Anda di halaman 1dari 10

PENGARUH MODEL DISCOVERY LEARNING TERHADAP

KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA KELAS XI DI


MAN 2 BANDA ACEH

Proposal Skripsi

Diajukan untuk Melengkapi Tugas-Tugas


dan Memenuhi Syarat-Syarat Guna Memperoleh
Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh
ANANDA MULIYANA
20061030007

JURUSAN PENDIDIKAN FISIKA


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SYIAH KUALA
BANDA ACEH
2023
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah


Pendidikan sains khususnya pada bidang fisika memiliki peran penting dalam
meningkatkan kualitas pendidikan. Fisika merupakan ilmu pengetahuan tentang
gejala alam yang dituangkan dalam bentuk konsep, hukum, dan prinsip yang sudah
teruji fakta kebenarannya melalui suatu rangkaian kegiatan ilmiah.
Tujuan dari pembelajaran fisika yaitu membekali peserta didik memiliki
sederet kompetensi yang telah dijabarkan dalam Standar Kompetensi dan
Kompetensi Dasar. Tujuan tersebut tersirat dalam Permendiknas Nomor 22 Tahun
2007 tentang Standar Isi dan Nomor 23 Tahun 2007 tentang Standar Kompetensi
salah satunya adalah melatih para peserta didik agar dapat menguasai pengetahuan,
konsep dan prinsip fisika, memiliki kecakapan ilmiah dan keterampilan proses
sains (Ekayuli, 2018).
Pencapaian tujuan pembelajaran fisika yang baik ketika dalam proses
pembelajaran peserta didik bukan hanya diajarkan melalui pembelajaran konseptual
tetapi juga melalui pembelajaran konstruktivis dimana peserta didik dapat
mengembangkan pengetahuannya dari pengalaman yang diperoleh. Selama proses
belajar mengajar berlangsung, guru bukan lagi berperan sebagai pusat informasi
melainkan sebagai fasilitator yang membantu peserta didik ketika mengalami
kesulitan dalam memahami pembelajaran dan peserta didik sebagai pusat utama
dalam pembelajaran ( Wahjudi, 2019).

Dalam mewujudkan pembelajaran yang melibatkan peserta didik sebagai


pusat utama terhadap proses belajar mengajar, maka proses pembelajaran patut
dilakukan secara interaktif, menantang, memotivasi peserta didik untuk
berpartisipasi aktif, kreativitas, kemandirian sesuai dengan bakat, minat,
kemampuan, dan perkembangan fisik serta psikologisnya melalui model-model
pembelajaran.
Menurut Pembelajaran abad 21 mengarah kepada proses pembelajaran yang
dapat membuat peserta didik untuk tertarik terhadap ilmu sains dan teknologi.
Selain itu, pada pembelajaran abad 21 ini peserta didik diharapkan untuk dapat
mengembangkan berbagai keterampilan seperti keterampilan berpikir kritis,
berpikir kreatif, dan pemecahan masalah agar dapat diterapkan dalam kehidupan
sehari-hari. Penggunaan metode percobaan merupakan salah satu ciri khusus pada
pembelajaran sains dan fisika yang dapat memberikan solusi dalam suatu
pembelajaran sehingga dapat memberikan kontribusi pada perkembangan
kemampuan menganalisis dan berpikir kritis ( Siswono, 2018).

Pembelajaran pada abad 21 dalam menghadapi tantangan masa depan maka


pembelajaran dituntut agar lebih mengembangkan keterampilan berpikir kritis.
Pada pembelajaran fisika sangat diperlukan kemampuan berpikir kritis, agar siswa
mampu mengatasi permasalahan fisika. Adapun kelebihan seorang yang memiliki
kemampuan berpikir kritis yaitu mampu untuk mengidentifikasi poin penting dalam
suatu permasalahan, fokus dan mampu melakukan observasi dengan teliti, memiliki
toleransi terhadap sudut pandang baru, serta memiliki kemampuan analisis yang
dapat digunakan dalam berbagai situasi , namun faktanya keterampilan berpikir
kritis siswa sangat rendah yang disebabkan karena kurangnya keterlibatan siswa
secara langsung, siswa masih belum percaya diri untuk megemukakan
pendapatnya, siswa mengatakan pembelajaran yang dilaksanakan membosankan
dan guru masih menggunakan metode ceramah (Laili, 2018), selanjutnya pada
penelitian Hoellwarth (2019) menyatakan bahwa pembelajaran dalam kelas
cenderung menekankan pada penguasaan konsep dan mengabaikan kemampuan
pemecahan masalah fisika siswa yang mengakibatkan keterampilan berpikir kritis
siswa menjadi rendah. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh
Kusprayanto (2018) masih banyak dijumpai proses pembelajaran yang standar
prosesnya tidak berpengaruh signifikan terhadap hasil belajarnya. Proses belajar
hanya berpusat pada pendidik (teacher centered) dengan menggunakan strategi
konvensional. Peserta didik selalu terkondisikan untuk menerima informasi apa
adanya sehingga mereka pasif dan menunggu diberi informasi tanpa berusaha
menemukan informasi tersebut yang membuat siswa tidak mengembangkan
keterampilan berpikir kritis. Adapun salah satu langkah untuk mengatasi hal
tersebut adalah guru harus melakukan suatu inovasi dalam proses pembelajaran
sehingga dapat menggali keterampilan berpikir kritis peserta didik. Salah satu
model pembelajaran yang dapat digunakan untuk menggali kemampuan berpikir
kritis peserta didik dengan menggunakan model discovery learning,
Pembelajaran yang menekankan pada pembelajaran siswa aktif dalam
menemukan konsep sendiri diantaranya dengan menerapkan model pembelajaran
discovery learning. Discovery learning adalah suatu model pembelajaran yang
telah dikembangkan oleh J. Bruner berdasarkan pada pandangan kognitif tentang
pembelajaran dan prinsip-prinsip konstruktivis. Model pembelajaran discovery
learning siswa sangat dituntut untuk aktif di dalam pembelajaran sehingga dapat
memehami konsep-konsep dan prinsip-prinsip yang sudah diajarkan dan guru
memberi dorongan untuk menguatkan pemahaman siswa sehingga siswa sendiri
mampu memahami konsep (Yuli Ekawati, 2017). Hal ini sejalan dengan penelitian
oleh Hosnan (2018) yang menyatakan Model pembelajaran discovery learning
merupakan salah satu bentuk kegiatan dalam pembelajaran fisika yang dapat
mengaktifkan peserta didik, mengembangkan kemampuan berpikir kritis dalam
menyelesaikan masalah serta menimbulkan efek yang positif terhadap fisika
dengan membiasakan peserta didik dalam merumuskan, menghadapi dan
menyelesaikan soal merupakan salah satu cara untuk mencapai penguasaan suatu
konsep, dengan menggunakan sintak model discovery learning terintegrasi dapat
memberikan kesempatan kepada peserta didik mengembangkan keterampilan
berpikir kritis, juga dapat mengembangkan kemandirian belajar dan keterampilan
sosial siswa. Kemandirian belajar dan keterampilan sosial itu dapat terbentuk
ketika siswa berkolaborasi untuk mengidentifikasi informasi, strategi, dan sumber
belajar yang relevan untuk menyelesaikan masalah .
Adanya suatu perencanan pembelajaran yang bersifat student centered dan
kemampuan dalam menganalisis dan menyelesaikan solusi dari sebuah
permasalahan perlu ditingkatkan keterampilan berpikir kritis pada siswa. Berpikir
kritis adalah sebuah proses sistematis yang memungkinkan peserta didik untuk
merumuskan dan mengevaluasi keyakinan dan pendapat sendiri. Berpikir kritis
sebagai proses yang terarah yang digunakan dalam kegiatan mental seperti
memecahkan masalah, mengambil keputusan, menganalisis asumsi dan melakukan
penelitian ilmiah (Elaine, 2019) Pendapat ini sejalan dengan penelitian yang
dilakukan oleh Benyamin (2017) Berpikir kritis terkait dengan penggunaan
keterampilan kognitif atau strategi yang meningkatkan kemungkinan untuk
memperoleh dampak yang diinginkan. Proses berpikir kritis diperlukan dalam
menyelesaikan suatu permasalahan dan membuat keputusan. Kemampuan
menyelesaikan masalah kompleks dan mengambil keputusan berdasarkan situasi
yang kompleks juga merupakan keterampilan berpikir tingkat tinggi. Dalam
berpikir kritis harus dilandasi dengan upaya mencari alasan untuk mengumpulkan
informasi yang dibutuhkan mencari alternatif dan mempertimbangkan pandangan
orang lain yang diperlukan untuk meyakini sebelum melakukan sesuatu. Berpikir
kritis adalah cara berfikir reflektif, beralasan berfokus pada tujuan apa yang
dilakukan atau diyakini.

Berdasarkan hasil wawancara dan observasi peneliti dengan Ridwan, M.Pd.


selaku guru pengampu mata pelajaran fisika kelas XI MAN 2 Banda Aceh bahwa
dalam proses pembelajaran masih bersifat teacher centered, peserta didik kurang
aktif dalam pembelajaran, dan peserta didik masih kurang dalam menganalisis
suatu permasalahan. Hal tersebut ditandai dengan peserta didik dipaparkan sebuah
video sebagai stimulus diawal pembelajaran, siswa kurang antusias dalam
menyimak video tersebut ketika guru memberikan sebuah permasalahan terkait
video yang telah ditampilkan ternyata respon yang diberikan peserta didik belum
mampu menemukan konsep fisika yang terkandung dalam video seperti pada video
mobil yang bergerak maju dengan kecepatan yang berbeda-beda dan sebuah kereta
yang melaju pada rel yang lurus dan semua objek yang bergerak pada lintasan
lurus,guru membawa peserta didik untuk menjelaskan konsep gerak lurus namun
respon peserta didik pada saat diberikan pertanyaan gejala apa yang ditimbulkan
dari fenomena video tersebut mereka menjawab pohon, jalan, matahari dari
jawaban yang diberikan peserta didik masih kurang tepat karena siswa belum bisa
menemukan konsep bahwa peristiwa yang di tampilkan pada video yang bergerak
dengan kecepatan yang berbeda dan pada lintasan lurus merupakan fenomena pada
materi gerak lurus .
Peneliti dapat menarik sebuah asumsi bahwa dalam memecahkan
permasalahan yang terjadi pada proses pembelajaran fisika kelas XI MAN 2
Banda Aceh perlu adanya suatu perencanan pembelajaran yang bersifat student
centered dan kemampuan dalam menganalisis dan menyelesaikan solusi dari
sebuah permasalahan perlu ditingkatkan oleh karena itu hendaknya pada proses
pembelajaran peserta didik dilibatkan berperan aktif dalam pembelajaran dengan
menerapkan pembelajaran yang rumpun dalam pengelolaan informasi dengan
memberikan sebuah bimbingan yang lebih menuju pada pendekatan kepada
peserta didik selain menerima ilmu, mereka juga mampu mengasah keterampilan
dan kemampuan daya nalarnya dalam memecahkan masalah yang disebut juga
keterampilan berpikir kritis.
Penelitian Irham Fahaluddin (2018:99) mengemukakan bahwa model
pembelajaran discovery learning mampu melatih kemampuan berpikir kritis
peserta didik. Kegiatan-kegiatan yang ada dalam model pembelajaran discovery
learning memberikan peluang yang besar kepada peserta didik untuk
mengembangkan daya pikirnya dan guru sebagai fasilitator dalam meningkatkan
kemampuan berpikir kritis peserta didik. Berdasarkan latar belakang yang telah
dijelaskan maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang “Pengaruh
Model Discovery Learning terhadap Keterampilan Berpikir Kritis Fisika
Siswa Kelas XI di MAN 2 Banda Aceh”.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan,maka dapat
dirumuskan permasalahan sebagai pokok penelitian yaitu Apakah terdapat
pengaruh penggunaan model discovery learning terhadap keterampilan berpikir
kritis siswa kelas XI MAN 2 Banda Aceh ?

1.3 Tujuan Penelitian


Berdasarkan permasalahan di atas, maka tujuan yang ingin dicapai dalam
penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh penggunaan model discovery
learning terhadap keterampilan berpikir kritis siswa kelas XI MAN 2 Banda
Aceh

1.4 Manfaat Penelitian


Berdasarkan tujuan penelitian yang akan dicapai, maka hasil penelitian ini
diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut:
1. Bagi guru
a) Sebagai rekomendasi dalam proses belajar mengajar yang interaktif dan
inovatif pada pembelajaran fisika.
b) Sebagai saran bagi guru agar memvariasikan metode pembelajaran sesuai
dengan kebutuhan peserta didik. Guru juga diharapkan akan mampu
menciptakan suasana belajar fisika yang tidak hanya sekedar ceramah,
mencatat dan menulis sehingga peserta didik mampu mengembangkan daya
pikirnya.
c) Sebagai masukan tentang pentingnya pengajaran fisika melalui metode
eksperimen dalam memahami materi pelajaran dan memecahkan beberapa
masalah yang dihadapi sebagai upaya meningkatkan hasil belajar fisika dan
meningkatkan keterampilan berpikir kritis fisika peserta didik.
2. Bagi peserta didik
a) Memberikan suasana belajar yang lebih kondusif dan variatif sehingga dapat
menumbuhkan perhatiannya dalam belajar dan dapat mengacu keterampilan
berpikir kritisnya
b) Diharapkan dapat membuat peserta didik untuk lebih mudah memahami
materi yang disajikan oleh guru kepada peserta didik.
c) Dapat memotivasi peserta didik untuk lebih giat belajar fisika sehingga dapat
meningkatkan keterampilan berpikir kritis peserta didik dan dapat
meningkatkan hasil belajarnya.

3. Bagi peneliti

Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan rujukan untuk penelitian
selanjutnya.
1.5 Defenisi Operasional Variabel
Berdasarkan latar belakang di atas, maka defenisi operasional variabel pada
penelitian ini yaitu:
1. Model pembelajaran discovery learning adalah suatu pola pembelajaran dengan
membuat peserta didik untuk menemukan sebuah konsep. Proses pembelajaran
pada kelas XI MAN 2 Banda Aceh untuk materi gelombang mekanik peserta didik
dibimbing menemukan sebuah konsep dengan melakukan sebuah percobaan sesuai
dengan permasalahan yang ada. Sintaks model pembelajaran discovery learning
pada orientasi, merumuskan masalah, mengajukan hipotesis, mengumpulkan data,
menguji hipotesis, dan merumuskan kesimpulan diukur menggunakan instrument
dengan lembar observasi berupa lembar keterlaksanaan model, lembar observasi
guru, dan lembar observasi peserta didik. Pada penelitian ini menggunakan model
pembelajaran discovery learning. Model pembelajaran discovery learning adalah
model pembelajaran dimulai dengan peserta didik dihadapkan pada suatu
pertanyaan yang kemudian diberikan kepada peserta didik untuk mengidentifikasi
dan menganalisis permasalahan yang mereka hadapi kemudian mengelolah data
dan melakukan pembuktian serta menarik kesimpulan.
2. Keterampilan Berpikir kritis merupakan sebuah proses berpikir secara terstruktur
dengan mencari kebenaran atas dasar apa yang diyakini dan apa yang dilakukan
dalam kegiatan mengevaluasi, menganalisis, dan pengambilan keputusan dari
sebuah permasalahan. Indikator kemampuan berpikir kritis dari memberikan
penjelasan sederhana, membangun keterampilan dasar, memberikan kesimpulan,
memberikan penjelasan lanjut, serta mengatur strategi dan taktik. Pada materi
gerak lurus kemampuan berpikir krtis peserta didik kelas XI MAN 2 Banda Aceh
diukur menggunakan instrumen tes kemampuan berpikir kritis berupa soal pilihan
ganda yang terdiri dari 20 soal .
3. Keterampilan berpikir kritis yang dimaksud dalam penelitian ini Indikator
keterampilan berpikir kritis yaitu: 1. Interpretasi yang dimaksud dalam indikator
tersebut adalah memahami, mengklasifikasi makna, 2. Analisis yang dimaksud
dalam indikator tersebut adalah mengidentifikasi atau menganalisis. 3. Inferensi
yang dimaksud dalam indikator tersebut adalah menyimpulan merumuskan
hipotesis, mempertimbangkan.
1.6 Penelitian Terdahulu
Penelitian terdahulu yang digunakan untuk mendukung penelitian ini adalah:
1. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan oleh Siti Aminah (2017) tentang
Pengaruh Model Pembelajaran discovery learning Terhadap Hasil Belajar
Peserta Didik Pada Materi Fluida Dinamis Di Kelas XI SMA Swasta Al Hidayah
Medan Tahun Ajaran 2017/2018”. Penelitian ini menggunakan jenis penelitian
quasi eksperimen dengan two group pretest-posttest design. dengan
menggunakan Instrumen berupa tes hasil belajar dalam bentuk uraian sebanyak
20 soal. Teknik analisis data yang digunakan adalah uji beda (uji t) setelah uji
prasyarat dilakukan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada pengaruh yang
signifikan model pembelajaran discovery learning terhadap hasil belajar peserta
didik pada materi fluida dinamis.

2. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan oleh Nurhidayah (2018) tentang


“Penerapan Model discovery learning Dalam Pembelajaran Fisika SMA Di
Jember (Studi Pada Keterampilan Proses Sains Dan Keterampilan Berpikir Kritis)”.
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan keterampilan proses sains peserta
didik dan menilai pengaruh pembelajaran discovery learning terhadap
keterampilan berpikir kritis peserta didik. Penelitian ini menggunakan eksperimen
benar dengan rancangan acak kelompok kontrol. Metode pengumpulan data yang
digunakan dalam penelitian ini adalah tes, observasi, dokumentasi dan wawancara
sebagai data pendukung. Data keterampilan berpikir kritis peserta didik dianalisis
dengan menggunakan Independent Sample T-Test di SPSS 22. Instrumen penelitian
berupa tes uraian dari 10 soal Hasil penelitian menunjukkan: 1) discovery learning
pembelajaran dapat digunakan untuk melatih keterampilan proses sains peserta
didik. Hasil penelitian dibuktikan dengan persentase peningkatan keterampilan
proses sains peserta didik dari pertemuan pertama sampai dengan pertemuan ketiga
dan jika dikategorikan dalam kriteria keterampilan proses sains sudah cukup baik;
2) pembelajaran discovery learning berpengaruh signifikan terhadap keterampilan
berpikir kritis peserta didik. Bisa dilihat dari nilai signifikansi (satu sisi) sebesar
0,0015 atau ≤ 0,05. Sehingga pada penelitian dapat disimpulkan bahwa
keterampilan proses sains dan keterampilan berpikir kritis peserta didik selama
pembelajaran menggunakan model pembelajaran discovery learning
diklasifikasikan ke dalam kriteria baik

3. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan oleh Lia Nurmayani (2023) tentang
Pengaruh Model Pembelajaran discovery learning Terhadap Kemampuan Berpikir
Kritis Peserta Didik. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh model
pembelajaran discovery learning terhadap kemampuan berpikir kritis peserta
didik. Jenis penelitian yang digunakan adalah eksperimen semu dengan desain non-
eqivalent group design, teknik pengambilan sampel menggunakan teknik purposive
sampling dengan menggunakan instrumen penelitian berupa tes uraian dari 5 soal
yang telah disusun kemudian diuji validitas, relabilitas, tingkat kesulitan dan
kekuatan soal yang berbeda. Data pembelajaran kedua kelas tersebut berdistribusi
normal, berdasarkan data homogenitas diperoleh keduanya homogen. Data
dianalisis dengan uji MANOVA hasil anaisis data menunjukkan signifikan 0,021
jika ditentukan levelnya signifikan 0,05. 0,021<0,05 berdasarkan fakta tersebut
dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh model pembelajaran discovery
learning terhadap keterampilan berpikir kritis, sebagian siswa menganggap
pembelajaran fisika sulit untuk dipelajari karena memerlukan daya penalaran yang
tinggi dan penguasaan matematika sebagai alat bantu dalam memecahkan soal
fisika. Masih banyak siswa SMA Negeri 1 Glenmore yang kurang berminat
mengikuti pelajaran fisika. Hal tersebut didapatkan dari hasil wawancara dari 16
siswa kelas 12 jurusan MIPA, 43,8% siswa mengaku suka dan minat mengikuti
pembelajaran fisika sedangkan sisanya 56,3% mengaku tidak menyukai
pembelajaran fisika (Dzikro, 2020). Syafitri (2016) menyatakan bahwa keaktifan
belajar siswa SMA Negeri 1 Glenmore sebesar 48% dengan kriteria kurang baik.
Rendahnya presentase tersebut disebabkan antara lain: (1) kurangnya keterlibatan
siswa secara langsung, (2) siswa masih belum percya diri untuk megemukakan
pendapatnya,(3) siswa merasa pembelajaran yang dilaksanakan membosankan, (4)
guru yang jarang menggunakan media saat pembelajaran berlangsung, (5) guru
masih sering menggunakan metode ceramah.

Anda mungkin juga menyukai