Anda di halaman 1dari 35

PROPOSAL PENELITAN

ANALISIS KEMAMPUAN PENALARAN SISWA PADA


MATERI RELASI DAN FUNGSI KELAS VIII DI SMPN 1 LOA
KULU TA 2021/2022

Disusun Oleh :

Jihan Savira Agustin

1605045035

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS MULAWARMAN

SAMARINDA

2021
1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Seiring dengan berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi,
kompleksnya masalah kehidupan menuntut sumber daya manusia yang
handal dan berkompetensi dalam persaingan global yang berkembang
begitu pesat dan cepat. Untuk menunjang hal tersebut, diperlukan
kemampuan untuk memperoleh, mengelolah dan memanfaatkan sumber
daya manusia yang handal sehingga dapat bertahan pada keadaan yang
selalu berubah, tidak pasti dan kompetitif. Kemajuan dapat terealisasi
dalam kehidupan ditunjang dengan adanya penguasaan ilmu pengetahuan
dan teknologi di berbagai bidang. Dengan demikian untuk menunjang
penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi tersebut diperlukan
peningkatan mutu pendidikan.
Pendidikan adalah sebagai usaha manusia untuk membina
kepribadiannya sesuai dengan nilai-nilai didalam masyarakat dan
kebudayaan. Pada dasarnya pendidikan laksana eksperimen yang tidak
pernah selesai sampai kapanpun, sepanjang ada kehidupan manusia di
dunia ini. Pendidikan merupakan bagian dari kebudayaan dan peradaban
manusia yang terus berkembang.
Tujuan pendidikan Nasional yang tertera dalam Undang-Undang
RI No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab II, pasal 3
dasar, fungsi dan tujuan adalah untuk mengembangkan kemampuan dan
untuk membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam
rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, dan tujuan untuk
mengembangkan siswa agar menjadi manusia yang beriman, dan bertaqwa
kepada Tuhan dan menjadi warga Negara yang demokratis dan
bertanggung jawab. Kehidupan manusia tidak pernah terlepas dari
matematika.
2

Matematika selain ilmu dasar dalam kehidupan, matematika juga


merupakan ilmu yang memegang peranan penting terhadap perkembangan
ilmu pengetahuan yang lain dan peranan teknologi ( Akbar et.al,2018:144;
Chotimah et. al, 2018;69; Bungsu et.al, 2018;382 ) Matematika dianggap
mata pelajaran yang sangat penting untuk dipelejari, karena matematika
merupakan ratunya ilmu atau induknya ilmu pengetahuan yang lainnya.
( Rahmawati et.al, 2018;345 ).
Pendidikan matematika di sekolah ditujukan agar siswi memiliki
daya nalar yang baik terutama ketika menyelesaikan masalah dalam mata
pelajaran matematika. Wahyudin ( dalam Usniati, 2011 ) menemukan
bahwa salah satu kecenderungan yang menyebabkan siswa gagal
menguasai dengan baik pokok – pokok bahasan dalam matematika yaitu
siswa kurang memahami dan menggunakan nalar yang baik dalam
menyelesaikan soal yang diberikan. Begitu juga dengan pendapat
( Rosnawati,2011 ) yang mengemukakan bahwa rata – rata presentase
yang paling rendah yang dicapai oleh peserta didik Indonesia adalah dalam
dominan kognitif pada level penalaran yaitu 17%.
Padahal kemampuan penalaran menjadi salah satu tujuan dalam
pembelajaran matematika di sekolah yaitu melatih cara berpikir dan
bernalar dalam menarik kesimpulan. Peserta didik harus memiliki
kemampuan menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan
manipulasi matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti, atau
menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika.
Penalaran merupakan suatu kegiatan atau proses berpikir untuk
menarik kesimpulan atau membuat pernyataan baru yang didasarkan pada
pernyataan sebelumnya dan kebenarannya telah dibuktikan. Turmudi
(2008) mengatakan kemampuan penalaran matematis merupakan suatu
kebiasaan otak seperti halnya kebiasaan lain yang harus dikembangkan
secara konsisten menggunakan berbagai macam konteks, mengenai
penalaran dan pembuktian merupakan aspek – aspek fundamental dalam
matematika. Dengan penalaran matematis siswa dapat mengajukan dugaan
3

kemudian menyusun bukti dan melakukan manipulasi terhadap


permasalahan matematika serta menarik kesimpulan dengan benar dan
tepat.
Berkenaan dengan penalaran maka dalam National Council Of
Teacher Of Matgematics ( NCTM, 2000 ) dijelaskan bahwa dalam
pelaksanaan pembelajaran matematika, guru hendaknya harus
memperhatikan lima kemampuan matematis yaitu : 1). Koneksi /
Connections, 2). Penalaran / Reasoning, 3). Komunikasi /
Communications, 4). Pemecahan masalah / Problem Solving,
5).Representasi / Represenatations
Terkait lima hal diatas guru memiliki peranan dalam
menumbuhkan kemampuan penalaran dalam diri siswa baik melalui
metode pembelajaran yang digunakan, maupun dalam bentuk evaluasi
berupa pembuatan soal yang harus mendukung.
SMPN 1 LOA KULU adalah sekolah yang memiliki akreditasi
sangat baik. Hasil wawancara dengan salah satu guru mata pelajaran
matematika yang mengajar kelas VIII, mengatakan bahwa kemampuan
penalaran siswa di Sekolah tersebut pada materi relasi dan fungsi masih
kurang. Banyak terjadi kesalahan dalam menjawab soal tentang materi
relasi dan fungsi karena siswa tidak melakukan penalaran matematis pada
materi tersebut.
Letak ketidaknalaran siswa pada materi ini dapat diketahui dengan
diberikannya tes. Penting adanya analisis kemampuan penalaran siswa
untuk mengetahui letak ketidaknalaran siswa saat mengerjakan soal.
Dengan seperti itu guru dapat memberikan tindakan yang tepat sehingga
mampu mengurangi ketidaknalaran siswa menyelesaikan soal.

Berdasarkan uraian di atas peneliti tertarik untuk melakukan


penelitian tentang kemampuan penalaran matematika siswa pada materi
relasi dan fungsi. Sehingga peneliti merumuskan judul penelitian “Analisis
Kemampuan Penalaran Siswa dalam Pembelajaran Matematika materi
4

Relasi dan Fungsi di Kelas VIII SMPN 1 LOA KULU Tahun Ajaran.
2020/2021”.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka rumusan masalah
dalam penelitian ini adalah :
Bagaimana Kemampuan Penalaran siswa kelas VIII pada materi relasi
dan fungsi di kelas VIII SMPN 1 LOA KULU?

C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan dari rumusan masalah yang di utarakan di atas, maka
tujuan penelitian ini adalah :
Untuk mengetahui dan mendeskripsikan kemampuan penalaran
matematika siswa pada materi relasi dan fungsi di kelas VIII SMPN 1
LOA KULU.

D. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini mempunyai manfaat sebagai berikut :
1. Bagi siswa adalah sebagai bekal pengetahuan agar lebih meningkatkan
kemampuan penalaran matematika untuk menyelesaikan soal – soal
matematika sehingga siswa dapat membentuk sikap logis, kritis,
cermat dan kreatif.
2. Bagi guru adalah sebagai bahan rujukan yang dapat diambil manfaat
dan ide dasar dari pembahasan ini, agar dapat lebih meningkatkan
proses pembelajaran sehingga sesuai dengan kemampuan penalaran
yang dimiliki siswa dalam pelajaran.
3. Bagi peneliti sebagai bahan pemikiran yang lebih mendalam akan
pentingnya penalaran matematika.
5

BAB II

TINJAUN PUSTAKA

A. Analisis

Apa itu analisis? Analisis adalah istilah yang sering digunakan dalam
berbagai bidang ilmu, mulai dari matematika, ekonomi, bisnis, manajemen, sosial,
dan bidang ilmu lainnya. Kata analisis ini cukup sering digunakan apabila akan
melakukan penyelidikan ataupun menelaah suatu karangan, penelitian, penjelasan,
ataupun suatu peristiwa yang terjadi.

a) Apa itu analisi menurut para ahli :

1. Komarudin

Menurut Komarudin, apa itu analisis adalah aktivitas berfikir untuk


menguraikan suatu keseluruhan menjadi komponen-komponen kecil
sehingga dapat mengenal tanda-tanda komponen, hubungan masing-masing
komponen, dan fungsi setiap komponen dalam satu keseluruhan yang
terpadu.

2. Wiradi

Menurut Wiradi, apa itu analisis adalah aktivitas yang memuat


kegiatan memilah mengurai, membedakan sesuatu yang kemudian
digolongkan dan dikelompokkan menurut kriteria tertentu lalu dicari
makna dan kaitannya masing-masing.

3. Robert J. Schreiter

Menurut Robert J. Schreiter, apa itu analisis adalah “membaca” teks


yang melokalisasikan berbagai tanda dan menempatkan tanda-tanda
tersebut dalam interaksi yang dinamis, dan pesan-pesan yang disampaikan.
6

b) Jenis - jenis Analisis

1. Analisis Logika

Analisis logika adalah jenis analisis yang mempunyai rancangan


dengan menjalankan pemecahan sesuatu ke bagian-bagian yang berisi
keseluruhan atas dasar prinsip tertentu. Kondisi tersebut bertujuan untuk
menjelaskan kelompok yang terbentuk sehingga mudah dibedakan.
Analisis logika terbagi menjadi 2 bagian, yaitu Analisis Universal dan
Analisis Dikotomi.

2. Analisis Realis

Analisis realis adalah analisis yang mempunyai rancangan urutan


benda yang berdasarkan pada sifat perwujudan bendanya. Analisis realis
terbagi 2 bagian, yaitu Analisis Esensial dan Analisis aksidential.

c) Fungsi dan Tujuan Analisis

Fungsi analisis pertama adalah mengintegrasikan sejumlah data yang


didapat dari lingkungan tertentu. Sejumlah data yang didapatkan dari sumber
yang berbeda tentunya membutuhkan analisa lebih lanjut agar mendapatkan
kesimpulan dan mendapatkan pemahaman yang lebih terperinci.

Kedua, menetapkan sasaran yang didapat secara spesifik. Fungsi dan


tujuan analisis satu ini tentunya agar data yang telah didapatkan,
pengertiannya lebih spesifik dan mudah dipahami. Terakhir, memilih langkah
alternatif untuk mengatasi masalah dan menetapkan langkah-langkah diantara
yang terbaik untuk mendapati persiapan yang tepat guna sesuai dengan
kebutuhan.

Nah, tujuan dasar analisis adalah mengenali sejumlah data yang didapat
dari populasi tertentu, dalam rangka mendapatkan kesimpulan. Nantinya,
7

kesimpulan tersebut akan digunakan para pelaku analisis untuk menetapkan


kebijakan, mengambil keputusan dalam mengatasi suatu permasalahan.

B. Penalaran

Penalaran memiliki pengertian yang berbeda-beda seperti yang


dikemukaan oleh para ahli dalam Jacob (2003) bahwa penalaran adalah:
“bentuk khusus dari berpikir dalam upaya pengambilan penyimpulan
konklusi yang digambarkan premis (Copi, 1979), simpulan berbagai
pengetahuan dan keyakinan mutakhir (Glass dan Holyoak, 1986),
menstransformasikan informasi yang diberikan untuk menelaah konklusi
(Galloti, 1989)”.
Menurut Suherman dan Winataputra (1993) penalaran adalah
proses berpikir yang dilakukan dengan suatu cara untuk menarik
kesimpulan. Kesimpulan yang diperoleh dari hasil bernalar, didasarkan
pada pengamatan data yang ada sebelumnya dan telah diuji kebenarannya.
Hal ini sejalan dengan pendapat Shadiq (2004) yang mengemukakan
bahwa penalaran adalah suatu proses atau suatu aktifitas berpikir untuk
menarik suatu kesimpulan atau membuat suatu pernyataan baru yang benar
berdasar pada beberapa pernyataan yang kebenarannya telah dibuktikan
atau diasumsikan sebelumnya.

C. Kemampuan Penalaran
Kemampuan penalaran matematis membantu siswa dalam
menyimpulkan dan membuktikan suatu pernyataan, membangun gagasan
baru, sampai pada menyelesaikan masalah – masalah dalam matematika.
Oleh karena itu, kemampuan penalaran matematis harus selalu dibiasakan
dan dikembangkan dalam setiap pembelajaran matematika. Pembiasaan
tersebut harus dimulai dari kekonsitenan guru dalam mengajar terutama
dalam pemberian soal – soal yang non rutin. Turmudi (2008) menyatakan
bahwa penalaran matematis merupakan suatu kebiasaan otak seperti
8

halnya kebiasaan yang lain yang harus dikembangkan secara konsisten


dengan menggunakan berbagai macam konteks.
Secara garis besar penalaran terbagi menjadi dua, yaitu penalaran
deduktif dan penalaran induktif.
Penalaran deduktif merupakan penarikan kesimpulan dari hal yang
umum menuju hal yang khusus berdasarkan fakta-fakta yang ada. Menurut
Pesce (dalam Sumarmo, 1987), penalaran deduktif adalah proses penalaran
dan pengetahuan prinsip atau pengalaman umum yang menuntun kita
memperoleh kesimpulan untuk sesuatu yang khusus. Adapun indikator
kemampuan penalaran matematis menurut Sumarmo (2006) dalam
pembelajaran matematika adalah sebagai berikut:
1. Menarik kesimpulan logis
2. Memberikan penjelasan dengan model, fakta, sifat-sifat, dan hubungan
3. Memperkirakan jawaban dan proses solusi
4. Menggunakan pola dan hubungan untuk menganalisis situasi matematis
5. Menyusun dan mengkaji konjektur
6. Merumuskan lawan Mengikuti aturan inferensi, memeriksa vaiditas
argumen
7. Menyusun argumen yang valid
8. Menyusun pembuktian langsung, tak langsung, dan menggunakan induksi
matematis.
Penalaran induktif merupakan suatu proses berpikir dengan
mengambil suatu kesimpulan yang bersifat umum atau membuat suatu
pernyataan baru dari kasus-kasus yang khusus. Seperti yang dikemukakan
oleh Pierce (Dahlan, 2004), penalaran induksi adalah proses penalaran
yang menurunkan prinsip atau aturan umum dari pengamatan hal-hal atau
contoh-contoh khusus. Sedangkan menurut Copi (Sumarmo, 1987),
penalaran induktif merupakan proses penalaran yang kesimpulannya
diturunkan dari premis-premisnya dengan suatu probabilitas. Sumarmo
(2010) mengemukakan beberapa kegiatan yang tergolong penalaran
induktif yaitu sebagai berikut :
9

a) Transduktif yaitu menarik kesimpulan dari suatu kasus atau sifat khusus
yang satu diterapkan pada kasus yang khusus lainnya.
b) Analogi yaitu penarikan kesimpulan berdasarkan keserupaan data atau
proses.
c) Generalisasi yaitu penarikan kesimpulan umum berdasarkan sejumlah data
yang teramati.
d) Memperkirakan jawaban, solusi atau kecenderungan, interpolasi, dan
ekstrapolasi.
e) Memberi penjelasan terhadap model, fakta, sifat, hubungan, atau pola yang
ada.
f) Menggunakan pola hubungan untuk menganalisis situasi dan menyusun
konjektur.
Berdasarkan beberapa pendapat yang telah diuraikan di atas, maka
kemampuan penalaran yang diteliti dalam penelitian ini adalah:
1. Menyusun dan mengkaji konjektur.
2. Memperkirakan jawaban dan proses solusi.
3. Analogi.
4. Generalisasi.

D. Teori Belajar
Teori belajar yang dapat dijadikan sebagai teori pendukung dalam
penelitian ini adalah teori belajar piaget dan teori belajar gagne.
a. Teori piaget
Piaget merupakan salah satu tokoh teori belajar kognitif
yang dikenal pada abad ke-20. menurut piaget dalam belajar perlu
diciptakan suasana yang memungkinkan terjadinya interaksi
diantara subyek belajar. Menurut Piaget, anak memiliki rasa ingin
tahu bawaan dan secara terus menerus berusaha memahami dunia
di sekitarnya. Rasa ingin tahu ini memotivasi anak secara aktif
membangun tampilan dalam otak anak tentang lingkungan yang
anak hayati. Selain itu perkembangan kognitif anak akan lebih
10

berarti apabila didasarkan pada pengalaman nyata dari pada


bahasa yang digunakan untuk berkomunikasi.

Piaget mengemukakan dalam teorinya bahwa kemampuan


kognitif manusia berkembang menurut empat tahap, dari lahir
sampai dewasa. Tahap-tahap tersebut beserta urutannya berlaku
untuk semua orang, akan tetapi usia pada saat seseorang mulai
memasuki sesuatu tahapan tertentu tidak selalu sama untuk setiap
orang. Keempat tahap tersebut adalah sebagai berikut.

1.a. Tahap Sensori-motor

Tahap sensori-motor berlangsung sejak manusia lahir


sampai berusia sekitar 2 tahun. Pada tahap ini pemahaman anak
mengenai berbagai hal terutama bergantung pada kegiatan
(gerakan) tubuh beserta alat-alat indera.

2.a. Tahap Pra-operasional

Tahap pra-operasional berlangsung dari kira-kira usia 2


tahun sampai 7 tahun. Pada tahap ini, dalam memahami segala
sesuatu anak tidak lagi hanya bergantung pada kegiatan (gerakan)
tubuh atau inderanya, dalam arti, anak sudah menggunakan
pemikirannya dalam berbagai hal. Akan tetapi, pada tahap ini
pemikiran si anak .masih bersifat egosentris; artinya,
pemahamannya mengenai berbagai hal masih terpusat pada
dirinya sendiri.

3.a. Tahap Operasi Konkret

Tahap ini berlangsung kira-kira dari usia 7 sampai 12


tahun. Pada tahap ini tingkat egosentris anak sudah berkurang,
dalam arti bahwa anak sudah dapat memahami bahwa orang lain
mungkin memiliki pikiran atau perasaan yang berbeda dari
dirinya. Dengan kata lain, anak sudah bisa berpikir secara
11

obyektif. Pada tahap ini anak juga sudah bisa berpikir logis
tentang berbagai hal, termasuk hal yang agak rumit, tetapi dengan
syarat bahwa hal-hal tersebut disajikan secara kongkret ( disajikan
dalam wujud yang bisa ditangkap dengan panca indera ).

4.a. Tahap Operasi Formal

Tahap ini berlangsung kira-kira sejak usia 12 tahun ke atas.


Pada tahap ini anak atau orang sudah mampu berpikir secara logis
tanpa kehadiran benda-benda kongkret; dengan kata lain anak
sudah mampu melakukan abstraksi. Akan tetapi, perkembangan
dari tahap operasi kongkret ke tahap ini tidak terjadi secara
mendadak, ataupun berlangsung sempurna. Piaget juga
mengajukan empat konsep pokok dalam menjelaskan
perkembangan kognitif. Keempat konsep tersebut adalah skema,
asimilasi, akomodasi, dan ekuilibrium.

b. Teori Gagne

Robert M. Gagne adalah seorang ahli psikologi yang


banyak melakukan penelitian mengenai fase-fase belajar, tipe-tipe
kegiatan belajar, dan hierarki belajar. Dalam penelitiannya ia
banyak menggunakan materi matematika sebagai medium untuk
menguji penerapan teorinya. Di dalam teorinya Gagne juga
mengemukakan suatu klasifikasi dari objek-objek yang dipelajari
di dalam matematika.

Menurut Gagne kegiatan belajar manusia dapat dibedakan atas 8


jenis antara lain:

i. Belajar Isyarat

Belajar isyarat adalah kegiatan yang terjadi secara


tidak disadari, sebagai akibat dari adanya suatu stimulus
tertentu.
12

ii. Belajar Stimulus-respon

Belajar stimulus-respons adalah kegiatan belajar yang


terjadi secara disadari, yang berupa dilakukannya sesuatu
kegiatan fisik sebagai suatu reaksi atas adanya suatu
stimulus tertentu. Kegiatan fisik yang dilakukan tersebut
adalah kegiatan fisik yang di masa lalu memberikan
pengalaman yang menyenangkan bagi orang yang
bersangkutan.

iii. Belajar Rangkaian Gerakan

Rangkaian gerakan merupakan kegiatan yang terdiri


atas dua gerakan fisik atau lebih yang dirangkai menjadi
satu secara berurutan, dalam upaya untuk mencapai sesuatu
tujuan tertentu.

iv. Belajar Rangkaian Verbal

Rangkaian verbal merupakan kegiatan merangkai


kata-kata atau kalimat-kalimat secara bermakna, termasuk
menghubungkan kata-kata atau kalimat-kalimat dengan
objek-objek tertentu misalnya mendeskripsikan definisi.

v. Belajar Membedakan

Belajar membedakan merupakan kegiatan mengamati


perbedaan antara sesuatu objek yang satu dengan sesuatu
objek yang lain, misalnya membedakan lambang “2”
dengan lambang “5”. membedakan bilangan bulat dengan
bilangan cacah, membedakan konstanta dengan variabel,
mencermati perbedaan antara prosedur mencari FPB
(Faktor Persekutuan Terbesar) dengan prosedur mencari
KPK (Kelipatan Persekutuan Terkecil), dan sebagainya.
13

vi. Belajar Konsep

Belajar konsep adalah kegiatan mengenali sifat yang


sama yang terdapat pada berbagai objek atau peristiwa, dan
kemudian memperlakukan objek-objek atau peristiwa-
peristiwa itu sebagai suatu kelas, disebabkan oleh adanya
sifat yang sama tersebut.

vii. Belajar Aturan

Aturan adalah suatu pernyataan yang memberikan


petunjuk kepada individu bagaimana harus bertindak dalam
menghadapi situasi situasi tertentu. Belajar aturan adalah
kegiatan memahami pernyataanpernyataan dan sekaligus
menggunakannya pada situasi-situasi yang sesuai.

viii. Belajar Pemecahan Masalah

Pemecahan masalah merupakan kegiatan belajar yang


paling kompleks. Suatu soal dikatakan merupakan masalah
bagi seseorang apabila orang itu memahami soal tersebut,
dalam arti mengetahui apa yang diketahui dan apa yang
diminta dalam soal itu, dan belum mendapatkan suatu cara
yang untuk memecahkan soal itu.

E. Pembelajaran Matematika

Istilah matematika berasal dari bahasa Yunani “mathein” atau


“manthenein” yang berarti mempelajari. Kata matematika diduga erat
hubungannya dengan kata Sansekerta, mudna atau widya yang artinya
kepandaian, ketahuan atau inteligensia. Subarinah (2006 : 1) memandang
istilah matematika sebagai berikut : Matematika merupakan pola pikir,
pola mengorganisasikan pembuktian logik, pengetahuan struktur yang
terorganisasi memuat sifat-sifat, teori-teori dibuat secara deduktif
14

berdasarkan unsur yang tidak didefinisikan, aksioma, sifat atau teori yang
telah dibuktikan kebenarannya.
Dari definisi matematika yang telah diuraikan di atas, maka dapat
disimpulkan bahwa matematika merupakan ilmu logik, pola berfikir
manusia yang pasti kebenarannya untuk membantu dalam memahami dan
menguasai permasalahan yang ada. Sehingga siswa diharapkan mampu
untuk mengaplikasikan apa yang telah diajarkan ke dalam kehidupan
sehari-hari.
Keberhasilan sebuah pembelajaran tidak hanya di wujudkan dalam
sebuah hasil prestasi siswa di sekolah, namun pembelajaran yang berhasil
adalah pembelajaran yang mampu mengembangkan apa yang telah
dipelajari di sekolah dan mengaplikasikan ke dalam kehidupan sehari-
hari.Pengertian belajar menurut Suherman et, al, (2001: 8) adalah Proses
perubahan tingkah laku individu yang relatif tetap sebagai hasil dari
pengalaman, sedangkan pembelajaran merupakan upaya penataan
lingkungan yang memberi nuansa agar program belajar tumbuh dan
berkembang secara optimal.
Dengan demikian proses belajar bersifat internal dan unik dalam
diri individu siswa sedangkan proses pembelajaran bersifat eksternal yang
sengaja direncanakan dan bersifat rekayasa perilaku. Jadi pembelajaran
matematika sekolah dasar adalah memahami dengan baik materi
matematika yang  akan diajarkan, memahami dan memanfaatkan dengan
baik cara siswa belajar matematika yang efektif, menggunakan cara-cara
pembelajaran matematika serta memahami dan menerapkan cara
memanfaatkan media sebagai alat bantu belajar metamatika.
Berdasarkan apa yang dilakukan di atas, bahwa pembelajaran
matematika di sekolah dasar perlu penggunaan media pembelajaran yang
relevan sesuai dengan materi yang akan diajarkan sehingga dapat lebih
memudahkan siswa memahami konsep matematika yang abstrak.
Pembelajaran matematika di sekolah dasar tidak bisa terlepas dari
sifat-sifat perkembangan intelektual siswa yang kita ajar. Oleh karena itu
15

Menurut (Suherman dkk, 2001: 65) kita perlu memperhatikan beberapa


sifat atau karakteristik pembelajaran matematika berikut :
1. Pembelajaran matematika mengikuti metode spiral. 

2. Dalam setiap memperkenalkan konsep atau bahan yang baru perlu


memperhatikan konsep atau bahan yang telah dipelajari siswa sebelumnya.

3. Pembelajaran matematika menekankan pola pikir deduktif.

o Matematika adalah ilmu deduktif, matematika tersusun secara


deduktif aksiomatik. Namun demikian kita harus dapat memilih
pendekatan yang cocok  dengan kondisi siswa yang kita ajar. Misal
sesuai dengan perkembangan intelektual siswa, maka dalam
pembelajaran matematika belum seluruhnya menggunakan
pendekatan deduktif tapi masih campur ingin induktif.

o Pembelajaran matematika menganut kebenaran konsistensi.


Kebenaran dalam matematika sesuai dengan stuktur deduktif
aksiomatik. Kebenaran-kebenaran dalam matematika pada
dasarnya merupakan kebenaran konsistensi tidak ada pertentangan
antara kebenaran suatu konsep dengan yang lainnya.

Dari teori di atas dapat di simpulkan bahwa pembelajaran


matematika adalah berjenjang (bertahap). Bahan kajian matematika
diajarkan secara berjenjang atau bertahap yaitu dimulai dari hal yang
konkret dilanjutkan ke hal yang abstrak, dari hal yang sederhana ke hal
yang komplek.

F. Relasi Dan Fungsi

Pada kelas VII, kalian telah mempelajari himpunan, persamaan


linear dan operasi aljabar. Coba kalian pelajari dan ingat kembali. Konsep
– konsep tersebut akan kalian gunakan untuk memahami relasi dan fungsi.

1. Pengertian Relasi
16

Pada jam istirahat dikantin sekolah, ima dwi, arini, andri dan
indah duduk melingkar pada suatu meja. Mereka memesan beberapa
jenis makanan dan minuman yang tersedia di kantin. Ina memesan
bakso dan es jeruk, dwi memesan bakso dan es teh, arini memesan
soto dan es jeruk, andri memesan es the , dan indah memesan es jeruk,
Adakah hubungan antara kelompok siswa sekolah dan
makanan/minuman yang dipesannya?
Disebut apakah hubungan tersebut? Galilah pertanyaan –
pertanyaan lain terkait dengan permasalahan di atas. Perhatikan
bahwa kata “memesan” menghubungkan himpunan anak, yaitu { ima,
dwi ,arini ,andir, indah } dengan himpunan makanan dan minuman,
yaitu { bakso, soto, es the , es jeruk } . pada kasus ini kata “memesan”
adalah relasi yang menghubungkan himpunan anak dengan himpunan
makanan dan minuman. Dari uraian diatas, diperoleh pengertian
relasi sebagai berikut :
Relasi dari himpunan A ke himpunan B adalah sebuah aturan
yang menghubungkan anggota – anggota himpunan A dengan
anggota – anggota himpunan B.
2. Menyatakan Relasi
Budi, Wahyu, Mukti, dan Anton adalah pedagang buah yang
menggelar dagangan di pasar. Budi menjual pisang dan mangga.
Wahyu menjual semangka. Mukti menjual pisang dan jeruk serta
Anton menjual pisang, mangga, dan jambu.
Jika A = { Budi, Wahyu, Mukti dan Anton } dan B= { pisang,
Mangga, Semangka ,jeruk, Jambu } maka dapat dibentuk relasi antara
anggota – anggota himpunan A dengan Anggota – anggota himpunan B.
Bagaimana menyatakan relasi dua buah himpunana ?
Galilah pertanyaan – pertanyaan lain terkait dengan
permasalahan di atas. Relasi dua himpunan dapat dinyatakan dengan
diagram panah, himpunana pasangan berurutan dan diagram kartesius.
a. Diagram Panah
17

Relasi “menjual” dari himpunan A ke Himpunan B dapat


ditunjukkan menggunakan diagram panah.
b. Himpunan pasang berurut
Relasi yang ditunjnukkan dengan diagram panah dapat
dinyatakan sebagai himpunan pasangan berurut.
c. Diagram kartesius
Relasi di atas dapat dinyatakan dengan diagram kartesius
seperti relasi “menjual” dari himpunan A ke himpunan B digambarkan
dengan noktah (.)_atau titik. Sumbu mendatar ( horizontal )
menyatakan anggota Himpunan A dan sumbu tegak ( vertical )
menyatakan anggota Himpunan B.
Relasi antara dua himpunan dapat dinyatakan dengan tiga cara, yaitu :
a. Diagram panah
b. Himpunan pasangan terurut
c. Diagram kartesius

3. Fungsi dan Korespondensi Satu – satu satu

a. Pengertian Fungsi atau Pemetaan

Suatu relasi dari himpunan A ke Himpunan B di sebut fungsi


jika setiap anggota Himpunan A mempunyait epat pasangan pada
himpunan.

b. Notasi Fungsi

Jika A dan B adalah dua himpunan maka sebuah fungsi f dari A


ke B dinotasikan sebagai berikut :
f:A→B
f : A → B artinya fungsi f memetakan himpunan A ke himpunan B

jika x € A , y € B dan y adalah peta ( bayangan ) dari x maka


notasi fungsi di atas ditulis sebagai berikut :
f:x→y
18

penulisan diatas dibaca “fungsi f memetakan x ke y”. jika notasi fungsi


tersebut kita tuliskan dalam bentuk rumus fungsi maka diperoleh :
f : x → y↔ y = f(x)
c. Menentuka Nila Fungsi
Untuk menentukan nilai fungsi, perlu diketahui rumus fungsinyta.

d. Membuat Tabel Nilai Fungsi


Pada pembahsan notasi fungsi sudah dijelaskan bahwa fungs f : A
→ B adalah fungsi yang memetakan himpunan A ke himpunan B.
jika a adalah anggota A maka :
f : a →f(a)
sehingga jika nilai variabelnya diketahui kita dapat
menghitung nilai suatu fungsi.

G. Kajian – kajian Penelitian yang Relevan


Adapun Penelitian sebelumnya yang pernah dilakukan berkaitan
dengan penelitian yang akan dilakukan :
1. Penelitian yang dilakukan oleh Ahmad Yani yang berjudul“Analisis
Kemampuan Penalaran Matematika Siswa PadaMateri Penggunaan
SistemPersamaan Linear Dua Variabel Kelas X SMAN 7 Banjarmasin
Tahun Ajaran 2015/2016” menyimpulkan bahwa hasil analisis data tes
uraian menunjukkan bahwa kemampuan penalaran matematika siswa pada
materi penggunaan sistem persamaan linear dua variabel mencapai 70,78%
dari 36 orang siswa sehingga kemampuan siswa dalam bernalar
dikategorikan cukup.

2. Penelitian yang dilakukan oleh Imam Supandi dengan judul “Analisis


Kemampuan Penalaran Generalisasi Matematis Siswa MTs. Annajah Pada
Materi Segitiga dan Segiempat” menyimpulkan bahwa hasil penelitiaan
mengungkapkan bahwa nilai rata-rata hasil tes kemampuan penalaran
generalisasi matematis siswa adalah sebesar 41,80%. Kesimpulan hasil
19

penelitian adalah kemampuan penalaran generalisasi matematis siswa


secara keseluruhan masih tergolong rendah dengan rata-rata skor yaitu
41,80%.
3. Penelitian yang dilakukan oleh Anissa Adinda Pohan dengan judul
“Analisis Kemampuan Penalaran Siswa pada Pembelajaran Matematika di
MTs Swasta Sumatera Utara”. Berdasarkan hasil penelitian dapat
disimpulkan bahwa kemampuan penalaran siswa di kelas VIII pada materi
relasi dan fungsi mencapai 77,15% dari 35 orang siswa sehingga
kemampuan siswa dalam bernalar dikategorikan cukup.
20

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Pendekatan Penelitian
Penelitian ini akan menggunakan pendekatan kualitatif dengan jenis
deskriptif. “Penelitian kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk
memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian
misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan, secara holistik, dengan
mendeskripsikan ke dalam bentuk kata-kata dan bahasa.”

Data hasil penelitian kualitatif ialah dalam bentuk kata-kata dan lebih
menekankan pada deskriptif . “Oleh karena itu, penelitian kualitatif dapat juga
disebut sebagai penelitian deskriptif, karena penelitian deskriptif ditujukan
untuk mendeskripsikan suatu keadaan atau fenomena yang terjadi apa adanya”

B. Waktu Dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada semester ganjil tahun 2021 di SMPN 1


Loa Kulu, Jln Mt Haryono Kec. Loa kulu.

C. Subjek dan Objek Penelitian


Subjek penelitian ini adalah Siswa/i kelas VIII A SMPN 1 LOA KULU.
Sedangkan Objek Penelitian ini adalah kemampuan penalaran matematis siswa
pada materi pokok relasi dan fungsi.

D. Prosuder Pengumpulan Data.


Pada penelitian ini, metode pengumpulan data yang digunakan adalah
1. Observasi
Melaksanakan observasi ke kelas VIII di SMPN 1 Loa Kulu pada
pembelajaran matematika.
2. Wawancara
Wawancara adalah teknik pengumpulan data yang digunakan
untuk memperoleh informasi langsung dari sumbernya. Wawancara
digunakan apabila peneliti ingin melakukan studi pendahulu untuk
21

menemuka permasalahan yang harus diteliti dan juga apabila peneliti


ingin mengetahui hal – hal dari responden yang lebih mendalam.
3. Tes Tertulis
Tes Tertulis dalam bentuk soal uraian yang terdiri atas 5 butir soal
materi relasi dan fungsi pada semester 1
4. Dokumentasi
Dalam penelitian ini, dokumen-dokumen yang dibutuhkan adalah
data nama-nama peserta didik dan nilai tes kemampuan penalaran peserta
didik yang diteliti.

E. Analisis Data
Analisis data dalam penelitian kualitatif dilakukan pada saat
pengumpulan data berlangsung, dan setelah selesai pengumpulan data
berlangsung, dan setelah selesai pengumpulan data dalam periode tertentu.
Aktivitas dalam analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif dan
berlangsung secara terus-menerus sampai tuntas, sehingga datanya sudah
jenuh. Aktivitas dalam analisis data yaitu data reduction, data display, dan
conclusion drawing/verification.
1. Data Reduction (Reduksi Data)
Mereduksi data berarti “merangkum, memilih hal-hal yang pokok,
memfokuskan pada hal-hal yang penting, mencari tema dan polanya dan
membuang yang tidak perlu. Dengan demikian data yang telah direduksi
akan memberikan gambaran yang lebih jelas, dan mempermudah peneliti
melakukan pengumpulan data selanjutya, dan mencarinya bila diperlukan.
Dalam tahap reduksi, peneliti mengumpulkan, merangkum, dan
mengelompokkan data kemampuan penalaran matematis peserta didik
yang bersalah dari data tes, dokumentasi, dan wawancara berdasarkan
tingkat kelompok. Pengelompokkan tersebut terdiri dari kelompok atas,
kelompok tengah, dan kelompok bawah. Dari masing-masing kelompok
diambil 2 peserta terpilih sebagai subyek wawancara dimana setiap peserta
22

didik mampu mewakili jawaban tiap kelompoknya. Dengan demikian,


akan lebih memudahkan dalam menganalisis kemampuan yang dimiliki.
2. Data Display (Penyajian Data)
Setelah data direduksi, maka langkah selanjutnya adalah
mendisplaykan data atau menyajikan data. Dalam penelitian kualitatif,
“penyajian data bisa dilakukan dalam bentuk uraian singkat, bagan,
hubungan antar kategori, flowchart dan sejenisnya. Dengan
mendisplaykan data, maka akan memudahkan untuk memahami apa yang
terjadi, melanjutkan kerja selanjutnya berdasarkan apa yang telah
dipahami tersebut. Dalam tahap ini, peniliti menyajikan hasil pekerjaan
peserta didik yang dijadikan sebagai subjek wawancara, menyajikan hasil
wawancara dengan responden. Penyajian data dimaksudkan untuk
menemukan pola-pola yang bermakna serta memberikan kemungkinan
penarikan kesimpulan. Data yang disajikan berupa data skor kemampuan
representasi matematis peserta didik yang telah dikelompokkan menjadi
tiga kelompok. Disajikan juga hasil jawaban peserta didik yang menjadi
subyek wawancara dalam bentuk gambar hasil jawaban tes kemampuan
representasi matematis yang ditulis peserta didik dalam lembar jawaban.
Selain itu, hasil wawancara juga disajikan dalam bentuk tanya-jawab yang
dilakukan oleh peneliti dan peserta didik.
3. Conclusion Drawing/Verification (Penarikan Kesimpulan)
Menurut Mile dan Huberman “conclusion drawing/verification
(penarikan kesimpulan) merupakan langkah ke tiga dalam analisis data
kualitatif. Metode ini bertujuan untuk menyajikan gambaran secara
sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta serta hubungan fenomena
yang diteliti, utuk menguji kebenaran dan kecocokannya. Data yang
diperoleh di lapangan baik secara dokumentasi, wawancara maupun tes
akan dianalisis secara cermat dan akurat, sehingga penarikan kesimpulan
dari hasil penelitian dapat menjawab rumusan masalah yang ditentukan.
23

E. Pemeriksaan atau Pengecekan Keabsahan Data


Uji keabsahan data dalam penelitian kualitatif ini adalah uji kredibilitas.
Uji ini berkenaan dengan “derajat akurasi desain penelitian dengan hasil yang
dicapai. Dengan kata lain uji ini dilakukan untuk melihat apakah desain penelitian
yang dilakukan dapat mencapai tujuan penelitian sesuai yang diharapkan.

Uji kredibilitas data atau uji kepercayaan terhadap data penelitian dapat
dilakukan dengan beragam cara. Cara-cara tersebut antara lain “perpanjangan
pengamatan, ketekunan pengamatan, triangulasi, analisis kasus negatif, serta
member check. Uji keabsahan dalam penelitian ini menggunakan triangulasi.
Triangulasi dalam teknik pengumpulan data diartikan sebagai teknik
pengumpulan data yang bersifat menggabungkan dari berbagai teknik
pengumpulan data dan sumber data yang telah ada. Jika melakukan pengumpulan
data yang sekaligus menguji kredibilitas data.

Triangulasi dalam pengujian kredibilitas diartikan sebagai pengecekan


data dari berbagai sumber dengan berbagai cara, dan berbagai waktu. Dengan
demikian terdapat tiga triangulasi, yaitu triangulasi sumber, triangulasi teknik, dan
triangulasi waktu.

Triangulasi sumber yaitu pengujian kredibilitas data yang dilakukan


dengan cara mengecek data yang telah diperoleh melalui beberapa sumber.
Triangulasi teknik, untuk menguji kredibilitas data, dilakukan dengan cara
mengecek data kepada sumber yang sama dengan teknik yang berbeda.
Sedangkan triangulasi waktu pengujian kredibilitas data dapat dilakukan dengan
cara pengecekan dengan wawancara, observasi atau teknik lain dalam waktu atau
situasi yang berbeda.
24

Lampiran 1
PEDOMAN OBSERVASI
(Terhadap Tata Usaha)

1. Bagaimanakah struktur organisasi SMPN 1 Loa Kulu?

2. Dimanakah letak SMPN 1 Loa Kulu?

3. Dimanakah letak batas-batas SMPN 1 Loa Kulu?

4. Bagaimana keadaan guru SMPN 1 Loa Kulu?


25

Lampiran 2

Kisi – Kisi Instrument Tes

Pokok Bahasan : Relasi dan Fungsi

Kelas/Semester : VIII A/1

Jenis Soal : Uraian

Alokasi Waktu : 40 Menit ( 1 pertemuan )

A. Kompetensi Inti :
1. Menghargai dan menghayati ajaran agama yang dianutnya
2. Menghargai dan menghayati perilaku jujur, disiplin, tanggungjawab,
peduli (toleransi, gotong royong ), santun, percaya diri dalam berinteraksi
secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam dalam jangkauan
pergaulan dan keberadaannya.
3. Memahami pengetahuan (faktual, konseptual, dan prosedural) berdasarkan
rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya
terkait fenomena dan kejadian tampak mata.
4. Mencoba, menyaji , dan menalar dalam ranah konkret (menggunakan,
mengurai, merangkai, memodifikasi, dan membuat) dan ranah abstrak
(menulis, membaca, menghitung, menggambar, dan mengarang) sesuai
dengan yang dipelajari di sekolah dan sumber lain yang sama dalam sudut
pandang/teori.
B. Kompetensi Dasar dan Indikator
1.1 Menghargai dan menghayati ajaran agama yang dianutnya.
2.1 Menunjukkan sikap logis, kritis, analitik, konsisten dan teliti, bertanggung
jawab, responsif, dan tidak mudah menyerah dalam memecahkan masalah.

3.5 Menyajikan fungsi dalam berbagai bentuk relasi, pasangan berurut, rumus
fungsi, tabel, grafik, dan diagram.
Indikator :
1. Menjelaskan dengan kata - kata dan menyatakan masalah sehari - hari
yang berkaitan dengan fungsi.
26

2. Menyatakan suatu fungsi yang terkait dengan kejadian sehari - hari.


3. Menggambar grafik fungsi dalam koordinat kartesius.
4. Menyusun tabel fungsi.
5. Menghitung suatu fungsi.
27

Lampiran 3

Tabel Indikator Kemampuan Penalaran Matematika Pada Tahap Analisis, Tahap


Sintesis, dan Tahap Evaluasi

Tahap Analisis
a. Siswa mampu untuk
mengidentifikasi unsur-unsur
yang terkandung dalam suatu
hubungan
b. Siswa mampu mengecek
ketepatan hubungan dan
interaksi antara unsur-unsur
dalam soal
c. Siswa mampu membuat
keputusan sebagai
penyelesaiannya.

Tahap Sintesis
a. Siswa mampu untuk menyusun
kembali elemen masalah dan
merumuskan suatu hubungan dalam
penyelesaiannya
b. Siswa menyimpulkan sebuah
pernyataan.

Tahap Evaluasi
a. Siswa mampu dalam hal memberi
komentar, mengupas, menambah,
mengurangi, atau menyusun
kembali pembuktian matematika
yang telah dipelajarinya
b. Siswa mampu dalam hal
membuktikan pernyataan
matematika.
28

Lampiran 4

PEDOMAN PENSKORAN

No. Soal Kriteria Jawaban Siswa Skor


1-2 Benar 20
Hampir Benar 11-15
Kurang 6-10
Salah 0-5
3–4 Benar 20
Hampir Benar 11-15
Kurang 6-10
Salah 0-5
5 Benar 20
Hampir Benar 11-15
Kurang 6-10
Salah 0-5
29

Lampiran 5

Soal :
1. Di kelas VII SMPN 1 Loa Kulu terdapat 4 orang siswa yang lebih menyukai
pelajaran tertentu. Berikut ke-4 anak tersebut :

a. Buyung menyukai pelajaran IPS dan Kesenian

b. Doni menyukai pelajaran ketrampilan dan olahraga

c. Vita menyukai pelajaran IPA

d. Putri menyukai pelajaran matematika dan bahasa inggris


Buatlah relasi dari soal di atas dan sajikan menggunakan diagram panah, diagram
cartesius dan himpunan pasangan berurutan !

2. A B
2. .1

3. .2

4. .3

5. .4

.5

Perhatikan Diagram Panah. Tentukan !


a. Domain
b. Range
c. Angka 2 pada Himpunan A mempunyai kawan sebanyak …. Buah

3. Diketahui fungsi f di definisikan sebagai f(x) = 2x2 – 3x + 1. Tentukan nilai


fungsi f(x) untuk :
a. f(2) = ……

b. f(-3) = ……
30

4. Jika A = { 1,2,3 } dan B = { a,b,c }. Banyaknya korespondensi satu – satu


yang mungkin dari himpunan A ke Himpunan B adalah …
5. Fungsi f dinyatakan dengan rumus f(x) = px + q, jika f(0) = -2 dan f(2) = 4
maka nilai p dan q berturut-turut adalah . . .
31

Lampiran 6
KUNCI JAWABAN
Kunci Jawaban :
1. a. Relasi dari soal diatas menggunakan diagram panah :
A B
Buyung. . IPS

Doni . Kesenian

Vita .Keterampilan

putri .Olahraga

.IPA

.MTK

.Bhs Inggris

b. Relasi dengan menggunakan Diagram Cartesius

Bahasa Inggris

MTK

IPA

Olahraga

Keterampilan

Kesenian

1PS

Buyung Doni Vita putri

c. himpunan pasangan berurutan {(Buyung,IPS) (Buyung, kesenian) (Doni,


keterampilan) (Doni, kesenian) (Vita, IPA) (Putri, Mtk) (Putri, bhs
inggris)}
2. a. Domain = { 2,3,4,5}
32

b. Range = { 1,2,3,4,5 }
c. 3 buah

3. Diketahui : f(x) = 2x2 – 3x + 1


Ditanya : nilai fungsi f(x) untuk x = 2 dan x = -3
a. Subtitusikan nilai x = 2 ke fungsi f(x) = 2x2 – 3x + 1
sehingga f(x) = 2x2 – 3x + 1
f(2) = 2(2)2 – 3(2) + 1
=2x4–6+1
=8–6+1
=3
b. Subtitusi nilai x = -3 ke fungsi f(x)
sehingga diperoleh f(x) = 2x2 – 3x + 1
f(-3) = 2(-3)2 – 3(-3) + 1
= 18 + 9 +1
= 28
A: { 1,2,3 }

B: { A.B.C }

koresponden satu n(A)! = n(B)!

n(3)! = 1x2x3 = 6 korespondensi satu satu

4. Diketahui : f(x) = px + q
F(0) = -2
F(2) = 4
Ditanya : nilai p dan q . . ?
Pembahasan :
F(0) = -2 maka p(0) + q = -2
q = -2
f(2) = 4
p(2) + q = 4
33

2p + (-2) = 4
2p = 4 + 2p
P = 6/2
=3
34

Lampiran 7
PEDOMAN WAWANCARA
(Terhadap Peserta Didik)

1. Apa yang diketahui dan ditanyatakan dalam soal?


2. Pedoman wawancara soal kemampuan penalaran analisis
a. Apakah responden tahu apa saja yang terdapat dalam soal no…? Jika tahu
coba jelaskan?
b. Apakah responden yakin pada jawaban soal no…? Jika sudah (atau
belum), mengapa?
3. Pedoman wawancara soal kemampuan penalaran sintesis
a. Bagaimana maksud jawaban responden pada soal no…?
b. Apakah jawaban sudah benar? Alasannya apa?
c. Bagaimana cara menyelesaikannya?
4. Pedoman wawancara soal kemampuan penalaran evaluasi
a. Apakah responden paham dengan maksud soal no…? Jika paham
bagaimana maksudnya?
b. Bagaimana maksud jawaban responden pada soal no…? Jelaskan!

Anda mungkin juga menyukai