Anda di halaman 1dari 5

Pengertian dan karakteristik brain-based learning

Brain based learning diperkenalkan Pada tahun 1970, oleh Paulus McClean mulai melalui
sebuah konsep Tritunggal yaitu sebuah Teori yang mengacu pada proses evolusi tiga bagian
otak yang ada pada manusia. Dalam hipotesisnya, McClean menyatakan bahwa otak manusia
terdiri dari tiga bagian penting dan memiliki fungsi yang berbeda yaitu otak besar,otak
tengah,dan otak kecil dengan masing-masing mempunyai fungsi tersendiri

Seperti halnya Otak besar yang berfungsi untuk berbahasa, berpikir, memecahkan masalah,
Rencana dan menciptakan. Otak tengah berfungsi untuk interaksi sosial, emosional, dan ingatan
jangka panjang. Otak kecil berfungsi untuk mengulang, mempertahankan diri, dan ritualis. Dari
teori tersebut dikembangkan suatu model pembelajaran yang disebut Otak Pembelajaran
Berbasis ( brain based learning)

1. Pengertian brain based learning


Menurut Jensen yang merupakan pionir dari model pembelajaran berbasis otak in
iya berpendapat bahwa i,"Pendidikan Berbasis-Otak adalah belajar sesuai dengan
cara otak dirancang secara alamiah untuk belajar"
Selain itu pendapat Jensen di atas juga di perkuat oleh pendapat Sapa'at (2007:1)
menyatakan bahwa "Brain. based learning menawarkan sebuah konsep untuk
menciptakan pembelajaran dengan berorientasi pada upaya pemberdayaan potensi
otak siswa.
Kemudian menurut Yulvina maesari (2014). pembelajaran berbasis otak
menawarkan sebuah konsep untuk menciptakan pembelajaran dengan berorientasi
pada upaya pemberdayaan potensi otak siswa.
Jadi, pembelajaran berbasis kemamampuan otak (BBL) adalah suatu pendekatan
pembelajaran dengan memperhatikan bagaimana otak belajar sehingga otak
belajar secara optimal. Otak dapat belajar secara optimal tentunya pada kondisi
kondisi tertentu.
Brain Based Learning adalah sebuah teori yang mengoptimalkan fungsi otak sebagai
komponen utama dalam proses pembelajaran. Pada dasarnya, Pembelajaran
Berbasis Otak memfungsikan pengalaman sesungguhnya dalam proses
pembelajaran. Berbasis Otak Pembelajaran atau teori belajar berbasis otak adalah
pembelajaran yang diselaraskan dengan cara otak yang didesain secara natural
untuk belajar. Pada pembelajaran berbasis otak, peserta didik belajar sesuai dengan
fungsi otak mereka sehingga peserta didik tidak merasa jenuh dan terkekang dalam
proses pembelajaran. Untuk itu, metode pendidikannya dapat melalui penyediaan
lingkungan dan fasilitas yang memungkinkan berlangsungnya proses belajar secara
bebas dan sesuai dengan minat dan bakatnya masing- masing Dalam teori ini, guru
dan peserta didik ditekankan untuk kreatif dalam proses belajar yang seimbang
antara otak kanan dan otak kiri, sehingga materi yang disampaikan dapat diserap
menjadi ingatan jangka panjang dalam otak mereka dan mereka dapat melakukan
apa yang diperintahkan oleh guru di sekolah. Teori belajar berbasis otak ini adalah
suatu pendekatan multidisipliner yang
2. Karateristik brain based learning
Karakteristik dari Belajar Berbasis Otak( brain based learning) adalah sebuah
starategi pembelajaran yang berusaha memadukan faktor potensi siswa dengan
lingkungan yang ada di sekitarnya sebagai suatu konteks pembelajaran. Oleh sebab
itu, lingkungan dan potensi peserta didik harus diperlakukan sama agar tujuan dari
pembelajaran brain based learning ini berjalan sesuai dengan yang diharapkan.
Untuk itu, segala sesuatu hambatan yang dapat memperlambat dari proses
pembelajaran harus dihilangkan.
Ada beberapa cara yang dapat digunakan untuk memperlancar strategi brain based
learning ini yaitu pencahayaan yang baik, suasana yang, kondusif, lingkungan yang
nyaman, penataan tempat duduk yang rileks, dan sebagainya.Teori belajar berbasis
otak juga mengintegrasikan totalitas tubuh dan pikiran dalam prosespembelajaran.
Oleh karena itu, aktivitas tubuh dan pikiran membuat proses belajar menjadi lebih
nyamandan lebih optimal.
Dalam hal ini, karakteristik teori pembelajaran berbasis otak lebih ditekankan pada
lingkungan kelas yang mendukung siswa untuk belajar seperti diskusi kelompok
untuk menyelesaikan permaslahan yang telah diberikan , kemudian tunjukkan hasil
diskusi tersebut dan kelompok lain memberi tanggapan. Setelah diskusi selesai,
peserta didik melakukan relaksasi dengan mendengarkan musik atau melihat video
yang menghibur agar peserta didik tidak merasa tegang.

Sintaks brain based learning

Jensen (2008: 484) strategi-strategi berikut diatur sedemikian rupa dalam urutan yang
disesuaikan dengan kemampuan otak. Strategi pembelajaran berbasis kemampuan otak,
meliputi;

1) Pra-pemaparan
Fase ini memberikan sebuah ulasan kepada otak tentang pembelajaran baru
sebelum benar-benar menggali lebih jauh. Pra-pemaparan membantu otak
membangun peta konseptual yang lebih baik. seperti Memajang ulasan tentang
topik baru pada papan, Mengajari keterampilan belajar, Menyediakan nutrisi otak
yang baik, Menciptakan lingkungan yang benar-benar menarik, Kondisikan ekspetasi
yang positif, Membangun hubungan positif , Membaca kondisi pembelajaran dan
membuat penyesuaian sembari terus melanjutkan pembelajaran.
2) Persiapan
Hal ini merupakan fase dalam menciptakan keingintahuan dan kesenangan. Hal ini
mirip dengan mengatur langkah antisipatif tetapi dengan sedikit lebih jauh dalam
mempersiapkan pembelajar. Seperti halnya memberikan konteks pada topik yang
sedang dipelajari. Sehingga Otak dapat belajar paling baik khususnya dari
pengalaman kongkret terlebih dahulu. Berikanlah sesuatu yang nyata, fisik atau
kongkret.
3) Inisiasi dan Akuisisi
Pada Tahapan ini lebih berfokus pada muatan pembelajaran. Seperti memberikanlah
fakta awal yang penuh ide, rincian, kompleksitas, dan makna. Memberikanlah
pengalaman pembelajaran yang nyata. Memberikanlah tugas kelompok yang
melipuiti pembangunan, penemuan, eksplorasi, atau perancangan.
4) Elaborasi
Tahap ini merupakan tahap pemrosesan. Tahap ini membutuhkan kemampuan
berpikir yang murni dari pihak pembelajar. Hal ini saatnya untuk membuat kesan
intelektual tentang pembelajaran. Tahapan ini dapat dilakukan dengan memerikanlah
tanya jawab terbuka tentang kegiatan sebelumnya.
5) Inkubasi dan memasukkan memori
Fase ini menekankan pentingnya waktu istirahat dan waktu mengulang kembali.
Otak belajar paling efektif dari waktu ke- waktu, bukan langsung pada suatu saat.
Misalnya Sediankanlah waktu untuk perenungan tanpa bimbingan. Waktu istirahat
dan Buatlah agar para pembelajar mencatat materi.
6) Verifikasi dan pengecekan keyakinan
Fase ini bukan hanya untuk kepentingan guru, para pembelajar juga perlu
mengonfirmasikan pembelajaran mereka untuk diri mereka sendiri. Pembelajaran
paling baik diingat ketika siswa memiliki model atau metafora-metafora berkenaan
dengan konsep-konsep atau materi-materi baru.
7) Perayaan dan Integrasi
Dalam fase ini sangat penting untuk melibatkan emosi. Buatlah fase ini
mengasyikkan, ceria, dan menyenangkan. Tahap ini menanamkan semua arti
penting dari kecintaan terhadap belajar. Misalnya Sediakanlah waktu untuk berbagi.
Sertakan pembelajaran baru untuk materi berikutnya, dan Berikanlah pujian kepada
para siswa.

Berdasarkan uraian di atas pembelajaran dengan pendekatan brain based learning pada
penelitian ini memiliki tahapan-tahapan yang harus dilakukan seperti (1) prapemaparan, (2)
persiapan, (3) inisiasi dan akuisisi, (4) elaborasi, (5) inkubasi dan memasukkan memori,
(6) verifikasi dan pengecekan keyakinan, dan (7) perayaan dan integrasi.
Daftar pustaka

Jensen, E. (2008). Brain-based learning; pembelajaran berbasis kemampuan otak : cara baru
dalam pengajaran dan pelatihan. (N. Yusron, Penerj.) Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Jensen, E. (2011). Pemelajaran berbasis otak : paradigma pengajaran baru. (B. Molan, Penerj.)
Jakarta: PT Indeks.

Yulvinamaesari. (2014). Implementasi Brain Based Learning DalamPembelajaran. In Prosiding


Seminar Nasional (Vol. 1, pp. 100–102).

Anda mungkin juga menyukai