Oleh: Lisa
Dosen Jurusan Tadris Matematika FTIK IAIN Lhokseumawe
E-mail: lisa_pim@yahoo.com
Abstrak
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui peningkatan
kemampuan berpikir kritis antara siswa yang pembelajarannya
menggunakan pembelajaran matematika realistik lebih baik daripada
pembelajaran biasa dan interaksi antara pendekatan pembelajaran dan
kemampuan awal matematika terhadap peningkatan kemampuan berpikir
kritis matematik. Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kleas VII SMP
Negeri Lhokseumawe dengan sampel adalah SMP Negeri 6 dan SMP
Negeri 8 Lhokseumawe berjumlah 105 siswa. Instrumen penelitian dengan
menggunakan tes kemampuan awal matematika (KAM) dan tes kemampuan
berpikir kritis matematik. Analisis data yang digunakan adalah uji-t dan
ANOVA dua jalur. Berdasarkan hasil analisis diperoleh hasil penelitian
peningkatan kemampuan berpikir kritis antara siswa yang pembelajarannya
menggunakan pendidikan matematika realistik lebih baik daripada
pembelajaran biasa dan tidak terdapat interaksi antara pendekatan
pembelajaran dan kemampuan awal matematika terhadap peningkatan
kemampuan berpikir kritis. Salah satu pendekatan pembelajaran yang
dapat mempengaruhi kemampuan berpikir kritis matematik siswa ke arah
yang lebih baik adalah pendekatan matematika realistik.
Abstract
The purpose of this study was to determine the increase in critical thinking
skills among students who are learning using realistic mathematical
learning is better than ordinary learning and interaction between teaching
approaches and early math skills to increase mathematical skills of critical
thinking. The population in this study is kleas VII Junior High School
A. PENDAHULUAN
Pendidikan merupakan sistem proses perubahan menuju
pendewasaan, pencerdasan dan pematangan diri. Dengan kegiatan tersebut
diharapkan mampu mengubah dan mengembangkan diri menjadi semakin
dewasa, cerdas dan matang. Hal ini sesuai dengan isi Undang-Undang No.
20 Tahun 2003 dalam Sanjaya (2006) tentang Sistem Pendidikan Nasional
yang menyatakan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk
mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik
secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan
spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak
mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya dan masyarakat.
Hal di atas dapat dikembangkan melalui pembelajaran matematika,
karena kemampuan-kemampuan tersebut tidak lain adalah merupakan
tujuan dari pelajaran matematika itu sendiri sebagaimana yang dinyatakan
oleh Pusat Kurikulum (Depdiknas, 2003) tujuan umum pembelajaran
matematika sekolah adalah (1) melatih cara berpikir dan bernalar dalam
menarik kesimpulan, misalnya melalui kegiatan penyelidikan, eksplorasi,
eksperimen, menunjukkan kesamaan, perbedaan, konsisten, dan
inkonsistensi, (2) mengembangkan aktivitas kreatif yang melibatkan
imajinasi, intuisi dan penemuan dengan mengembangkan pemikiran
divergen, orisinal, rasa ingin tahu, membuat prediksi dan dugaan, serta
mencoba-coba, (3) mengembangkan kemampuan pemecahan masalah, dan
(4) mengembangkan kemampuan menyampaikan informasi atau
B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan uraian diatas yang menjadi rumusan masalah dalam
penelitian ini adalah :
C. METODE PENELITIAN
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VII SMPN di
kota Lhokseumawe. Sampel diambil secara acak terpilih SMPN 6 LSM
kelas VII-2 (Pembelajaran biasa) dan VII-3 (PMR) sedangkan SMPN 8
LSM kelas VII-3 (Pembelajaran biasa) dan VII-4 (PMR). Penelitian ini
menggunakan jenis instrumen berupa tes yaitu untuk mengukur kemampuan
berpikir kritis, hasil uji coba untuk kemampuan berpikir kritis 5 butir soal
dinyatakan valid dengan nilai reliabilitas tes sebesar 0,740 (reliabilitas
tinggi).
Penelitian ini merupakan penelitian quasi-eksperimen (quasi
experiment) dengan rancangan kelompok pretes-postes kontrol, oleh karena
itu pelaksanaannya menggunakan siswa kelompok eksperimen
menggunakan pendekatan matematika realistik dan kelompok kontrol
menggunakan pembelajaran biasa. Dalam penelitian ini melibatkan dua
jenis variabel: variabel bebas yaitu pendidikan matematika realistik dan
pembelajaran biasa, variabel terikat yaitu kemampuan berpikir kritis
matematik, dan variabel kontrol yaitu kemampuan awal matematika siswa
dalam kelompok tinggi, sedang dan rendah.
Data yang diperoleh dari skor kemampuan berpikir kritis matematik
dikumpulkan. Pengolahan data diawali dengan menghitungan gain
ternormalisasi (normalized gain) pretes dan postes. Menurut Meltzer
(2002), yaitu :
skor postes skor pretes
N Gain
skor maksimal ideal skor pretes
Kriteria interpretasinya adalah : N-Gain – tinggi jika g > 0,7, N-Gain –
sedang jika 0,3 < g ≤ 0,7, dan N-Gain – rendah jika g ≤ 0,3 .
D. HASIL PENELITIAN
Sebelum dilakukan uji hipotesis, terlebih dahulu dilakukan uji
prasyarat yang meliputi Uji normalitas data N-Gain skor kemampuan
berpikir kritis matematik menggunakan uji normalitas (Kolmogorov-
Smirnov) yang diolah dengan software SPSS 16,0 Statistics, Data N-Gain
kemampuan berpikir kritis pada kelas dengan PMR menunjukan sig 0,200 >
0,05. Hal ini berarti H0 yang menyatakan data N-Gain kemampuan berpikir
kritis pada kelas dengan PMR berdistribusi normal secara signifikan
diterima.
Uji homogenitas nilai sig. 0,151 > 0,05 maka H0 diterima. Artinya
dengan signifikan, H0 yang menyatakan varians data N-Gain kemampuan
berpikir kritis matematik siswa yang mendapat PMR dan siswa yang
mendapat pembelajaran biasa homogen diterima secara signifikan. Karena
data N-Gain kemampuan berpikir kritis matematik siswa yang mendapat
PMR dan siswa yang mendapat pembelajaran biasa berdistribusi normal dan
memiliki variansi yang homogen, maka pengujian peningkatan perbedaan
rata-rata kemampuan berpikir kritis dilakukan dengan menggunakan uji-t.
berpikir kritis matematik siswa. Dengan kata lain, tidak terdapat pengaruh
secara bersama yang diberikan oleh pendekatan pembelajaran dan KAM.
Lebih jelasnya, interaksi antara pendekatan pembelajaran dan kemampuan
awal matematika siswa terhadap peningkatan kemampuan berpikir kritis
matematik siswa, disajikan pada Gambar 1 berikut :
E. PEMBAHASAN
Pendekatan PMR dan pembelajaran biasa mengalami peningakatan
N-Gain kemampuan berpikir kritis matematik siswa. Siswa yang mendapat
pendekatan PMR memperoleh rata-rata peningkatan kemampuan berpikir
kritis dengan kategori sedang (0,3 < g ≤ 0,7) lebih besar daripada siswa
yang mendapat pembelajaran biasa degan rata-rata dalam kategori rendah (g
≤ 0,3).
Dalam peningkatan kemampuan berpikir kritis matematik dalam
pembelajaran matematika, penelitian ini menggunakan pendekatan PMR.
Tahapan yang dilakukan dalam PMR, diawali dengan pemberian masalah
kontektual, memberi kesempatan kepada siswa untuk memahami dan
menyelesaikan masalah kontektual secara individu atau kelompok,
kemudian mendiskusikan hasil sebagai refleksi. Pembelajaran matematika
realistik dalam proses pembelajarannya ada prinsip reinvention, hal ini
menunjukkan bahwa matematika itu tidak diberikan kepada siswa sebagai
sesuatu yang sudah jadi, melainkan siswa harus mengkonstruk atau
menemukan konsep-konsep melalui penyelesaian masalah-masalah
kontektual yang realistik bagi anak. Proses pembelajaran dari situasi nyata,
kemudian mengorganisasikan, menyusun masalah, mengindentifikasi aspek-
aspek masalah secara matematik dan kemudian melalui interaksi diharapkan
siswa menemukan konsep matematik itu sendiri, yang nantinya dapat
mengaplikasikannya dalam masalah dan situasi yang berbeda. Dengan
demikian, proses belajar matematika berlangsung dalam interaksi
lingkungan sosial.
Pembelajaran dilakukan dengan cara diskusi kelompok yang
beranggotakan lima sampai enam orang. Hal ini dilakukan dengan tujuan
mengaktifkan siswa secara interaktif dalam kelompok, memudahkan
peneliti/pengajar dalam memberi bantuan melalui bentuk pertanyaan-
pertanyaan (scaffolding), dan menumbuhkan pengetahuan siswa. Langkah
pertama dalam pembelajaran matematika realistik di penelitian ini adalah
memberikan masalah kontektual berupa masalah kepada siswa. Masalah
tersebut dapat berupa latihan, pembentukan atau penemuan konsep,
prosedur atau strategi penyelesaian nonrutin. Jika siswa tidak mampu
mengaitkan konsep-konsep matematika sebelumnya dengan informasi yang
terdapat dalam masalah, maka guru dapat memberikan bantuan secara tidak
langsung , yaitu dengan memberikan pertanyaan-pertanyaan berupa
scaffolding kepada siswa, sehingga terjadi interaksi antara siswa dengan
guru, siswa dengan siswa, atau siswa dengan konteks masalah. Fungsi guru
F. PENUTUP
Peningkatan kemampuan berpikir kritis matematik siswa antara
siswa yang pembelajarannya menggunakan pendekatan matematika realistik
lebih baik dari pada pembelajaran biasa. Siswa yang diajar dengan
G. DAFTAR PUSTAKA
Depdiknas, (2003), Kurikulum 2004 Standar Kompetensi Sekolah
Menengah Pertama dan Madrasah Tsanawiyah; Mata Pelajaran
Matematika. Jakarta: Depdiknas
Ennis, R, H. (1996), Critical Thinking. New Jersey: Prentice-Hall Inc.
Freudenthal, (1991), Revisiting mathematics education. Dordrecht: Kluwer
A.P.
Gravemeijer, K, (1994), Developing Realistic Mathematics Education,
Utrecht: Freudenthal Institute.
Hadi, S, (2005), Pendidikan Matematika Realistik dan Implementasinya,
Banjarmasin
Meltzer, D.E. (2002), The Relationship between Mathematics Preparation
and Conceptual Learning Gains in Physics : a Possible “ Hidden