ABSTRAK
1
ABSTRACT
PENDAHULUAN
Pendidikan merupakan proses yang sangat penting untuk membentuk
Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkualitas. Didalam Undang-undang No.
20 tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional disebutkan bahwa
pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana
belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik aktif mengembangkan
potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian
diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang
diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara. Menurut Asmani (2015)
2
Pendidikan yang bermutu adalah pendidikan yang mampu melakukan proses
pematangan pola pikir peserta didik, yakni dengan membebaskan mereka dari
pembodohan, ketidakjujuran, ketidakberdayaan, ketidakbenaran, serta dari
akhlak dan keimanan yang buruk. Berdasarkan pernyataan tersebut diperoleh
bahwa tujuan pendidikan dalam hal ini adalah untuk mengembangkan daya
berpikir pada peserta didik dan membangun kekuatan kecerdasan pola pikir
peserta didik sehingga mampu menghasilkan generasi cerdas dan berkarakter.
Berpikir memegang peranan penting dalam segala aspek kehidupan.
Sunaryo (2011) dalam taksonomi berpikir menjelaskan bahwa berpikir
mendasari hampir semua tindakan manusia dan interaksinya. Tanpa berpikir
manusia tidak bisa diakui keberadaannya seperti yang dikemukakan oleh
seorang filsuf yaitu René Descartes yaitu Je pense donc je suis atau Cogito
Ergo Sum, yang berarti saya berpikir maka saya ada. Keberadaan saya diakui
karena saya berpikir. Dengan adanya kemampuan berpikir itulah manusia
mampu mengembangkan pengetahuan.
Matematika adalah salah satu pembelajaran yang melatih daya berpikir
dan bernalar sebagai bekal untuk dapat menyelesaikan masalah. Seperti halnya
yang dikemukakan oleh Soedjadi (2000) bahwa fungsi matematika sekolah
adalah sebagai sarana penataan nalar peserta didik. Tujuan dan fungsi
pendidikan dalam pembelajaran matematika tersebut dapat diwujudkan melalui
peran pendidik, dimana guru harus mampu untuk memberikan alternatif
konsep-konsep pembelajaran yang mampu mengaktifkan siswa dalam belajar
matematika. Namun nyatanya, kecenderungan para guru saat ini kurang perduli
akan hal tersebut. Guru hanya menerangkan dan mengajarkan rumus-rumus
matematika kepada siswa untuk dihafalkan. Guru juga hanya memberi soal-
soal latihan umum yang sebelumnya telah dijelaskan dan hanya memiliki cara
atau solusi tunggal. Akibatnya, proses dan pola berpikir siswa tidak
berkembang karena siswa kurang diberi kesempatan untuk menemukan solusi
alternatif lain dari permasalahan matematika yang diberikan. Apabila siswa
menemukan sebuah masalah berbeda, siswa tidak mampu dan kebingungan
dalam menyelesaikan masalah tersebut.
3
Hal ini sesuai dengan pendapat Saragih (2006) bahwa proses
pembelajaran yang menekankan proses penghafalan konsep atau prosedur,
pemahaman konsep matematika yang rendah, dan tidak dapat
menggunakannya ketika diberi permasalahan yang kompleks memunculkan
pembelajaran matematika yang mekanistik dan tidak bermakna bagi siswa.
Ketidakbermaknaan pembelajaran tersebutlah menimbulkan persepsi bahwa
matematika merupakan pelajaran yang sulit. Padahal sebenarnya dalam proses
pembelajaran guru kurang mengoptimalkan kemampuan berpikir siswa.
Salah satu kemampuan berpikir yang perlu untuk dioptimalkan yaitu
kemampuan berpikir lateral. Paul Sloane (2010) dalam bukunya “How to be
Brilliant Thinker” menyatakan bahwa “Cara Berpikir lateral” (Lateral
Thinking) adalah istilah yang ditelurkan oleh Edward de Bono sebagai lawan
dari cara berpikir konvensional atau vertikal. Menurutnya, cara berpikir lateral
melibatkan proses mendekati masalah dari arah-arah yang baru. Dari
pernyataan tersebut diperoleh bahwa dalam berpikir lateral kita melangkah
mencari alternatif pemecahan masalah dari berbagai sudut pandang yang
berbeda dan paling mungkin untuk mendukung hasil akhir.
Mengetahui dan mempersiapkan siswa untuk memiliki kemampuan
berpikir lateral yang baik adalah dengan pemberian masalah yang sesuai
dengan indikator berpikir lateral. Rosnawati (2011) menyatakan bahwa untuk
dapat memunculkan kemampuan berpikir lateral, persoalan yang diberikan
tidak hanya berfungsi untuk menggali fakta saja, namun dari persoalan yang
diberikan siswa dapat melihat dari berbagai sudut pandang. Masalah tersebut
dapat ditemukan pada masalah terbuka (open-ended problem). Menurut
Takahashi (Mahmudi, 2008) masalah terbuka (open-ended problem) adalah
masalah yang mempunyai banyak solusi atau strategi penyelesaian. Dalam hal
ini dapat disimpulkan bahwa masalah terbuka (open-ended) merupakan salah
satu masalah yang dapat memunculkan potensi berpikir lateral siswa. Untuk
memandu dalam memecahkan masalah tersebut, Polya (1973) menetapkan
empat tahap yang dapat dilakukan agar siswa lebih terarah dalam
menyelesaikan masalah matematika yaitu memahami masalah, menyusun
4
rencana pemecahan masalah, melaksanakan rencana, dan memeriksa kembali
hasil yang diperoleh.
Mendeskripsikan kemampuan berpikir lateral siswa perlu untuk
dilakukan, agar siswa dan guru mengetahui sejauh mana kemampuan berpikir
lateral siswa dalam memecahkan masalah matematis. SMA Muhammadiyah 1
Purwokerto adalah salah satu Sekolah Menengah Atas di Purwokerto yang
mana belum pernah dilakukan penelitian terkait kemampuan berfikir lateral.
Oleh karena itu, peneliti akan melakukan penelitian di SMA Muhammadiyah 1
Purwokerto dengan judul penelitian “Deskripsi Berpikir Lateral Siswa SMA
Muhammadiyah 1 Purwokerto dalam Memecahkan Masalah Matematis”.
DESAIN PENELITIAN
Penelitian ini dilaksanakan pada semester ganjil tahun ajaran 2017/2018
dan bertempat di SMA Muhammadiyah 1 Purwokerto. Tujuan penelitian ini
adalah mendeskripsikan berpikir lateral siswa dalam memecahkan masalah
matematis pada materi Trigonometri. Dalam penyelesaian soal siswa dituntut
memenuhi indikator proses berpikir lateral. Pendeskripsian ini ditelusuri
melalui pengamatan langsung dalam proses menyelesaikan soal disetiap tahap
pemecahan masalah polya dengan menganalisis pekerjaan siswa berdasarkan
indikator kemampuan berpikir lateral.
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan pendekatan
kualitatif. Berikut langkah-langkah yang akan ditempuh selama penelitian :
1) Menentukan sekolah dan subyek penelitian. Sekolah yang digunakan
adalah SMA Muhammadiyah 1 Purwokerto sedangkan subyek penelitian
adalah kelas XI IPA 1 dan 2 berjumlah 53 siswa.
2) Menyusun instrumen penelitian meliputi:
i) Lembar tugas masalah matematis
ii) Pedoman wawancara
3) Melakukan tes, dengan memberikan lembar tugas memecahkan masalah
matematika berbentuk soal uraian yang open ended materi Trigonometri
yang telah dirancang, kepada siswa yang menjadi subyek penelitian.
5
4) Melakukan analisis sumber data/subyek penelitian berdasarkan nilai UTS
siswa semester 1.
5) Mengkategorikan siswa berdasarkan hasil nilai UTS semester 1 sehingga
diperoleh data sebagai berikut :
Tabel 3.1 Bentuk Pengelompokan Prestasi Belajar
6
11) Menyusun laporan penelitian, peneliti melaksanakan proses penyusunan
hasil penelitian berdasarkan data-data yang telah dikumpulkan selama
penelitian.
1. Hasil
Berdasarkan hasil Triangulasi yang dilakukan maka peneliti
mendeskripsikan Berpikir Lateral Siswa SMA Muhammadiyah 1 Purwokerto
dalam Memecahkan Masalah Matematis sebagai berikut:
Tabel 1.1 Hasil Akhir Berpikir Lateral Siswa dalam Memecahkan Masalah
Matematis
Kelompok
Prestasi
Rendah Sedang Tinggi
Aspek
Berpikir lateral
7
Siswa tidak tampak Siswa sudah Siswa dalam
mampu memilih tampak mampu merencanakan
strategi penyelesaian memilih sebagian masalah sudah
masalah secara baik strategi tampak mampu
Mencari cara- tepat dilihat dari mana penyelesaian memilih dan
cara lain dalam siswa belum mampu masalah yang tepat mencari
memandang menuliskan strategi dan tidak biasa strategi/cara
permasalahan secara jelas dan siswa pada suatu masalah penyelesaian
juga masih salah namun kurang masalah yang
dalam membuat jelas dalam tepat dan tidak
ilustrasi dari masalah. menyampaikan biasa pada suatu
strategi. masalah.
8
ide acak untuk serta jawaban yang kesimpulan jawaban yang
membangkitka diberikan tidak tepat. jawaban yang sesuai dan siswa
n ide-ide baru. Siswa juga tidak sesuai dengan hasil sudah mampu
melaksanakan jawaban siswa. membuat
pengecekan sesuai Siswa juga tidak cara/metode lain
dengan langkah yang melaksanakan dengan
dimaksud dalam pengecekan menggunakan
penelitian yaitu dengan mencoba segala hal yang
dengan mencari metode/cara lain diketahui untuk
cara/metode lain yang menemukan solusi
untuk mendukung memungkinkan lain yang
hasil jawaban siswa. untuk mendukung menghasilkan
jawaban. hasil akhir yang
tepat.
9
dapat disimpulkan bahwa siswa yang memiliki prestasi belajar tinggi
mampu memenuhi aspek dan indikator kemampuan berpikir lateral dalam
memecahkan masalah matematis, yakni mengenali ide dominan dari
masalah yang dialami, mencari cara-cara lain dalam memandang
permasalahan, melonggarkan kendali cara berpikir kaku, dan memakai
ide-ide acak untuk membangkitkan ide-ide baru.
10
baik. Siswa sering kali menuliskan dan menjelaskan inti permasalaahan
dengan tidak lengkap atau menuliskan kembali soal yang dikerjakan.
Siswa juga tidak mampu menjelaskan apa yang menjadi inti permasalahan
pada soal secara jelas dan lengkap. Pada tahap memilih strategi yang
digunakan juga tidak jelas dan tidak tepat serta untuk melaksanakan
strategi siswa seringkali tidak menuliskan rumus dan keterangan yang
digunakan atau bahkan tidak menuliskan jawaban. Kesimpulan jawaban
yang diberikan tidak tepatdan bahkan tidak menuliskan kesimpulan. Siswa
belum sepenuhnya mampu menafsirkan solusi. Siswa juga tidak mampu
menggunakan ide-ide acak yang ada untuk menghasilkan solusi lain yang
logis demi mendukung dan menghasilkan jawaban yang tepat. Jadi, dapat
disimpulkan bahwa siswa yang memiliki prestasi belajar rendah belum
mampu memenuhi indikator kemampuan berpikir lateral.
1. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian mengenai Deskripsi Berpikir Lateral Siswa
mengenali ide dominan dari masalah yang dialami, mencari cara-cara lain
11
memenuhi dua aspek dan indikator kemampuan berpikir lateral, yakni
mengenali ide dominan dari masalah yang dialami dan mencari cara-cara
2. Saran
Berdasarkan pembahasan dan kesimpulan sebelumnya, dapat diberikan
saran bagi peneliti lain yang hendak melakukan penelitian yang relevan
dengan ini, untuk sebaiknya menggunakan soal open-ended pada materi lain
seperti logaritma atau materi Geometri seperti bangun datar atau bangun
ruang sehingga mendapatkan data kemampuan berpikir lateral yang lebih
luas dan mendalam serta variatif.
DAFTAR PUSTAKA
12
Hudojo, Herman, Pengembangan Kurikulum dan Pembelajaran
Matematika.(Malang: JICA, 2001)
Kamus Besar Bahasa Indonesia Dalam Jaringan (Online), Yang diakses melalui
kbbi.web.id/piker pada tanggal 20 Mei 2016
Polya, G. 1973. How to Solve It. America: Princeton University Press , Princeton,
New Jersey.
13
Pramita, Asep dkk,”Analisis Kemampuan Berpikir Lateral Siswa Dalam
Menyelesikan Soal Open ended di SMPN 10 Pontianak”, Jurnal
Pendidikan dan Pembelajaran Vol 4, No 10 (2015): Oktober 2015
Sloane. Paul. 2010. How To Be A Brilliant Thinker : Latih Pikiran Anda dan
Temukan Solusi-Solusi Kreatif. Terjemahan oleh Riga D. Ponziani. 2016.
Jakarta: PT Elex Media Komputindo.
14
Sugyono, 2014. “Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif dan R&D” :
Bandung: Alfabeta
15