Abstract
_______________________________________________________
The study aimed to know the influence of brain gymnastics on the concentration of
learning and to know the difference between the study concentration of
intervention groups (brain gymnastics) with the control group (conventional). This
research uses the design of quasi-experiment design. The population in this study is
a class XII IPA student at SMA Negeri 6 Kupang, amounting to 65 students. The
sample is extracted based on the formula n = 15% x N (n = 15% x 65 = 9.75, and
rounded to 10). So, the samples in this study numbered 10 students for the
experimental group, and 10 for the control group. While the sampling technique
used is purposive sampling. The method of data collection used in this study is
waning, observation, and questionnaire. The questionnaire used for a learning
concentration variable is the Army alpha. The first hypothesis test results showed
that there was a brain gymnastics influence on the concentration of student
learning, while the second hypothesis test results showed that there was a
difference between the study concentration of interventional groups (brain
gymnastics) with the control group (conventional).
Alamat korespondensi: p-ISSN: 2621-3087
Kampus FKIP, Jl. Perintis Kemerdekaan III/40, Kota Kupang e-ISSN: 2621-5721
E-mail: fkip.j3p@gmail.com
68
Ciencias: Jurnal Penelitian dan Pengembangan Pendidikan | Volume 2, No. 2, Juli 2019, 68-78
69
Ciencias: Jurnal Penelitian dan Pengembangan Pendidikan | Volume 2, No. 2, Juli 2019, 68-78
70
Ciencias: Jurnal Penelitian dan Pengembangan Pendidikan | Volume 2, No. 2, Juli 2019, 68-78
Keterangan:
O1: pre test pada kelompok eksperimen
O2: post test pada kelompok eksperimen
O3: pre test pada kelompok kontrol
O4: post test pada kelompok kontrol
X: mendapat perlakuan senam otak
71
Ciencias: Jurnal Penelitian dan Pengembangan Pendidikan | Volume 2, No. 2, Juli 2019, 68-78
Berdasarkan hasil uji statistik deskriptif post test pada kelompok kontrol
deskriptif, diketahui pretest kelompok kontrol memiliki tingkat konsentrasi belajar berada
memilikitingkat konsentrasi belajar berada pada kategori Mean±SD (36,00±11,086),
pada kategori Mean±SD (4,90±1,101), sedangkan kelompok intervensi berada pada
sedangkan kelompok intervensi berada pada kategori Mean±SD (60,20±13,742).
kategori Mean±SD (7,00±1,333). Statistik
72
Ciencias: Jurnal Penelitian dan Pengembangan Pendidikan | Volume 2, No. 2, Juli 2019, 68-78
Tabel 2. Statistik Deskriptif Pre Test dan Post Test Kelompok Kontrol dan Intervensi
Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
Pre Test Kelompok 10 5 9 7.00 1.333
Intervensi
Post Test Kelompok 10 41 84 60.20 13.742
Intervensi
Pre Test Kelompok Kontrol 10 3 6 4.90 1.101
Post Test Kelompok Kontrol 10 23 58 36.00 11.086
Valid N (listwise) 10
Tests of Normality
Kelas Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
Konsentrasi Pre-Test Intervensi (Senam .273 10 .033 .859 10 .074
Belajar Otak)
Post-Test Intervensi (Senam .164 10 .200* .956 10 .737
Otak)
Pre-Test Kontrol .241 10 .103 .855 10 .067
(konvensional)
Post-Test Kontrol .236 10 .122 .923 10 .387
(Konvensional)
Berdasarkan tabel 5 terlihat bahwa kelompok intervensi (senam otak). Hasil ini
hasil uji paired samples test menunjukkan menunjukkan bahwa ada pengaruh senam
bahwa nilai sig. (2-tailed) sebesar 0.000<0,05, otak terhadap konsentasi belajar siswa, atau
maka dapat disimpulkan ada perbedaan rata- dengan kata lain senam otak efektif
rata konsentrasi belajar siswa untuk pre-test meningkatkan konsentrasi belajar siswa.
kelompok intervensi dengan post-test
73
Ciencias: Jurnal Penelitian dan Pengembangan Pendidikan | Volume 2, No. 2, Juli 2019, 68-78
Hasil uji independent samples t-test didukung juga oleh perolehan Mean±SD
(tabel 6) diketahui nilai sig. (2-tailed) untuk kelompok intervensi sebesar
0,000<0,05, maka dapat disimpulkan ada 60,20±13,742, sedangkan kelompok kontrol
perbedaan rata-rata hasil konsentrasi belajar sebesar 36,00±11,086. Hasil ini menunjukkan
siswa post-test kelompok intervensi dengan bahwa senam otak efektif dalam
post-test kelompok kontrol. Hasil ini meningkatkan konsentrasi belajar siswa.
74
Ciencias: Jurnal Penelitian dan Pengembangan Pendidikan | Volume 2, No. 2, Juli 2019, 68-78
untuk membuat santai/rileks akibat proses kerja dan fungsi otak secara maksimal. Senam
pembelajran yang melelahkan atau otak berpotensi menstimulus daya tangkap
menegangkan atau yang membutuhkan seseorang terutama siswa. Metode senam otak
konsentrasi tinggi (Muhammad, 2010). dapat memperlancar aliran darah dan
Keberhasilan suatu proses belajar merenggangkan otot-otot saraf akibat
dipengaruhi oleh kemampuan seseorang kelelahan dan stres belajar yang berlebihan.
dalam memusatkan perhatiannya terhadap Senam otak merupakan salah satu cara
objek yang sedang dipelajarinya. Terkait hal yang mudah untuk membantu siswa dalam
tersebut, konsentrasi merupakan aspek yang mengelola konsentrasi belajarnya. Senam otak
penting bagi siswa dalam mencapai dapat dilakukan untuk menyegarkan fisik dan
keberhasilan proses belajar, atau dengan kata pikiran siswa setelah menjalani proses
lain konsentrasi belajar memengaruhi prestasi pembelajaran yang mengakibatkan kelelahan
akedemik (Dami & Loppies, 2018). dan ketegangan pada otak sehingga akan
Konsentrasi sangat diperlukan oleh siswa, menurunkan konsentrasi belajar pada siswa
baik saat mengikuti proses pembelajaran di (Dennison, 2008). Senam otak memiliki
sekolah maupun agenda pembelajaran di luar beberapa manfaat antara lain menstimulasi
sekolah. Surya (2009) menyatakan bahwa dan memaksimalkan fungsi otak, dapat
tanpa adanya konsentrasi belajar, maka berpikir lebih positif, meningkatkan rasa
peristiwa belajar sesungguhnya tidak percaya diri, dapat mengendalikan stres
berlangsung. Konsentrasi merupakan suatu dengan baik dan meningkatkan konsentrasi.
keadaan pikiran yang diaktifkan oleh sensasi Oleh sebab itu, senam otak efektif digunakan
di dalam tubuh, untuk dapat mengaktifkan untuk meningkatkan konsentrasi.
sensasi didalam tubuh diperlukan keadaan Gerakan dalam senam otak akan
yang rileks dan suasana yang menyenangkan, mengaktifkan hubungan-hubungan saraf
karena ketika seseorang dalam kondisi tegang antara tubuh dan otak sehingga memudahkan
maka otak tidak dapat digunakan secara aliran energi elektro magnetis ke seluruh
maksimal. Seperti yang dikatakan oleh tubuh. Menuru Slameto (2010), salah satu
Prihastuti (2012) bahwa suasana yang faktor yang dapat mempengaruhi konsentrasi
menyenangkan dalam hal ini berarti seseorang adalah faktor fisik. Hal tersebut tentudapat
dalam keadaan yang sangat rileks, tidak ada berkaitan dengan kondisi otak seseorang,
sama sekali tegangan yang mengancam maksudnya bahwa kondisi saraf otak yang
dirinya baik secara fisik maupun non fisik. sehat dapat memicu timbulnya konsentrasi
Belajar akan menjadi sangat efektif yang tinggi. Kondisi sistem saraf juga dapat
apabila fungsi otak dapat bekerja secara mempengaruhi kemampuan individu dalam
optimal, apabila otak bekerja melebihi batas menyeleksi sejumlah informasi dalam
maksimal dari fungsi yang seharusnya, maka kegiatan perhatian.
akan terjadi ketidakseimbangan antara otak Sukadiyanto (2012) menjelaskan
kanan dan otak kiri yang dapat menyebabkan bahwa pemprosesan informasi yang berasal
otak menjadi lelah sehingga konsentrasi dari stimulus (rangsangan) sampai terjadi
dalam belajar menjadi menurun. Selain itu, suatu respon (berupa gerak)akan mengalir
diperlukan suatu metode menyenangkan melalui batang otak yang disalurkan oleh sel
sebagai penunjang siswa lebih rileks dalam saraf di dalam otak yang disebut dengan axon
belajar. Salah satunya yaitu senam otak. dan dendrit. Pada batang otak terdapat
Senam otak adalah serangkaian gerakan reticular formation yang merupakan suatu
sederhana yang dilakukan untuk merangsang jaringan komunikasi neuron melalui axon dan
75
Ciencias: Jurnal Penelitian dan Pengembangan Pendidikan | Volume 2, No. 2, Juli 2019, 68-78
dendrit yang kompleks. Apabila reticular antusias (Prasanti, 2015). Oleh sebab itu,
formation terstimulasi oleh adanya hormon endorphin akan memberikan
rangsangan maka reticular formation akan kenyamanan serta menjadikan tubuh lebih
teraktifasi dan muncullah konsentrasi. rileks ketika seseorang melakukan aktivitas
Reticular formation ini akan memilih gerak pada tubuhnya. Aktivitas gerak tubuh
informasi yang relevan saja dan mampu dapat tercipta ketika seseorang melakukan
menciptakan kesiagaan yang dapat gerakan senam otak, sehingga apabila
menunjang konsentrasi (Dennison, 2008). mahasiswa melakukan gerakan senam otak
Senam otak akan mengaktifkan tiga secara rutin, hal ini mampu memicu keluarnya
dimensi otak yaitu dimensi lateralis, dimensi hormon endorphin. Hormon endorphin dapat
pemfokusan dan dimensi pemusatan. Gerakan membuat siswa merasa lebih rileks dan tubuh
dalam senam otak juga akan mengaktifkan lebih mudah untuk dikontrol. Apabila tubuh
potensi belahan otak kanan dan belahan otak dalam keadaan rileks, maka siswa akan lebih
kiri sehingga pada akhirnya akan terjadi mudah untuk memfokuskan perhatiannya
integrasi atau kerjasama antar keduanya. pada saat proses belajar berlangsung.
Kedua hemisfer otak disambung oleh corpus Berdasarkan pemaparan tersebut,
collosum, dimana apabila sirkuit-sirkuit maka dapat dipahami bahwa dengan
informasi dari kedua belahan otak cepat melakukan gerakan senam otak, dapat
menyilang maka kemampuan belajar dapat membantu mengaktifkan bagian-bagian
maksimal dengan diimbangi oleh konsentrasi penting pada otak yang terkait dengan
belajar yang baik. Selain itu gerakan jasmani konsentrasi, seperti dapat menstimulasi dan
dalam gerakan senam otak mampu mengaktifkan reticular formation yang
meningkatkan kemampuan saluran mampu memilih informasi yang relevan saja,
pemprosesan informasi yaitu penerimaan mampu menstimulasi keluarnya hormon
rangsangan, pemilihan sampai dengan endorphin yang dapat membuat seseorang
munculnya aktivitas gerak. menjadi lebih rileks dan membantu
Gerakan dalam senam otak akan menghilangkan ketegangan pada saraf-saraf
memicu keluarnya hormone endorphin. otot serta dapat mengaktifkan ketiga dimensi
Endorphin merupakan hormon yang otak yaitu dimensi lateralis, pemfokusan dan
diproduksi oleh kelenjar pituitary yang pemusatan agar siswa menjadi lebih cerdas
terletak di hipotalamus (Prasanti, 2015). dalam belajar. Dengan begitu, fungsi otak
Hormon endorphin dihasilkan saat tubuh kita akan bekerja dengan optimal dan terciptalah
berolahraga. Hormon endorphin ini sering konsentrasi belajar yang baik. Konsentrasi
dianggap sebagai hormon kebahagiaan, hal ini belajar meningkat akan membuat siswa
disebabkan karena hormon endorphin mampu mengerti bahwa belajar bukanlah hanya suatu
membuat seseorang merasa bahagia. Hidup peristiwa, tetapi suatu proses inkuiri yang
yang bahagia mengindikasikan siswa telah berkelanjutan, artinya pembelajaran dicapai
mengalami kepuasan hidup; kepuasan terhadap ketika orang-orang datang bersama untuk
kondisi yang dicita-citakan; kondisi luar yang saling bertukar gagasan, mengartikulasi
biasa; perasaan bahagia; dan kepuasan terhadap masalah dari perspektif bersama, dan
hal-hal yang dianggap penting (Dami & mengkonstruksi makna supaya memahami
Curniati, 2018). Endorphin akan dilepaskan bersama (Dami, 2019). Hal ini
saat tubuh manusia perlu meredakan rasa mengindikasikan bahwa perlunya dukungan
sakit, selama berolahraga, relaksasi dan sosial baik itu berupa informasi atau nasehat,
selama melakukan aktivitas apa saja yang bantuan nyata, dan tindakan orang lain yang
membangkitkan rasa nyaman, senang atau
76
Ciencias: Jurnal Penelitian dan Pengembangan Pendidikan | Volume 2, No. 2, Juli 2019, 68-78
bermanfaat secara emosional bagi individu Dami, Z., A. (2019). Pedagogi Shalom:
(Dami & Parikaes, 2018). Analisis Kritis Terhadap Pedagogi Kritis
Henry A. Giroux dan Relevansinya Bagi
Pendidikan Kristen di Indonesia. Jurnal
SIMPULAN
Filsafat, Vol. 29, No. 1, 134-165, doi:
Hasil uji hipotesis pertama 10.22146/jf.42315.
menunjukkan bahwa ada pengaruh senam
otak terhadap konsentrasi belajar siswa, Dennison, P.E. (2010). Brain Gym. Jakarta:
sedangkan hasil uji hipotesis kedua Grasindo.
menunjukkan bahwa ada perbedaan antara
konsentrasi belajar kelompok intervensi Diana, S., Mafticha, E., & Adiesti, F. (2016).
Senam Otak Meningkatkan Prestasi
(senam otak) dengan kelompok kontrol
Belajar Anak Usia Prasekolah 4-6 Tahun.
(konvensional). Hasil ini didukung juga oleh Jurnal Keperawatan, Vol. IX, No. 3, 144-
perolehan Mean±SD untuk kelompok 147.
intervensi sebesar 60,20±13,742, sedangkan
kelompok kontrol sebesar 36,00±11,086. Ikbal, B., Sutria, E., & Hidayah, N. (2017).
Hasil ini menunjukkan bahwa senam otak Pengaruh Senam Otak Terhadap
efektif dalam meningkatkan konsentrasi Konsentrasi Belajar Mahasiswa
Keperawatan UIN Alauddin Makasar.
belajar siswa.
Journal of Islamic Nursing, Volume 2,
Nomor 2, 52-59.
DAFTAR PUSTAKA
Andri, Yanuarita (2012). Memaksimalkan Lestari, A., S. (2016). Keefektifan Senam
Otak Melalui Senam Otak (Brain Gym). Otak Kanan untuk Meningkatkan
Yogyakarta: Teranova Books. Kemampuan Konsentrasi Belajar Siswa
pada Layanan Klasikal BK Kelas XI di
Ayinosa. (2017). Brain Gym (Senam Otak). SMK Negeri 2 Kediri Tahun Pelajaran
Artikel. Diakses tanggal 11 Agustus 2018, 2016/2017. Skripsi (Tidak
dari http://book.store.co.id/2009. dipublikasikan). Bimbingan dan
Konseling, Universitas Nusantara
Dami, Z., A. & Parikaes, P. (2018). Regulasi Persatuan Guru Republik Indonesia,
Diri Dalam Belajar Sebagai Konsekuen. Kediri.
Ciencias: Jurnal Penelitian dan
Pengembangan Pendidikan, Volume 1, Muhammad, A. (2010). Bila Otak Kanan dan
No. 1, 82-95. Otal Kiri Seimbang. Yogyakarta: DIVA
Press.
Dami, Z., A., & Loppies, P., A. (2018).
Efikasi Akademik dan Prokrastinasi Nuryana, Aryati, & Purwanto, Setiyo. (2010).
Akademik Sebagai Prediktor Prestasi Efektivitas Brain Gym Dalam
Akademik. Kelola Jurnal Manajemen Meningkatkan Konsentrasi Belajar Pada
Pendidikan, Volume 5, No. 1, 74-85. Anak. Indigenous, Jurnal Ilmiah Berkala
Psikologi , Vol. 12, No.1, 88-99.
Dami, Z. A., Curniati, S. (2018). Pola Asuh
Autoritatif dan Jenis Kelamin sebagai Nugroho, W. (2013). Belajar Mengatasi
Prediktor Big Five Personality Factors: Hambatan Belajar. Surabaya: Prestasi
Implikasinya Bagi Pelayanan Bimbingan Pustaka.
dan Konseling. Jurnal Kajian Bimbingan
dan Konseling, 3(4), 182–196. Prasanti, Fadlia, Dewi. (2015). Pengaruh
https://doi.org/10.17977/um001v3i42018p Senam Otak Terhadap Konsentrasi
182 Belajar Pada Siswa Kelas VIII SMP
Negeri 16 Surakarta Tahun Ajaran
77
Ciencias: Jurnal Penelitian dan Pengembangan Pendidikan | Volume 2, No. 2, Juli 2019, 68-78
78