Anda di halaman 1dari 10

PROPOSAL SKRIPSI

ANALISIS KEMAMPUAN BERPIKIR LOGIS PADA MATERI


SPLDV KELAS VIII SMP NEGERI 10 SINGKAWANG

Proposal Skripsi ini ditulis untuk memenuhi persyaratan dalam


mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan Program Studi
Pendidikan Matematika

Oleh

Desi Iriyanti
NIM.11308502140020

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA

SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

SINGKAWANG

2019
BAB 1
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang diajarkan secara


bertahap dari konkrit menjadi abstrak dan secara berkesinambungan. Matematika
sebagai ilmu universal mendasari perkembangan teknologi modern, mempunyai
peranan penting dalam berbagai disiplin dan memajukan daya pikir manusia
(Novianti, 2014:3). Tujuan pembelajaran matematika di jenjang pendidikan dasar
dan pendidikan menengah adalah untuk mempersiapkan siswa agar sanggup
menghadapi perubahan keadaan di dalam kehidupan dan di dunia yang selalu
berkembang melalui latihan bertindak atas dasar pemikiran secara logis, rasional,
kritis, cermat, jujur, efisien, dan efektif (Puskur, 2002). Di samping itu, siswa
diharapkan dapat menggunakan matematika dan pola pikir matematika dalam
kehidupan sehari-hari.
Dalam aspek berpikir, kegiatan ini merupakan penalaran yang reflektif,
kritis dan kreatif, yang berorientasi pada suatu proses intelektual yang melibatkan
pembentukan konsep (conceptualizing), aplikasi, analisis, menilai informasi yang
terkumpul (sintesis) atau dihasilkan melalui pengamatan, pengalaman, refleksi,
atau komunikasi sebagai landasan kepada satu keyakinan (kepercayaan) dan
tindakan. Beragam kemampuan ini membutuhkan pemikiran yang sistematis,
logis, dan kritis yang dapat dikembangkan melalui pembelajaran matematika.
Dapat diambil suatu pemahaman bahwa matematika menjadi poin penting untuk
membentuk pola pikir yang sistematis dan logis. Matematika adalah bekal bagi
peserta didik untuk berpikir logis, analitis, sistematis, kristis, dan kreatif (Aisyah,
2016:2).
Kemampuan berpikir logis merupakan kemampuan yang ingin dicapai
dalam pembelajaran matematika (Andriawan, 2014:43). Penalaran adalah kegiatan
berpikir yang mempunyai karakteristik tertentu dalam menemukan kebenaran,
setiap jenis penalaran itu memiliki kriteria kebenarannya masing-masing.
Kegiatan berpikir semacam ini disebut “berpikir logis”, yaitu menarik kesimpulan
dari adanya suatu hubungan kausal itulah yang disebut sebagai penalaran. Dalam
prosesnya, bernalar secara logis merupakan aktivitas menggali informasi dan
menerjemahkannya dalam upaya menarik suatu kesimpulan sebagai solusi. Selain
itu, bernalar logis merupakan upaya mentransformasikan informasi yang
diberikan untuk memperoleh konklusi (Aisyah, 2016:2).
Kemampuan berpikir logis memiliki ciri satu diantaranya yaitu; mampu
berpikir menurut aturan logika, berdasarkan struktur, menurut urutan yang sesuai,
mengklasifikasi, mengkategorisasi dan mampu menganalisis angka-angka serta
memiliki ketajaman dalam berspekulasi dengan menggunakan kemampuan
logikanya. Siswa yang memiliki kemampuan tipe ini cenderung melakukan proses
berpikir logis. Berpikir logis berhubungan erat dengan penalaran dalam menarik
kesimpulan, berpikir secara tepat, baik dalam kerangka maupun materi.
Berdasarkan uraian di atas, maka dapat di simpulkan bahwa matematika sangat
penting dalam peningkatan kemampuan berpikir logis serta sikap positif siswa
yang berguna dalam mempelajari ilmu pengetahuan maupun dalam penerapan
matematika dalam kehidupan sehari-hari.
Berdasarkan hasil wawancara diSMP Negeri 10 Singkawang dengan guru
mata pelajaran matematika diperoleh informasi bahwa kemampuan berpikir logis
rendah. Hasil wawancara kepada guru adalah bahwa siswa kurang memahami soal
cerita, kurang memahami antara konsep dan fakta, dan siswa juga selalu terpaku
pada contoh, seperti halnya kemampuan berpikir logis siswa masih tergolong
rendah dari hasil penelitian Andriawan (2014:1) bahwa kemampuan berpikir logis
siswa, yaitu subjek berkemampuan pemecahan masalah matematika rendah
menunjukkan karakteristik kemampuan berpikir logis mampu berpikir secara
runtut, tidak mampu memberikan argumennya dalam setiap langkah pemecahan
masalah, tidak mampu memberikan kesimpulan. Pada hasil studi Hidayat (2011:1)
bahwa siswa mengalami kesulitan dalam menyelesaikan soal berpikir logis, di
antaranya adalah tugas mengestimasi adanya korelasi dua variabel, tugas analogi
mengenai kombinasi.
Rendahnya kemampuan berpikir logis siswa diduga karena banyak siswa
menganggap bahwa matematika adalah pembelajaran yang membosankan karena
membutuhkan waktu yang terlalu lama dalam menyelesaikan soal-soal
matematika. Siswa cenderung mengikuti cara penyelesaian yang diajarkan oleh
guru, dengan kata lain langkah penyelesaian yang digunakan guru dalam
menyelesaikan soal menjadi panduan utama bagi siswa untuk menyelesaikan soal.
Siswa yang kurang memiliki kemampuan logis atau siswa yang kurang
dalam berpikir logis dapat mengakibatkan siswa kurang menyenangi kegiatan
menganalisis dan mempelajari sebab akibat terjadinya sesuatu. Siswa kurang
menyenangi berpikir secara konseptual, misalnya menyusun hipotesis dan
mengadakan kategorisasi dan klasifikasi terhadap apa yang dihadapinya. Siswa
dengan kemampuan logis yang kurang juga cenderung tidak menyukai aktivitas
berhitung dan memiliki keterlambatan dalam menyelesaikan masalah matematika.
Alasan memilih kemampuan berpikir logis disekolah SMP Negeri 10
Singkawang untuk diteliti adalah agar dapat mengetahui kemampuan berpikir
logis siswa dalam menyelesaikan soal matematika pada materi SPLDV dan
menghubungkan materi tersebut dengan kehidupan sehari-hari. Seseorang dengan
berpikir logis yang baik dapat berpikir menurut logika, berdasarkan struktur,
menurut urutan yang sesuai, mengklasifikasi, mengkategorisasi dan mampu
menganalisis angka-angka serta memiliki ketajaman dalam berspekulasi dengan
menggunakan kemampuan logikanya agar dapat menyelsaikan soal yang
berkaitan dengan kehidupan sehari-hari.
Dari permasalahan yang telah dipaparkan, menunjukan bahwa pembelajaran
matematika tidak terlepas dari berpikir logis. Materi SPLDV menuntut siswa
untuk dapat berpikir logis karena dengan kemampuan berpikir logis dapat
mempermudah siswa dalam mempelajari atau memahami materi SPLDV dengan
baik serta dapat menghubungan materi dengan kehidupan sehari-hari.
Kemampuan berpikir logis sangat penting pada tahap menyelesaikan soal
khususnya dalam materi SPLDV. Sehingga peneliti tertarik untuk melakukan
penelitian tentang kemampuan berpikir logis siswa pada materi SPLDV dengan
judul “Analisis Kemampuan Berpikir Logis Siswa Pada Materi SPLDV Di Kelas
VIII SMP Negeri 10 Singkawang”.

B. Identifikasi Masalah
Merujuk pada latar belakang masalah yang telah disampaikan diatas maka
identifikasi masalahnya sebagai berikut.
1. Indikasi kemampuan berpikir logis siswa kurang.
2. Siswa masih kurang dalam memahami menduga dan menguji berdasarkan
akal.
3. Siswa masih kurang dalam menyelesaikan masalah.
4. Siswa masih kesulitan dalam membuat kesimpulan.

C. Pembatasan Masalah

Mengingat keterbatasan dan kemampuan yang dimiliki penulis, maka


penelitian ini akan difokuskan pada analisis kemampuan berpikir logis siswa pada
materi SPLDV.

D. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang, maka rumusan masalah dalam penelitian ini
adalah Bagaimana kemampuan berpikir logis siswa pada materi SPLDV di kelas
VIII SMP Negeri 10 Singkawang?
Adapun yang menjadi sub-sub masalah dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut:
1. Bagaimana kemampuan berpikir logis pada materi SPLDV siswa kelas VIII
SMP Negeri 10 Singkawang?
2. Apa sajakah bentuk kesalahan kemampuan berpikir logis pada materi
SPLDV siswa kelas VIII SMP Negeri 10 Singkawang?
E. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah , maka tujuan dilakukannya penelitian ini
adalah untuk mengetahui kemampuan berpikir logis siswa pada materi SPLDV
dikelas VIII SMP Negeri 10 Singkawang.

F. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi siswa, guru,
sekolah, dan peneliti.

1. Bagi siswa
Mempermudah siswa dalam pembelajaran matematika karena materi yang
dipelajari berkaitan dengan kemampuan berpikir logis yang dapat
dihubungkan dengan kehidupan nyata yang terjadi di dalam kehidupan
sehari-hari. Sehingga dapat memotivasi siswa menyelesaikan permasalahan
yang ada di setiap materi pembelajaran yang berkaitan dengan kehidupan.
2. Bagi guru
Melalui penelitian ini diharapkan guru matematika dapat mengetahui
kemampuan berpikir logis siswa-siswi dikelas VIII SMP Negeri 10
Singkawang.
3. Bagi sekolah
Diharapkan sebagai masukan dalam menentukan langkah-langkah
pembelajaran yang lebih baik sebagai upaya meningkatkan kualitas
pembelajaran dan menghimbau kepada guru agar meningkatkan cara
berpikir logis siswanya.
4. Bagi peneliti
Mendapatkan pengetahuan dan pengalaman tentang kemampuan berpikir
logis siswa yang berguna untuk dapat diterapkan saat mengajar ke lembaga
pendidikan nanti.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Landasan Teori
1. Analisis data kualitatif
Analisis Data Kualitatif (Bogdan & Biklen, 1982) adalah upaya yang
dilakukan dengan jalan bekerja dengan data, mengoperasikan data, memilah-
milahnya menjadi satuan yang dapat dikelola, mensintesiskannya, mencari dan
menemukan pola, menemukan apa yang penting dan apa yang dipelajari, dan
memutuskan apa yang penting diceritakan kepada orang lain.
Di pihak lain, Analisis Data Kualitatif (Seiddel, 1998), prosesnya berjalan
sebagai berikut.
a. Mencatat yang menghasilkan catatan lapangan, dengan hal itu diberi
kode agar sumber datanya tetap dapat ditelusuri,
b. Mengumpulkan, memilah-milah, mengklasifikasikan, mensintesiskan,
membuat ikhtisar, dan membuat indeksnya,
c. Berpikir, dengan jalan membuat agar kategori data itu mempunyai
makna, mencari dan menemukan pola dan hubungan-hubungan, dan
membuat temuan-temuan umum.
Selanjutnya menurut Janice McDrury (Collaborative Group Analysis
of Data, 1999) tahapan analisis data kualitatif adalah sebagai berikut.
a. Membaca dan mempelajari data, menandai kata-kata kunci dan
gagasan yang ada dalam data,
b. Mempelajari kata-kata kunci itu, berupaya menemukan tema-
temayang berasal dari data,
c. Menuliskan ‘model’ yang ditemukan,
d. Koding yang telah dilakukan.
Analisis data, menurut patton (1980:268), adalah proses mengatur
urutan data, mengorganisasikannya kedalam suatu pola, kategori, dan
satuan uraian dasar. Ia membedakannya dengan penafsiran, yaitu
memberikan arti yang signifikan terhadap hasil analisis,menjelaskan
pola uraian, dan mencari hubungan diantara dimensi-dimensi uraian.
Bogdan dan Taylor (1975:79) mendefinisikan analisis data sebagai
proses yang merinci usaha secara formal untuk menemukan tema dan
merumuskan hipotesis kerja (ide) seperti yang disarankan oleh data dan
sebagai usaha untuk memberikan bantuan pada tema dan hipotesis kerja
itu. Jika dikaji, pada dasarnya definisi pertama lebih menitik-beratkan
pengorganisasian data sedangkan yang kedua lebih menekankan maksud
dan tujuan analisis data. Dengan demikian definisi tersebut dapat
disintesiskan menjadi: Analisis data adalah proses mengorganisasikan
dan mengurutkan data kedalm pola, kategori, dan satuan uraian dasar
sehingga dapat ditemukan tema dan dapat dirumuskan dasar sehingga
dapat ditemukan tema dan dapat dirumuskan hipotesis kerja seperti yang
disarakan oleh data.

2. Kemampuan berpikir logis


Berpikir merupakan aktifitas seseorang untuk mengumpulkan ide-ide
atau informasi yang ada dengan cara menghubungkan antara bagian-
bagian informasi yang ada tersebut dengan masalah yang sedang
dihadapi pada diri seseorang. Poedjawijatna mengatakan bahwa orang
yang berpikir logis akan taat pada aturan. Jadi kemampuan berpikir logis
dalam matematika erat kaitannya dengan logika, kegiatan berpikir logis
diartikan sebagai kegiatan berpikir menurut suatu pola tertentu, atau
dengan perkataan lain, menurut logika tertentu. Logika berasal dari kata
yunani, yaitu logis yang berarti ucapan, kata dan pengertian. Logika
sering juga disebut penalaran. Dalamlogika dibutuhkan aturan-aturan
atau patoka-patokan yang perlu diperhatikan untuk dapat berpikir
dengan tepat, teliti dan teratur sehingga diperoleh kebenaran secara
rasional. Berpikir adalah proses umum untuk menentukan sebuah isu
dalampikiran, sementara logika adalah ilmu berpikir, walaupun dua
orang dapat berpikir tentang hal yang sama, kesimpulan mereka
keduanya dapat diraih melalui pemikiran mungkin berbeda, yang satu
logis yang satu tidak logis. Pemikiran logis merupakan salah satu ciri-
ciri yang harus dimiliki seseorang yang bernalar.
Sebagai suatu kegiatan berpikir, penalaran mempunyai ciri-ciri tertentu.
Ciri pertama adalah adanya suatu pola berpikir yang secara luas dapat
disebut logika atau dapat disimpulkan bahwa kegiatan penalaran
merupakan suatu kegiatan berpikir logis. Ciri kedua dari penalaran
adalah sifat analitik dari berpikirnya. Berpikir logis adalah proses
berpikir yang menggunakan penalaran secara konsisten untuk
menghasilakan kesimpulan. Masalah atau situasi yang melibatkan
berpikir logis memerlukan struktur, hubungan antar fakta, argumentasi
dan rangkaian penalaran yang dapat dimengerti. Oleh karena itu ketika
berbicara berpikir logis tidak akan bisa lepas dari penalaran, karena bisa
dikatakan bahwa berpikir logis dan penalaran saling beririsan.
Berpikir logis berarti mendapat pemahaman dan pengetahuan dengan
mempergunakan teknik berpikir yang telah ditentukan dalam aturan
logika formal. Logika formal adalah bidang ilmu yang membahas
tentang pernyataan-pernyataan atau posisi dalam hubungannya dengan
penalaran secara dedukasi. Proses deduksi, yaitu penarikan kesimpulan
bersifat individual dari pernyataan/kerangka berpikir logis yang bersifat
umum. Bidang ilmu tertua yang menerapkan dedukasi berdasarkan
logika formal adalah matematika.
Piaget mendefinisikan berpikir logis sebagai langkah-langkah internal
yang digunakan seseorang ketika suatu masalah terjadi. Sheehan
berdasarkan teori perkembangan kognitif Piaget mengembangkan tes
kemampuan berpikir logis untuk mengklasifikasi siswa pada kelompok
tahap operasional konkrit dan tahap operasional formal. Pada tahap
operasional konkrit umumnya anak-anak telah memahami operasi logis
dengan bantuan benda-benda konkrit. Kemampuan ini terwujud dalam
memahami konsep kekekalan, kemampuan untuk mengklasifikasi dan
serasi, mampu memandang suatu objek dari sudut pandang yang
berbeda secara objektif, dan mampu berpikir reversible. Pada tahap
operasi formal, tahap ini mulai dialami oleh anak dalam usia belasan
tahun (masa pubertas) dan terus berlanjut sampai dewasa. Karakteristik
tahap ini adalah diperolehnya kemampuan untuk berpikir secara abstrak,
menalar secara logis, dan menarik kesimpulan dari informasi yang
diberikan. Menurut albertch agar seseorang sampai pada berpikir logis,
dia harus memahami dalil logika yang merupakan peta verbal yang
terdiri dari tiga bagian dan dan menunjukkan gagasan progresif, yaitu:
(1) Dasar pemikiran atau realitas tempat berpijak, (2) Argumentasi atau
cara menempatkan dasar pemikiran bersama, dan (3) Simpulan atau
hasil yang dicapai dengan menerapkan argumentasi pada dasar
pemikiran. Dari beberapa penjelasan teori tersebut, dapat disimpulkan
bahwa bepikir logis adalah kegiatan berpikir menurut suatu pola tertentu
sehingga mampu menyimpulkan hasil yang diperoleh dengan
menerapkan argument pada dasar pemikiran.
Contoh soal kemampuan berpikir logis yang dimodifikasi oleh Utari
Sumarmo :
Untuk membuat dua gelas jeruk diperlukan lima buah jeruk segar.
Jawablah pertanyaan berikut dan sertakan sifat matematik apa yang
digunakan
a. Berapa buah jeruk segar yang harus disediakan untuk membuat lima
buah jus jeruk?
b. Berapa gelas jus jeruk dapat dibuat dari 30 buah jeruk?

Anda mungkin juga menyukai