PROGRAM PASCASARJANA
S2 PENDIDIKAN FISIKA
UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR
2022
BAB I
PENDAHULUAN
A.Latar Belakang
Fisika merupakan ilmu yang paling dasar karena berkaitan dengan perilaku dan
struktur benda dan salah satu pelajaran dalam rumpun sains yang sangat dekat kaitannya
dengan aktivitas manusia dalam kehidupan sehari-hari. Fisika sebagai ilmu pengetahuan
yang mempelajari tentang peristiwa dan fenomena alam termasuk salah satu pelajaran
yang cukup menarik karena erat kaitannya dengan kejadian nyata dan juga dapat
seharusnya lebih menekankan pada proses kegiatan yang dialami peserta didik melalui
interaksi dengan lingkungan dalam menguasai konsep fisika. Terkait dengan hal tersebut,
hasil yang baik. Fisika juga merupakan salah satu pelajaran eksakta yang tidak terlepas
dari operasi matematika seperti algoritmik, pecahan, penjabaran linier dan turunun.
Berdasarkan hasil observasi awal peneliti di SMA Negeri 7 Luwu Utara, melalui
wawancara dengan salah satu guru fisika dan beberapa siswa SMA peminatan IPA kelas
XI, menunjukkan bahwa masih rendahnya hasil belajar fisika siswa dikarenakan
kebanyakan siswa masih banyak yang mengalami kesulitan dalam mengerjakan soal
fisika yang bersifat matematis. Kebanyakan peserta didik mengalami kesulitan untuk
menerapkan konsep angka dalam menyelesaikan soal yang diberikan. Hal ini dapat
terutama dalam hal berhitung. Keterampilan berhitung yang begitu kurang membuat
membentuk mindset peserta didik bahwa pelajaran fisika itu sulit dan pada kenyataannya
berpikir kritis peserta didik. Keterampilan berpikir kritis merupakan suatu hal yang
penting dan perlu diterapkan mulai dari pendidikan sekolah dasar sampai
diajarkan kepada siswa pada mata pelajaran Fisika adalah untuk melatih siswa supaya
sistematis, kritis, dan cermat serta berpikir objektif yang diperlukan dalam
mempersiapkan peserta didik agar mampu menyelesaikan masalah dengan bijak, mampu
membuat keputusan dengan berbagai pertimbangan yang matang dan terpercaya, serta
menjadikan siswa sebagai orang yang tak pernah berhenti belajar. Hal ini karena tujuan
dalam pembelajaran yang relevan dengan keadaan siswa saat ini. Pembelajaran
didik untuk merencanakan aktivitas belajar, melaksanakan proyek secara kolaboratif, dan
pada akhirnya menghasilkan produk kerja yang dapat dipresentasikan kepada orang lain.
Hasil akhir dalam pembelajaran berbasis proyek adalah berupa produk yang merupakan
sebagai lingkungan belajar: (1) otentik kontekstual (goal-directed activities) yang akan
memperkuat hubungan antara aktivitas dan pengetahuan konseptual yang melatarinya, (2)
dan patner belajar yang akan mengembangkan keterampilan berpikir produktif, (3) belajar
berorientasi pada belajar aktif memecahkan masalah riil, yang memberi kontribusi pada
B. Rumusan Masalah
fisika antara peserta didik yang diajar menggunakan model pembelajaran berbasis proyek
dengan peserta didik yang diajar dengan menggunakan model pembelajaran konvensional
2. Ditinjau dari kecerdasan numerik tinggi, apakah ada perbedaan keterampilan berpikir
kritis pembelajaran fisika antara peserta didik yang diajar menggunakan model
pembelajaran berbasis proyek dengan peserta didik yang diajar dengan menggunakan
3. Ditinjau dari kecerdasan numerik rendah, apakah ada perbedaan keterampilan berpikir
kritis pembelajaran fisika antara peserta didik yang diajar menggunakan model
pembelajaran berbasis proyek dengan peserta didik yang diajar dengan menggunakan
model pembelajaran konvensional
4. Apakah ada pengaruh interaksi antara model pembelajaran dan kecerdasan numerik
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah yang ada, penelitian ini memiliki tujuan sebagai
berikut :
fisika antara peserta didik yang diajar menggunakan model pembelajaran berbasis proyek
dengan peserta didik yang diajar dengan menggunakan model pembelajaran konvensional
pembelajaran fisika antara peserta didik yang diajar menggunakan model pembelajaran
berbasis proyek dengan peserta didik yang diajar dengan menggunakan model
pembelajaran konvensional
pembelajaran fisika antara peserta didik yang diajar menggunakan model pembelajaran
berbasis proyek dengan peserta didik yang diajar dengan menggunakan model
pembelajaran konvensional
TINJAUAN PUSTAKA
A. Kajian Teori
permasalahan kompleks yang diperlukan peserta didik dalam melakukan insvestigasi dan
pada proses, relatif berjangka waktu, berfokus pada masalah, unit pembelajaran bermakna
Pembelajaran berbasis proyek memiliki potensi yang sangat besar untuk melatih proses
berpikir siswa yang mengarah pada keterampilan berpikir kritis siswa. Keterampilan
berbasis proyek. Siswa menjadi terdorong dalam belajar mereka, guru berperan sebagai
Salah satu model pembelajaran yang dianjurkan untuk digunakan adalah model
pembelajaran berbasis proyek (project based learning). Hal ini tentunya bukan tanpa
yang mampu mengakomodasi alasan tersebut di atas. Selain itu pembelajaran tentunya
harus diubah dari kecenderungan lama (satu arah) agar menjadi lebih interaktif
(multiarah). Melalui model pembelajaran ini, siswa juga akan dapat diharapkan menjadi
aktif menyelidiki (belajar) dengan menyajikan dunia nyata (bukan abstrak) kepada
mereka. Di dalam model pembelajaran ini, siswa akan bekerja secara tim (berkelompok)
kooperatif dan mengubah pemikiran faktual semata menjadi pemikiran yang lebih kritis
dan analitis.
Konstruktivisme adalah teori belajar yang mendapat dukungan luas yang bersandar pada
sendiri. Adanya peluang untuk menyampaikan ide, mendengarkan ide-ide orang lain, dan
merefleksikan ide sendiri pada ide-ide orang lain, adalah suatu bentuk pengalaman
pemberdayaan individu. Proses interaktif dengan kawan sejawat itu membantu proses
sebagai berikut :
memberi penugasan peserta didik dalam melakukan suatu aktivitas. Mengambil topik
yang sesuai dengan realitas dunia nyata dan dimulai dengan sebuah investigasi
mendalam. Pengajar berusaha agar topik yang diangkat relevan untuk para peserta didik.
Dengan demikian peserta didik diharapkan akan merasa “memiliki” atas proyek tersebut.
Perencanaan berisi tentang aturan main, pemilihan aktivitas yang dapat mendukung
yang mungkin, serta mengetahui alat dan bahan yang dapat diakses untuk membantu
penyelesaian proyek.
c. Menyusun Jadwal (Create a Schedule)
Pengajar dan peserta didik secara kolaboratif menyusun jadwal aktivitas dalam
menyelesaikan proyek. Aktivitas pada tahap ini antara lain: (1) membuat timeline untuk
menyelesaikan proyek, (2) membuat deadline penyelesaian proyek, (3) membawa peserta
didik agar merencanakan cara yang baru, (4) membimbing peserta didik ketika mereka
membuat cara yang tidak berhubungan dengan proyek, dan (5) meminta peserta didik
d. Memonitor peserta didik dan kemajuan proyek (Monitor the Students and the Progress
of the Project)
peserta didik pada setiap roses. Dengan kata lain pengajar berperan menjadi mentor bagi
aktivitas peserta didik. Agar mempermudah proses monitoring, dibuat sebuah rubrik yang
standar, berperan dalam mengevaluasi kemajuan masing- masing peserta didik, memberi
umpan balik tentang tingkat pemahaman yang sudah dicapai peserta didik, membantu
Pada akhir proses pembelajaran, pengajar dan peserta didik melakukan refleksi
terhadap aktivitas dan hasil proyek yang sudah dijalankan. Proses refleksi dilakukan baik
secara individu maupun kelompok. Pada tahap ini peserta didik diminta untuk
peserta didik mengembangkan diskusi dalam rangka memperbaiki kinerja selama proses
pembelajaran, sehingga pada akhirnya ditemukan suatu temuan baru (new inquiry) untuk
Adapun tujuan tujuan dari model pembelajaran berbasis proyek adalah sebagai
berikut :
c. Membuat peserta didik lebih aktif dalam memecahkan masalah proyek yang kompleks
e. Meningkatkan kolaborasi peserta didik khususnya pada PjBL yang bersifat kelompok
2. Kecerdasan Numerik
tersebut merupakan satu diantara delapan kecerdasan seperti yang dikemukakan oleh
logis matematika yang berhubungan dengan konsep angka dan penalaran. Menurut
informasi, berpikir dengan konsep abstrak untuk menemukan hubungan antara suatu hal
antara suatu hal dengan hal lainnya, dan memecahkan masalah secara logis terutama
dalam bidang matematika (memanipulasi angka).
dari :
dasar yang meliputi hitungan biasa, logaritma, akar kuadrat, dan lain sebagainya. Operasi
b. Berpikir logis
logis dan sistematis sebab akibat suatu permasalah yang sedang dihadapi.
c. Pemecahan masalah.
Berpikir kritis merupakan sebuah proses yang terarah dan jelas yang digunakan
menganalisis asumsi, dan melakukan penelitian ilmiah, dan menurut Elika Dwi Murwani
Berpikir kritis merupakan salah satu ciri manusia yang cerdas. Akan tetapi berpikir kritis
akan terjadi apabila didahului dengan kesadaran kritis yang diharapkan dapat
Menurut Black dan Robert Ennis menyatakan bahwa berpikir kritis adalah
penalaran tertentu. Pendapat senada diungkapkan oleh MCC General Education Iniatives.
Menurutnya, berpikir kritis ialah sebuah proses yang menekankan kepada sikap
dan pemecahan masalah yang menjadi dasar dalam menilai sebuah perbuatan atau
pengambilan keputusan.
Menurut Ennis berpikir kritis adalah cara berpikir reflektif yang masuk akal atau
berdasarkan nalar yang difokuskan untuk menentukan apa yang harus diyakini dan
dilakukan. Jadi pengertian Berpikir kritis adalah kegiatan menganalisis ide atau gagasan
mengajarkan berpikir kritis tidak dapat diabaikan lagi, karena berpikir kritis dapat
merupakan proses dasar dalam suartu keadaan dinamis yang memungkinkan siswa untuk
menggulangi dan mereduksi ketidaktentuan masa datang, sehingga diharapkan siswa akan
sederhana dan (5) mengatur strategi dan taktik. Menurut Ennis dalam Hanumi Oktiyani
Rusdi ada 12 indikator keterampilan berpikir kritis yang dikelompokan ke dalam 5 aspek
a. Memfokuskan pertanyaan
mungkin.
b. Menganalisis argumen
1. Mengidentifikasi kesimpulan.
6. Membuat rangkuman
1. Memberikan penjelasan sederhana (Mengapa?, Apa ide utamamu?, Apa yang anda
1. Mempertimbangkan keahlian
4. Mempertimbangkan reputasi
8. Kebiasaan berhati-hati
7. Menggunakan teknologi
1. Siklus logika-Euler
2. Mengkondisikan logika
3. Menyatakan tafsiran
a) Mengemukakan hipotesis
b) Merancang eksperimen
fakta
j. Mengidentifikasi asumsi
2. Mengkonstruksi argumen
k. Menentukan Tindakan
1. Mengungkap masalah
5. Mengulang kembali
6. Mengamati penerapannya
1. Menggunakan argumen
B. Kerangka Pikir
Fenomen dan masalah yang sering dihadapi saat pembelajaran salah satunya
adalah peserta didik kurang mampu untuk menerapkan konsep matematis yang terdapat
dalam soal sehingga peserta didik tidak dapat menyelesaikan masalah yang diberikan.
didik juga menurun, sehingga akan diperoleh hasil belajar fisika yang kurang baik.
meningkatkan keterampilan berpikir kritis peserta didik, peneliti melihat bahwa model
pembelajaran yang dapat meningkatkan keterampilan berpikir kritis peserta didik adalah
diharapkan menjadi aktif menyelidiki (belajar) dengan menyajikan dunia nyata (bukan
abstrak) kepada mereka. Di dalam model pembelajaran ini, siswa akan bekerja secara tim
penelitian yang terlihat seperti pada bagan kerangka piker disajikan sebagai berikut:
Keadaan Awal Peserta Didik
Model Pembelajaran
C. Hipotesis Penelitian
Berdasarkan tinjauan Pustaka dan kerangka piker yang telah dikemukakan, maka
diajar dengan menggunakan model pembelajaran berbasis proyek dengan peserta didik
2. Bagi peserta didik yang memiliki kecerdasan numerik yang tinggi, terdapa perbedaan
keterampilan berpikir kritis peserta didik yang diajar dengan menggunakan model
pembelajaran berbasis proyek dengan peserta didik yang diajar dengan menggunakan
3. Bagi peserta didik yang memiliki kecerdasan numerik yang rendah, terdapat perbedaan
keterampilan berpikir kritis peserta didik yang diajar dengan menggunakan model
pembelajaran berbasis proyek dengan peserta didik yang diajar dengan menggunakan
4. Terdapat interaksi antara model pembelajaran berbasis proyek dan keerdasa numerik
A. Jenis Penelitian
1. Waktu Penelitian
Penelitian ini akan dilaksanakan pada semester Genap Tahun Ajaran 2022/2023
2. Tempat Penelitian
Lokasi Penelitian ini akan bertempat di SMA Negeri 7 Luwu Utara yang
Luwu Utara.
C. Desain Penelitian
(dua) kelompok yaitu peserta didik yang mempunyai kecerdasan numerik tinggi
dan kecerdasan numerik rendah. Rancangan penelitian ini dapat dilihat pada tabel
1. Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh peserta didik kelas XI MIPA
2. Sampel
Sampel dalam penelitian ini adalah dua kelas yang dipilih secara rambang dari
random sampling) yang dilakukan dengan cara undian. Sedangkan untuk penentuan
ukuran sampel menggunakan distribusi kurva normal yaitu 27% dari jumlah populasi
A. Variabel Penelitian
Variabel dalam penelitian ini terbagi tiga, yaitu variabel bebas, variabel
Variabel bebas dalam penelitian ini adalah model pembelajaran (A) yang terdiri
peserta didik (B) yang ditinjau dari dua kategori yaitu kecerdasan numerik tinggi (B 1)
Variabel terikat dalam penelitian ini adalah keterampilan berpikir kritis dalam
ranah kognitif.
F. Prosedur Penelitian
a. Tahap Pertama
Tahapan ini merupakan tahap persiapan yang meliputi observasi terlebih dahulu
pada lokasi penelitian yaitu SMA Negeri 7 Luwu Utara. untuk mendapatkan data
awal dan sampel penelitian Beberapa persiapan yang dilakukan sebelum mengadakan
b. Tahap Kedua
diadakan validasi pakar, uji validitas empiris, uji reliabilitas, uji daya beda dan uji
c. Tahap Ketiga
Tahap ketiga penelitian ini berupa pemberian tes keterampilan berpikir kritis
untuk kelas yang diajar menggunakan model pembelajaran berbasis proyek dan yang
berbasis proyek dan kecerdasan numerik terhadap keterampilan berpikir kritis peserta
didik. Untuk keterampilan berpikir kritis fisika peserta didik diberikan dalam bentuk
tes dengan menggunakan indikator keterampilan berpikir kritis. Selain itu untuk
numerik.
H. Instrumen Penelitian
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini ada dua jenis yaitu kuesioner
kecerdasan numerik fisika dan tes keterampilan berpikir kritis peserta didik. Sebelum
instrumen diterapkan dalam pembelajaran, maka terlebih dahulu dilakukan uji daya
beda dan uji tingkat kesukaran. Berikut akan dijelaskan secara rinci mengenai
menggunakan validitas pakar model Aiken. Hasil analisis diantara pakar dianalisis
V=
∑s (3.1)
n (C−1)
Keterangan:
Uji validitas instrumen diperoleh dari hasil penilaian berdasarkan tiga orang
pakar dengan skor rater tertinggi yaitu 4 (empat) dan terendah 1 (satu). Uji validitas
instrumen dihitung untuk setiap butir soal kemudian mencari secara keseluruhan
instrumen.
2. Uji Validitas Kriteria
Validitas kriteria dilakukan uji coba instrumen pada peserta didik yang tidak
√
M P−M t p
r pbi = (3.2)
SDt q
Keterangan:
rpbi : Koefisien korelasi biserial
Mp : Mean skor dari subjek yang menjawab betul butir soal yang dicari
Mt : Mean total
SDt : Standar Deviasi
P : Proporsi responden yang menjawab benar butir soal yang dicari
q : Proporsi responden yang menjawab salah butir soal yang dicari
(q = 1 – p)
tingkat validitas yang memenuhi syarat untuk digunakan yaitu r pbi ≥ r tabel .
Validitas item ini digunakan untuk menentukan item pernyataan valid atau
drop. Jika valid maka dapat digunakan namun jika drop maka harus dibuang. Untuk
mengetahui validitas item, data yang diperoleh diolah dengan menggunakan
N ∑ XY −( ∑ X )( ∑ Y )
r xy = (3.3)
√{ N ∑ X − (∑ X
2 2
) }{ N ∑ Y − ( ∑ Y ) }
2 2
Keterangan:
r xy : Angka indeks korelasi “r” product moment
N : Ukuran sampel
∑XY : Jumlah hasil perkalian antara skor item (X) dan skor total (Y)
∑X : Skor item
∑Y : Skor total
Kriteria pengujian: (1) jika r hitung ≥r tabel maka butir item dikatakan valid, (2) jika
r hitung <¿r tabel ¿ maka butir item dikatakan tidak valid, dengan taraf signifikansi 5%. r tabel
Setelah dilakukan uji validitas, maka soal yang dinyatakan tidak valid
dikeluarkan dari instrumen. Uji reliabilitas dilakukan hanya untuk item-item yang
( )( St −∑ p i qi
)
2
k
r ii = (3.4)
k−1 S 2t
Keterangan :
rii : Koefisien reabilitas tes
k : Banyaknya butir
piqi : Varians skor butir
St2 : Varians skor total
pi : Proporsi jawaban benar untuk butir soal nomor i
qi : Proporsi jawaban salah untuk s oal nomor i
instrumen penelitian reabel atau tidak, bila jawaban yang diberikan responden
( )( ∑σ
)
2
k
r ii = 1− 2 b (3.5)
k−1 σt
Keterangan:
r ii : Koefisien reliabilitas instrumen.
k : Jumlah butir pernyataan.
∑ b : Jumlah varians butir.
σ
2
2
σt : Varians total.
tersebut adalah bilangan real pada interval 0 - 1. Semakin besar indeks kesukaran,
berarti semakin mudah soal itu. Suatu soal dengan indeks kesukaran p = 1,00 artinya
semua peserta didik menjawab benar pada butir soal tersebut, sebaliknya jika indeks
kesukaran p = 0,00 berarti tidak ada peserta didik yang menjawab benar butir soal itu.
ph + pl
p= (3.6)
2
Keterangan:
P : Indeks kesukaran/kemudahan
Ph : Proporsi peserta didik kelompok atas yang menjawab benar butir tes
Pl : Proporsi peserta didik kelompok bawah yang menjawab salah butir tes
Daya pembeda suatu butir soal menyatakan seberapa jauh kemampuan butir
tersebut mampu membedakan kelompok peserta didik yang pandai dengan kelompok
D = Ph – P l (3.7)
Keterangan:
D : Daya pembeda
Ph : Proporsi peserta didik kelompok atas yang menjawab benar butir
tes
Pl : Proporsi peserta didik kelompok bawah yang menjawab salah
butir tes
Tabel 3.4 Penafsiran Indeks Daya Pembeda
Indeks daya
Klasifikasi
Pembeda
0,40 ≤D Sangat baik/soal diterima baik
0,30 ≤ D ≤ 0,39 Baik/soal diterima tetapi perlu diperbaiki
0,20<D ≤ 0,29 Cukup /soal diperbaiki
D ≤ 0,20 Jelek/soal dibuang
Sumber: (Ali dan Khaeruddin, 2012)
1. Analisis Deskriptif
Analisis yang digunakan untuk analisis data dengan cara mendeskripsikan atau
membuat kesimpulan yang berlaku umum atau generalisasi. Inti dari kumpulan data
yang ada antara lain nilai rata-rata, standar deviasi, dan nilai varians data. Analisis ini
diperoleh dari kecerdasan numerik merupakan skor total kecerdasan numerik peserta
Microsoft excel . Analisis deskriptif dalam penelitian ini meliputi skor rata-rata,
standar deviasi, skor maksimal, skor minimal, varians dan jumlah. Data yang akan
dilakukan analisis deskriptif adalah skor kuesioner kecerdasan numerik fisika peserta
2. Analisis Inferensial
Uji prasyarat analisis terdiri atas dua tahapan yakni uji normalitias dan uji
1) Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk mengetahui apakah data yang diteliti berasal
berikut:
2
k
( Oi−Ei )
=∑
2
x hitung
(3.8)
i=1 Ei
Keterangan:
2
χ hitung : nilai chi-kuadrat hitung
Oi : frekuensi observasi
Ei : frekuensi harapan
Dengan kaidah pengujian, jika χ 2hitung ≤ χ 2tabel , maka data dinyatakan berdistribusi
normal pada taraf signifikan tertentu. Dalam penelitian ini digunakan taraf signifikan
α = 0.05.
a) Nilai sig. ≥ 0,05; H0 diterima, sehingga dapat disimpulkan bahwa sampel berasal
b) Nilai sig. ≤ 0,05; H0 ditolak, sehingga dapat disimpulkan bahwa sampel berasal
yang sama atau homogen. Pengujian homogenitas dilakukan menggunakan uji-F max
Kriteria pengujiannya adalah apabila Fhitung ≤ FTabel, maka data bersifat homogen.
sebaliknya, jika Fhitung ≥ FTabel data tidak homogen, dengan derajat kebebasan
b. Pengujian Hipotesis
variansi (anava) dua jalan sesuai dengan desain dan rancangan faktorial 2×2 dengan
asumsi:
Populasi homogen.
Analisis varian (Anava) dua jalur digunakan jika suatu penelitian eksperimen
terdiri atas satu variabel terikat dan dua variable bebas. Adapun langkah-langkah
deskriftif ini berisi harga-harga untuk setiap unsur yang diperlukan dalam
ANAVA.
a. Hipotesis Pertama
pembelajaran konvensinal
b. Hipotesis Kedua
H0: Untuk peserta didik yang memiliki kecerdasan numerik tinggi, tidak terdapat
pembelajaran konvensional
H1: Untuk peserta didik yang memiliki kecerdasan numerik tinggi, terdapat perbedaan
c. Hipotesis Ketiga
H0: Untuk peserta didik yang memiliki kecerdasan numerik rendah, tidak terdapat
pembelajaran konvensional.
H1: Untuk peserta didik yang memiliki kecerdasan numerik rendah, terdapat
pembelajaran konvensional.
d. Hipotesis Keempat
H0: Tidak terdapat interaksi antara model pembelajaran berbasis proyek dan
H1: Terdapat interaksi antara model pembelajaran berbasis proyek dan kecerdasan
2) Uji Lanjut
Setelah dilakukan anava dua jalan dan hasil hipotesis yang diperoleh yaitu H 0
ditolak atau H1 diterima, maka dilakukan uji lanjut anava sebagai tindak lanjut dari
analisis variansi. Uji lanjut anava ini bertujuan untuk melakukan pengecekan terhadap
rerata setiap pasangan kolom, pasangan baris, dan pasangan sel. Sehingga diketahui
bagian mana sajakah terdapat rerata yang signifikan maupun tidak signifikan. Apabila
sampel setiap kelompok berjumlah sama (sel sama) maka dapat digunakan uji Tukey.
Sebelum melakukan uji Tukey, terlebih dahulu kita melakukan uji t. Uji t
dilakukan untuk melihat adanya perbedaan skor kelompok eksperimen dan kelas
√
2 2
S1 S2 (3.11)
+
n1 n2
Setelah dilakukan analisis variansi (anava) dua jalan dan hasil hipotesis yang
diperoleh yaitu hipotesis nol ditolak (H 0 ditolak) atau hipotesis satu diterima (H 1
diterima), maka dilakukan uji lanjut anava sebagai tindak lanjut dari analisis variansi.
Uji lanjut anava ini bertujuan untuk melakukan pengecekan terhadap rerata (dx)
setiap pasangan kolom, pasangan baris, dan pasangan sel. Sehingga diketahui pada
bagian mana sajakah terdapat rerata (mean) yang berbeda secara signifikan maupun
tidak signifikan.
Apabila sampel setiap kelompok berjumlah sama (sel sama) maka dapat
dengan Qtabel dengan beda kritik. Q hitung dilakukan dengan menggunakan rumus:
rumus untuk uji lanjut Tukey, (Supardi, 2013) digunakan persamaan berikut:
xi−xj
Q=
√ RJKD
n
(3.12)
Keterangan:
Q = Angka Tukey
N = Banyak data tiap kelompok
xi = Rata-rata data kelompok ke i
xj = Rata-rata data kelompok ke j