PROPOSAL SKRIPSI
ERLI MELIAWATI
1801100093
i
ii
DAFTAR ISI
COVER
HALAMAN PERSETUJUAN
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1
A. Latar Belakang..............................................................................................1
B. Identifikasi masalah......................................................................................3
C. Pembatasan Masalah.....................................................................................4
D. Rumusan Masalah.........................................................................................4
E. Tujuan Penelitian..........................................................................................4
F. Manfaat Penelitian........................................................................................5
BAB II KAJIAN PUSTAKA..................................................................................6
A. Kajian Teori...............................................................................................6
B. Penelitian Yang Relevan.........................................................................14
C. Alur Pikir.................................................................................................17
D. Pertanyaan Penelitian..............................................................................19
BAB III METODE PENELITIAN.......................................................................20
A. Desain Penelitian.................................................................................20
B. Tempat Dan Waktu Penelitian.............................................................20
C. Sumber Data........................................................................................20
D. Teknik Dan Instrumen Pengumpulan Data..........................................21
E. Keabsahan Data...................................................................................22
F. Analisis Data........................................................................................22
DAFTAR LAMPIRAN..........................................................................................25
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................33
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
1
Matematika merupakan ilmu yang dipelajari disemua jenjang
pendidikan, dari Sekolah Dasar sampai Perguruan Tinggi. Menurut Astuti
Novri, 2018:82 menjelaskan bahwa “Matematika adalah salah satu mata
pelajaran yang sangat penting dalam dunia pendidikan, karena pelajaran
matematika dapat membantu peserta didik berpikir logis, rasional, kritis,
dan luas, pernyataan ini sejalan dengan tujuan pendidikan nasional, yaitu
mempersiapkan anak didik agar mampu menghadapi perubahan dalam
dunia yang senantiasa berubah bertindak atas dasar pemikiran logis,
rasional, kritis, dan agar anak didik mampu menggunakan matematika
dalam kehidupan sehari-hari dan dalam mempelajari berbagai ilmu
pengetahuan”.
Pembelajaran di Sekolah Dasar yang diajarkan oleh seorang guru
selalu mengaitkan pada perkembangan peserta didik. Teori Jean Piaget
menyebutkan bahwa “Seorang guru matematika harus mengetahui tentang
perkembangan kognitif siswa yang bergantung kepada siswa itu aktif atau
tidak dalam berinteraksi dengan lingkungannya “(Shadiq & Mustajab,
2011). Menurut Alhaddad (2012) beranggapan bahwa “Matematika adalah
ilmu tentang berpikir logika dan penalaran yang sistematis”. Pembelajaran
matematika merupakan pembelajaran yang kebanyakan tidak disukai oleh
siswa. Siswa beranggapan matematika adalah materi hafalan tentang
rumus-rumus. Hal itu menjadi salah satu alasan kebanyakan siswa tidak
menyukai matematika dan beranggapan matematika adalah pelajaran yang
sulit.
Pembelajaran matematika selalu dikaitkan dengan kehidupan
sehari-hari. Dalam pelaksanaannya, seorang siswa akan
mengkomunikasikan kemampuannya dalam memahami ilmu dan materi
yang diajarkan oleh guru menggunakan gagasan atau ide. Lestari K.E
(2017:83) mengatakan bahwa “Kemampuan komunikasi matematis adalah
kemampuan menyampaikan gagasan/ide matematis, baik secara lisan
maupun tulisan serta kemampuan memahami dan menerima gagasan/ide
matematis orang lain secara cermat, analitis, kritis, dan evaluatif untuk
2
mempertajam pemahaman”. Matematika juga sebagai wadah atau tempat
yang dijadikan sebagai alat untuk interaksi antar siswa dan juga
komunikasi antar siswa dan guru. Namun, kemampuan komunikasi
matematika siswa jarang mendapat perhatian. Guru lebih berusaha agar
siswa mampu menjawab soal dengan benar tanpa meminta alasan atau
jawaban siswa, ataupun meminta siswa mengkomunikasikan pemikiran,
ide dan gagasanya.
Berdasarkan hasil wawancara bersama Ibu Ira Dwi Cahyani, S.Pd.
dan melalui hasil tes yang saya lakukan dengan mengambil 3 anak sebagai
sample, menyatakan bahwa pembelajaraan dikelas IV kurang maksimal.
Guru menjelaskan bahwa dalam mengerjakan soal siswa kurang bisa
menghubungkan materi pecahan dengan benda nyata, selain itu siswa juga
masih belum bisa menyampaikan ide dan gagasannya pada materi
pecahan. Hal ini dilihat dari hasil tes yaitu kemampuan siswa dalam
materi pecahan, siswa mengalami kesulitan dalam menghubungkan benda
nyata, gambar, dan diagram kedalam ide matematika. Siswa kesulitan
dalam menjelaskan ide, situasi, dan relasi matematika, serta tulisan
denganbenda nyata, grafik dan aljabar. Dan siswa kesulitan dalam
menyatakan peristiwa sehari-hari dalam bahasa atau simbol matematika.
Berdasarkan uraian diatas, penulis tertarik untuk mengadakan
penelitian dengan judul “Analisis Keterampilan Komunikasi Matematika
Terhadap Materi Pecahan Pada Mata Pelajaran Matematika di Kelas IV
SD N 2 Karangkemojing”.
B. Identifikasi masalah
3
keterampilan komunikasi dalam pembelajaran matematika. Dalam
matematika terdapat materi yang didalamnya membutuhkan suatu usaha
yang cukup tinggi yaitu pada materi pecahan. Materi ini dianggap
memiliki tingkat kesulitan tinggi karena dalam pengerjaannya harus
memberikan sebuah penyelesaaian yang rumit dalam soal yang diujikan.
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis keterampilan komunikasi
siswa terhadap materi pecahan di kelas IV SD N 2 Karangkemojing.
C. Pembatasan Masalah
D. Rumusan Masalah
E. Tujuan Penelitian
4
F. Manfaat Penelitian
5
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Kajian Teori
6
ide matematika serta sajian matematika secara lisan maupun tertulis
serta visual.
Berdasarkan pendapat para ahli diatas, dapat disimpulkan
bahwa keterampilan adalah kemampuan dalam menyelesaikan sesuatu
dengan efektif dan efisien. Seseorang yang terampil dapat menguasai
dan memahami bahkan dapat mengaplikasikannya pada bidang yang
dikuasainya. Setiap peserta didik memiliki suatu keterampilan masing-
masing termasuk keterampilan dalam pelajaran matematika, salah
satunya adalah keterampilan dalam berkomunikasi.
Adapun komunikasi adalah sebuah interaksi dalam
penyampaian informasi oleh dua orang atau lebih. Komunikasi juga
dapat diartikan sebagai pertukaran pendapat, sejalan dengan pendapat
dari John B. Hoben dalam (Mulyana, 2008) Komunikasi adalah
pertukaran verbal pikiran atau gagasan. Pada dasarnya terdapat lima
jenis komunikasi yaitu, komunikasi tertulis, komunikasi lisan,
komunikasi nonverbal atau Bahasa isyarat, komunikasi satu arah, dan
komunikasi dua arah.
Komunikasi matematis adalah cara bagi siswa untuk
mengomunikasikan ide-ide pemecahan masalah, strategi maupun
solusi matematika baik secara tertulis maupun lisan. Sedangkan,
kemampuan komunikasi matematis dalam pemecahan masalah
(NCTM,2000) dapat dilihat ketika siswa dapat menggunakan bahasa
matematika untuk menyatakan ide matematika dengan tepat. Menurut
Kennedy (1994), kemampuan komunikasi matematika meliputi :
a) Penggunaan bahasa matematika yang disajikan dalam bentuk
lisan, tulisan, ataupun visual.
b) Penggunaan representasi matematika yang disajikan dalam bentuk
tulisan atau visual.
c) Penginterpretasian ide-ide matematika.
Komunikasi merupakan salah satu hal yang penting sehingga
beberapa ahli melakukan riset tentang kemampuan komunikasi
7
matematis. Menurut riset Bergeson dalam penelitian Gusni (2006:24)
mengemukakan bahwa siswa sulit mengomunikasikan informasi
visual terutama dalam mengomunikasikan sebuah lingkungan tiga
dimensi (misalnya, sebuah bangunan terbuat dari balok kecil) melalui
alat dua dimensi (misalnya, kertas dan pensil) atau sebaliknya. Begitu
juga menurut hasil penelitian Osterholm (2006:292-294) menyatakan
bahwa siswa tampaknya kesulitan dalam menjelaskan suatu bacaan.
Ketika diminta mengemukakan alasan logis atas pemahamannya,
siswa kadang-kadang hanya tertuju pada bagian kecil dari teks,
menyatakan bahwa bagian ini (permasalahan yang memuat simbol-
simbol) tidak mengerti, tetapi tidak memberikan alasan atas
pernyataan tersebut.
Menurut Asikin & Junaedi (2013), peranan komunikasi
matematik dalam pembelajaran matematika sangat penting yaitu :
a) Perlengkapan untuk mengeksploitasi ide matematika serta
membantu kemampuan siswa dalam memandang bermacam
keterkaitan materi matematika.
b) Perlengkapan untuk mengukur perkembangan pemahaman serta
merefleksikan pemahaman matematika pada siswa.
c) Perlengkapan untuk mengorganisasikan serta mengkonsolidasikan
pemikiran matematika siswa.
d) Perlengkatan untuk mengkontruksikan pengetahuan matematika,
pengembangan pemecahan permasalsahan, kenaikan penalaran,
meningkatkan rasa percaya diri, dan kenaikan keahlian sosial.
Menurut Sumarno (Choridah, 2013) mengidentifikasi indikator
komunikasi matematika yang meliputi kemampuan :
a) Menghubungkan barang nyata, gambar, dan diagram ke dalam ide
matematika.
b) Menerangkan ide, situasi, serta relasi matematik, secara lisan dan
tulisan dengan barang nyata, gambar, grafik serta aljabar.
8
c) Menyatakan kejadian sehari-hari dalam bahasa sendiri ataupun
simbol matematika.
d) Mencermati, berdiskusi, dan menulis tentang matematika.
e) Membaca dengan pemahaman suatu presentasi matematika.
f) Menyusun konjektur, menyusum argument, merumuskan definisi
serta generalisasi.
g) Mengatakan suatu uraian atau paragraph matematika dalambahsa
sendiri.
Berdasarkan kajian diatas, dapat ditentukan indikator
kemampuan komunikasi matematikayang akan digunakan oleh
peneliti yang sidah disederhanakan dari beberapa indikator yang
dipaparkan para ahli sebelumnya, yaitu :
a) Menghubungkan benda nyata, gambar, dan diagram ke dalam ide
matematika.
b) Menjelaskan ide, situasi, dan relasi matematika, serta tulisan
dengan benda nyata, grafikdan aljabar.
c) Menyatakan peristiwa sehari-hari dalam bahasa atau simbol
matematika.
2. Pembelajaran Matematika
a) Pengertian Matematika
Matematika adalah pola berpikir, pola mengorganisasikan,
pembuktian yang logis, matematika itu adalah bahasa yang
menggunakan istilah yang didefinisikan dengan cermat , jelas dan
akurat representasinya dengan simbol dan padat, lebih berupa
bahasa simbol mengenai ide daripada mengenai bunyi. Matematika
adalah pengetahuan struktur yang terorganisasi, sifat-sifat dalam
teori-teori dibuat secara deduktif berdasarkan kepada unsur yang
tidak didefinisikan, aksioma, sifat atau teori yang telah dibuktikan
kebenarannya adalah ilmu tentang keteraturan pola atau ide, dan
matematika itu adalah suatu seni, keindahannya terdapat pada
9
keterurutan dan keharmonisannya. Johnson dan Rising dalam
Russefendi (1972)
Matematika merupakan ilmu yang bersifat universal yang
artinya ilmu ini sangat penting dan memiliki peran penting dalam
berbagai disiplin ilmu dan memajukan daya pikir manusia.
Pendidikan matematika memiliki peran yang sangat penting karena
matematika merupakan ilmu dasar yang digunakan secara luas
dalam berbagai bidang kehidupan. Melalui pembelajaran
matematika siswa dapat menumbuhkan kemampuan berpikir kritis,
logis, sistematis, cermat, dan efektif dalam menyelesaikan sebuah
masalah. Pengertian matematika dikelompokkan:
(1) Matematika sebagai ilmu tentang bilangan dan ruang
(2) Matematika sebagai ilmu tentang besaran (kuantitas)
(3) Matematika sebagai ilmu tentang bilangan, ruang, besaran, dan
keluasan
(4) Matematika sebagai ilmu tentang hubungan (relasi)
(5) Matematika sebagai ilmu tentang bentuk yang abstrak
(6) Matematika sebagai ilmu yang bersifat deduktif
Matematika memiliki ciri-ciri, seperti yang dikemukakan
oleh Soedjadi (2000), yaitu:
(1) Memiliki objek yang abstrak
(2) Bertumpu pada kesepakatan
(3) Berpola pikir deduktif
(4) Memiliki simbol-simbol yang kosong arti memperhatikan
semesta pembicaraan
(5) Konsisten dalam sistemnya.
Objek matematika adalah objek mental yang tidak dapat
diindera, artinya tida dapat dilihat, disentuh, atau dirasakan.
b) Tujuan Pembelajaran Matematika
Mata pelajaran matematika memiliki tujuan yaitu agar peserta
didik memiliki kekampuan mengenai pemahaman konsep,
10
penalaran, pemecahan masalah, mengkomunikasikan gagasan, dan
memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam
kehidupan (BSNP, 2006). Dari tujuan pembelajaran matematika
tersebut nampak bahwa pemecahan masalah difokuskan dalam
pembelajaran matematika sehingga secara jelas terdapat pada
kurikulum pada mata pelajaran matematika mulai dari jenjang
sekolah dasar hingga sekolah menengah. Dalam setiap standar
kompetensi, terdapat salah satu kompetensi dasar yang
mengarahkan siswa untuk mampu menggunakan konsep-konsep
matematika didalam menyelesaikan masalah.
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional (Permendiknas)
Republik Indonesia No. 22 Tahun 2006 tentang standar isi untuk
satuan Pendidikan Dasar serta Menengah menyatakan bahwa mata
pelajaran matematika memiliki tujuan dalam Pendidikan
matematika, diantaranya adalah :
1) Menguasai konsep matematika, menerangkan keterkaitan antar
konsep serta mengaplikasikan konsep ataupun logaritma,
secara luwes, akurat, efektif, pas, dalam pemecahan masalah.
2) Menggunakan penalaran pada pola serta sifat, melaksanakan
manipulasi matematika dalam membuat generalisasi,
menyusun fakta, ataupun menerangkan gagasan serta statement
matematika.
3) Memecahkan permasalahan yang meliputi keahlian menguasai
permasalahan, merancang model matematika, menuntaskan
model serta menafsirkan pemecahan yang diperoleh.
4) Mengomunikasikan gagasan dengan simbol, table,diagram,
atau media lain untuk menjelas kondisi ataupun permasalahan.
5) Memiliki perilaku menghargai kegunaan matematika dalam
kehidupan, yaitu memiliki rasa ingin tahu, perhatian, dan minat
dalam menekuni matematika, dan perilaku ulet serta percaya
diri dalam pemecahan permasalahan.
11
Sedangkan menurut Choridah (2013), komponen tujuan
pembelajaran matematika antara lain ialah bisa mengomunikasikan
gagasan dengan simbol,table, dan diagram, mempunyaisikap ingin
tahu, minat dalam menekunimatematika, dan sikapulet serta
percaya diri dalam memecahkan permasalahan.
Demikian pula tujuan yang diharapkan dalam pembelajaran
matematika oleh National Council of Teachers of Mathematics
(NCTM). NCTM (2000) menetapkan lima standar kemampuan
matematis yang harus dimiliki oleh siswa, yaitu kemampuan
pemecahan masalah (problem solving), kemampuan komunikasi
(communication), kemampuan koneksi (connection), kemampuan
penalaran (reasoning), dan kemampuan representasi
(representation).
3. Pecahan
Pecahan adalah salah satu topik penting bagi siswa sebagai
dasar mempelajari aljabar dan yang lainnya, namun pada
kenyataannya masih banyak siswa yang belum memahaminya
(Yulianingsih, dkk., 2018). Oleh karena itu guru harus menjelaskan
konsep pecahan dengan baik dan mudah dipahami oleh siswa,
menyampaikan dengan cara yang menarik, dan mengajarkannya
dengan contoh atau media yang konkrit.
Siswa sekolah dasar agar dapat benar-benar memahami
konsep pecahan maka mereka harus dapat melihat pecahan dalam
berbagai bentuk, menurut Nelson (2014), bilangan pecahan dapat
dibagi menjadi tiga konsep dasar. Antara lain pertama dapat
dipahami pecahan dengan makna (part to whole concept) bagian
a
dari keseluruhan, bentuk dari bilangan pecahan , b merupakan
b
bilangan penyebut dengan posisi di bawah memberi makna
banyaknya bagian yang sama dari suatu keseluruhan, dan a adalah
pembilang berada di atas menunjukan banyaknya bilangan bagian
12
a
yang dimaksudkan. Bilangan yang berbentuk , dimana a dan b
b
merupakan bilangan bulat dengan syarat b ≠ 0, a disebut pembilang
dan b disebut penyebut dinamakan bilangan pecahan (Keedy,
2013).
Makna yang kedua dapat dipahami sebagai makna (ration
concept) konsep perbandingan, pecahan dapat dipergunakan untuk
1
membandingkan suatu jumlah, semisalnya umur Erli (setengah)
2
dari umur ayahnya, jika ayahnya berumur 44 (empat puluh empat)
tahun, maka umur Erli adalah 22 (dua puluh dua) tahun.
Makna ketiga dapat dipahami sebagai makna (division
concept) konsep pembagian, sebagai mana suatu contoh seorang
anak memiliki 10 (sepuluh) teman, pada suatu kesempatan dia
memiliki 5 (lima) potong roti, bagaimana anak tersebut dapat
memberikan dengan rata teman-temannya roti, maka yang dapat
dilakukan anak tersebut adalah membagi 5 (lima) roti kepada 10
1
(sepuluh) temannya atau ( 5:10 = ), dengan kata lain setiap
2
1
teman-teman dari anak tersebut mendapatkan (setengah) roti.
2
Menurut Kieren (Clarke, dkk., 2008) mengemukakan bahwa
bilangan pecahan menunjukan berbagai pengertian, misalnya:
a) Menunjukan berapa banyak bagian keseluruhan dari hasil bagi,
sedangkan angka yang berada di atas disebut pembilang yang
mendefinisikan berapa banyak bagian dari hasil pembagian.
1
Misalnya artinya adalah menentukan nilai 1 (satu) yang dibagi
2
menjadi 2 (dua) bagian yang sama. Bentuk pecahan yang
bermakna bagian dari keseluruhan hasil bagi merupakan
pemahaman pecahan yang paling umum dan cenderung menjadi
pemahaman yang pertama ditemui di sekolah dasar.
13
b) Pecahan dapat didigunakan sebagai metode untuk
membandingkan ukuran, atau dapat mewakili ukuran kuantitas
terhadap suatu unit kuantitas itu. Pecahan dapat digunakan untuk
memberikan informasi seberapa banyak bagian dari suatu
kelompok tertentu. Contohnya jika di suatu kelas terdapat 40
siswa dan 8 siswa tidak hadir, maka menyatakan banyaknya
8
bagian siswa yang tidak hadir di kelas tersebut adalah .
40
c) Dalam sifat kebalikan dari operasi bilangan pecahan memberi
makna bahwa sebarapa banyak secara keseluruhan dan berapa
5
banyak bagian yang hilang, contoh adalah , ini memberikan
6
makna bahwa ada 5 (lima) dari 6 (enam) bagian yang sama,
namun 1 (satu) dari 6 (enam) bagian tidak dihitung.
a
d) Pecahan menunjukan hasil bagi (pembagian), bentuk
b
memiliki makna operasi pembagian atau hasil bagi, misalnya.
Makna pembagian dapat dikembangkan dalam hal pembagian
4
yang setara, misalnya 4 : 7 = menentukan berapa banyak roti
7
yang dapat diperoleh seorang anak jika empat roti dibagi antara
tujuh anak.
e) Pecahan dapat digunakan sebagai operator, ini mengandung arti
bahwa pecahan dapat digunakan untuk mengecilkan atau
4
memperbesar angka, misalnya x 20 = 16. Dengan penjelasan
5
bahwa 4 (empat) sebagai pembilang dikali dengan 20 dan dibagi
4 x 20 80
dengan 5 (lima) sebagai penyebut. Dengan kata lain =
5 5
= 16.
14
1. Analisis Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa SD Kelas V
dalam Menyelesaikan Soal Pecahan oleh Asri Fauzi, dkk (2020)
Penelitian tentang keterampilan komunikasi matematika
sebelumnya pernah dilakukan oleh Asri Fauzi, dkk (2020) dengan
judul “Analisis Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa SD Kelas
V dalam Menyelesaikan Soal Pecahan” yang hasilnya menunjukkan
bahwa hasil penelitian keterampilan komunikasi matematika siswa
cukup baik. Hal ini dilihat dari hasil siswa dalam mengerjakan soal
pecahan. Namun, tidak sedikit siswa melakukan kesalahan dimana
letak kesalahan siswa pada umumnya adalah kesalahan konsep dan
menginterpretasikan soal cerita ke dalam model matematika. Beberapa
kesalahan yang dilakukan siswa didukung dengan hasil wawancara
yang dilakukan. Data hasil tes dan wawancara dipilih terlebih dahulu
agar tidak terjadi penumpukan informasi yang sama. Data jawaban
siswa yang memiliki kesamaan dapat diwakilkan oleh satu jawaban
untuk dideskripsikan.
Hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa
kemampuan komunikasi siswa SD Negeri 34 Cakranegara yang berada
pada klasifikasi/kategori sangat baik sebesar 4% atau hanya 1 siswa.
Sedangkan pada klasifikasi baik sebesar 42% atau 11 siswa, pada
klasiifikasi cukup sebesar 35% atau 9 siswa, dan pada klasifikasi
kurang dan sangat kurang secara berturut-turut sebesar 12% atau 3
siswa dan 8% atau hanya 2 siswa. Kemampuan komunikasi matematis
siswa yang paling tinggi berada pada klasifikasi baik, namun secara
komulatif setelah dirata-ratakan berada pada klasifikasi/kategori
cukup. Kemudian dari analisis jawaban siswa, sebagian besar siswa
sudah mampu memahami konsep operasi bilangan pecahan sesuai
dengan indikator kemampuan komunikasi matematis yang sudah
dirumuskan oleh peneliti. Siswa juga sudah mampu merepresentasikan
permasalahan matematika ke dalam bentuk gambar sehingga lebih
mudah untuk menjawab soal tersebut. Akan tetapi, perlu ditingkatkan
15
lagi proses penyelesaian operasi bilangan pecahan menggunakan
metode gambar, karena masih banyak siswa yang masih keliru dalam
menggambar, misalnya ketika membagi sebuah lingkaran menjadi 3
bagian, banyak siswa yang membaginya tidak sama besar.
2. Analisis Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa Kelas III
Sekolah Dasar pada Materi Mengenal Konsep Bilangan Pecahan
oleh Retsie Resdiantie Liestarie dan Karlimah (2017)
Penelitian yang dilakukan oleh Retsie Resdiantie Liestarie dan
Karlimah dengan judul “Analisis Kemampuan Komunikasi Matematis
Siswa Kelas III Sekolah Dasar pada Materi Mengenal Konsep
Bilangan Pecahan” memperoleh sebuah hasil yaitu penelitian analisis
kemampuan komunikasi matematis siswa kelas III Sekolah Dasar pada
materi mengenal konsep bilangan pecahan di kabupaten Tasikmalaya
yaitu SDN 2 Kadipaten, maka dapat diambil kesimpulan bahwa
kemampuan siswa dalam membaca bilangan pecahan dengan
pemahaman suatu presentasi matematika, kemampuan siswa dalam
menggambarkan konsep bilangan pecahan dengan benda, ilustrasi dan
simbolsimbol dan kemampuan siswa dalam menjelaskan konsep
bilangan pecahan dengan benda, ilustrasi dan simbol-simbol telah
dimiliki oleh sebagian besar siswa, sedangkan kemampuan siswa
dalam menyatakan peristiwa sehari-hari tentang konsep bilangan
pecahan dengan benda, ilustrasi dan simbol-simbol, serta kalimat
matematik dan mengungkapkan kembali konsep bilangan pecahan
dengan bahasa sendiri masih sangat kurang.
3. Analisis Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa Kelas III
Sekolah Dasar dalam Membandingkan Pecahan Sederhana oleh
Neneng Fila Riyana Puteri dan Karlimah (2018)
Penelitian yang dilakukan oleh Neneng Fila Riyana Puteri dan
Karlimah dengan judul “Analisis Kemampuan Komunikasi Matematis
Siswa Kelas III Sekolah Dasar dalam Membandingkan Pecahan
Sederhana” mendapatkan hasil analisis yang dilakukan terhadap
16
komunikasi matematis siswa kelas III sekolah dasar dalam
membandingkan pecahan sederhana di SD Negeri Sambongpermai
dapat disimpulkan bahwa secara keseluruhan siswa kelas III telah
memiliki kemampuan komunikasi matematis tetapi belum optimal.
Kemampuan dalam menuliskan lambang bilangan pecahan dan atau
arti bilangan pecahan yang ditunjukkan oleh gambar, kemampuan
siswa dalam menuliskan kalimat matematika dari hubungan dua
gambar sudah optimal sedangkan kemampuan komunikasi matematis
siswa yang belum optimal yaitu kemampuan siswa dalam menuliskan
hubungan dari ide-ide matematika dan kemampuan siswa dalam
menuliskan penyelesaian perhitungan membandingkan bilangan
pecahan dalam kehidupan sehari hari.
4. Peningkatan Kemampuan Komunikasi Matematika Melalui
Pendekatan Realistic Matemathic Education Pada Materi Pecahan
Siswa kelas IV SD N 200404 Pintulangit oleh Indriyana Febryanthy
Harahap (2014)
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka dapat
disimpulkan bahwa kemampuan komunikasi matematika siswa kelas
IV SDN 200404 Pintulangit mengalami peningkatan melalui
pendekatan Realistic Mathematic Education (RME). Hal ini dapat
dilihat dari peningkatan rata-rata hasil tes kemampuan komunikasi
matematika yaitu 62,67 pada tes awal meningkat menjadi 75,51 pada
tes akhir siklus I dan pada tes akhir siklus II rata-rata hasil tes
kemampuan komunikasi matematika siswa mencapai 81,30. Sementara
itu, persentase ketuntasan belajar siswa juga semakin meningkat, hal
ini terlihat dari peningkatan jumlah siswa yang mencapai KKM yaitu
pada tes awal jumlah siswa yang tuntas adalah 8 siswa atau 42,11 %
dari 19 siswa, pada siklus I siswa yang tuntas ada 13 siswa atau
68,42% dari 19 siswa dan pada siklus II jumlah siswa yang tuntas
mencapai 84,21 % atau 16 siswa dari 19 siswa. Berdasarkan hasil
observasi kemampuan komunikasi matematika selama pembelajaran
17
komunikasi lisan siswa meningkat dari 27,63% pada siklus I
pertemuan 1 menjadi 40,35 pada pertemuan 2 dan 58,65 % pada
pertemuan 3 serta 64,91% pada siklus II pertemuan 1, 73,68 % pada
pertemuan 2 dan 82,91% pada pertemuan 3.
C. Alur Pikir
18
Berdasarkan urain tersebut dapat diduga banyak siswa yang
mengalami kesulitan dalam mempelajari dan menguasai materi yang telah
diberikan oleh guru pada saat pembelajaran. Maka dari itu, perlu dilakukan
penelitian terkait kemampuan belajar pada materi pecahan di kelas IV.
Hasil yang akan diperoleh dalam penelitian ini adalah dapat mengetahui
dan menganalisa tentang bagaimana kemampuan komunikasi siswa
padamateri pecahan. Diharapkan setelah mengetahui kemampuan
komunikasi matematika pada materi pecahan siswa dapat membantu
mengembangkan kemampuan komunikasi matematika siswa dalam
menyelesaikan permasalahhan pada materi pecahan.
D. Pertanyaan Penelitian
19
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian
20
ide atau gagasannya dalam memahami materi pecahan pada mata pelajaran
matematika menggunan penelitian kualitatif.
C. Sumber Data
21
indikator kemampuan komunikasi matematika. Tes tertulis diberikan
kepada 10 peserta didik dari 35 siswa kelas IV.
3. Wawancara
Wawancara dilakukan untuk memperoleh data lebih mendalam
mengenai kemampuan komunikasi matematis peserta didik.
wawancara dilakukan kepada 10 peserta didik sesuai dengan
kebutuhan untuk memperoleh data lebih mendalam mengenai
kemampuan komunikasi matematika. Wawancara ini dilakukan untuk
mendukung data yang sudah diperoleh dari hasil tes kemampuan
komunikasi matematis. Peneliti melakukan wawancara secara
langsung dengan memberikan beberapa pertanyaankepada responden.
Pedoman wawancara berisikan pertanyaan-pertanyaan yang berkaitan
dengan kemampuan komunikasi matematis.
4. Dokumentasi
Dokumentasi yang dilakukan pada penelitian ini bertujuan
untuk memperkuat bukti tes dan wawancara yang sudah dilaksanakan.
Alat bantu yang digunakan dalam melakukan dokumentasi adalah
perekam suara, kamera smartphone, dan dokumen bentuk tulisan yang
dibutuhkan selama penelitian berlangsung.
E. Keabsahan Data
1. Triangulasi Teknik
Triangulasi Teknik merupakan teknik pengumpulan data
yang berbeda-beda dengan sumber yang sama (Sugiyono, 2015).
Triangulasi akan dilakukan dengan membandingkan teknik. Peneliti
akan membandingkan data hasil tes kemampuan komunikasi
matematis denga hasil wawancara. Apabila hasil wawancara sesuai
dengan hasil tes kemampuan komunikasi matematis, maka data
tersebut dapat dikatakan kredibel sehingga peneliti dapat menarik
sebuah kesimpulan untuk memperoleh data.
2. Triangulasi sumber
22
Triangulasi sumber merupakan menggali kebenaran
informasi tertentu melalui berbagai metode dan sumber perolehan
data. Misalnya selain melalui wawancara dan observasi, biasanya
sumber pemerolehan data dapat berupa dokumen tertulis atau
dokumentasi-dokumentasi lainya. Tentu saja dalam hal itu
menghasilkan bukti atau data yang berbeda sehingga untuk
selanjutnya dapat memberikan pandangan terhadap fenomena yang
sedang diteliti.
F. Analisis Data
23
Dalam penelitian ini, peneliti menyajikan data berupada hasil tes
kemampuan komunikasi matematis. Dan hasil tersebut digunakan
sebagai bahan untuk wawancara pada subyek.
3. Penarikan simpulan
Langkah selanjutnya adalah penarikan kesimpulan atau
verifikasi. Penarikan kesimpulan ini dapat dilakukan dengan
membandingkan data analisis yang telah disajikan. Kesimpulan awal
yang dikemukakan masih bersifat sementara. Apabila kesimpulan
disertai dengan bukti yang kuat, valid, dan konsisten pada saat
penelitian di lapangan, maka kesimpulan yang diperoleh dapat
dikatakan kredibel. Namun, apabila kesimpulan tida sesuai dengan
data lapangan, maka kesimpulan awal dapat berupa suatu temuan baru
yang sebelumnya pernah ada.
24
LAMPIRAN
25
Lampiran 1
SD NEGERI 2 KARANGKEMOJING
26
Lampiran 1.2
SD NEGERI 2 KARANGKEMOJING
A. Identitas Partisipan
Nama :
Pendidikan :
B. Waktu
Hari/tanggal :
Pukul :
Tempat :
C. Pertanyaan
1. Kurikulum apakah yang digunakan di sekolah ini?
2. Menurut ibu, apakah pembelajaan di sekolah ini sudah berjalan dengan
maksimal?
3. Dalam pelaksanaanya, apakah ibu menjumpai guru yang tidak tekun
didalam mengajar?
4. Pada mata pelajaran matematika apakah yang mengajar guru kelas atau
hanya guru mata pelajaran matematika?
5. Bagaimana hasil nilai pada setiap kelasnya?
6. Bagaimana hasil nilai dari kelas IV, apakah memuaskan?
7. Sebagai seorang Kepala Sekolah, apakah yang anda lakukan jika
terdapat seorang siswa yang mengalami kesulitan dalam pembelajaran?
8. Apakah ada metode-metode belajar yang digunakan di sekolah ini?
9. Apakah terdapat media pembelajaran yang disediakan oleh sekolah
untuk pembelajaran di setiap kelas?
10. Menurut anda, apakah prestasi di sekolah ini cukup baik?
27
Lampiran 2
SD NEGERI 2 KARANGKEMOJING
28
Lampiran 2.2
SD NEGERI 2 KARANGKEMOJING
A. Identitas Partisipan
Nama :
Pendidikan :
B. Waktu
Hari/tanggal :
Pukul :
Tempat :
C. Pertanyaan
1. Menurut ibu, bagaimana komunikasi matematika siswa pada materi
pecahan?
2. Apakah siswa sudah dapat menjawab soal pecahan berupa gambar
dengan benar?
3. Apakah siswa sudah dapat menghubungkan materi pecahan dengan
mengaitkan dalam kehidupan sehari-hari?
4. Apakah siswa mampu menjawab soal dengan penyelesaian yang
benar?
5. Menurut ibu, dalam pembelajaran apakah siswa sudah bisa dalam
menjelaskan jawabannya dengan bahasanya sendiri?
6. Apakah dalam pembelajaran, ibu menggunakan benda nyata dalam
kehidupan sehari-hari?
7. Dalam pembelajaran apakah ibu menggunakan sebuah metode?
8. Apakah ibu menggunakan media atau benda nyata didalam
pembelajaran matematika pada materi pecahan?
9. Jika iya, apakah menggunakan media itu penting bagi siswa dalam
penyampaian ide atau gagasannya?
10. Apakah penyebab siswa kesulitan dalam menyampaikan ide atau
gagasannya dalam materi pecahan?
29
Lampiran 3
SD NEGERI 2 KARANGKEMOJING
30
Lampiran 3.2
SD NEGERI 2 KARANGKEMOJING
A. Identitas Partisipan
Nama :
Pendidikan :
B. Waktu
Hari/tanggal :
Pukul :
Tempat :
C. Pertanyaan
1. Apakah adik menyukai mata pelajaran matematika terutama pada
materi pecahan?
2. Menurut adik apakah sulit materi pecahan yang diajarkan oleh guru
dalam mata pelajaran matematika?
3. Apakah dalam menjelaskan materi guru menggunakan benda nyata
sebagai media pembelajaran?
4. Apakah adik akan lebih paham jika guru menjelaskannya dengan
benda nyata?
5. Jika menggunakan gambar apakah adik akan merasa mudah dalam
mengerjakan soal?
6. Menurut adik, materi pecahan yang baik harus diajarkan menggunakan
benda nyata atau tidak? Berikan alasannya.
7. Pernahkah guru memberikan contoh soal pecahan atau tidak?
8. Apakah adik bisa menjawab soal dengan jawaban dan penyelesaian
yang benar?
9. Dalam menjawab soal, apakah adik menggunakan media seperti benda
nyata atau gambar?
10. Apakah adik mengalami sebuah kesulitan dalam menyampaikan
sebuah ide atau gagasan dalam materi pecahan?
31
Lampiran 4
Nama :
Kelas :
Nomor :
1. Erli menemani Ibu berbelanja di pasar tradisional. Ibu membeli beras 5 kg,
daging ayam 2,5 kg, wortel 1/2 kg, dan kentang 3/4 kg. Berapa kg seluruh
belanja Ibu?
Jawab :
32
Daftar Pustaka
Azizah, A.N., Ekowati, D.W. and Regina, B.D., 2019. Peningkatan Kemampuan
Komunikasi Matematis Menggunakan Teori Belajar Gagne dan Media
Kartu Pecahan dalam Materi Pecahan Senilai. Indonesian Journal of
Primary Education, 3(1), pp.48-61.
Diana, H., 2017. Peningkatan aktivitas dan kemampuan komunikasi matematika
siswa melalui pendekatan Realistic Mathematic Education (RME) pada
materi pecahan di kelas IV SD Negeri 196 Manambin Kecamatan
Kotanopan (Doctoral dissertation, IAIN Padangsidimpuan).
Fauzi, A., Radiusman, R., Rahmatih, A. N., & Restini, N. K. (2020). Analisis
Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa SD Kelas V dalam
Menyelesaikan Soal Pecahan. JUMLAHKU: Jurnal Matematika Ilmiah
STKIP Muhammadiyah Kuningan, 6(1), 37-49.
Indriani, A. (2015). Penerapan Pembelajaran Tematik Kurikulum 2013 oleh Guru
SD/MI di Desa Klepek Kecamatan Sukosewu Kabupaten Bojonegoro
Semester Gasal Tahun Ajaran 2014/2015. Jurnal Varidika, 27(1), 43-49.
Lidinillah, D.A.M., 2008. Strategi pembelajaran pemecahan masalah di sekolah
dasar. Jurnal Pendidikan Dasar, 10(1-5), pp.1-10.
Puteri, N. F. R., & Karlimah, K. Analisis Kemampuan Komunikasi Matematis
Siswa Kelas III Sekolah Dasar dalam Membandingkan Pecahan
Sederhana. PEDADIDAKTIKA: Jurnal Ilmiah Pendidikan Guru Sekolah
Dasar, 5(3), 140-151.
Putri, I. J. (2013). Pengaruh Pendekatan Realistic Mathematics Education (Rme)
Untuk Meningkatkan Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa Dalam
Materi Pecahan (Penelitian Eksperimen Pada Siswa Kelas IV SDN 2
Waled Kota dan SDN 2 Waled Desa Kecamatan Waled Kabupaten
Cirebon) (Doctoral dissertation, Universitas Pendidikan Indonesia).
Rahardjo, M., 2010. Triangulasi dalam penelitian kualitatif. Universitas Islam
Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang
Sinaga, D. Y. (2020). Analisis Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa dalam
Penerapan Pembelajaran Matematik Realistik Di Kelas V SD Markus
Medan TP. 2018/2019 (Doctoral dissertation, UNIMED).
33