika di berbagai situasi (Aryanti, 2020). Selain itu, penelitian
yang dilakukan Sundari, dkk (2018) mengatakan bahwa, kurang menguasai konsep dan
kurang teliti dalam mengerjakan soal dapat mempengaruhi kemampuan berpikir kritis.

SIMPULAN DAN SARAN


Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan, diperoleh kesimpulan bahwa,
kemampuan berpikir kritis dari siswa gaya belajar auditorial termasuk kategori rendah,
dengan nilai rata-rata 28,88. Siswa gaya belajar auditorial, telah memenuhi indikator
memberikan penjelasan secara sederhana dan membangun keterampilan dasar, walaupun
masih ada yang tidak tepat, tetapi belum memenuhi indikator memberikan penjelasan
lanjut, mengatur strategi dan taktik, dan menyimpulkan. Hal ini dipengaruhi oleh
beberapa faktor internal yaitu minat belajar siswa terhadap pembelajaran matematika,
ketelitian siswa saat mengerjakan soal, kemandirian siswa untuk belajar sendiri atau tidak
bergantung pada orang lain dan penguasaan materi khususnya materi PLSV.
Berdasarkan simpulan tersebut, maka terdapat beberapa saran yang disampaikan
oleh peneliti pada penelitian ini yaitu, guru lebih memperhatikan kemampuan siswa,
dengan memberikan contoh soal yang merangsang siswa untuk berpikir kritis dan
membiasakan siswa untuk mengerjakan soal menggunakan aturan pengerjaan, mulai dari
menulis yang diketahui maupun ditanya, membuat model matematika, menentukan nilai
variabel lalu membuat kesimpulan. Serta memberikan tes gaya belajar agar mengetahui
gaya belajar siswa. Sehingga saat proses pembelajaran, guru dapat sesuaikan metode yang
cocok dengan gaya belajar siswa. Selain itu, sebagai siswa juga harus memahami karakter
dari gaya belajar dirinya sendiri dan mengembangkan kemampuan berpikir kritisnya,
dengan selalu mencoba memecahkan masalah yang ada dan tidak bergantung pada guru
maupun orang lain.

DAFTAR PUSTAKA
Aryanti. (2020). Inovasi Pembelajaran Matematika di SD (Problem Based Learning
Berbasis Scaffolding, Pemodelan dan Komunikasi Matematis). Yogyakarta: CV
Budi Utama.
Amalia, S. R. (2017). Analisis Kesalahan Berdasarkan Prosedur Newman dalam
Menyelesaikan Soal Cerita Ditinjau dari Gaya Kognitif Mahasiswa . Pendidikan
Matematika FKIP, Vol. 8, No. 1, hal. 21 & 29.
Amir, M. F. (2015). Proses Berpikir Kritis Siswa Sekolah Dasar dalam Memecahkan
Masalah Berbentuk Soal Cerita Matematika Berdasarkan Gaya Belajar. Jurnal Math
Educator Nusantara, Vol.1, No.2.
Crismasanti, Y. D., & Yunianta, T. N. (2017). Deskripsi Kemampuan Berpikir Kritis
Siswa Kelas VII Smp Dalam Menyelesaikan Masalah Matematika Melalui Tipe
Soal Open-Ended Pada Materi Pecahan. Satya Widya, Vol. 33, No. 1, Hal. 75-85.
Darmadi. (2017). Pengembangan Model Metode Pembelajaran dalam Dinamika Belajar
Siswa. Yogyakarta: CV Budi Utama.
Depdiknas. (2006). Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia. Standar
Kompetensi Lulusan untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah.

138 | Satya Widya


Volume XXXVII No. 2, Desember 2021 e-ISSN: 2549-967X

Egok, A. S. (2016). Kemampuan Berpikir Kritis Dan Kemandirian Belajar Dengan Hasil
Belajar Matematika. Jurnal Pendidikan Dasar, Vol. 7, 185-198.
Firdaus, N., & Ratna , R. (2019). Analisis Kemampuan Berpikir Kritis Matematis Ditinjau
Dari Gaya Belajar . Prosiding Seminar Nasional & Call For Papers :Universitas
Siliwangi Tasikmalaya.
Hamzah, A., & Muhlisrarini. (2014). Perencanaan dan Strategi Pembelajaran
Matematika. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.
Hanipa, A., & Sari, V. T. (2018). Analisis Kesalahan Siswa dalam Menyelesaikan Soal
Sistem Persamaan Linear Dua Variabel pada Siswa Kelas VIII Mts di Kabupaten
Bandung Barat. Journal On Education, Volume 01, No. 02, hal. 20.
Heriyanto, B. (2018). Analisis Kesalahan Siswa Gaya Belajar Visual Dalam
Menyelesaikan Soal Cerita Sistem Persamaan Linear Dua Variabel di Kelas VIII
Smp Negeri 1 Muaro Jambi . Jambi.
Karim, A. (2014). Pengaruh Gaya Belajar dan Sikap Siswa Pada Pelajaran Matematika
Terhadap Kemampuan Berpikir Kritis Matematika. Jurnal Formatif, Vol. 4, No. 3,
Hal. 188-195.
Marfuah, I., Mardiyana, & Subanti, S. (2016). Proses Berpikir Kritis Peserta Didik dalam
Memecahkan Masalah Sistem Persamaan Linier Dua Variabel Ditinjau dari Gaya
Belajar Kelas IX B SMP Negeri 2 Surakarta Tahun Pelajaran 2015/2016 . Jurnal
Elektronik Pembelajaran Matematika, Vol.4, No.7, hal 622-632
Maulana. (2017). Konsep Dasar Matematika dan Pengembangan Kemampuan Berpikir
Kritis-Kreatif. Sumedang: UPI Sumedang Press.
Noor, J. (2011). Metodologi Penelitian. Jakarta: Prenada Media Group.
Rini, D. S., Adisyahputra, & Sigit, D. V. (2020). Boosting Student Critical Thinking
Ability through Project Based Learning, Motivation and Visual, Ecosystem Topic.
Universal Journal of Educational Research, 8(4A): 37-44.
Rizaldi, D. R., Doyan, A., Makhrus, Fatimah, Z., & Pineda, C. I. (2021). The Relationship
Between Learning Style and Critical Thinking Skills in Learning Kinetic Theory of
Gases. Journal of Science and Science Education, 2(2), 72-76.
Rokhimah, S., & Rejeki, S. (2018). Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Berdasarkan Gaya
Belajar pada Pembelajaran Dengan Model 4K . Jurnal Penelitian Didaktik
Matematika, Vol. 2, No. 1, 1-13
Samsudin, D., & Hardini, T. I. (2019). The Influence Of Learning Styles And
Metacognitive Skills On Students’ Critical Thinking In The Context Of Student
Creativity Program. International Journal of Education, Vol. 11, No. 2, pp. 117-
124.
Sirait, E. D. (2016). Pengaruh Minat Belajar Terhadap Prestasi Belajar Matematika .
Jurnal Formatif, 6(1), 35-43.
Sugiyono. (2016). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta.
Sundari, S., Subali, B., & Marwoto, P. (2018). Analisis Berpikir Kritis Peserta Didik pada
Materi Gerak Benda dan Makhluk Hidup. Jurnal Penelitian Pendidikan Sains
(JPPS).

Satya Widya | 139


Analisis Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Kelas VIII SMP Kristen Payeti dalam...

Syahputra, E. (2020). Snowball Throwing Tingkatkan Minat dan Hasil Belajar. Benteng:
Haura.
Tiffani, H. (2015). Profil Proses Berpikir Siswa SMP dalam Menyelesaikan Soal
Perbandingan Berdasarkan Gaya Belajar dan Gaya Kognitif. JurnalKependidikan
Dasar. Vol 1, No.1, 7-2.
Ulva, E. (2018). Profil Kemampuan Berpikir Kritis Matematis Siswa SMP Negeri Pada
Materi Sistem Persamaan Linier Dua Variabel (SPLDV) . Jurnal Pendidikan
Tambusai, Vol. 2, No. 5, hal. 944-952.
Wiedarti, P. (2018). Pentingnya Memahami Gaya Belajar. Jakarta: Kemendikbud.
Yanwar, A., & Fadila, A. (2019). Analisis Kemampuan Berpikir Kritis Matematis :
Dampak Pendekatan Saintifik ditinjau dari Kemandirian Belajar. Jurnal
Matematika, 2(1), 9-22.

140 | Satya Widya

Anda mungkin juga menyukai