Anda di halaman 1dari 6

See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.

net/publication/333043924

ANALISIS KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF

Research Proposal · May 2019


DOI: 10.13140/RG.2.2.36623.02725

CITATION READS
1 662

1 author:

Angela Dinaro Silalahi


State University of Medan
1 PUBLICATION   1 CITATION   

SEE PROFILE

Some of the authors of this publication are also working on these related projects:

Analisis Kemampuan Berpikir kreatif View project

All content following this page was uploaded by Angela Dinaro Silalahi on 18 May 2019.

The user has requested enhancement of the downloaded file.


ANALISIS KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF
Angela Dinaro Silalahi
e-mail: angela21@mhs.unimed.ac.id

ABSTRAK

Berpikir kreatif merupakan salah satu kemampuan yang harus dimiliki siswa. Geometri merupakan salah
satu bidang penting dari matematika yang memiliki efek penting pada pengembangan keterampilan
berpikir kreatif siswa dalam pembelajaran matematika. Kemampuan berpikir kreatif siswa perlu
dikembangkan melalui pembelajaran matematika. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan tingkat
kemampuan berpikir kreatif mahasiswa pendidikan matematika ditinjau dari gaya belajarnya. Subjek
terdiri dari 2 mahasiswa masing-masing memiliki gaya belajar yang berbeda . Gaya belajar yang
digunakan ialah gaya belajar visual dan kinestetik. Pengumpulan data menggunakan pedoman wawancara
. Wawancara berupa tanya- tanya Soal tes berbentuk open-ended pada materi geometri jarak dalam ruang
dimensi tiga. Hasil penelitian menunjukkan bahwa subjek dengan gaya belajar kinestetik tergolong
kurang kreatif. Perbedaan gaya belajar dapat digunakan dalam memetakan kemampuan berpikir kreatif
mahasiswa. Jadi semakin tinggi kemampuan awal siswa maka tingkat kemampuan berpikir kreatifnya
cenderung tinggi, demikian juga semakin rendah kemampuan awal siswa maka tingkat kemampuan
berpikir kreatifnya cenderung rendah.

Kata kunci: geometri, tingkat kemampuan berpikir kreatif, kemampuan awal.

1
PENDAHULUAN

Kemampuan berpikir kreatif tersebut dapat diwujudkan salah satunya melalui pembelajaran
matematika di sekolah. Para peserta didik dituntut untuk memiliki kemampuan tersebut agar mereka lebih
memiliki kecakapan dalam menyelesaikan permasalahan matematika yang mungkin mereka temui dalam
kehidupan sehari-hari.Matematika di sekolah mendorong siswa untuk mengembangkan kemampuan
berpikir logis, analitis, sistematis, kritis, dan kreatif, serta kemampuan bekerjasama (Permendiknas 2006:
No. 22). Kemampuan berpikir kreatif dapat diukur dengan beberapa kriteria. Silver (1997)
mengemukakan bahwa untuk menilai kemampuan berpikir kreatif terdapat tiga komponen kunci yang
dinilai dalam berpikir kreatif yaitu kefasihan (fluency), keluwesan (flexiblity) dan kebaruan (novelty).

Kebijakan Nasional tentang Pendidikan menyatakan bahwa matematika merupakan salah satu
mata pelajaran inti untuk ditawarkan ke semua siswa sampai pada level tersier pendidikan. Hal ini
dikarenakan matematika secara langsung dapat mempengaruhi perkembangan pola pikir peserta didik
agar lebih logis, dan sistematis. Berdasarkan Undang-undang (UU) Nomor 22 Tahun 2006, pendidikan
nasional bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman,
bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan
menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggungjawab.

Kemampuan-kemampuan tersebut harus dimiliki dan dikembangkan oleh siswa utamanya


kemampuan berpikir kreatif guna menghadapi dunia yang selalu berubah dan kompetitif. Menurut
Coleman dan Hammen (Siswono 2010: 7), berpikir kreatif adalah pola yang mampu menghasilkan
metode baru, konsep baru, pemahaman baru, penemuan baru, dan karya baru .

Sementara Munandar (2009: 25) mengartikan berpikir kreatif sebagai kemampuan umum untuk
menciptakan sesuatu yang baru, sebagai kemampuan untuk memberikan gagasan-gagasan baru yang
dapat diterapkan dalam pemecahan masalah. Jadi berpikir kreatif adalah suatu kemampuan dalam
menemukan ide atau gagasan baru yang dapat digunakan dalam menyelesaikan masalah.

METODE PENELITIAN

Metode yang digunakan itu diambil dari beberapa riset kepustakaan yang ada.

PEMBAHASAN

Berdasarkan yang telah dilakukan maka dapat dilihat bahwa, semua subjek dapat memenuhi ketiga
aspek berpikir kreatif yaitu kelancaran, keluwesan, dan keaslian. Mereka dapat membuat berbagai macam
cara pengerjaan pada setiap soal Peneliti juga menemukan bahwa terdapat perbedaan kemampuan berpikir
kreatif dari subjek dengan gaya belajar yang berbeda meskipun dengan kemampuan matematika yang
relatif sama. Kemampuan kreatif matematis merupakan proses berpikir untuk menganalisis argumen dan
memunculkan gagasan terhadap tiap makna untuk mengembangkan pola pikir secara logis yang harus
dikembangkan oleh guru dalam pembelajaran.

(Munandar, 2003: 13) menjelaskan bahwa perkembangan optimal dari kemampuan berpikir kreatif
berhubungan erat dengan cara mengajar. Dalam suasana non-otoriter, ketika belajar atas prakarsa sendiri
dapat berkembang karena guru menaruh kepercayaan terhadap kemampuan anak untuk berpikir dan
berani mengemukakan gagasan baru, dan ketika anak diberi kesempatan untuk bekerja sesuai dengan
minat kebutuhannya, maka kemampuan kreatif dapat tumbuh subur.

2
Menurut Dorst (Maulana, 2013) menyatakan bahwa kemandirian adalah kemampuan seseorang dalam
menyelesaikan masalah-masalah yang dihadapinya dengan sikap yang dewasa. Sehubungan dengan
pendapat sebelumnya, (Maulana, 2013; 35) mengatakan bahwa, “Kemandirian adalah kemampuan
seseorang dalam mewujudkan kehendak dan keinginannya secara nyata dengan tidak bergantung pada
orang lain”. Hasil penelitian ini sejalan dengan teori yang dikemukakan oleh Gagne dkk (1992) yang
menyebutkan bahwa “dalam menyelesaikan pemecahan masalah diperlukan aturan kompleks atau aturan
tingkat tinggi dan aturan tingkat tinggi dapat dicapai setelah menguasai aturan dan konsep terdefinisi
sebelumnya”. Dan hal ini juga sesuai dengan penelitian yang dilakukan Turmudi (2008) yang menyatakan
untuk mencari penyelesaian masalah para siswa harus memanfaatkan pengetahuan mereka sebelumnya,
dan melalui proses ini mereka akan sering mengembangkan pemahaman matematika yang baru. Dan hal
ini juga sesuai dengan penelitian yang dilakukan Syarifah Hanum dan Edy Surya ( 2015) menyatakan
Agar kemampuan berfikir kritis ini dapat di tingkatkan guru harus bisa secara perlahan mengubah
kebiasaan siswa yang berfikir praktis menjadi kebiasaan berfikir kritis dan perlu menjalin kerjasama
antara guru dan siswa dengan baik. Menurut Yee (2002: 4) soal open-ended adalah salah satu cara
penyajian berbagai macam pendekatan yang mungkin untuk menyelesaikan soal atau adanya berbagai
macam kemungkinan jawaban. Jadi Soal open-ended merupakan soal yang dapat digunakan untuk
mengukur tingkat kemampuan berpikir kreatif siswa. Siswa diberikan soal open-ended tujuan utamanya
bukan untuk mendapat jawaban yang benar tetapi untuk mengetahui tingkat kemampuan berpikir
kreatifnya.

Menurut Utari-Sumarno kemampuan pemecahan masalah adalah tujuan pengajaran matematika


bahkan sebagai jantungnya matematika(Rajagukguk, 2011: 428). Hasil survei Utari-Sumarno tentang
Current Situation On Mathematics And Science Education In Bandung yang disponsori oleh JICA
(Rajagukguk, 2011 : 430), menyatakan pemecahan masalah matematika merupakan salah satu kegiatan
matematika yang dianggap penting baik oleh guru maupun siswa disemua tingkat dari SD sampai SMU.
Namun hal tersebut dianggap bagian paling sulit dalam mempelajarinya maupun bagi guru dalam
mengajarinya. Model pembelajaran berbasis masalah dilandasi oleh teori konstrukvisme. (Arens, 2008),
pembelajaran berbasis masalah merupakan suatu pendekatan pembelajaran dimana siswa mengerjakan
permasalahan yang autentik dengan maksud untuk menyusun pengetahuan mereka sendiri,
mengembangkan inkuiri dan keterampilan pikir tingkat lebih tinggi, kemandirian dan kepercayaan.

Dari pendapat Arens tersebut dapat disimpulkan bahwa karakteristik pembelajaran berbasis
masalah yaitu :

1. Memandu siswa untuk bersosialisasi positif dalam pembelajaran


2. Pembelajaran yang berpusat pada siswa dan menuntut keatifan siswa hingga 90%
3. Menciptakan interdisplin ilmu dalam setiap pembahasan masalah.

Indikator Kemampuan Berfikir Kritis Ennis (1985 dalam Costa ed., 1985:54-57) mengungkapkan
kemam-puan berpikir kritis yang dikelom-pokkan ke dalam lima indikator kemampuan, yaitu:

a. Klarifikasi dasar (elementary clari-fication).


b. Memberikan alasan untuk suatu keputusan (the basis for the decison).
c. Menyimpulkan (inference)
d. Klarifikasi lebih lanjut (advanced clarification).
e. Dugaan dan keterpaduan (supposit-ion and integration).

3
PENUTUP

SIMPULAN

Berdasarkan analisis dan pembahasan yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa Subjek
dengan gaya belajar kinekstetik hanya mampu memperlihatkan ketiga indikator dari soal jarak titik ke
garis, sementara soal jarak titik ke bidang dan soal jarak titik ke titk subjek tidak mampu memahami
maksud soal sehingga subjek hanya masuk kedalam tingkat 1 (kurang kreatif). selain itu dalam penelitian
ini ditemukan bahwa keempat subjek mempunyai kecenderungan yang sama dalam menyelesaikan soal
tes kemampuan berpikir kreatif dengan cara phytagoras. Dalam hal ini menunjukkan bahwa terdapat
perbedaan kemampuan berpikir kreatif pada mahasiswa dengan perbedaan gaya belajar meskipun dengan
kemampuan matematika yang relatif sama.

SARAN

Melihat dari penjelasan yang ditunjukkan diatas membuat perlunya dibuat solusi yang baik pada
perlakuan yang diberikan guru saat pembelajaran agar siswa mampu memberikan tingkat kemampuan
berpikir kreatif terbaiknya.

Oleh karena itu, guruperlu mempersiapkan diri untuk memberikan perlakuan yang sesuai
terhadap siswa dengan memperhatikan gaya bealajar siswa, sehingga siswa lebih mampu
mengembangkankan berpikir kreatifnya.

DAFTAR PUSTAKA

Adams, K. (2005). The Sources of Innovation and Creativity. Research Summary and

Ennis, Robert. H. 1985. Goals for a critical thinking curriculum. dalam Developing minds a resource
book for teaching. A. L. Costa (editor). Bab 10. Virginia: ASCD 54 – 57.

Edy Surya dan Syahputra, Edi. 2017. Improving High-Level Thinking Skills by Development of Learning
PBL Approach on the Learning Mathematics for Senior High School Studentsies.cesenet.org
International Education Studies Vol. 10, No. 8.

Eviyanti, Cut Y. & Surya, Edy. “Analysis Mathematical Problem Solving Skills Class Ix Smpn 6
Langsa”. UPI: Jurnal Saung Guru. Vol. VIII No. 3 April. ISSN:2086-7484. 2016.

Hanum Syarifah dan Surya, Edy. 2016. ANALISIS KEMAMPUAN BERFIKIR KRITIS SISWA
KELAS X SMK NEGERI BINAAN PROVINSI SUMATERA UTARA TAHUN AJARAN
2015/2016. Jurnal Sounng Guru. Vol.VIII No.2.

Missouri . USA. Permendiknas, R. I. (2006). No 22 Tahun 2006. Tentang Standar Isi untuk Satiuan
Pendidikan Dasar dan Menengah”. Jakarta: Depdiknas.

Maulana. (2013). Kemandirian belajar guru sekolah dasar (studi deskriptif terhadap guru sd dari enam
kabupaten di jawa barat). Jurnal Mimbar Pendidikan Dasar, Volume 4 Nomor 1) halaman. 34-
40.

4
Munandar, S.C. Utami. (2003). Kreativitas & Keberbakatan. Strategi Mewujudkan potensi kreatif &
Bakat. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.

Munandar, U. 2009. Pengembangan Kreativitas Anak Berbakat. Jakarta : Rineka Cipta. Neils, Fleming.
2012. Teaching and Learning Style: VARK strategies (article).

Novrini, Siagian Pargaulan dan Surya, Edy. 2015. Pengembangan Perangkat Pembelajaran Berorientasi
Problem Based Learning Untuk meningkatkan kemampuan visual Thinking dalam pemecahan
masalah matematis sisa kelas VII. Jurnal: Paradigma jurnal Pendidikan Matematika.

Nasution, R, P., Surya, E., Syahputra, E. (2015). Perbedaan Peningkatan Kemampuan Berpikir Kreatif
dan Kemandirian Belajar Siswa Pada Pembelajaran Berbasis Masalah dan Pembelajaran
Konvensional di SMPN 4 Padang sidimpuan. Jurnal Paradikma. Vol. 8, No. 3.
Silver, Edward A. (1997). “Fostering Creativity through Instruction Rich in Mathematical Problem
Solving and Thinking in Problem Posing”.

Siswono, T . E. Y. 2007. Konstruksi Teoritik Tentang Tingkat Berpikir Kreatif Siswa dalam Matematika.
Jurnal Pendidikan, Forum Pendidikan dan Ilmu Pengetahuan, Volume 2(4) halaman.7.

Siswono, T. E. Y. 2011. Level of student’s creative thingking in Clasroom Mathematics. Educational


Research and Reviews 6(7): 548-553

Edy Surya dan Hasibuan, Hanum. 2016. Analysis Of Critical Thinking Skills Class X Smk Patronage
State North Sumatra Province Academic Year 2016 . Jurna l Saung Guru: Vol 0l. VIII No. 2

View publication stats

Anda mungkin juga menyukai