Anda di halaman 1dari 9

Agusti Eka Dyah Larasati

12313244015
Pendidikan Matematika Inter 2012
REVIEW JURNAL 1
Judul

PENINGKATAN
KEMAMPUAN
BERPIKIR
KRITIS
MATEMATIS SISWA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA
DENGAN PENGGUNAAN PENDIDIKAN MATEMATIKA
REALISTIK

Penulis

Somakim
Universitas Sriwijaya, Jalan Raya Palembang-Prabumulih km 32
Indralaya, Ogan Ilir 30662

Sumber
Aspek Teori

Jurnal ini mencantumkan teori-teori yang relevan, seperti :


- Teori tentang tujuan mata pelajaran matematika
Salah satu teori pendukung diungkapkan oleh Soedjadi (1992)
bahwa pendidikan matematika memiliki dua tujuan besar yang
meliputi (1) tujuan yang bersifat formal, yang memberi tekanan
pada penataan nalar anak serta pembentukan pribadi anak dan (2)
tujuan yang bersifat material yang memberi tekanan pada
penerapan matematika serta kemampuan memecahkan masalah
matematika.

Teori tentang belajar dengan menghafal


Menurut Mukhayat (2004) belajar dengan menghafal tidak terlalu
banyak menuntut aktivitas berpikir anak dan mengandung akibat
buruk pada perkembangan mental anak.

Teori tentang berpikir kritis


Krulik dan Rudnick (Sabandar, 2008) mengemukakan bahwa yang
termasuk berpikir kritis dalam matematika adalah berpikir yang
menguji, mempertanyakan, menghubungkan, mengevaluasi semua
aspek yang ada dalam suatu situasi ataupun suatu masalah.

Teori tentang Pendekatan Matematika Realistik (PMR)


Pendekatan Matematika Realistik (PMR) berpandangan bahwa
matematika sebagai aktivitas manusia, yang dikembangkan dengan
tiga prinsip dasar, yaitu (a) Guided Reinvention and Progressive
Mathematization (Penemuan Terbimbing dan Bermatematika secara
Progresif; (b) Didactical Phenomenology (Penomena Pembelajaran;
dan (c) Self-developed Models (Pengembangan Model Mandiri)
serta memiliki lima karakteristik yaitu: (1) menggunakan masalah
kontekstual, (2) menggunakan model, (3) menggunakan kontribusi
siswa, (4) terjadinya interaksi dalam proses pembelajaran, (5)

menggunakan berbagai teori belajar yang relevan, saling terkait,


dan terintegrasi dengan topik pembelajaran lainnya (Treffers, 1991;
Gravemeijer, 1994; Armanto, 2002; Darhim, 2004).

Aspek Metode
Penelitian

Temuan dan
Maknanya

Kontribusi
dalam
pengembangan
penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian kuasi eksperimen dengan model


kelompok kontrol non-ekuivalen.
Populasi penelitian adalah siswa SMP yang berasal dari sekolah level
tinggi, sedang, dan rendah di kota Palembang. Penentuan level
sekolah berdasarkan hasil akreditasi sekolah di kota Palembang pada
tahun 2008
- N-gain KBKM keseluruhan siswa PMR lebih tinggi daripada Ngain KBKM keseluruhan siswa PMB. Hal ini menunjukkan
bahwa kemampuan siswa PMR dalam berpikir kritis matematis
lebih homogen.
- Faktor level sekolah memberikan pengaruh yang signifikan
terhadap peningkatan kemampuan berpikir kritis matematis
siswa. Artinya, terdapat perbedaan peningkatan kemampuan
berpikir kritis matematis siswa pada setiap level sekolah (tinggi,
sedang, rendah) antara yang pembelajarannya dengan
menggunakan Pendekatan Matematika Realistik dan Pendekatan
Matematika Biasa.
- faktor pendekatan juga memberikan pengaruh yang signifikan
terhadap peningkatan kemampuan berpikir kritis matematis
siswa. Artinya, terdapat perbedaan peningkatan kemampuan
berpikir kritis matematis siswa, jika siswa dikelompokkan
berdasarkan pendekatan. Dengan kata lain, terdapat perbedaan
peningkatan kemampuan berpikir kritis matematis siswa antara
yang pembelajarannya dengan menggunakan Pendekatan
Matematika Realistik dan Pendekatan Matematika Biasa.
- terdapat interaksi antara faktor level sekolah dengan faktor
pendekatan terhadap peningkatan kemampuan berpikir kritis
matematis siswa. Dengan kata lain, faktor level sekolah dan
pendekatan secara bersama-sama memberikan pengaruh yang
signifikan terhadap peningkatan kemampuan berpikir kritis
matematis siswa.
- Menyadarkan Program Studi Pendidikan Matematika agar
dapat mengembangkan kurikulum berbasis Pendidikan
Matematika Realistik
- Menyadarkan pihak pemerintah, khususnya Kemendiknas
untuk dapat mengembangkan buku matematika berbasis
Pendidikan Matematika Realistik.

REVIEW JURNAL 2
Judul

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH


(PBM) TERHADAP KETERAMPILAN BERPIKIR KREATIF
DAN METAKOGNISI PADA PEMBELAJARAN FISIKA SISWA
KELAS X SMA NEGERI 2 LUMAJANG

Penulis

Lidya Ari Paramitha*), Sumarjono, dan Parno


FMIPA Universitas Negeri Malang

Sumber
Aspek Teori

Jurnal ini mencantumkan teori-teori yang relevan, seperti :


- Teori model pembelajaran
Suprijono (2012:46) menyatakan bahwa model pembelajaran
dapat menjadi pedoman bagi para perancang pembelajaran dan
para guru dalam merencanakan aktivitas belajar mengajar.
- Teori tujuan PBM
Ibrahim dan Nur (Liliawati dan Puspita, 2010:424) menyatakan
bahwa PBM memiliki tujuan untuk membantu siswa
mengembangkan keterampilan berpikir, pemecahan masalah,
belajar berperan seperti orang dewasa dengan melibatkan
mereka dalam pengalaman nyata, serta menjadi pebelajar
otonom dan mandiri.
- Teori keterampilan berpikir kreatif dengan PBM
Teori keterampilan berpikir kreatif dengan PBM didukung oleh
Resnick (Ibrahim dan Nur dalam Liliawati dan Puspita,
2010:426) yang menyatakan bahwa keterampilan berpikir
tingkat tinggi cenderung kompleks, melibatkan pertimbangan
dan interpretasi, serta keseluruhan alurnya tidak dapat diamati
dari satu sudut pandang.
- Teori kemampuan berpikir kreatif
Siswono (2009:6) menambahkan bahwa kemampuan berpikir
kreatif adalah kemampuan siswa dalam memahami masalah dan
menemukan penyelesaian dengan strategi atau metode yang
bervariasi (divergen). Purnamaningrum (2012:2) menambahkan
pula bahwa keterampilan berpikir kreatif merupakan salah satu
keterampilan yang dapat menyelesaikan suatu permasalahan.
- Teori keterampilan metakognisi dengan PBM
Teori keterampilan metakognisi dengan PBM didukung oleh
Goos et. al. (Rusnita, 2007) yang memaparkan bahwa cara
berpikir yang efektif dalam memecahkan masalah meliputi
aktivitas kognitif untuk menemukan solusi dan meliputi
pengamatan metakognisi untuk mengatur berbagai aktivitas

Aspek Metode
Penelitian

Temuan dan
Maknanya

serta untuk membuat keputusan sesuai dengan kemampuan


kognitifnya.
Penelitian ini merupakan penelitian Quasi Eksperimental Design atau
eksperimen semu dengan Nonequivalent Control Group Design
(kelompok eksperimen maupun kelompok kontrol tidak dipilih secara
random).
Variabel bebas yang digunakan adalah model pembelajaran, yakni
model PBM (X1) pada kelas eksperimen dan model pembelajaran
konvensional (X2) pada kelas kontrol. Variabel terikat yang dipilih
adalah keterampilan berpikir kreatif (Y1) dan keterampilan
metakognisi (Y2). Variabel kontrolnya adalah terbatas pada materi
pokok suhu dan kalor, serta perpindahan kalor, pembelajaran empat
kali pertemuan, pretest dilakukan sebelum pembelajaran pertemuan
pertama, serta posttest di luar jam pelajaran.
Subjek penelitian ini adalah siswa kelas X SMA Negeri 2 Lumajang.
Pengambilan sampel dilakukan menggunakan nonprobability
sampling, dengan purposive sampling karena SMA Negeri 2
Lumajang adalah sekolah unggulan di Kabupaten Lumajang dan
sampel kelas yang digunakan adalah bimbingan guru pamong fisika
yang dihubungi oleh Peneliti. Sampel penelitian ini ialah siswa kelas
X MIA 6 sebagai kelas kontrol dan siswa kelas X MIA 7 sebagai
kelas eksperimen dengan jumlah responden di masing-masing kelas
adalah 34 anak.
Analisis data soal keterampilan berpikir kreatif dan metakognisi
menggunakan uji prasyarat, yaitu uji normalitas (Uji Chi Kuadrat)
dan uji homogenitas (Uji Bartlett, uji kesamaan kemampuan awal
siswa (Uji t), dan uji hipotesis penelitian pada posttest (Uji Anava
Satu Arah dan Uji Tukey).
Berdasarkan hasil pengujian hipotesis tentang keterampilan berpikir
kreatif, didapatkan bahwa keterampilan berpikir kreatif kelompok
siswa yang belajar dengan model PBM tidak lebih tinggi daripada
kelompok siswa yang belajar dengan pembelajaran konvensional
pada pembelajaran fisika siswa kelas X SMA Negeri 2 Lumajang.
Hal ini dapat dipengaruhi beberapa hal, yaitu sebagai berikut.
1. Keterampilan berpikir kreatif memerlukan proses pada
pembelajaran sehingga memerlukan waktu yang lebih lama
untuk mengembangkan keterampilan tersebut. Solusinya ialah
menggunakan beberapa materi pada penelitian berikutnya
sehingga pertemuan pembelajaran lebih banyak.
2. Kurang aktifnya diskusi kelompok siswa yang belajar dengan

3.

4.
5.

6.
7.

Kontribusi
dalam
pengembangan
penelitian

model PBM pada fase mengembangkan dan menyajikan hasil


karya.
Siswa kurang memiliki kesiapan belajar dan menghadapi
situasi baru di awal pembelajaran. Siswa terlihat kurang
tanggap dengan percobaan yang akan dilakukan.
Pembagian kelompok pada fase mengorganisasi siswa untuk
meneliti kurang optimal.
Demonstrasi yang diberikan kepada kelompok siswa yang
belajar secara konvensional adalah percobaan sederhana yang
diberikan kepada kelompok siswa yang belajar dengan model
PBM.
Kurang detailnya kegiatan guru dalam RPP
Kurang detailnya pengembangan instrumen keterampilan
berpikir kreatif setiap indikator pada RPP

Keterampilan metakognisi kelompok siswa yang belajar dengan


model PBM lebih tinggi daripada kelompok siswa yang belajar
dengan pembelajaran konvensional pada pembelajaran fisika siswa
kelas X SMA Negeri 2 Lumajang.
1. Peneliti dapat menggunakan hasil penelitian ini sebagai bahan
informasi dan pertimbangan apabila menerapkan atau
mengkolaborasi model pembelajaran yang dapat digunakan
untuk mengetahui pengaruhnya terhadap keterampilan
berpikir kreatif dan metakognisi siswa, khususnya pada
pembelajaran fisika.
2. Penggunaan model PBM, perlu mengoptimalkan
pembelajaran pada fase penyelidikan dan lebih memotivasi
siswa dalam berdiskusi agar keterampilan berpikir kreatif
dapat berkembang.
3. Penggunaan model PBM perlu membagi kelompok secara
optimal pada fase mengorganisasi siswa untuk meneliti,
beranggotakan 3-4 anak agar seluruh siswa aktif pada fase
penyelidikan.
4. Penggunaan model PBM, perlu memberikan bentuk
demonstrasi kelompok siswa yang belajar secara
konvensional yang berbeda dengan percobaan kelompok
siswa yang belajar dengan model PBM.
5. Peneliti perlu memberikan contoh cara menjawab pada lembar
soal sehingga siswa mengetahui cara penilaian keterampilan
berpikir kreatif dan metakognisi.

6. Peneliti perlu mendetailkan kegiatan guru dalam RPP dan


perancah/kerangka pendukung (scaffolding) pada LKK untuk
mengarahkan keterampilan berpikir kreatif siswa dalam
memecahkan masalah.
7. Peneliti perlu lebih detail dalam mengembangkan instrumen
keterampilan berpikir kreatif setiap indikator pada RPP yang
telah dibuat.

REVIEW JURNAL 3
Judul

Penulis

Sumber
Aspek Teori

Aspek Metode
Penelitian

STUDI KOMPARASI PENGGUNAAN METODE KOOPERATIF


STAD (Student Team Achievement Division) DISERTAI MEDIA
SUPLEMEN LATIHAN BERSTRUKTUR DAN MEDIA
DIAGRAM TERHADAP PRESTASI BELAJAR KONSEP MOL
SISWA KELAS X MAN WONOGIRI TAHUN PELAJARAN
2008/2009
Ani Rahmawati, Elfi Susanti VH, Tri Redjeki
Mahasiswa Prodi Pend. Kimia Jurusan PMIPA FKIP Universitas
Sebelas Maret Surakarta
Dosen Prodi Pend. Kimia Jurusan PMIPA FKIP Universitas Sebelas
Maret Surakarta
Jurnal ini mencantumkan teori-teori yang relevan, seperti :
- Teori tentang metode pembelajaran
Teori yang disampaikan contohnya dari Mulyani Sumantri,
Metode merupakan cara-cara yang ditempuh guru untuk
menciptakan
situasi
pengajaran
yang
benar-benar
menyenangkan dan mendukung bagi kelancaran proses
belajar dan tercapainya prestasi belajar anak yang
memuaskan.
- Teori tentang struktur tujuan kooperatif
Menurut pandangan teori motivasi, struktur tujuan kooperatif
adalah menciptakan suatu situasi sedemikian rupa sehingga
keberhasilan salah satu anggota kelompok diakibatkan oleh
keberhasilan kelompok itu sendiri. Oleh sebab itu, untuk
menciptakan tujuan dari salah satu anggota, maka salah
seorang anggota harus membantu kelompoknya dengan
melakukan apa saja yang dapat membantu kelompok itu
berhasil (Slavin, 2008).
- Teori efektivitas metode STAD
Menurut penelitian Francis A Adesoji dan Tunde L Ibraheem
(2009) mengenai efektivitas penggunaan metode STAD
sebagai salah satu metode pembelajaran kooperatif pada
pembelajaran Kinetika Kimia menunujukkan pengaruh
prestasi belajar yang meningkat daripada metode pembelajaan
konvensional.
1. Tempat dan waktu penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di MAN Wonogiri, pada kelas X semester
I tahun pelajaran 2008/2009.
2. Metode Penelitian
Penelitian ini adalah penelitian yang bersifat eksperimen. Rancangan
yang digunakan adalah Randomized Group Pretest-Postest Design

untuk test kognitif yang disajikan pada tabel 1.


3. Sumber Data
Sumber data adalah data prestasi belajar siswa sub pokok bahasan
Konsep Mol yang meliputi 2 aspek penilaian, yaitu kognitif dan
afektif.
4. Teknik Pengambilan Sampel
Sampel diambil dengan teknik cluster random sampling.
5. Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data dilakukan dengan tes tertulis dan angket.
6. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian yang digunakan adalah tes kognitif yang berupa
tes obyektif dan test afektif berupa angket.
7. Teknik Analisis Data

Temuan dan
Maknanya

Kontribusi
dalam

Analisis data pada penelitian ini menggunakan uji t-pihak kanan.


Untuk menguji hipotesis dengan uji t-pihak kanan, sebelumnya
dilakukan uji prasyarat analisis yaitu uji normalitas dan homogenitas.
- Metode pembelajaran STAD yang dilengkapi dengan
suplemen latihan berstruktur akan lebih mempermudah siswa
dalam mempelajari materi konsep mol khususnya tentang
soal-soal hitungan, bila dibandingkan dengan metode
pembelajaran STAD yang dilengkapi media diagram.
Meskipun demikian, pembelajaran dengan metode STAD
yang dilengkapi media diagram lebih menarik minat siswa
untuk mempelajari dan menghafal rumus-rumus yang
berkaitan dengan materi konsep mol.
- Prestasi belajar siswa dengan menggunakan metode STAD
dilengkapi latihan berstruktur dapat meningkat dilihat dari
semangat siswa memahami materi tanpa merasa bosan dan
kesulitan dalam menyelesaikan soal.
- prestasi belajar siswa untuk aspek afektif pada pembelajaran
kooperatif STAD dilengkapi latihan berstruktur lebih tinggi
daripada pembelajaran kooperatif STAD dengan media
diagram.
- pembelajaran kooperatif metode STAD (Student Team
Achievement Division) dilengkapi suplemen latihan
berstruktur lebih baik daripada pembelajaran kooperatif
metode STAD ( Student Team Achievement Division)
dilengkapi media diagram pada materi Konsep Mol.
Memberi informasi pada peneliti bahwa prestasi belajar siswa pada
pembelajaran kimia menggunakan metode STAD (Student Team
Achievement Division) dilengkapi suplemen latihan berstruktur lebih tinggi

pengembangan
penelitian

bila dibandingkan dengan prestasi belajar siswa pada pembelajaran kimia


menggunakan metode STAD (Student Team Achievement Division)
dilengkapi media diagram pada materi Konsep Mol. Hal ini akan sangat
berguna untuk penelitian selanjutnya.

Anda mungkin juga menyukai