Anda di halaman 1dari 26

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), mendefinisikan


mahasiswa adalah mereka yang sedang belajar di perguruan tinggi.
Kegiatan utama yang dilakukan oleh seorang mahasiswa adalah
belajar. Salah satu cara untuk mengukur performasi belajar adalah
dengan melalui kemampuan kognitif. Agar mahasiswa dapat
meningkatkan kognitifnya dengan baik serta proses belajar yang
dilakukan dapat berhasil dan mendapatkan hasil prestasi yang
baik, maka diperlukan adanya konsentrasi (perhatian). Suryabrata
(Yogasara, dkk, 2014) menjelaskan bahwa suatu aktivitas belajar
yang disertai dengan perhatian yang intensif, prestasinya akan
lebih tinggi dan lebih sukses.

Menurut Ratnasari (Agustini & Sudhana, 2014) Dalam


proses pembelajaran pada dunia pendidikan, konsentrasi
merupakan salah satu aspek penting. Oleh sebab itu konsentrasi
menjadi salah satu faktor yang harus diperhatikan, seperti pada
saat mendengarkan penjelasan dosen (guru), memahami materi
yang diberikan, mengerjakan tugas-tugas, maupun mengikuti
metode pembelajaran yang sedang diterapkan.

Kemampuan berkonsentrasi setiap mahasiswa tentunya


berbeda, hal ini juga mempengaruhi kecepatan dalam menangkap
materi pembelajaran. Seorang mahasiswa yang punya kemampuan
dalam berkonsentrasi akan lebih cepat menangkap dan menyerap
materi yang diajarkan. Konsentrasi yang dimaksud adalah fokus
perhatian mahasiswa ketika mengerjakan tugas dan mengikuti

1
metode pembelajaran yang dilakukan di dalam kelas pada saat
proses belajar mengajar.

Ciri-ciri mahasiswa yang berkonsentrasi dapat dilihat dari


perilakunya seperti adanya penerimaan, yaitu tingkat perhatian
tertentu, merespon dan mengemukakan suatu pandangan atau
keputusan dari suatu keyakinan, ide, dan sikap seseorang. Ciri
yang juga ditunjukkan dari perilaku psikomotorik seperti adanya
gerakan anggota badan yang sesuai dengan petunjuk guru, dan
yang terakhir pada perilaku berbahasa mahasiswa yang
berkonsentrasi dalam pembelajaran adalah dengan adanya
aktivitas berbahasa yang terkordinasi dengan baik dan benar.

Mahasiswa dapat berkonsentrasi dengan baik dipengaruhi


oleh dua faktor, yaitu faktor dari dalam (internal) dan faktor dari
luar (eksternal), (Susanto, 2006). Faktor internal merupakan faktor
yang muncul dari dalam diri, misalnya kesiapan mahasiswa dalam
menerima materi pembelajaran, kondisi tubuh yang sehat atau
tidak sakit, dan kondisi psikologis yang tidak stres. Sedangkan
faktor eksternal merupakan faktor atau pengaruh yang bersal dari
lingkungan seperti suara, dan bau atau aroma.

Menurut Imam (Agustini, dkk., 2014), salah satu cara untuk


meningkatkan konsentrasi belajar adalah dengan menggunakan
aromaterapi yang dimulai dengan mencium aroma atau bau yang
wangi, sehingga dapat mengurangi stres dan segala yang
membebani pikiran akan berkurang. Aromaterapi yang
dimaksudkan disini adalah aromaterapi dengan jenis lavender.
Para peneliti membuktikan bahwa orang yang berada di
lingkungan beraroma harum akan memiliki rasa percaya diri yang
tinggi.

2
Aromaterapi lavender merupakan terapi yang
menggunakan minyak essensial dan dinilai dapat membantu
mengurangi bahkan mengatasi gangguan psikologis seperti cemas,
stres, depresi, dan sebagainya. Cara penggunaan termudah yang
sering digunakan adalah dengan cara inhalasi (bentuk uap yang
dihirup dan menggunakan alat nebulizer).

Efek yang diberikan oleh aromaterapi akan menciptakan


lingkungan yang segar dan harum sehingga dapat merangsang
sensori dan mempengaruhi organ lainnya sehingga dapat
menimbulkan efek yang kuat terhadap emosi. Manfaat paling besar
yang dapat dirasakan dari aromaterapi adalah dapat mengurangi
ketegangan pikiran berlebihan dan dengan menghirup bau yang
wangi, segala yang membebani pikiran juga akan berkurang
(Sudewo dalam Agustini, dkk., 2014).

Berdasarkan uraian diatas, maka peneliti ingin mengetahui


apakah ada benar pemberian aromaterapi dapat mempengaruhi
konsentrasi pada mahasiswa. Penelitian ini diharapkan dapat
menambah pengetahuan dalam bidang ilmu psikologi, khususnya
psikologi pendidikan yang terkai dengan konsentrasi dalam
belajar.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, rumusan masalah dalam
penelitian ini adalah adakah pengaruh dari pemberian aromaterapi
lavender terhadap konsentrasi belajar pada mahasiswa?

C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang serta rumusan masalah di atas,
maka tujuan penulisan penelitian ini adalah untuk menguji secara
empiris dan mengetahui apakah ada pengaruh dari pemberian

3
aromaterapi lavender terhadap konsentrasi belajar pada
mahasiswa.

D. Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini:
1. Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan
ilmu pengetahuan dalam bidang psikologi khususnya psikologi
pendidikan dan psikologi eksperimen terkait dengan
aromaterapi lavender dalam meningkatkan konsentrasi belajar
dan juga diharapkan dapat memberikan bahan referensi bagi
peneliti berikutnya mengenai pengaruh aromaterapi lavender
terhadap konsentrasi belajar mahasiswa.
2. Manfaat Praktis
Diharapkan dapat memberikan alternatif dalam upaya untuk
meningkatkan konsentrasi belajar pada mahasiswa Psikologi
2017 di Surabaya.

E. Batasan Penelitian
Dalam penelitan ini akan dilakukan batasan-batasan untuk
mengurangi dampak variabel yang tidak dikehendaki dan demi
kelancaran penelitian, maka penelitian ini memfokuskan diri pada
mahasiswa Psikologi angkatan 2017 di Surabaya, aromaterapi yang
digunakan yaitu aroma lavender, subjek penelitian belum pernah
mendapatkan aromaterapi.

4
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsentrasi Belajar

1. Pengertian Konsentrasi Belajar


Salah satu faktor yang dipercaya dapat membawa
keberhasilan pelajar atau mahasiswa dalam mencapai tujuan
pembelajarannya adalah konsentrasi yang baik. Dengan
berkonsentrasi, segala hal dapat terekam sebaik-baiknya di dalam
memori otak dan selanjutnya mudah dapat dikeluarkan pada saat-
saat ingatan itu dibutuhkan.
Menurut Sugiyanto (Helmi, 1995), konsentrasi adalah suatu
kemampuan memusatkan pemikiran dalam penyortiran informasi
yang tidak diperlukan dan memusatkan perhatian pada informasi
yang dibutuhkan. Pendapat yang tidak jauh berbeda dengan
Sugianto diungkapkan oleh Matlin (Nuryana, dkk. 1998),
mendefinisikan konsentrasi sebagai suatu aktivitas mental yang
merupakan bagian daripada perhatian. Perhatian mempersiapkan
individu untuk mendapatkan informasi lebih jauh.
Djamarah (2008) mengungkapkan bahwa konsentrasi adalah
pemusatan fungsi jiwa terhadap suatu objek seperti perhatian,
pikiran, dan sebagainya. Kemudian menurut Salameto (Aini, 2012),
konsentrasi belajar yaitu pemusatan pemikiran terhadap suatu
mata pelajaran dengan mengesampingkan hal lainnya yang tidak
berhubungan dengan pelajaran tersebut. Dalam belajar dibutuhkan
konsentrasi dalam bentuk perhatian yang terpusat pada suatu
pelajaran tertentu. Oleh karena itu konsentrasi merupakan salah
satu aspek yang mendukung mahasiswa untuk mencapai prestasi
yang baik dan apabila konsentrasi ini berkurang maka dalam
proses pembelajaran juga akan terganggu dan tidak maksimal.

5
Kemampuan berkonsentrasi juga mempengaruhi kecepatan dalam
menangkap materi yang dibutuhkan. Seorang mahasiswa yang
punya kemampuan dalam berkonsentrasi akan lebih cepat
menangkap dan menyerap materi yang diajarkan (Suryabrata
dalam Hidayat, 2011).
Berdasarkan pendapat diatas, dapat disimpulkan bahwa
konsentrasi belajar adalah seseorang yang memusatkan
perhatiannya kepada suatu objek tertentu, seperti di dalam proses
belajar mengajar dimana mahasiswa mampu memusatkan
perhatiannya pada materi yang di ajarkan, sehingga mendapatkan
hasil belajar yang maksimal.

2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Konsentrasi Belajar


Mahasiswa dapat berkonsentrasi dengan baik dipengaruhi
oleh dua faktor, yaitu faktor dari dalam (internal) dan faktor dari
luar (eksternal), (Susanto, 2006). Faktor internal merupakan faktor
yang muncul dari dalam diri, misalnya kesiapan mahasiswa dalam
menerima materi pembelajaran, kondisi tubuh yang sehat atau
tidak sakit, dan kondisi psikologis yang tidak stres. Sedangkan
faktor eksternal merupakan faktor atau pengaruh yang bersal dari
lingkungan seperti suara, dan bau atau aroma.

Veenstra (Sari, 2006) menyebutkan bahwa faktor-faktor yang


dapat mempengaruhi konsentrasi belajar, antara lain:
a) Faktor Usia
Kemampuan untuk berkonsentrasi ini ikut tumbuh dan
berkembang sesuai dengan usia suatu individu.
b) Faktor Fisik
Kondisi sistem saraf mempengaruhi kemampuan suatu
individu dalam menyeleksi sejumlah informasi. Individu memiliki

6
kemampuan saraf otak yang berbeda-beda dalam menyeleksi
sejumlah informasi yang ada, sehingga turut mempengaruhi
kemampuan individu dalam memusatkan perhatiannya.
c) Faktor Pengetahuan dan Pengalaman.
Pengetahuan dan pengalaman juga turut berperan dalam
usaha memusatkan perhatian pada objek yang belum dikenali
polanya sehingga pengetahuan dan pengalamn individu dapat
memudahkan untuk berkonsentrasi. Selain itu ada juga faktor
lingkungan yang dapat mempengaruhi konsentrasi belajar, yaitu:
suara, pencahayaan, temperature, dan desain belajar (Nurul,
dalam Sari, 2006).
Berdasarkan uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa kodisi
fisik, usia, pengetahuan, pengalaman, serta lingkungan belajar
dapat mempengaruhi konsentrasi dan berpengaruh pada hasil
belajar.

3. Aspek-aspek Konsentrasi Belajar


Odom dan Guzman (Nihayah, 2002) menyebutkan bahwa
dalam proses perhatian terdapat beberapa aspek yang harus
diperhatikan, antara lain:
a. Pemusatan atau Kontrol Perhatian
Perhatian dapat dipertahankan dengan bertambahnya usia.
Minat anak juga akan mempengaruhi perhatiannya, misalnya
sesuatu yang sederhana lebih menarik perhatian daripada yang
kompleks.
b. Penyesuaian Diri
Diperlukan adanya penyaringan informasi yang relevan,
meskipun informasi yang tidak relevan pun sering memberikan
suatu pengaruh “incidental learning.

7
c. Berencana
Mengarahkan perhatian dengan suatu perencanaan yang
sistematis dan terorganisir dapat meningkatkan efisiensi
penyaringan informasi yang tidak relevan.
d. Adaptasi Perhatian dengan Bertambahnya Usia
Dengan bertambahnya usia, anak lebih dapat menggunakan
sistem pengolahan informasi yang lebih kompleks serta lebih
mampu menyelesaikan fokus perhatiannya dengan informasi yang
ada.

4. Ciri-ciri Konsentrasi Belajar


Engkoswar (Kaur, 2014) menjelaskan klasifikasi perilaku
belajar yang dapat digunakan untuk mengetahui ciri-ciri siswa
yang dapat berkonsentrasi, antara lain:
a. Perilaku Kognitif
Perilaku yang menyangkut masalah pengetahuan, informasi,
dan masalah kecakapan intelektual, seperti: kesiapan pengetahuan,
komprehensif dalam penafsiran informasi, mengaplikasikan
pengetahuan yang diperoleh, serta mampu mengadakan analisis
dan sintesis pengetahuan yang telah diperoleh.
b. Perilaku Afektif
Perilaku yang berupa sikap dan apersepsi, seperti: adanya
penerimaan atau perhatian, merespon, dan mengemukakan suatu
pandangan atau keputusan dari suatu keyakinan, ide, dan sikap
seseorang.
c. Perilaku Psikomotor
Perilaku psikomotor dapat dilihat dari adanya gerakan
anggota badan sesuai dengan petunjuk guru, komunikasi non
verbal yang penuh arti, dan aktivitas berbahasa yang terkoordinasi
dengan baik dan benar.

8
B. Aromaterapi

1. Pengertian Aromaterapi
Aromaterapi merupakan suatu terapi modalitas atau
pengobatan alternatif dengan menggunakan sari tumbuhan
aromatik lain dari tumbuh-tumbuhan. Minyak yang biasa
digunakan dalam terapi komplementer meliputi minyak atsiri,
bunga lavender, dan lain sebagainya. Para peneliti membuktikan
bahwa orang yang berada di lingkungan yang beraroma harum
mempunyai rasa percaya diri yang tinggi (Republika, 2010).
Aromaterapi berasal dari dua kata, yaitu aroma dan terapi.
Aroma berarti bau-bauan atau bau harum dan terapi yang berarti
pengobatan. Jadi aromaterapi adalah salah satu cara pengobatan
penyakit dengan menggunakan bau-bauan yang umumnya berasal
dari tumbuhan serta berbau harum dan enak yang disebut dengan
minyak atsiri (Agusta, 2000).

Menurut Hutasoit (Octhaviany, dkk., 2013) aromaterapi


adalah terapi yang menggunakan sari minyak murni untuk
membantu memperbaiki atau menjaga kesehatan, membangkitkan
semangat, menyegarkan serta membangkitkan jiwa raga. Hal
serupa juga diutarakan oleh Watt & Janca (Octhaviany, dkk., 2013)
yang menyebutkan bahwa aromaterapi adalah terapi yang
menggunakan minyak esensial yang dinilai dapat membantu untuk
mengurangi bahkan mengatasi gangguan psikologis serta
gangguan rasa nyaman seperti cemas, depresi, dan nyeri.
Aromaterapi yang dimaksud dalam penelitian ini adalah
aromaterapi lavender.

Menurut Widiarti & suhardi, (2015) Aromaterapi lavender


merupakan terapi yang menggunakan minyak essensial dan dinilai
dapat membantu mengurangi bahkan mengatasi gangguan

9
psikologis dan gangguan rasa nyaman seperti cemas, stress,
depresi, dan sebagainya.

Berdasarkan pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa


aromaterapi adalah suatu cara pengobatan dengan mengunakan
bau-bauan atau wewangian yang umumnya berasal dari tumbuh-
tumbuhan yang di ekstrak menjadi minyak yang biasa disebut
dengan minyak essensial, minyak essensial ini dapat membantu
mengatasi gangguan psikologis dan gangguan rasa nyaman seperti
cemas dan depresi.

2. Jenis dan Khasiat Aromaterapi


Menurut Agusta (2000), ada banyak jenis-jenis tanaman yang
dapat dijadikan sebagai minyak atsiri untuk aromaterapi, yaitu:
a. Jasmine
Minyak jasmin diklasifikasikan sebagai king of oils yang
bermanfaat untuk menghilangkan ketegangan, kegelisahan,
depresi, dan dapat membentuk perasaan optimis, senang dan
bahagia, serta menghilangkan kelesuhan.
b. Lavender
Minyak lavender berfungsi untuk meringankan nyeri otot
dan sakit kepala, menurunkan ketegangan, stres, kejang otot,
membangkitkan kesehatan, serta dapat digunakan untuk
meningkatkan imunitas.
c. Mawar
Bermanfaat untuk, meringankan stres, sebagai antidepresan,
serta memperbaiki kondisi kulit.

10
d. Merica hitam
Bermanfaat untuk melancarkan sirkulasi darah,
menyembuhkan infeksi, menghangatkan otot yang kejang dan
sendi yang kaku, serta dapat meningkatkan energi.
e. Jeruk nipis
Bersifat sebagai pembangkit tenaga dan dapat menjernihkan
pikiran.
f. Jinten manis
Bermanfaat untuk menimbulkan perasaan senang dan
gembira sehingga cocok digunakan untuk relaksasi atau
melemaskan serta menyeimbangkan emosi.
g. Kayu manis
Bermanfaat untuk menghangatkan tubuh, menyembuhkan
otot yang kejang dan juga mengurangi nyeri sendi.
h. Kenanga
Bermanfaat untuk merelaksasi badan dan pikiran serta dapat
menurunkan tekanan darah.

Berdasarkan kesimpulan diatas maka aromaterapi yang


digunakan didalam penelitian ini yaitu aromaterapi lavender
karena berfungsi untuk meringankan nyeri otot dan sakit kepala,
menurunkan ketegangan, stres, kejang otot, membangkitkan
kesehatan, serta dapat digunakan untuk meningkatkan imunitas.

3. Cara Penggunaan Aromaterapi


Aromaterapi dapat digunakan dalam beberapa cara, yaitu
melalui :
a. Inhalasi Langsung
Inhalasi merupakan metode yang paling tua dalam
penggunaan aromaterapi. Inhalasi juga merupakan metode terapi

11
aroma yang paling cepat dan mudah untuk digunakan.
Aromaterapi masuk dari luar tubuh ke dalam tubuh melewati
paru-paru dan dialirkan ke pembuluh darah melalui alveoli
(Buckle dalam Fachri, 2003).
Cara penggunaan aromaterapi secara langsung menurut
Buckle (Fachri, 2003), yaitu:
a) Tissue, dengan meneteskan 1-5 tetes minyak esensial,
kemudian dihirup 5-10 menit oleh individu.
b) Steam, dengan menambahkan1-5 tetes minyak
esensial kedalam alat penguapan yang telah diisi
dengan air dan digunakan selama sekitar 10 menit.
Selain penggunaan aromaterapi secara langsung, pemberian
aromaterapi juga dapat dilakukan secara tidak langsung, menurut
Departement of Health (2007), yaitu dengan cara:
a) Menambahkan 1-5 tetes minyak aromaterapi ke dalam
alat pemanas yang telah diisi dengan air, kemudian
letakkan di tempat yang aman. Cara ini juga dapat
berfungsi sebagai pengharum ruangan atau penyegar
ruangan.
b) Menambahkan 2-5 tetes minyak aromaterapi dalam
vaporizer yang sudah diisi 20ml air untuk dapat
menghasilkan uap air yang ditempatkan diatas
peralatan listrik sebagai alat penguap.

b. Semprotan
Minyak aromaterapi yang disemprotkan ke udara dapat
membantu menghilangkan bakteri, jamur, bau pengap, serta bau
yang tidak mengenakkan. Minyak ini tidak hanya menyegarkan
udara dengan aroma yang alami, tetapi juga dapat merilekskan,

12
menghilangkan ketegangan, serta menciptakan suasana yang
tentram dan harmonis.
Penguap, penyemprot aroma khusus, dan penyemprot
listrik dapat digunakan untuk menyebarkan aromaterapi dalam
ruangan.

C. Pengaruh Aromaterapi terhadap Konsentrasi Belajar


Prestasi belajar dapat dicapai ketika individu memiliki
konsentrasi yang baik di dalam belajar. Banyak faktor yang dapat
mempengaruhi konsentrasi belajar pada mahasiswa, baik eksternal
maupun internal, dan salah satu upaya dalam meningkatkan
konsentrasi belajar adalah melalui metode terapi wewangian.
Pengaruh aromaterapi terhadap konsentrasi belajar dapat ditinjau
dari hasil prestasi belajar yang merupakan sebuah usaha untuk
meningkatkan konsentrasi belajar pada mahasiswa. Dimana
mahasiswa akan diberikan aromaterapi sebagai pendukung untuk
meningkatkan konsentrasi belajar.
Menurut Harimin & Toth (2012), kondisi lingkungan fisik
yang bersih dan menyegarkan dapat meningkatkan konsentrasi
anak dalam mempelajari satu bidang yang sulit sekalipun. Teknik
ini sudah banyak dilakukan di dunia barat melalui metode
aromaterapi untuk meningkatkan konsentrasi anak dalam kegiatan
belajar. Hal ini sejalan dengan pendapat Sukadji (2000), yang
mengatakan bahwa faktor eksternal berupa metode atau teknik
terapi wewangin, terapi musik, dan pemberian reward tidak hanya
meningkatkan konsentrasi belajar yang sampai pada akhirnya akan
meningkatkan prestasi belajar anak.
Slameto (2003) juga menjelaskan bahwa lingkungan fisik
juga berpengaruh besar dalam meningkatkan kan prestasi belajar
siswa, dimana lingkungan fisik yang kotor, bau tidak sedap, dan

13
tidak kondusif, akan mengakibatkan terganggunya konsentrasi
belajar anak sehingga hasil prestasi belajar juga menurun.

D. Hasil Penelitian yang Relevan

Dalam suatu penelitian diperlukan adanya temuan dari


peneliti terdahulu untuk menguji objektivitas ilmu yang menjadi
masalah dalam penelitian yang sedang diteliti. Berikut ini
penelitian terdahulu yang sejenis dengan penelitian ini:

1. Fitrah, A. C. (2006). Pengaruh pemberian aroma terapi jeruk


Pontianak (C. Nobilis Lour) terhadap konsentrasi belajar pada
siswa kelas VIII SMP Muhammadiyah III Pontianak. Naskah
Publikasi. Universitas Tanjungpura, Pontianak.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh


aromaterapi jeruk Pontianak (citrus nobilis lour) terhadap
konsentrasi belajar pada siswa SMP Muhammadiyah III
Pontiananak. Hasil penelitian menyatakan bahwa ada
pengaruh pemberian aromaterapi jeruk pontianak
berupa peningkatan konsentrasi belajar serta ada
perbedaan tingkat konsentrasi pada kelompok intervensi
dengan kelompok kontrol, dimana tingkat konsentrasi
kelompok intervensi lebih tinggi daripada kelompok
kontrol. Aromaterapi jeruk pontianak juga dapat
digunakan perawat sebagai terapi nonfarmakologi untuk
meningkatkan konsentrasi dalam asuhan keperawatan
sistem neuro-behavioral.

E. Kerangka Konseptual Penelitian

Pada kenyataannya ketika mahasiswa menghadapi proses


pembelajaran, maka akan didapati sebuah permasalahan yaitu

14
konsentrasi dalam belajar. Peningkatan konsentrasi belajar dengan
menggunakan penerapan aromaterapi merupakan cara efektif
untuk melihat sejauh mana mahasiswa mampu meningkatkan
konsentrasi belajarnya agar mencapai hasil prestasi belajar yang
lebih baik (Syah, 2010).

Kurang berkonsentrasi Dapat


dalam mengerjakan soal berkonsentrasi
Aromaterapi dan lebih fokus
MAHASISWA
Lavender dalam
Kurang fokus dalam mengerjakan soal
mengerjakan soal

F. Hipotesis

Berdasarkan kajian teoritis yang sudah dipaparkan diatas,


maka didapatkan hipotesis penelitian adalah ada pengaruh
pemberian aromaterapi lavender terhadap konsentrasi belajar pada
mahasiswa.

15
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Rancangan Penelitian


Berdasarkan judul penelitian “Pengaruh Pemberian Aromaterapi
Lavender terhadap Konsentrasi Belajar Pada Mahasiswa”, maka rancangan
penelitian menggunakan metode eksperimen yaitu penelitian yang dilakukan
dengan melakukan pemberian perlakuan terhadap perilaku suatu individu
yang diamati. Manipulasi yang dimaksud adalah dapat berupa situasi atau
tindakan tertentu yang diberikan kepada individu atau suatu kelompok, dan
setelah perlakuan tertentu diberikan, kemudian akan dilihat pengaruhnya
(Latipun, 2014). Dalam penelitian ini, perlakuan yang diberikan berupa
pemberian aromaterapi lavender untuk mengetahui efek yang ditimbulkan
terhadap konsentrasi belajar pada mahasiswa.

Penelitian eksperimen digunakan untuk mengetahui hubungan sebab-


akibat antara dua faktor yang sengaja ditimbulkan oleh peneliti. Arikunto
(2002), mendefinisikan eksperimen adalah suatu cara yang dilakukan untuk
mencari hubungan sebab akibat (kausalitas) antara dua faktor yang di
timbulkan oleh peneliti dengan mengeliminasi faktor-faktor yang
menggangu.

Penelitian ini menggunakan jenis desain perlakuan one group pre test-
post test design yaitu hanya menggunakan satu kelompok eksperimen tanpa
kelompok kontrol, dengan melakukan dua kali pengukuran variabel terikat
sebelum perlakuan diberikan (Jannah, 2016).

Pengukuran yang pertama (pretest) dilakukan untuk mengukur tingkat


konsentrasi sebelum dilakukan pemberian aromaterapi lavender dan pada
pengukuran kedua (posttest) dilakukan untuk mengetahui pengaruhnya
terhadap konsentrasi belajar pada mahasiswa setelah dilakukan pemberian
aromaterapi lavender. Desain penelitian ini dapat digambarkan sebagai
berikut:

16
O1 X O2

Notasi Desain Eksperimen


One-Group Pretest-Posttest Design
Sumber: Jannah 2016

Keterangan:
O1 : Pretest, untuk mengukur konsentrasi belajar pada mahasiswa sebelum
dilakukan pemberian aromaterapi
X : Treatment, pelaksanaan pemberian aromaterapi
O2 : Posttest, untuk mengukur konsentrasi belajar pada mahasiswa setelah
dilakukan pemberian aromaterapi

Sebelum diberikan perlakuan, subyek pada kelompok eksperimen


akan diberi tes awal berupa skala konsentrasi belajar. Setelah pemberian
perlakuan, subyek dalam kelompok eksperimen diberi tes akhir yang sama
seperti pada tes awal yakni skala konsentrasi belajar.

B. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Gedung Psikologi Universitas Negeri
Surabaya, Kota Surabaya.

C. Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri dari obyek/subyek


yang mempunyai karakteristik dan kualitas tertentu yang ditetapkan oleh
peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono,
2011). Tak jauh berbeda dengan pendapat Latipun (2014), yang mengatakan
bahwa populasi merupakan keseluruhan individu atau objek yang diteliti
yang memiliki kharakteristik sama. Populasi pada penelitian ini adalah
mahasiswa Psikologi angkatan 2017 Universitas Negeri Surabaya, Kota

17
Surabaya. Peneltian ini menggunakan teknik pengambilan sampel purposive
sampling, yaitu sebuah teknik penentuan sampel penelitian atas kehendak
dan pertimbangan dari peneliti dimana sampel yang dipilih telah mewakili
semua kharakteristik yang dibutuhkan untuk menjadi partisipan dalam
penelitian (Jannah, 2016).

Adapun kriteria mahasiswa yang bisa mengikuti penelitian ini adalah:

1. Mahasiswa Universitas Negeri Surabaya (Unesa)

2. Mahasiswa Fakultas Ilmu Pendidikan (FIP)

3. Mahasiswa Jurusan Psikologi

4. Mahasiswa Angkatan 2017

5. Belum pernah terlibat dalam penelitian aromaterapi sebelumnya

D. Identifikasi Variabel Penelitian

Variabel merupakan suatu konsep yang memiliki variabilitas, yaitu


suatu konstruk yang bervariasi atau yang memiliki bermacam-macam nilai
tertentu (Latipun, 2014). Menurut Suryabrata (Kaur, 2014), variabel suatu
penelitian ditentukn oleh landasan teoritisnya dan ditegaskan oleh hipotesis
penelitian.

Adapun variabel yang digunakan dalam penelitian ini ada dua, yakni
variabel bebas, dan variabel terikat:

1. Variabel bebas (X) dalam penelitian ini adalah Pemberian


Aromaterapi Lavender

2. Variabel terikat (Y) dalam penelitian ini adalah Konsentrasi Belajar

Dalam penelitian eksperimen, variabel yang digunakan perlu


diberikan pengertian operasional untuk mendeskripsikan variabel yang
digunakan tersebut. Definisi operasional adalah memberikan arti pada suatu

18
variabel tertentu dengan cara menetapkan kegiatan atau tindakan yang perlu
untuk mengukur suatu variabel (Latipun, 2014). Adapun definisi operasional
dalam penelitian ini adalah:

a. Pemberian Aromaterapi Lavender


Suatu teknik atau cara pemberian wewangian berupa minyak
essensial yang berasal dari tumbuh-tumbuhan. Aroma yang
digunakan dalam penelitian ini adalah aroma lavender, dengan
metode inhalasi tidak langsung dimana aromaterapi digunakan
sebagai pengharum ruangan dengan menggunakan tungku yang
berisi air hangat dan sebuah lilin sebagai alat bakar lalu diteteskan
minyak essensial lavender sebanyak 5-10 tetes.
b. Konsentrasi Belajar
Situasi dimana mahasiswa memberikan perhatiannya atau fokus
pada apa yang dikerjakan pada saat pengerjaan soal hitungan yang
diberikan oleh peneliti sedang berlangsung.

E. Instrumen Penelitian
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah berupa daftar
pernyataan yang telah disusun oleh peneliti dengan menggunakan model
angket skala likert dan partisipan diminta untuk memilih salah satu dari
alternatif jawaban yang telah disediakan dan disesuaikan dengan keadaan
dirinya dengan memberikan tanda checklist atau centang. Instrumen kedua
yang digunakan pada penelitian ini adalah kuesioner konsentrasi belajar.

Pernyataan yang terdapat di dalam instrumen penelitian memiliki dua


arah yaitu mendukung (favourable) dan tidak mendukung (unfavourable). Pada
skala likert terdapat 5 alternatif jawaban. Alternatif pilihan jawaban pada
penelitian ini menggunakan 4 pilihan, yaitu yaitu Selalu (SL), Sering (S),
Jarang (J), dan Tidak Pernah (TP). Jawaban ragu-ragu atau netral dihilangkan
agar subyek penelitian dapat memberikan jawaban yang pasti terhadap
pernyataan yang telah disediakan.

19
Tabel
Pola Skor Penilaian Kuisioner
Favourable Skor Unfavourable Skor

Sangat Sering 4 Sangat Sering 1

Sering 3 Sering 2

Jarang 2 Jarang 3

Tidak Pernah 1 Tidak Pernah 4

F. Uji Validitas dan Reliabilitas


1. Validitas
Validitas suatu penelitian atau instrumen pengukuran dikatakan
mempunyai validitas yang tinggi apabila alat tersebut menjalankan sesuai
dengan fungsi ukurnya, atau memberikan hasil ukur yang sesuai dengan
maksud dilakukannya pengukuran tersebut (Azwar, 2010). Validitas yang
akan digunakan oleh peneliti adalah validitas konstrak dimana nantinya
dapat membuktikan apakah hasil dari pengukuran yang diperoleh melalui
aitem-aitem tes tersebut berkorelasi tinggi dengan konstruk teoritik yang
mendasari penyusunan alat tes tersebut (Azwar, 2015).
Validitas konstruk ini akan diuji dengan pengujian terhadap hasil tes
yang dihitung menggunakan korelasi produk momen karena peneliti ingin
mengetahui hubungan antar variabel yang diteliti. Perhitungan ini akan
dilakukan dengan menggunakan alat bantu program SPSS versi 22.0 for
windows.

2. Reliabilitas
Pengukuran yang memiliki reliabilitas tinggi disebut sebagai
pengukuran yang reliabel. Hasil pengukuran dapat dipercaya apabila
dalam beberapa kali melakukan pengukuran yang sama diperoleh hasil
yang relatif sama.
20
Pada penelitian ini uji reliabilitas menggunakan alpha cronbach
dengan menggunakan alat bantu perangkat lunak SPSS 22.0. Suatu alat
ukur akan dinyatakan memiliki reliabilitas yang baik apabila nilai alpha
yang diperoleh lebih besar dari 0,6.

G. Prosedur Penelitian
Penelitian ini akan dilakukan melalui 3 tahap, yaitu tahap persiapan,
tahap pelaksanaan, dan tahap akhir yaitu pengelolaan data.
Tabel
Prosedur Pelaksanaan Penelitian
Tahapan Kegiatan
1. Tahap Persiapan  Menentukan lokasi dan subjek penelitian
 Melakukan perijinan tempat penelitian
 Mempersiapkan materi yang akan dikaji, serta
alat-alat yang akan digunakan dalam
penelitian
2. Tahap Pada tahap ini hal yang dilakukan adalah:
Pelaksanaan  Pemberian perlakuan dilakukan selama 2
minggu sebanyak 4x pertemuan.
 Mengunjungi tempat penelitian dan
mengurus perijinan dan segala keperluan
penelitian
 Menentukan ruang kelas yang akan
digunakan dengan mempertimbangkan faktor
lingkungan yang dapat di kontrol, seperti
kebisingan dan penerangan
 Peneliti melakukan inform consent kepada
partisipan dengan memperkenalkan diri
peneliti dan meminta partisipasi mereka
dalam penelitian yang akan dilakukan
 Peneliti melakukan pretest dengan
menyebarkan kuisioner dan meminta
partisipan mengisi dengan tujuan untuk
melihat tingkat konsentrasi sebelum diberikan
perlakuan
 Pemberian treatment dimulai dengan
pemberian aromaterapi lavender yang disebar

21
menggunakan tungku aromaterapi
 Penyebaran aromaterapi dilakukan kurang
lebih 30 menit dibantu dengan menggunakan
kipas angin agar uap merata keseluruh
ruangan
 Partisipan diminta menjawab soal hitungan
yang telah disiapkan oleh peneliti dengan
sebaik mungkin
 Setelah beberapa pertemuan pemberian
aromaterapi, pada pertemuan terakhir akan
dilakukan posttest untuk mengukur
perubahan skor yang terjadi setelah perlakuan
atau treatment
3. Tahap Akhir  Pengolahan data dilakukan dengan
menggunakan Uji-T atau Uji Beda, yang
dibedakan didalam penelitian ini adalah skor
subjek sebelum dan sesudah perlakuan
(pemberian aromaterapi), kemudian hasil dari
temuan penelitian dianalisis dan dibahas,
sehingga diperoleh kesimpulan dari
penelitian yang telah dilakukan

H. Teknik Pengumpulan Data

Pada penelitian ini pengumpulan data untuk variabel konsentrasi


belajar dilakukan dengan membagikan skala konsentrasi pada mahasiswa
psikilogi angakatan 2017 Universitas Negeri Surabaya untuk diisi dan
kemudian dikumpulkan kembali.

Teknik pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah


dengan menggunakan skala. Pada skala-skala psikologi, pertanyaan berupa
stimulus yang tertuju pada indikator perilaku berguna untuk memancing
jawaban partisipan berupa refleksi dari keadaan diri partisipan yang biasanya
tidak disadari oleh partisipan yang bersangkutan (Azwar, 2015).

22
I. Analisis Data

Teknik analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik


analisis statistic dengan Uji-T atau yang biasa disebut dengan Uji Beda. Uji
T merupakan suatu teknik analisis yang bertujuan untuk mengetahui
pengaruh antara dua variabel yang akan diujikan. Adapun yang dibedakan
dalam penelitian ini adalah skor partisipan pada tes awal (pretest) dengan
skor partisipan pada tes akhir (posttest). Perbedaan antara skor pretest dengan
skor pada posttest dianggap sebagai efek atau pengaruh dari perlakukan yang
telah diberikan (Seniati, 2008).

Jadi pada penelitian ini Uji-T digunakan untuk mengetahui pengaruh


pemberin aromaterapi lavender terhadap konsentrasi belajar mahasiswa.
Analisis data ini akan dilakukan dengan menggunakan alat bantu program
SPSS versi 22.0 for windows.

23
DAFTAR PUSTAKA

Agusta, A. (2002). Aromaterapi:Cara Sehat dengan Wewangin Alami. Depok: PT


Penebar Swadaya.

Agustini, N., & Sudhana, H. (2014). Pengaruh Pemberian Aromaterapi


Terhadap Konsentrasi Siswa Kelas V Sekolah Dasar dalam Mengerjakan
Soal Ulangan Umum. Jurnal Psikologi, 1(2): 271-278.

Aini, S.Q. (2012). Penggunaan Teknik Relaksasi Untuk Meningkatkan Konsentrasi


Belajar Anak Kelas B Taman Kanak-kanak Terate Pandian Sumenep Tahun
Pelajaran 2011-2012. Artikel. Universitas Negeri Surabaya.

Arikunto, S. (2002). Prosedur Penelitian : Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: PT.


Rineka Cipta.

Azwar, S. (2010). Dasar-dasar psikometri. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Azwar, S. (2015). Penyusunan Skala Psikologi Edisi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Djamarah, S. (2008). Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rinek Cipta.

Fachri, W. (2017). Pengaruh aromaterapi terhadap konsentrasi belajar siswa di SMP


Negeri 2 Bendahara Kabupaten Aceh Tamiang. Skripsi. Universitas Medan
Area, Medan.

Harmin, M., & Toth,M. (2012). Pembelajaran Aktif yang Menginspirasi. Jakarta.
Indeks.

Helmi, A.F. (1995). Strategi Adaptasi yang Efektif dalam Situasi Kepadatan sosial.
Tesis (Tidak diterbitkan). Yogyakarta : Program Pasca Sarjana
Universitas Gadjah Mada.

Jannah, Miftakhul. (2016). Kecemasan Olahraga, Teori, Pengukuran dan Latihan


Mental. Surabaya : Unesa Press.

Kaur, D. (2014). Pengaruh Pengaturan Tempat Duduk U Shape Terhadap


Konsentrasi Belajar Siswa Primary di Harvard English Course Sei Rampah.
Skripsi. Universitas Sumatra Utara.

24
Latipun. (2015). Psikologi Eksperimen. Malang: Umm Press.

Nihayah, Z. (2002). Perkembangan Kognitif Anak. Buletin Tazkiyah, volume 2,


nomor 1.

Nuryana, A. & Purwanto, S. (2010). Efektivitas brain gym dalam


meningkakan konsentrasi belajar pada anak. Jurnal ilmiah berkala
psikologi, 12(1): 88-99

Octhaviany, R., & Ulfa, C.K. (2013). Pengaruh Aromaterapi Terhadap Penururnan
Kelelahan Kerja di Rumah Mode Widuri. Skripsi. Universitas Sumatra
Utara.

Sari, D.P. (2006). Efektivitas Pelatihan (Focus your Attention) untuk Meningkatkan
Konsentrasi pada Anak dengan Simtom-simtom gangguan Pemusatan
Perhatian atau Hiperaktivitas (GPP/H). Skripsi (tidak diterbitkan).
Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.

Seniati, L. (2008). Psikologi Eksperimen. Jakarata: PT Indeks.

Slameto. 2003. Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka


Cipta.

Sugiyono, N. (2010). Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif,


Kualitatif, dan R&D). Bandung: Alfabeta.

Sukadji, S. (2000). Psikologi Pendidikan & Psikologi Sekolah. Depok : Lembaga


Pengembangan Sarana Pengukuran & Pendidikan Psikologi (LPSP3)
Fakultas Psikologi UI.

Syah, M. (2010). Psikologi Pendidikan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Widiarti, A. W., & Suhardi. (2015). Penurunan Kecemasan Menghadapi Skripsi


Dengan Menggunakan Aromaterapi Inhalasi. Jurnal Terpadu Ilmu
Kesehatan. Di unduh 5 Desember 2018 dari http://Afrianti.fk.@ub.ac.id

Yogasara, T., Siswanto, D., Farnsiscus,H., Catharina. (2014). Pengaruh Jenis


Musik dan Aromaterapi Terhadap Kemampuan Kognitif Mahasiswa untuk Tiap

25
Tipe Kepribadian. Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat.
Universitas Katolik Parahyangan.

26

Anda mungkin juga menyukai