Anda di halaman 1dari 6

See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.

net/publication/333159993

ANALISIS BERPIKIR KREATIF SISWA DALAM MENYELESAIKAN MASALAH


MATEMATIKA

Research Proposal · May 2019


DOI: 10.13140/RG.2.2.36315.00800

CITATION READS

1 739

5 authors, including:

Lifia Humairah
State University of Medan
1 PUBLICATION 1 CITATION

SEE PROFILE

All content following this page was uploaded by Lifia Humairah on 17 May 2019.

The user has requested enhancement of the downloaded file.


ANALISIS BERPIKIR KREATIF SISWA DALAM
MENYELESAIKAN MASALAH MATEMATIKA

Lifia Humairah

Universitas Negeri Medan

Email : lifiahumairah16@gmail.com

Abstrak

Berpikir kreatif dalam matematika dan dalam bidang lainnya merupakan bagian
keterampilan hidup yang perlu dikembangkan terutama dalam menghadapi era informasi
dan suasana bersaing semakin ketat. Kemampuan berpikir kreatif sangat diperlukan
dalam kehidupan di era globalisasi dan era perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi yang diwarnai dengan keadaan yang selalu berubah, tidak pasti, dan kompetitif.
Adapun tujuan dari penelitian ini untuk membahas tentang definisi berpikir kreaif,
pendapat para ahli, ciri-ciri berpikir kreatif, menganalisis kemampuan komunikasi dan
kemampuan berfikir kreatif siswa dalam pemecahan masalah menyelesaikan soal
matematika.

Kata Kunci : Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis dan Pemecahan Masalah

PENDAHULUAN

Matematika merupakan salah satu ilmu dasar yang memegang peranan penting
dalam perkembangan ilmu pengetahan dan teknologi (IPTEK). Oleh sebab itu, dalam
dunia pendidikan matematika dipelajari oleh semua siswa, mulai dari jenjang sekolah
dasar, sekolah menengah, bahkan sampai pada jenjang perguruan tinggi.

Matematika dengan berbagai perannya menjadikannya ilmu yang sangat penting


dan salah satu peran matematika adalah sebagai alat berpikir untuk mengantarkan siswa
memahami konsep matematika yang sedang dipelajari. Hal yang perlu dikembangkan
dalam pembelajaran matematika adalah 1) penguasaan konsep matematika; 2)
kemampuan pemecahan masalah; 3) keterampilan penalaran dan komunikasi; 4)
kemampuan berpikir kreatif dan inovatif.

Untuk menunjukkan bahwa siswa menguasai matematika ditandai dengan proses


pembelajaran dan hasil belajar matematika yang baik. Salah satu yang menyebabkan hasil
belajar yang baik adalah guru harus mempunyai strategi pembelajaran yang tepat seperti
dinyatakan oleh Soejadi (dalam Zuhrinurwati, 2005:5) bahwa betapapun tepat dan
benarnya bahan ajar matematika yang telah ditetapkan belum menjamin tercapainya
tujuan pendidikan, dan salah satu faktor penting untuk mencapai tujuan itu adalah proses
pembelajaran yang lebih menekankan pada keterlibatan siswa secara optimal. Sehingga
model pembelajaran bukan semata-mata hanya menyangkut kegiatan guru mengajar, akan
tetapi juga menitik beratkan pada aktifitas belajar siswa, serta tidak hanya membuat guru
aktif memberikan penjelasan saja, tetapi juga membantu siswa jika ada kesulitan dalam
belajar, membimbing diskusi agar dapat membantu membuat kesimpulan yang benar.
Kemampuan untuk memecahkan masalah adalah jantung matematika, visualisasi
merupakan inti pemecahan masalah matematika. Visualisasi adalah kemampuan untuk
melihat dan memahami situasi masalah. Pada dasarnya siswa sangat membutuhkan
pembelajaran yang menarik, inovatif, dan menyenangkan. Guru memicu visualisasi dan
dapat berimprovisasi. Kesulitan yang dialami siswa dalam belajar matematika dan
rendahnya hasil yang diperoleh dapat disebabkan karena metode pembelajaran tidak
sesuai dengan materi ajar dan kemampuan peserta didik. Pembelajaran yang
memaksimalkan pemikiran siswa dapat membangun karakter positif (Surya, 2010)

TINJAUAN TEORI

Berfikir kreatif memuat aspek ketrampilan kognitif, afektif, dan metakognitif.


Keterampilan kognitif tersebut antara lain kemampuan : mengidentifikasi masalah dan
peluang, menyusun pertanyaan yang baik dan berbeda, mengidentifikasi data yang
relevan dan yang tidak relevan, masalah dan peluang yang produktif; menghasilkan
banyak idea yang baru (originality), memeriksa dan menilai hubungan antara pilihan dan
alternative, mengubah pola fikir dan kebiasaan lama, menyusun hubungan baru,
memperluas dan memperbaharui rencana atau idea. Kemampuan berpikir kreatif sangat
diperlukan dalam kehidupan di era globalisasi dan era perkembangan ilmu pengetahuan
dan teknologi yang diwarnai dengan keadaan yang selalu berubah, tidak pasti, dan
kompetitif.
Dalam pembelajaran matematika kemampuan berpikir kreatif siswa harus
dikembangkan. Evans (1991:98) mengemukakan bahwa berpikir kreatif terdeteksi dalam
empat unsur yaitu: kepekaan (sensitivity), kelancaran (fluency), keluwesan (flexibility),
dan keaslian (originality). Kepekaan terhadap suatu situasi masalah menyangkut
kemampuan mengidentifikasi adanya masalah, mampu membedakan fakta yang tidak
relevan dengan masalah termasuk membedakan konsep-konsep yang relevan mengenai
masalah yang sebenarnya. Kepekaan ini termasuk juga apa yang dirasakan seseorang
sehubung-an dengan masalah serta tantangan yang diberikaan oleh guru. Kepekaan dapat
memicu individu untuk meneruskan upaya melakukan observasi, eksplorasi, sehingga
dapat memunculkan gagasan-gagasan. Kelancaran merupakan kemampuan untuk
membangun banyak ide secara mudah.

Dalam kemampuan berpikir kreatif, kreativitas adalah jalan menuju kemampuan


itu. Jika seseorang memiliki kreativitas tinggi maka itu membuktikan bahwa ia memiliki
kemampuan untuk berpikir kreatif. Seperti yang dinyatakan oleh Munandar (2009)
menyatakan bahwa kreativitas adalah kemampuan umum untuk menciptakan sesuatu
yang baru, karena kemampuan untuk memberikan ide baru yang bisa diterapkan pada
pemecahan masalah, atau sebagai kemampuan untuk mengetahui hubungan antara unsur
yang sudah ada.

Hasil dan Pembahasan

Penelitian ini adalah penelitian deskriptif kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan


bahwa : tingkat kemampuan berpikir kreatif matematis berada pada tingkat kemampuan
berpikir kreatif 'sedang'; pada tahap persiapan, siswa telah mempersiapkan diri untuk
menyelesaikan masalah dengan belajar berpikir, mencari jawaban; pada tahap inkubasi,
mencari dan mengumpulkan data / informasi; pada tahap iluminasi, memunculkan ide-ide
baru; sampai pada tahap verifikasi / evaluasi; Analisis kesulitan proses berpikir kreatif
matematis dalam penelitian ini adalah kesulitan dalam menerapkan prinsip dan
pemecahan masalah.

Proses berpikir kreatif matematis dijelaskan berdasarkan proses pembelajaran


yang diterapkan menggunakan PBL. Pada saat belajar, dilatih, dan dibiasakan, bahkan
diolah proses berpikir kreatif matematis. Ternyata siswa semakin mampu berpikir untuk
mencari jawaban dengan berbagai jawaban. Pertama, siswa dengan lancar menjawab
pertanyaan dengan membagi persegi menjadi dua persegi panjang, kemudian diberi
perancah untuk membagi persegi menjadi dua segitiga. Proses mencoba membiasakan
diri sehingga siswa menemukan cara untuk membagi alun-alun dengan bantuan setengah
lingkaran.

Dengan demikian, berdasarkan tahapan proses berpikir kreatif matematis,


disimpulkan bahwa siswa telah mempersiapkan diri untuk menyelesaikan masalah dengan
belajar berpikir, mencari jawaban, bertanya kepada orang-orang dan seterusnya (tahap
persiapan). Aktivitas dengan mencari dan mengumpulkan data / informasi (tahap
inkubasi), memunculkan ide baru (tahap iluminasi), hingga aktivitas siswa terisi dengan
baik (tahap verifikasi / evaluasi).

Pentingnya proses berpikir kreatif matematika perlu ditinjau dari berbagai


kesulitan dalam pembelajaran matematika. Sebagai penelitian yang berfokus pada
tinjauan literatur dari tahun 2004 hingga 2014 dengan pencarian lebih dari 110 studi
penelitian mengenai pemecahan masalah kreatif. Selain itu, pembelajaran melalui
kurikulum harus dapat berpikir tingkat tinggi (Skema Berpikir Tingkat Tinggi) yang
mencakup 4C yaitu Kolaboratif, Komunikatif, Critis, dan Kreatif. Dengan terbiasa
berpikir kreatif terutama dalam matematika mencapai tingkat berpikir yang baik sehingga
dapat mengurangi kesulitan belajar siswa.

Kesulitan belajar adalah kondisi yang menciptakan hambatan dalam proses


belajar seseorang. Kesulitan belajar matematika siswa ditunjukkan dengan adanya
hambatan tertentu untuk mencapai hasil belajar, sehingga pada akhirnya dapat mengarah
pada prestasi belajar yang dicapai secara berbeda di bawah yang semestinya. Analisis
kesulitan dalam menyelesaikan masalah cerita dapat terjadi karena kesulitan dalam
memahami masalah, kesulitan merencanakan penyelesaian, kesulitan melakukan
penyelesaian masalah, dan kesulitan membuat kesimpulan dari jawaban. Guru yang
sukses dapat dengan mudah mengeksplorasi kemampuan, nilai / sikap, dan minat siswa
mereka. Dengan demikian guru akan dapat menyelaraskan atau memodifikasi kegiatan
sehingga siswa dapat memahami bahan ajar (materi persegi panjang) yang dikembangkan
oleh guru untuk mencapai kompetensi yang diharapkan. Jika pasien tidak sehat, atau
siswa mengalami hambatan, maka pertama kali diketahui, guru harus melihatnya sebagai
masalah yang harus dipecahkan. Kegagalan siswa tidak harus dipandang sebagai hal biasa
dalam matematika. Dorongan guru untuk menyelesaikan masalah siswa adalah salah satu
elemen dalam pengembangan profesional guru.
Kesulitan memecahkan masalah cerita berkaitan dengan berpikir kreatif
matematis siswa yang berkelanjutan dengan pemahaman objek matematika. Dalam
memahami masalah siswa sudah memahami fakta dan konsep matematika tetapi siswa
belum bekerja sesuai dengan pedoman berpikir kreatif matematika. Misalnya: sudah
dijawab dengan benar walaupun hanya satu arah. Dalam merencanakan penyelesaian
siswa menggunakan konsep mabuk sehingga siswa membiarkan untuk tidak sampai ke
proses berpikir kreatif matematika yang lebih baik. Siswa hanya sampai pada pemahaman
yang mengetahui fakta, konsep, dan prinsip tetapi tidak bisa menguraikan sehingga harus
dibiasakan berinteraksi dengan teman-teman sehingga kelompok anak-anak dapat
menyelesaikan dengan cara kerja sama. Ini sesuai dengan pernyataan bahwa "... siswa
seharusnya tidak hanya tahu konsep dan prosedur matematika dibuat dan digunakan".

Pada kesulitan melaksanakan perencanaan pemecahan masalah siswa tidak dapat


memahami asal-usul suatu prinsip sehingga tidak dapat menyelesaikan masalah dari sudut
yang berbeda. Contoh: tahu tentang rumus pencarian keliling dan layar lebar yang
tersebar bahkan keliling dan luas lingkaran tetapi tidak semua bisa membagi dua kotak
menjadi dua bagian yang sama luasnya yaitu persegi panjang, segitiga, atau
dikombinasikan dengan lingkaran. Siswa tahu apa rumusnya dan menggunakannya, tetapi
tidak tahu di mana atau dalam konteks apa prinsip itu digunakan. Sementara dalam
kesulitan kesimpulan jawabannya terlihat ketika siswa mengembalikan jawaban. Siswa
mungkin tidak lancar menggunakan operasi atau prosedur karena pengetahuan yang tidak
lengkap yang menghambat kemampuan siswa untuk memecahkan masalah matematika,
sementara pelajaran berlanjut secara bertahap. Faktor-faktor yang menyebabkan kesulitan
belajar siswa sangat bervariasi. Tidak semua faktor dibahas dalam penelitian ini, tetapi
lebih cenderung untuk meninjau beberapa kesalahan siswa dalam memecahkan masalah
matematika, terutama kemampuan berpikir kreatif matematika siswa untuk menciptakan
tingkat berpikir kreatif matematika.

Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis dan diskusi diperoleh beberapa kesimpulan sebagai berikut:
tingkat kemampuan kreatif matematis 50 siswa dengan kemampuan berpikir kreatif
'sangat rendah' sebanyak 38%, kemampuan berpikir kreatif 'rendah' sebanyak 4%, '
kemampuan berpikir kreatif sedang sebanyak 42%, kemampuan berpikir kreatif 'tinggi'
sebanyak 12%, dan kemampuan berpikir kreatif 'sangat tinggi' sebanyak 4%. Setelah
proses jawaban siswa dijelaskan, disimpulkan bahwa siswa telah mempersiapkan diri
untuk menyelesaikan masalah dengan belajar berpikir, dan mencari jawaban (fase
persiapan), mencari dan mengumpulkan data / informasi (fase inkubasi), menciptakan
ide-ide baru (iluminasi) fase) dan pembelajaran berjalan dengan lancar (fase verifikasi /
evaluasi). Analisis kesulitan dalam proses berpikir kreatif matematis dalam
menyelesaikan masalah terkait dengan tes kemampuan berpikir kreatif matematika siswa
terjadi karena kesulitan dalam memahami masalah, kesulitan perencanaan penyelesaian,
kesulitan penyelesaian masalah, dan sulitnya membuat kesimpulan dari jawabannya. Jadi
secara umum, kesulitan dalam proses berpikir kreatif matematis dalam penelitian ini
adalah kesulitan dalam menerapkan prinsip dan merinci penyelesaian masalah.
Daftar Pustaka

Nasution, P. R., Surya, E. dan Syahputra, E. Perbedaan Peningkatan Kemampuan


Berpikir Kreatif Matematis dan Kemandirian Belajar Siswa pada Pembelajaran
Berbasis Masalah dan Pembelajaran Konvensional di SMPN 4 Padangsidempuan.
Jurnal Paradikma, Vol. 8, Nomor 3, Desember 2015.
Zuhrinurwati,. (2005). Strategi Pembelajaran Metode Perumusan Untuk Meningkatkan
Aktivitas Siswa Dalam Pembelajaran Matematika Siswa Kelas IX MTS Negeri
Pekan Baru, Skripsi, Pekan Baru, FKIP University Riau
Purba.,E.,P., dkk, 2017, Analysis of the Difficulties of the Mathematical Creative

Thinking Process in the Application of Problem Based Learning Model,

Advances in Social Science, Education and Humanities Research, volume 104,

halaman : 265-268

Surya, E.. (2010). Visual Thinking dalam Memaksimalkan Pembelajaran Matematika


Siswa Dapat Membangun Karakter Bangsa, Jurnal ABMAS, Media Komunikasi
dan Informasi Pengabdian Kepada Masyarakat, Tahun 10, Nomor 10
Oktober 2010.
Munandar, U. 2009. Perkembangan Kreativitas anak berbakat. Jakarta: Rineka Cipta.

Evans, J.R. 1991. Creative Thinking in the Decision and Management Scince. USA:

South-Western Publishing Co.

Surya.,E,2014, Memicu Visualisasi dan Kreativitas dalam Pembelajaran Matematika

Membentuk Karakter Positif Siswa,Jurnal Tematik, volume 4, nomor 2,

halaman : 130-144

View publication stats

Anda mungkin juga menyukai