Brain based learning merupakan pembelajaran yang diselaraskan dengan cara otak yang didesain
secara alamiah untuk belajar. Brain based learning dapat memfasilitasi semua siswa dengan
tingkat kecerdasan yang berbeda tersebut terangkum dalam gaya pembelajaran yang sama serta
berpusat pada siswa. Brain based learning menuntut siswa untuk aktif dalam menemukan
pengetahuan mereka tentang topik yang sedang dipelajari, hal ini dilandasi oleh struktur kognitif
yang dimiliki siswa serta didasarkan pada cara otak bekerja.
Brain based learning adalah pembelajaran yang dilakukan dengan cara pemberdayaan otak
sehingga otak dapat belajar secara optimal. Brain based learning mempertimbangkan sifat alami
bagi otak dan bagaimana otak dipengaruhi oleh lingkungan dan pengalaman, juga tidak
mengharuskan siswa untuk belajar, tetapi merangsang dan memotivasi siswa untuk belajar
dengan keinginannya sendiri.
Berikut definisi dan pengertian brain based learning atau pembelajaran berbasis otak dari
beberapa sumber buku dan referensi:
1. Menurut Given (2007), brain based learning adalah pembelajaran yang disesuaikan
dengan cara berfikir otak yang didesain secara alamiah untuk belajar. Pembelajaran
berbasis otak mempertimbangkan apa yang sifatnya alami bagi otak dan bagaimana otak
dipengaruhi oleh lingkungan maupun pengalaman.
2. Menurut Jensen (2008), brain based learning adalah pendekatan berbasis kemampuan
dalam pembelajaran yang diselaraskan dengan cara otak yang didesain secara alamiah
untuk belajar. Brain based learning sebagai pembelajaran yang diselaraskan dengan cara
kerja otak, didesain secara alamiah, tidak terfokus pada keter-urutan, akan tetapi lebih
mengutamakan pada kesenangan dan kecintaan terhadap belajar sehingga siswa mudah
menyerap materi yang dipelajari.
3. Menurut Sapa'at (2009), brain based learning adalah sebuah konsep untuk menciptakan
pembelajaran yang berorientasi pada upaya pemberdayaan potensi otak siswa. Brain
based learning merupakan pembelajaran yang diselaraskan dengan cara kerja otak
sebagai upaya pemberdayaan otak sehingga otak dapat belajar secara optimal.
Komponen Brain Based Learning
Menurut Renata (2013), pada sistem pembelajaran alamiah berbasis otak atau brain based
learning, terdapat lima komponen utama yang dilakukan, yaitu:
1. The curious brain. Ia membangkitkan ketertarikan kepada hal-hal baru. Ini adalah
komponen otak yang cenderung menjadi lebih aktif saat kita dihadapkan pada ide-ide dan
tantangan baru.
2. The meaningful brain. Makna lebih penting bagi dari pada informasi. Otak mencari
makna melalui peniruan. Peniruan membuat otak mampu menyimpan pengetahuan ke
dalam memori.
3. The emotional brain. Emosi dan kecerdasan berasal dari bagian yang berbeda di otak,
namun keduanya bekerja secara integral dan tak terpisahkan serta bisa ditingkatkan
menggunakan stimulus dan tantangan.
4. The social brain. Otak kita bersifat sosial. Interaksi dan keadaan sosial mempengaruhi
tingkat stress. Proses belajar akan lebih efektif jika dilakukan dalam situasi yang
menyenangkan pembelajar dimana proses membangun struktur pemahaman,
pembelajaran yang kooperatif, dan interaksi sosial memungkinkan terjadi di dalamnya.
5. The conscious and subconscious brain. Belajar melibatkan proses sadar dan bawah
sadar. Belajar bukan hanya terjadi di dalam kelas, namun juga dalam kehidupan sehari-
hari.
Menurut Sapa'at (2009), terdapat tiga strategi utama yang dapat dikembangkan dalam
implementasi brain based learning, yaitu sebagai berikut:
Menurut Jensen (2008), terdapat beberapa aspek yang perlu diperhatikan dalam penerapan brain
based learning yang akan mempengaruhi pada proses pembelajaran, yaitu lingkungan, gerakan
dan olahraga, musik, permainan, dan penampilan guru. Adapun penjelasan dari beberapa aspek
tersebut adalah sebagai berikut:
a. Lingkungan
Iklim visual menjadi salah satu faktor penting dari sebuah lingkungan karena dapat menarik
perhatian para pembelajar.Iklim visual ini terdiri dari kontras, kemiringan, lekukan, ujung garis,
warna dan ukuran. Prioritas atensi otak kita adalah pada jenjang gelombang, warna, cahaya,
kegelapan, gerakan, bentuk, dan kedalaman. Pencahayaan yang baik untuk pembelajaran adalah
pencahayaan yang lembut dan alami (tidak terlalu terang).
b. Gerakan dan Olahraga
Terdapat banyak penelitian yang mengatakan bahwa terdapat hubungan yang erat antara gerakan
dengan pembelajaran. Dalam hal ini, otak kecil yang bertanggung jawab terhadap gerakan.
motorik juga berperan dalam kognisi. Gerakan-gerakan dapat meningkatkan jumlah koneksi atau
neuron. Selain dapat menambah oksigen dalam otak, olahraga juga dapat meningkatkan
pertumbuhan dan menyimpan memori. Dengan demikian, latihan fisik merupakan salah satu cara
yang baik dalam menstimulasi otak dan meningkatkan kualitas pembelajaran.
c. Musik
d. Permainan
Permainan menjadi salah satu yang berpengaruh dalam prinsip pembelajaran ini, karena tidak
dapat dipungkiri bahwa orang suka bermain, jadi siswa akan dilibatkan secara aktif dalam proses
pembelajaran. Pada saat manusia asik bermain, kegiatan itu akan memberikan kesempatan
kepada kita untuk mempelajari keterampilan motorik, emosional, sosial, dan kognitif dalam
lingkungan yang dapat menunjang performa pembelajaran yang hampir sempurna. Dalam hal ini,
tentu saja permainan yang dimaksud adalah permainan yang berkaitan dengan materi yang
sedang dipelajari. Dengan menyelipkan suatu permainan dalam pembelajaran dan menjadikan
proses pembelajaran lebih bermakna serta menyenangkan.
e. Penampilan Guru
Guru bertindak sebagai pengelola proses pembelajaran, yang menjadikan guru sebagai pusat dari
segala perhatian di kelas. Oleh karena itu, penampilan guru pun menjadi salah satu pengaruh
dalam proses pembelajaran prinsip brain based learning ini. Guru dituntut untuk memiliki
performa tinggi, aktif, kreatif, dan bersahabat dengan siswa.
Kelebihan dan Kekurangan Brain Based Learning
Setiap model atau strategi pembelajaran biasanya memiliki kelebihan dan kekurangan masing-
masing, begitu juga dengan pembelajaran brain based learning. Adapun kelebihan dan
kekurangan pembelajaran brain based learning adalah sebagai berikut:
a. Kelebihan
b. Kekurangan
Memerlukan waktu yang tidak sedikit untuk memahami/ mempelajari bagaimana otak bekerja.
Memerlukan biaya yang tidak sedikit untuk menciptakan pembelajaran yang baik bagi otak.
Penerapan model pembelajaran Brain Based Learning (BBL) di sekolah dasar (SD) dapat
memberikan pendekatan yang sesuai dengan perkembangan otak anak-anak pada usia tersebut.
BBL didasarkan pada pemahaman tentang bagaimana otak belajar secara efektif. Beberapa
langkah penerapan model BBL di SD meliputi:
Memperhatikan Kondisi Fisik dan Emosional Siswa: Lingkungan belajar yang nyaman,
aman, dan menyenangkan dapat meningkatkan kemampuan otak untuk belajar. Pastikan ruang
kelas memadai, bebas dari gangguan, dan penuh dengan elemen visual yang menarik.
Menyajikan Materi dengan Pendekatan Multisensori: Anak-anak di SD belajar lebih baik
melalui pengalaman langsung. Gabungkan elemen-elemen visual, auditori, dan kinestetik dalam
pembelajaran untuk meningkatkan pemahaman mereka.
Mendorong Kerjasama dan Kolaborasi: Aktivitas yang mendorong kerjasama antar siswa
dapat meningkatkan motivasi dan pemahaman mereka. Gunakan proyek kelompok, diskusi, atau
permainan yang mendukung kerjasama.
Menyediakan Waktu untuk Istirahat dan Aktivitas Fisik: Otak anak-anak membutuhkan
istirahat dan aktivitas fisik untuk tetap fokus dan berkinerja baik. Sesuaikan jadwal pembelajaran
dengan memberikan waktu istirahat dan aktivitas fisik di antara sesi pembelajaran.
Menggunakan Teknologi dengan Bijak: Teknologi dapat menjadi alat yang berguna dalam
pembelajaran, tetapi harus digunakan dengan bijaksana sesuai dengan prinsip BBL. Pastikan
penggunaan teknologi mendukung tujuan pembelajaran dan tidak mengganggu proses belajar.
PEMBELAJARAN IPA
Dalam menerapkan model pembelajaran Brain Based Learning (BBL) dalam pembelajaran IPA
di SD, Anda dapat menggunakan pendekatan yang memperhatikan cara kerja otak anak-anak
pada usia tersebut. Berikut adalah contoh penerapan model BBL dalam pembelajaran IPA di SD:
Penggunaan Alat Peraga dan Demonstrasi: Memanfaatkan alat peraga seperti model, gambar,
atau video untuk membantu siswa memahami konsep-konsep IPA secara visual dan konkret.
Pengalaman Langsung: Mengajak siswa untuk melakukan eksperimen sederhana atau
observasi langsung di sekitar lingkungan mereka untuk memperkuat pemahaman tentang konsep-
konsep IPA.
Pendekatan Multisensori: Menggunakan pendekatan belajar yang melibatkan lebih dari satu
indera, seperti mendengarkan penjelasan guru, melihat gambar, dan melakukan percobaan fisik.
Kolaborasi dan Diskusi: Mendorong siswa untuk bekerja sama dalam kelompok kecil untuk
memecahkan masalah atau menjelaskan konsep-konsep IPA kepada teman-teman mereka,
sehingga mereka dapat belajar satu sama lain.
Aktivitas yang Menantang: Menyediakan aktivitas yang menantang namun sesuai dengan
kemampuan siswa untuk merangsang otak mereka dalam pembelajaran.
Umpan Balik yang Konstruktif: Memberikan umpan balik yang spesifik dan konstruktif
kepada siswa tentang kinerja mereka dalam memahami konsep IPA.
Dengan menerapkan model pembelajaran BBL dalam pembelajaran IPA di SD, diharapkan siswa
dapat mengembangkan pemahaman yang lebih baik tentang konsep-konsep IPA dan memiliki
motivasi yang tinggi dalam belajar.