Anda di halaman 1dari 30

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN AIR TERHADAP

PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS DAN KEMAMPUAN

BERPIKIR KREATIF SISWA KELAS VIII

SMPN 2 NAN SABARIS

Proposal Tesis

Oleh:

ELA SALSABIELA
NIM18205054

Dosen Pengampu
Prof. Dr. Ahmad Fauzan, M.Pd., M.Sc.

KONSENTRASI PENDIDIKAN MATEMATIKA

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PENDIDIKAN

PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS NEGERI PADANG

2018
DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR ISI................................................................................................... i

BAB I PENDAHULUAN................................................................................. 1

A. Latar Belakang Masalah........................................................................... 1


B. Identifikasi Masalah.................................................................................. 2
C. Batasan Masalah....................................................................................... 3
D. Rumusan Masalah..................................................................................... 3
E. Tujuan Penelitian...................................................................................... 4
F. Manfaat Penelitian.................................................................................... 5
BAB II KERANGKA TEORITIS................................................................... 7

A. Landasan Teori......................................................................................... 7
1. Kemampuan Awal.............................................................................. 7
2. Model Pembelajaran Auditory, Intellectually and Repetition............. 7
3. Pemahaman Konsep Matematis.......................................................... 10
4. Kemampuan Berpikir Kreatif............................................................. 11
B. Penelitian Relevan.................................................................................... 11
C. Kerangka Konseptual................................................................................ 12
D. Hipotesis................................................................................................... 13
BAB III METODE PENELITIAN................................................................. 15
A. Jenis Penelitian................................................................................. 15
B. Desain Penelitian………………………………………………….. 15
C. Populasi dan Sampel........................................................................ 16
1. Populasi...................................................................................... 16
2. Sampel........................................................................................ 16
D. Variabel Dalam Penelitian........................................................................ 17
E. Prosedur Penelitian........................................................................... 18
F. Instrumen Penelitian................................................................................. 21
G. Teknik Analisis Data........................................................................ 24
DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………………… 26
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pemahaman menurut Bloom (Susanto 2014:6) adalah seberapa mampu

siswa menerima, menyerap, dan memahami pelajaran yang diberikan oleh

guru kepada siswa. Konsep menurut Wardani (Depdiknas 2010), adalah ide

(abstrak) yang dapat digunakan atau memungkinkan seseorang untuk

mengelompokkan/menggolongkan sesuatu objek.

Umumnya pada pembelajaran matematika di Indonesia guru

menjelaskan konsep matematika atau prosedur menyelesaikan soal dan siswa

menerima pengetahuan tersebut secara pasif. Sebagaimana diungkapkan oleh

Asmin (2003), dalam pembelajaran matematika di Indonesia masih banyak

guru yang melakukan proses pembelajaran matematika di sekolah dengan

pembelajaran konvensional, yakni guru secara aktif mengajarkan matematika

kemudian memberi contoh dan latihan sedangkan siswa mendengarkan,

mencatat, dan mengerjakan latihan yang diberikan oleh guru. Dalam hal ini,

siswa hanya berusaha menghafalkan pengetahuan yang diterimanya untuk

menyelesaikan persoalan yang diberikan, padahal hafalan bukan merupakan

jawaban dalam matematika, khusunya ketika siswa tidak mengerti.

Menurut Torrance (Hakan, sertkahya, 2015) kreativitas adalah sesuatu

yang menjadi sensitif terhadap masalah, kekurangan, kurangnya informasi,

tidak ada unsur dan tidak kompatibel, mengidentifikasi tantangan, mencari

1
untuk solusi, estimasi dan hipotesis atau memodifikasi hipotesis dalam

kaitannya dengan kekurangan, memilih dan mencoba salah satu solusi, retrial,

dan menarik kesimpulan yang sesuai. Menurut Noer (2009) dalam

pembelajaran matematika siswa terbiasa dengan urutan langkah-langkah

pembelajaran sebagai berikut: (1) diajarkan teori/definisi/teorema; (2)

diberikan contoh-contoh; (3) diberikan latihan soal. Dengan kondisi yang

demikian, kemampuan kreatif siswa kurang berkembang.

Pemahaman konsep dan kemampuan berpikir kreatif memiliki

hubungan kausalitas yang bersifat konstruktif yang saling menguatkan peran

masing-masing. Pemahaman konsep menjadi dasar seseorang untuk

memahami permasalahan matematika dan membuat hubungan-hubungan antar

konsep dalam penyelesaian masalah matematika. Kemampuan berpikir kreatif

berperan dalam sistematika berpikir seseorang dalam memunculkan gagasan

yang bervariasi, autentik, dan terperinci dalam suatu penyelesaian masalah

matematika (Trianggono 2017).

Untuk menjawab permasalahan di atas perlu dibuat suatu rancangan

pembelajaran yang dapat membangun suasana belajar yang membuat siswa

aktif sehingga mampu meningkatkan pemahaman konsep matematis siswa

terhadap pembelajaran matematika. Menurut Suherman, dkk (2014:6), salah

satu cara yang dapat digunakan oleh guru adalah dengan menerapkan model

pembelajaran Auditory, Intellectualy and Repetition (AIR).

B. Identifikasi Masalah

1. Rendahnya kemampuan pemahaman konsep matematis siswa.

2. Rendahnya kemampuan berpikir kreatif siswa.


3. Guru menjelaskan konsep matematika atau prosedur menyelesaikan soal.

4. Siswa menerima pengetahuan tersebut secara pasif.

5. Siswa tidak bisa menyampaikan kembali materi pelajaran sebelumnya

6. Proses pembelajaran matematika masih konvensional.

7. Siswa hanya menghafalkan rumus.

C. Batasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah di atas agar penelitian ini lebih terarah dan

terkontrol, masalah dalam penelitian ini dibatasi pada pemahaman konsep matematis

dan kemampuan berpikir kreatif siswa melalui pembelajaran AIR dengan

memperhatikan kemampuan awal siswa.

D. Rumusan Masalah

1. Apakah pemahaman konsep matematis siswa yang diajar dengan model

pembelajaran AIR lebih tinggi daripada siswa yang diajar dengan

pembelajaran konvensional?

2. Apakah pemahaman konsep matematis siswa berkemampuan awal tinggi

yang diajar dengan model pembelajaran AIR lebih tinggi daripada siswa

berkemampuan awal tinggi yang diajar dengan pembelajaran

konvensional?

3. Apakah pemahaman konsep matematis siswa berkemampuan awal rendah

yang diajar dengan model pembelajaran AIR lebih tinggi daripada siswa

berkemampuan awal rendah yang diajar dengan pembelajaran

konvensional?

4. Apakah terdapat interaksi antara model pembelajaran dan kemampuan

awal dalam mempengaruhi pemahaman konsep matematis siswa?


5. Apakah kemampuan berpikir kreatif siswa yang diajar dengan model

pembelajaran AIR lebih tinggi daripada siswa yang diajar dengan

pembelajaran kovensional?

6. Apakah kemampuan berpikir kreatif siswa berkemampuan awal tinggi

yang diajar dengan model pembelajaran AIR lebih tinggi daripada siswa

berkemampuan awal tinggi yang diajar dengan pembelajaran

konvensional?

7. Apakah kemampuan berpikir kreatif siswa berkemampuan awal rendah

yang diajar dengan model pembelajaran AIR lebih tinggi daripada siswa

berkemampuan awal rendah yang diajar dengan pembelajaran

konvensional?

8. Apakah terdapat interaksi antara model pembelajaran dan kemampuan

awal dalam mempengaruhi kemampuan berpikir kreatif siswa?

9. Tujuan Penelitian

Berdasarkan permasalahan penelitian yang diteliti, maka penelitian ini

bertujuan untuk mengetahui:

1. Pemahaman konsep matematis siswa yang diajar dengan model

pembelajaran AIR lebih tinggi daripada siswa yang diajar dengan

pembelajaran konvensional

2. Pemahaman konsep matematis siswa berkemampuan awal tinggi yang

diajar dengan model pembelajaran AIR lebih tinggi daripada siswa

berkemampuan awal tinggi yang diajar dengan pembelajaran

konvensional.
3. Pemahaman konsep matematis siswa berkemampuan awal rendah yang

diajar dengan model pembelajaran AIR lebih tinggi daripada siswa

berkemampuan awal rendah yang diajar dengan pembelajaran

konvensional.

4. Terdapat interaksi antara model pembelajaran dan kemampuan awal dalam

mempengaruhi pemahaman konsep matematis siswa?

5. Kemampuan berpikir kreatif siswa yang diajar dengan model

pembelajaran AIR lebih tinggi daripada siswa yang diajar dengan

pembelajaran kovensional?

6. Kemampuan berpikir kreatif siswa berkemampuan awal tinggi yang diajar

dengan model pembelajaran AIR lebih tinggi daripada siswa

berkemampuan awal tinggi yang diajar dengan pembelajaran

konvensional?

7. Kemampuan berpikir kreatif siswa berkemampuan awal rendah yang

diajar dengan model pembelajaran AIR lebih tinggi daripada siswa

berkemampuan awal rendah yang diajar dengan pembelajaran

konvensional?

8. Terdapat interaksi antara model pembelajaran dan kemampuan awal dalam

mempengaruhi kemampuan berpikir kreatif siswa?

9. Manfaat penelitian

Manfaat yang dapat diambil dari penelitian ini:

1. Bagi sekolah, sebagai bahan pertimbangan dalam mengelola pembelajaran

untuk meningkatkan mutu guruan.


2. Bagi Guru, sebagai informasi dan masukan dalam memilih model

pembelajaran yang tepat dan baik dalam pembelajaran matematika.

3. Bagi pembaca, hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan

dan ilmu pengetahuan, serta landasan untuk melanjutkan penelitian.


BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Landasan Teori

1. Kemampuan Awal Siswa

Menurut Ausubbel (Trianto, 2011:38), dalam membantu siswa

menanamkan pengetahuan baru dari suatu materi, diperlukan konsep-

konsep awal yang sudah dimiliki siswa yang berkaitan dengan konsep

yang akan dipelajari, sehingga siswa mampu menyelesaikan permasalahan

yang memerlukan konsep awal yang sudah dimiliki. Kemampuan awal

siswa merupakan dasar untuk menerima pengetahuan yang baru.

Kemampuan awal matematika sangat diperlukan, karena suatu

proses pembelajaran dikatakan bermakna jika seorang siswa dapat

menghubungkan konsep-konsep yang sudah ada dengan pengetahuan yang

baru. Dari proses tersebut ditemukan suatu pengetahuan baru yang dapat

digunakan dalam kehidupannya.

2. Model Pembelajaran AIR

Model pembelajaran AIR adalah model pembelajaran yang terdiri

dari tiga aspek, yaitu auditory, intellectually, dan repetition. Teori yang

mendukung model pembelajaran AIR adalah aliran psikologi tingkah laku

serta pendekatan pembelajaran matematika berdasarkan paham

konstruktivisme. Pendekatan konstruktivisme menekankan bahwa pada

saat belajar matematika yang terpenting adalah proses belajar siswa, guru

7
sebagai fasilitator yang mengarahkan siswa, meluruskan, dan melengkapi

sehingga konstruksi pengetahuan yang dimiliki siswa menjadi benar.

a) Auditory

Gaya belajar auditory, yaitu gaya belajar yang mengakses

segala jenis bunyi dan kata. Menurut Huda (2014:290), salah satu

kegiatan yang dapat menunjang dalam auditory adalah membentuk

siswa ke dalam beberapa kelompok dan melakukan diskusi, guru

sebaiknya melakukan hal-hal berikut:

1) Melaksanakan diskusi kelas atau debat.


2) Meminta siswa untuk presentasi.
3) Meminta siswa untuk membaca teks dengan keras.
4) Meminta siswa untuk mendiskusikan ide mereka secara
verbal.
5) Melaksanakan belajar kelompok.

b) Intellectually

Menurut Dave Meier (Huda 2014:290), “intellectualy bukanlah

pendekatan tanpa emosi, rasionalistis, akademis, dan terkotak-kotak”.

Seorang guru haruslah berusaha mengajak siswa terlibat dalam

aktivitas-aktivitas intelektual seperti yang dikemukakan oleh Dave

Meier (Huda 2014:291):

1) memecahkan masalah
2) menganalisis pengalaman
3) mengerjakan perencanaan strategis
4) melahirkan gagasan kreatif
5) mencari dan menyaring informasi
6) merumuskan pertanyaan
7) menciptakan model mental
8) menerapkan gagasan baru pada pekerjaan
9) menciptakan makna pribadi
10) meramalkan implikasi suatu gagasan
c) Repetition

Menurut Erman Suherman (Aris Shoimin 2016:29), “repetition

adalah pengulangan, dengan tujuan memperdalam dan memperluas

pemahaman siswa yang perlu dilatih melalui pengerjaan soal,

pemberian tugas, dan kuis”. Pengulangan dalam kegiatan pembelajaran

dimaksudkan agar pemahaman siswa lebih mendalam, disertai dengan

pemberian soal dalam bentuk tugas atau kuis. Dengan pemberian

tugas, diharapkan siswa lebih terlatih dalam menggunakan

pengetahuan yang didapat dalam menyelesaikan suatu permasalahan

dan mengingat apa yang telah diterima. Sementara pemberian kuis

dimaksudkan agar siswa siap menghadapi ujian tes yang dilaksanakan

sewaktu-waktu serta melatih daya ingat.

d) Langkah-Langkah Model Pembelajaran AIR

Adapun langkah-langkah untuk melakukan model

pembelajaran AIR (Aris Shoimin 2016:30), adalah sebagai berikut:

1) Siswa dibagi menjadi beberapa kelompok, masing-masing


kelompok 4-5 anggota.
2) Siswa mendengarkan dan memperhatikan penjelasan dari
guru.
3) Setiap kelompok mendiskusikan tentang materi yang mereka
pelajari dan menuliskan hasil diskusi tersebut dan selanjutnya
dipresentasikan di depan kelas (auditory).
4) Saat persentasi berlangsung, siswa mendapat soal atau
permasalahan yang berkaitan dengan materi.
5) Masing-masing kelompok memikirkan cara menerapkan
hasil diskusi serta dapat meningkatkan kemampuan mereka
untuk menyelesaikan masalah (intellectualy).
6) Setelah selesai persentasi, siswa mendapat pengulangan
materi dengan cara mendapatkan tugas atau kuis untuk tiap
individu (reptition).
3. Pemahaman Konsep Matematis

Pemahaman menurut Bloom (Susanto 2014:6) diartikan sebagai

kemampuan untuk menyerap arti dari materi atau bahan yang dipelajari.

Pemahaman menurut Bloom ini adalah seberapa mampu siswa menerima,

menyerap, dan memahami pelajaran yang diberikan oleh guru kepada

siswa, atau sejauh mana siswa dapat memahami serta mengerti apa yang

dia baca, yang dilihat, yang dialami atau yang dia rasakan.

Menurut Dorothy J. Skeel Konsep merupakan sesuatu yang

tergambar dalam pikiran, gagasan, atau suatu pengertian (Susanto 2014:8).

Dari kutipan tersebut dapat disimpulkan bahwa konsep merupakan sesuatu

yang telah melekat dalam hati seseorang dan tergambar dalam pikiran,

gagasan, atau suatu pengertian.

Jadi dapat disimpulkan bahwa pemahaman konsep matematis

merupakan salah satu kecakapan matematika dalam memahami konsep-

konsep, menjelaskan keeterkaitan antarkonsep dan dapat mengaplikasikan

konsep secara luwes, akurat, efisien dan tepat. Dalam pemahaman konsep

diharapkan siswa mampu untuk menguasai konsep, operasi dan relasi

matematis.

Pada petunjuk teknis peraturan Dirjen Dikdasmen Depdiknas

No.506/C/PP/2004 tanggal 11 November 2004 (Fadjar 2009:13) tentang

penilaian perkembangan anak didik SMP dicantumkan indikator dari

kemampuan pemahaman konsep sebagai hasil belajar matematika.

Indikator tersebut adalah:


1) Menyatakan ulang suatu konsep.
2) Mengklasifikasikan objek menurut sifat-sifat tertentu sesuai
dengan konsepnya.
3) Memilih contoh dan bukan contoh dari konsep.
4) Menyajikan konsep dalam berbagai bentuk representasi matematis.
5) Menunjukkan syarat perlu atau syarat cukup dari suatu konsep.
6) Memanfaatkan dan memilih operasi tertentu.
7) Mengaplikasikan konsep ke penyelesaian masalah.

4. Kemampuan Berpikir Kreatif

Berpikir adalah aktualisasi cara kerja otak. Menurut Torrance

(Hakan, sertkahya, 2015) kreativitas adalah sesuatu yang menjadi sensitif

terhadap masalah, kekurangan, kurangnya informasi, tidak ada unsur dan

tidak kompatibel, mengidentifikasi tantangan, mencari untuk solusi,

estimasi dan hipotesis atau memodifikasi hipotesis dalam kaitannya

dengan kekurangan, memilih dan mencoba salah satu solusi, retrial, dan

menarik kesimpulan yang sesuai.

Jadi dapat disimpulkan berpikir kreatif adalah suatu proses berpikir

yang menghasilkan bermacam-macam kemungkinan jawaban.

Kemampuan berpikir kreatif adalah kemampuan seseorang dalam berpikir

dengan sudut pandang yang berbeda-beda dan menghidupkan

imajinasinya untuk menghasilkan ide-ide baru yang digunakan untuk

menyelesaikan suatu permasalahan.

B. Penelitian Relevan

1. Tatang Yuli Eko Siswono “Leveling Students’ Creative Thinking In

Solving And Posing Mathematical Problem”. Hasil penelitian tersebut

adalah Penelitian ini telah mendeskripsikan karakteristik tingkat pemikiran


kreatif siswa SMP di kelas tugas-tugas matematika. Perbedaan tingkat

didasarkan pada kelancaran, fleksibilitas, dan kebaruan dalam pemecahan

masalah dan problem posing matematika.

2. Qurotuh Ainia (2012) dengan judul “Eksperimentasi Model Pembelajaran

Auditory, Intellectually and Repetition terhadap prestasi belajar

Matematika Siswa Kelas VII SMP Negeri 1 Kaligesing Tahun

2011/2012”. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya

adalah variabel terikatnya, pada penelitian ini melihat kemampuan

pemahaman konsep matematis dan kemampuan berpikir kreatif siswa

sedangkan pada penelitian sebelumnya melihat prestasi belajar atau hasil

belajar siswa.

3. Dedeh Tresnawati Choridah (2013) “Peran Pembelajaran Berbasis

Masalah Untuk Meningkatkan Kemampuan Komunikasi Dan Berpikir

Kreatif Serta Disposisi Matematis Siswa Sma”. Hasil penelitian ini adalah

pembelajaran berbasis masalah dapat meningkatkan kemampuan berpikir

matematis tingkat tinggi siswa.

C. Kerangka Konseptual

Apabila siswa tidak memahami konsep dasar dalam proses

pembelajaran matematika, maka untuk tahap selanjutnya akan lebih sulit

karena materi pelajaran matematika bersifat hierarki dan saling berkaitan.

Faktor yang menyebabkan rendahnya pemahaman konsep matematis siswa di

antaranya adalah proses pembelajaran yang masih terpusat pada guru, kurang

bervariasinya model pembelajaran yang diterapkan, sehingga membuat siswa


kurang optimal dalam berpikir karena siswa hanya menerima informasi yang

diberikan oleh guru saja. Rendahnya kemampuan pemahaman konsep siswa

ini berdampak pada hasil belajar siswa dan juga kemampuan berpikir kreatif

siswa, karena siswa tidak bisa memahami konsep pelajaran.

Untuk menjawab permasalahan di atas salah satu cara yang dapat

digunakan oleh guru adalah dengan menerapkan model pembelajaran AIR,

merupakan variasi dari pembelajaran kooperatif yang menekankan pada tiga

aspek yaitu: Auditory (mendengar), Intellectually (berpikir), dan Repetition

(pengulangan). Akibat dari tiga hal penekanan tersebut, siswa akan memiliki

kemampuan lebih dalam kreatifitas, keaktifan dalam pembelajaran,

kemampuan memecahkan masalah dan daya ingat yang kuat sehingga

kemampuan pemahaman konsep matematis siswa meningkat.

D. Hipotesis Penelitian

Berdasarkan permasalahan dan kajian teori yang telah diuraikan, maka

hipotesis dalam penelitian ini adalah :

1. Pemahaman konsep matematis siswa yang diajar dengan model

pembelajaran AIR lebih tinggi daripada siswa yang diajar dengan

pembelajaran konvensional

2. Pemahaman konsep matematis siswa berkemampuan awal tinggi yang

diajar dengan model pembelajaran AIR lebih tinggi daripada siswa

berkemampuan awal tinggi yang diajar dengan pembelajaran

konvensional.
3. Pemahaman konsep matematis siswa berkemampuan awal rendah yang

diajar dengan model pembelajaran AIR lebih tinggi daripada siswa

berkemampuan awal rendah yang diajar dengan pembelajaran

konvensional.

4. Terdapat interaksi antara model pembelajaran dan kemampuan awal dalam

mempengaruhi pemahaman konsep matematis siswa?

5. Kemampuan berpikir kreatif siswa yang diajar dengan model

pembelajaran AIR lebih tinggi daripada siswa yang diajar dengan

pembelajaran kovensional?

6. Kemampuan berpikir kreatif siswa berkemampuan awal tinggi yang diajar

dengan model pembelajaran AIR lebih tinggi daripada siswa

berkemampuan awal tinggi yang diajar dengan pembelajaran

konvensional?

7. Kemampuan berpikir kreatif siswa berkemampuan awal rendah yang

diajar dengan model pembelajaran AIR lebih tinggi daripada siswa

berkemampuan awal rendah yang diajar dengan pembelajaran

konvensional?

8. Terdapat interaksi antara model pembelajaran dan kemampuan awal dalam

mempengaruhi kemampuan berpikir kreatif siswa?


BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah eksperimen semu (quasy

eksperiment), karena penelitian dilakukan dengan cara memberikan perlakuan yang

tertentu pada objek penelitian. Penelitian ini digunakan dalam menyelidiki

Pemecahan Masalah siswa dan kemampuan berpikir kreatif siswa.

B. Desain Penelitian

Desain penelitian yang digunakan adalah Random Group Only Design.

Desain penelitian yang digunakan dapat dlihat pada tabel berikut :

Tabel 1. Rancangan Penelitian

Kelas Pretest Treatment Posttest

Eksperimen - X T

Kontrol - Y T

Sumber : Dimodifikasi dari Suryabrata (2014:104)

Keterangan:

X : Perlakuan dengan menggunakan

Y : Pembelajaran konvensional.

T : Tes akhir, tes Pemecahan Masalah dan kemampuan

berpikir kreatif.

Berdasarkan rancangan yang digunakan, maka hubungan antara

variabel dalam penelitian ini terlihat pada tabel 2.

15
Tabel 2. Tabel Winner

Model Pembelajaran (B)


Kemampuan Pembelajaran AIR (B1) Pembelajaran Konvensional
Awal (A) (B¿¿ 2)¿
Pemahaman Kemampua Pemahaman Kemampuan
Konsep n Berpikir Konsep Berpikir
(B¿¿ 11) ¿ Kreatif ( B¿¿ 21)¿ Kreatif
( B¿¿ 12) ¿ (B¿¿ 22) ¿
Tinggi ( A1 B 11) ( A1 B 12) ( A1 B 21) ( A1 B 22)
( A1 )
Rendah ( A2 B 11) ( A2 B 12) ( A2 B 21) ( A2 B 22)
( A2 )
Sumber: Dimodifikasi dari Suwanda (2011:123)

Keterangan :

( A1 B 11) : Pemahaman konsep siswa berkemampuan awal tinggi yang


diajar menggunakan pembelajaran AIR.
( A1 B 12) : Kemampuan berpikir kreatif siswa berkemampuan awal tinggi
yang diajar menggunakan pembelajaran AIR.
( A1 B 21) : Pemahaman konsep siswa berkemampuan awal tinggi yang
diajar menggunakan pembelajaran konvensional.
( A1 B 22) : Kemampuan berpikir kreatif siswa berkemampuan awal tinggi
yang diajar menggunakan pembelajaran AIR.
( A2 B 11) : Pemahaman konsep siswa berkemampuan awal rendah yang
diajar menggunakan pembelajaran AIR.
( A2 B 12) : Kemampuan berpikir kreatif siswa berkemampuan awal
rendah yang diajar menggunakan pembelajaran AIR.
( A2 B 21) : Pemahaman konsep siswa berkemampuan awal rendah yang
diajar menggunakan pembelajaran konvensional.
( A2 B 22) : Kemampuan berpikir kreatif siswa berkemampuan awal
rendah yang diajar menggunakan pembelajaran konvensional.

C. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas VIII SMPN 2 Nan

Sabaris tahun ajaran 2018/2019 yang terdiri dari enam kelas.

2. Sampel
Sampel yang diperlukan dalam penelitian ini dua kelas, yaitu satu

kelas sebagai kelas eksperimen dan satu kelas sebagai kelas kontrol.

Setelah dilakukan uji kesamaan rata-rata, maka pengambilan sampel

dilakukan dengan menggunakan teknik Probability Sampling. Cara

pengambilan sampel yaitu dengan Simple Random Sampling atau secara

acak tanpa memperhatikan strata (tingkatan) dalam anggota populasi

tersebut. Untuk pemilihannya dilakukan dengan cara diundi, pengambilan

undian ke-1 mewakili kelas eksperimen, pengambilan undian ke-2

mewakili kelas kontrol.

D. Variabel dan Data

1. Variabel

Suharsimi (2006:118) mengatakan bahwa “Variabel adalah objek

penelitian atau apa yang menjadi titik perhatian suatu penelitian. Variabel

dalam penelitian ini terdiri dari:

1) Variabel bebas, yaitu variabel yang diperkirakan berpengaruh terhadap

variabel lain. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah pembelajaran

kooperatif dengan tipe AIR dan pembelajaran konvensional.

2) Variabel terikat, yaitu gejala yang timbul akibat perlakuan yang

diberikan oleh variabel bebas. Variabel terikat pada penelitian ini

adalah pemecahan masalah dan kemampuan berpikir kreatif.

3) Variabel moderator, yaitu kemampuan awal siswa.

2. Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari data

primer dan data sekunder.

1) Data primer dalam penelitian ini adalah data yang diambil dari nilai tes

Pemahaman konsep matematis dan nilai tes kemampuan berpikir

kritis. Data tersebut diperoleh dari siswa kelas VIII SMPN 2 Nan

Sabaris yang menjadi kelas sampel pada penelitian.

2) Data sekunder, yaitu data tentang jumlah siswa dan nilai ujian mid

semester satu SMPN 2 Nan Sabaris. Data tersebut diperoleh dari guru

mata pelajaran matematika dan Tata Usaha sekolah.

E. Prosedur Penelitian

Penelitian ini dilakukan secara sistematis. Prosedur yang dilakukan

dalam penelitian ini dilaksanakan dalam beberapa tahap, yaitu:

1. Tahap Persiapan

Adapun persiapan yang dilakukan sebagai berikut:

a. Menentukan jadwal penelitian.

b. Menyiapkan perangkat pembelajaran, yaitu Rencana Pelaksanaan

Pembelajaran (RPP), Lembar Kerja Siswa (LKPD). RPP disusun

sesuai dengan pendekatan yang digunakan. Di kelas eksperimen RPP

disusun sesuai dengan pembelajaran AIR, sedangkan di kelas kontrol

disusun dengan pembelajaran konvensional.

c. Menyusun instrumen pengumpul data yaitu kisi-kisi dan soal

kemampuan awal.

2. Tahap Pelaksanaan
a. Pelaksanaan Pembelajaran pada Kelas Eksperimen

Kegiatan Guru Kegiatan


Siswa
1. Guru membagi Siswa menjadi 1. Siswa duduk dalam kelompok
beberapa kelompok. masing-masing.
2. Guru membagikan LKS kepada 2. Masing-masing Siswa menerima
masing-masing Siswa. LKS
Mengamati Mengamati
Auditory Auditory
(Belajar mengutamakan kemampuan (Belajar mengutamakan kemampuan
berbicara dan berbicara dan
mendengarkan). mendengarkan).
3. Guru meminta Siswa mengamati 3. Siswa mengamati dan
dan mencermati masalah yang mencermati masalah yang
terdapat pada LKS. terdapat pada LKS.
Menanya Menanya
4. Guru mengarahkan Siswa untuk 4. Siswa mengajukan permasalahan
mengajukan pertanyaan tentang tentang kejadian sehari-hari yang
materi yang belum diketahui. berkaitan dengan pola bilangan.
Mengumpulkan data Mengumpulkan data
5. Guru mengajak Siswa untuk 5. Siswa berdiskusi mengenai
mendiskusikan permasalahan permasalahan yang dijelaskan
yang dijelaskan. oleh guru.
Intellectualy Intellectualy
(Belajar menggunakan kemampuan (Belajar menggunakan kemampuan
berpikir/mind on) berpikir/mind on)
6. Guru meminta siswa mengisi 6. Siswa mengisi data atau jawaban
data/jawaban mengenai yang yang tertera dalam LKS.
tertera dalam LKS.
7. Guru membimbing siswa 7. Siswa secara berkelompok
menggali informasi mengenai menggali informasi mengenai
materi pelajaran. materi yang diajarkan.
8. Guru mengamati masing-masing 8. Siswa saling berdiskusi bersama
kelompok dalam belajar, teman sekelompoknya.
mencermati terhadap berbagai
kesulitan yang dialami siswa.
Mengasosiasi Mengasosiasi
Intellectualy Intellectualy
(Belajar menggunakan kemampuan (Belajar menggunakan kemampuan
berpikir/mind on) berpikir/mind on)
9. Guru meminta siswa 9. Siswa menyimpulkan hasil
menyimpulkan hasil dari diskusi kemudian menuliskannya
kegiatan pada LKS masing- di dalam LKS masing-masing.
Kegiatan Guru Kegiatan
Siswa
masing.
Mengkomunikasikan Mengkomunikasikan
10. Guru meminta perwakilan dari 10. Perwakilan dari masing-masing
masing-masing kelompok untuk kelompok mempresentasikan
mempresentasikan hasil diskusi hasil diskusi kelompoknya.
kelompoknya.
11. Guru meminta Siswa dari 11. Siswa dari kelompok lain
kelompok lain untuk menanggapi, mengajukan
menanggapi, mengajukan pertanyaan, saran dan sebagainya
pertanyaan, saran dan sebagainya dalam rangka penyempurnaan.
dalam rangka penyempurnaan.
Repetition Repetition
(Pengulangan, dengan tujuan (Pengulangan, dengan tujuan
memperdalam pemahaman Siswa) memperdalam pemahaman Siswa)
12. Guru memberikan penguatan dan 12. Siswa mendengarkan dan
menyimpulkan secara memahami penguatan dan
keseluruhan mengenai materi kesimpulan yang diberikan oleh
pelajaran dan memberi latihan Guru secara keseluruhan
dan kuis. mengenai materi pelajaran.

b. Pelaksanaan Pembelajaran pada Kelas Kontrol

Pada kelas kontrol dilaksanakan pembelajaran dengan

pendekatan pembelajaran konvensional.Proses pelaksaan pembelajaran

adalah sebagai berikut:

1) Guru menjelaskan materi pembelajaran.

2) Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya

mengenai materi yang dijelaskan guru.

3) Guru memberikan latihan dan siswa mengerjakan latihan secara

individu.

4) Memberikan kesempatan kepada beberapa orang siswa untuk

mempresentasikan jawabannya di depan kelas dan guru

membimbing siswa untuk membuat kesimpulan.


c. Tahap Akhir

Pada tahap ini, kegiatan yang dilakukan adalah sebagai berikut:

1. Mengadakan tes akhir pada kedua kelas sampel setelah penelitian

berakhir, guna mengetahui hasil perlakuan yang diberikan.

2. Mengolah data dari kedua sampel.

3. Menarik kesimpulan dari hasil yang didapat sesuai dengan teknik

analisis data yang digunakan.

F. Instrumen Penelitian

Langkah-langkah yang dilakukan adalah sebagai berikut:

1. Penyusunan Tes

Tes disusun dalam bentuk essay. Langkah-langkah dalam

menyusun tes tersebut adalah:

1) Menentukan tujuan mengadakan tes yaitu memperoleh hasil belajar

siswa pada aspek Pemahaman konsep matematis dan kemampuan

berpikir kreatif.

2) Membuat batasan terhadap bahan pelajaran yang akan diujikan.

3) Menyusun kisi-kisi tes uji coba belajar matematika berdasarkan

indikator pemahaman konsep matematis dan kemampuan berpikir

kreatif.

4) Menyusun butir-butir soal menjadi bentuk soal tes akhir yang akan

diujikan.

2. Validitas Tes
Suatu tes dikatakan valid jika tes tersebut dapat mengukur apa

yang seharusnya diukur. Validitas yang diuji dalam penelitian ini adalah

validitas isi yaitu cara membuat butir soal harus sesuai dengan kurikulum

yang berlaku. Suharsimi (2006:145) mengemukakan bahwa “Sebuah tes

dikatakan memiliki validitas isi apabila dapat mengukur tujuan khusus

tertentu yang sejajar dengan materi atau isi pelajaran yang diberikan. Oleh

karena itu, materi yang diajarkan tertera pada kurikulum. Maka validitas

isi sering disebut validitas kurikulum“.

3. Uji Coba Tes

Sebelum tes diberikan kepada kelompok sampel, maka terlebih

dahulu dilakukan uji coba tes. Uji coba dilakukan untuk menentukan daya

pembeda, indeks kesukaran dan reliabilitas item yang akan diberikan

tersebut mempunyai kualitas yang baik. Pemilihan kelompok siswa untuk

uji coba ini adalah siswa yang kemampuannya tidak jauh berbeda

dengan siswa di kelas sampel.

4. Analisis Item

Setelah uji coba dilakukan maka kegiatan selanjutnya adalah

melakukan analisis butir soal, untuk melihat keberadaan soal-soal yang

disusun baik atau tidak. Menurut Suharsimi (2006:207) bahwa “Tujuan

analisis butir soal yaitu untuk mengadakan identifikasi soal-soal yang

baik, kurang baik, dan soal yang jelek. Dengan analisa soal dapat

diperoleh informasi tentang kejelekan sebuah soal dan petunjuk untuk

mengadakan perbaikan”.
Dalam melaksanakan analisis item ada 3 langkah yang perlu

diselidiki yaitu:

a. Indeks Pembeda Soal

Indeks daya pembeda soal adalah kemampuan soal untuk dapat

membedakan siswa berkemampuan tinggi dengan siswa yang

berkemampuan rendah (Arikunto 2006: 211). Untuk menentukan daya

pembeda soal, digunakan rumus yang dikemukakan oleh Depdiknas

(2001:28) sebagai berikut:

Mean kelompok atas−Mean kelompok bawah


DP=
Skor maksimum soal

Menurut Depdiknas (2001:28) kriteria daya pembeda soal

adalah sebagai berikut:

Daya Pembeda Kriteria

0,40≤ DP ≤0,100 Soal diterima

0,30≤ DP<¿ 0,40 Soal diterima tetapi perlu diperbaiki

0,20≤ DP<¿ 0,30 Soal diperbaiki

0,00≤ DP<¿ 0,20 Soal tidak dipakai

b. Indeks Kesukaran Soal

Tingkat kesukaran soal adalah besaran yang digunakan untuk

menyatakan apakah suatu soal termasuk dalam kategori mudah, sedang

atau sukar. Soal yang baik adalah soal yang tidak terlalu mudah atau

tidak terlalu sukar. Tingkat kesukaran dapat dihitung dengan rumus

yang dikemukakan oleh Depdiknas (2001:28) sebagai berikut:


Mean
Tk=
Skor maksimal yang tela h ditetapkan

Tingkat Kesukaran Soal Kriteria

0,70<TK ≤1,00 Mudah

0,30¿ TK ≤0,70 Sedang

0,00≤ TK ≤ 0,30 Sulit

c. Reliabilitas Soal

Reliabilitas tes adalah suatu ukuran tes tersebut dapat

dipercaya. Suatu tes dikatakan reliabel apabila beberapa kali pengujian

menunjukkan hasil yang relatif sama. Uji reliabilitas soal dilakukan

untuk mendapatkan soal yang baik.

Untuk melihat reliabilitas tes dipakai rumus alpha yang

dinyatakan oleh Arikunto (2006:196), yaitu:

( )( )
2
n ∑ σb
r 11= 1− 2
n−1 σt

G. Teknik Analisis Data

Untuk menganalisis data hasil penelitian dilakukan uji hipotesis.

Sebelum melakukan uji hipotesis terlebih dahulu dilakukan uji normalitas dan

uji homogenitas terhadap kelas sampel. Langkah-langkah yang dilakukan

adalah sebagai berikut:

1. Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk melihat apakah data sampel

berdistribusi normal atau tidak. Untuk melakukan uji normalitas ini dapat

dilakukan dengan bantuan software SPSS 20. Jika nilai signifikannya lebih

dari 0,005 maka data berdistribusi normal.

2. Uji Homogenitas Variansi

Uji homogenitas variansi bertujuan untuk melihat apakah kedua

sampel memiliki varian yang homogen atau tidak. Untuk melakukan uji

homogenitas ini dapat dilakukan dengan bantuan software SPSS 20. Jika

nilai signifikannya lebih dari 0,005 maka data bervariasi.

1. Uji Hipotesis

1) H 0 : μB11=μB21

H 1 : μB 11 > μB21

2) H 0 : μ( A ¿ ¿ 1 B 11)=μ( A ¿ ¿1 B21)¿ ¿

H 1 : μ (A ¿ ¿ 1 B11)> μ ¿ ¿ ¿)

3) H 0 : μ ( A 2 B11 )=μ ( A 2 B21)

H 1 : μ ( A 2 B11 ) > μ ( A 2 B21 )

4) H 0 : μ B1 B 11=μ B2 B21

H 1 : μ B1 B11 > μ B 2 B21

5) H 0 : μB21=μB22

H 1 : μB 21> μB22

6) H 0 : μ ( A 1 B12 )=μ ( A1 B 22 )

H 0 : μ ( A 1 B12 ) > μ( A1 B 22)

7) H 0 : μ ( A 2 B12 )=μ ( A 2 B22)


H 0 : μ ( A 2 B12 ) > μ( A2 B22)

8) H 0 : μ B1 B 12=μ B2 B22

H 1 : μ B1 B12 > μ B 2 B22

DAFTAR PUSTAKA

Choridah, Dedeh Tresnawati. 2013. Peran Pembelajaran Berbasis Masalah


Untuk Meningkatkan Kemampuan Komunikasi Dan Berpikir Kreatif
Serta Disposisi Matematis Siswa SMA Vol. 2 No. 2.

Erman Suherman dkk. Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer.


Bandung: JICA-Universitas Pendidikan Indonesia. 2003.

Fadjar Shadiq. Kemahiran Matematika.Yogyakarta: Depdiknas. 2009.

Fardah, Dini Kinati. 2012. Analisis Proses dan Kemampuan Berpikir Kreatif
Siswa dalam Matematika Melalui Tugas Open-Ended Vol.3 No. 2.
FMIPA UNNES.

Huda, Miftahul. Model-model Pengajaran dan Pembelajaran. Yogyakarta:


Pustaka Pelajar. 2014.

Ismaimuzaa, Dasa. 2013. Kemampuan Berpikir Kritis dan Kreatif Matematis


Siswa SMP Melalui Pembelajaran Berbasis Masalah dengan Strategi
Konflik Kognitif. UTM Press..

Mar’atun Hasanaha, Edy Sury. 2017. Differences in the Abilities of Creative


Thinking and Problem Solving of Students in Mathematics by Using
Cooperative Learning and Learning of Problem Solving Vol. 34 No.1.
IJSBAR.
Noer, Sri Hastuti. 2011. Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis Dan
Pembelajaran Matematika Berbasis Masalah Open-Ended Vol.5 No.1.

------------. (2009). Model Bahan Ajar Berbasis Masalah untuk Meningkatkan


Kemampuan Berpikir Kritis, Kreatif dan Reflektif (K2R). Makalah:
Seminar Nasional Pendidikan FKIP Universitas Lampung.

Saefudin, Abdul Aziz. 2012. Pengembangan Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa


Dalam Pembelajaran Matematika Dengan Pendekatan Pendidikan
Matematika Realistik Indonesia (PMRI) Vol. 4 No.1.

Shoimin, Aris. 68 Model Pembelajaran Inovatif Dalam Kurikulum 2013.


Yogyakarta: AR- Ruzz Media. 2016.

Siswono, Tatag Yuli Eko. 2010. Leveling Students’ Creative Thinking In Solving
And Posing Mathematical Problem Vol.1 No.1. IndoMS. J.M.E.

Sudjana, Nana. Metode Statistika. Bandung: Sinar Baru Algesindo. 2005.

Suharsimi, Arikunto. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta:


Rineka Cipta. 2006.

Suryabrata, Sumadi. Metodologi Penelitian. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.


2014.

Susanto, Ahmad. 2014. Teori Belajar dan Pembelajaran Di Sekolah Dasar.


Jakarta: Kencana Prenadamedia Group.

Trianggono, Mochammad Maulana. 2017. Analisis Kausalitas Pemahaman


Konsep Dengan Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa Pada Pemecahan
Masalah Fisika Vol.3 No. 1.

------------. (2015). Pengembangan Perangkat Pembelajaran Fisika Berbasis


Pendekatan Konsep untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa SMA.
(Tesis, Universitas Negeri Surabaya).
Trianto. 2011. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif, Konsep,
Landasan dan implementasinya pada Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan (KTSP). Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Anda mungkin juga menyukai