KAJIAN PUSTAKA
yang ia miliki akan tergali secara maksimal untuk tujuan yang dibutuhkan, seperti
hal dengan cara menyampingkan semua hal lainnya yang tidak berhubungan.
tersebut. Pemusatan pikiran peserta didik untuk fokus menerima dan memahami
daya konsentrasi dan pembatasan kesadaran seseorang terhadap suatu objek. Jika
11
12
kata konsentrasi itu dihubungkan dengan situasi belajar atau situasi kerja dapat
diartikan sebagai pemusatan daya pikiran seseorang terhadap suatu obyek yang
segala hal yang tidak ada hubungannya dengan obyek yang dipelajari atau obyek
yang dikerjakan.
tertentu atau fokus (Hendra Surya, 2004:17). Menurut Gagne (Baharudin dan Esa
Nur Wahyuni, 2010:17), konsentrasi merupakan salah satu tahap dari suatu
proses belajar yang terjadi di sekolah. Tahapan konsentrasi terjadi saat siswa
harus memusatkan perhatian yang telah ada pada tahapan motivasi yaitu untuk
tertuju pada hal-hal yang relevan dengan apa yang akan dipelajari. Dalam
tahapan ini siswa harus memperhatikan unsur-unsur pokok dalam materi yang
kepada suatu obyek tertentu. Dengan adanya pengertian tersebut, timbullah suatu
keras agar segenap perhatian panca indera dan pikirannya hanya boleh fokus pada
satu obyek saja. Panca indera, khususnya mata dan tellinga tidak boleh terfokus
terhadap hal-hal lain, pikiran tidak boleh memikirkan dan teringat masalah-
pikir atau perhatian sangatlah penting untuk dimiliki setiap orang khususnya
13
pemusatan pikiran kepada suatu obyek tertentu. Artinya tindakan atau pekerjaan
secara maksimal.
didengar oleh telinga yan dimiliki dengan memastikan bahasa dan perintahnya
secara jelas, pesan yang didengar untuk siapa dan apakah perlu disampaikan lagi
kepada orang lain atau tidak. Ketika memahami kata perkata tentu harus paham
betul arti kata yang dimaksud, karena pendengaran yang dimiliki setiap siswa
harus mampu menyerap apa yang telah disampaikan oleh guru. Sehingga
maksud dan tujuannya dapat tersampaikan dengan baik. Ketika seseorang atau
kemampuan untuk memusatkan pikiran secara penuh pada persoalan yang sedang
dihadapi.
14
perhatian pada pelajaran. Pemusatan perhatian tersebut tertuju pada isi bahan
ini dapat dilihat dari terpusatnya perhatian pada diri seseorang atau siswa pada
itu pada dasarnya ada pada setiap orang atau siswa, hanya saja besar kecilnya
latihan atau pengalaman serta perhatian dari orang tua. Pemusatan pikiran
memikirkan hal-hal lain yang tidak ada hubungannya, jadi kita hanya memikirkan
suatu hal yang sedang dihadapi atau sedang dipelajari yang sesuai dengan
hubungannya.
dilakukan beberapa usaha dari diri siswa tersebut ataupun dari guru, misalnya;
bertekat untuk mencapai tujuan dan hasil terbaik dalam setiap kali belajar.
belajar mengajar berlangsung. Pemusatan perhatian oleh siswa yang tertuju pada
15
pemahaman terhadap isi materi yang telah disampaikan oleh guru. Sehingga
siswa tersebut mampu menerima isi materi pelajaran dengan baik sesuai dengan
tujuan pembelajaran.
dikuasai dan bisa tercapai dengan baik. Begitu pentingnya konsentrasi bagi siswa,
sehingga konsentrasi merupakan persyaratan bagi siswa agar dapat belajar dan
prestasi belajar siswa. Hal ini senada dengan Slameto (2003:38) yang
butuhkan.
kita akan bekerja berdasarkan “ingat” dan “lupa”. Pikiran yang kita
16
miliki tidak dapat bekerja untuk lupa atau ingat dalam satu waktu
sekaligus.
dalam diri tentang apa yang kurang, apa yang lebih, apa yang perlu
dilakukan, atau apa yang perlu kita hindari, apa yang baik dan apa
berkonsentrasi dengan baik atau efektif pada saat mengikuti proses pembelajaran
di kelas (KBM):
1) Siswa akan lebih mudah menguasai dan paham dengan materi ajar
itu konsentrasi dapat dijadikan suatu tanda bahwa siswa akan lebih
bahwa seseorang yang sedang menempuh pendidikan yaitu peserta didik atau
siswa harus memiliki konsentrasi yang baik dalam KBM, sehingga dengan
adanya konsentrasi yang dimiliki akan menghasilkan hasil yang baik untuk
pembelajaran akan tercipta suasana belajar yang lebih aktif dan efektif.
berkonsentrasi belajar tampak pada perhatiannya yang terfokus pada hal yang
diterangkan guru atau pembelajaran yang sedang dipelajari. Ciri anak yang dapat
mengolah informasi yang diperoleh anak. Pada perilaku kognitif ini, siswa
yang diperoleh.
adanya gerakan anggota badan yang tepat atau sesuai dengan petunjuk
guru, serta komunikasi non verbal seperti ekspresi muka dan gerakan-
belajar adalah siswa yang memiliki perilaku kognitif atau memiliki pengetahuan,
informasi atau kecakapan intelektual yang tinggi, siswa yang memiliki perilaku
afektif atau mempunyai sikap dan apersepsi terhadap materi yang telah diterima,
berkomunikasi, dan siswa yang memiliki perilaku bahasa yang baik atau saat
proses KBM mampu melakukan timbal balik terhadap materi yang disampaikan
dapat diamati dari beberapa tingkah lakunya saat proses belajar mengajar
d) Menjawab dengan baik dan benar setiap pertanyaan yang diberikan guru
e) Kondisi kelas tenang dan tidak gaduh saat menerima materi pelajaran,
tidak mudah terganggu oleh rangsangan dari luar dan minat belajar siswa.
meliputi faktor internal (faktor-faktor yang berasal dari dalam diri seseorang),
a. Faktor internal
Faktor internal adalah sesuatu hal yang berada dalam diri seseorang.
1) Jasmani
a) Kondisi badan yang normal menurut standar kesehatan atau bebas dari
b) Kondisi badan di atas normal atau fit akan lebih menunjang konsentrasi,
g) Efektif, dan
h) Irama napas berjalan baik. sama halnya dengan jantung, irama napas juga
2) Rohani
(c) Taat beribadah sebagai penunjang ketenangan dan daya pengendalian diri,
(i) Bebas dari berbagai gangguan mental, seperti rasa takut, was-was, dan
gelisah.
b. Faktor eksternal
Faktor eksternal berarti hal-hal yang berada di luar diri seseorang atau
1. Lingkungan : terbebas dari berbagai suara yang keras dan bising sehingga
konsentrasi belajar di atas dapat disimpulkan bahwa kondisi jasmani, rohani dan
terjadinya konsentrasi pada siswa. Selain faktor internal dan eksternal tersebut
hambatan-hambatan yang harus dihadapi untuk tujuan yang ingin dicapai, materi
22
Peran guru lebih bersifat fasilitator dan pembimbing. Strategi tersebut juga
digunakan oleh guru untuk menunjang jalannya proses pembelajaran yang aktif
dan efektif.
belajar. Menurut Sunawan ( 2009: 14-18) ada dua faktor penyebab gangguan
konsentrasi yakni faktor internal dan eksternal, adapun penjelasan lebih lanjut
sebagai berikut :
a. Faktor internal
sejenisnya.
dan sejenisnya.
23
b. Faktor eksternal
Gangguan yang sering dialami adalah adanya rasa tidak nyaman dalam
ruang belajar yang sempit, kotor, udara yang berpolusi, dan suhu udara yang
panas.
konflik dengan pihak lain atau rasa khawatir karena suatu hal, akan
gizi dan orang yang sedang dalam keadaan lapar akan berpengaruh
menstimulus daya ingat agar fokus pada pelajaran. Baik itu belajar
(mandiri). Jika tidak memiliki cara belajar yang baik maka siswa akan
sulit.
minat siswa dalam pembelajaran, sering merasa gelisah atau khawatir terhadap
sekitar, dan memiliki kondisi jasmani yang terganggu atau melemah. Selain itu
penggunaan strategi pembelajaran oleh guru yang tidak sesuai atau tidak tepat
terhadap penyampaian materi, sehingga siswa akan cepat jenuh atau bosan
Menurut Aryati dan Setiyo ( 2010: 90) ada beberapa cara untuk
berapa waktu yang akan dipakai dalam pelajaran. Missal: 30 menit untuk
b) Mencegah siswa agar tidak terlalu cepat berganti dari satu tugas ke tugas
bersih, rapi dan nyaman, serta memastikan tidak ada permainan (mainan)
yang dibawa siswa di dalam kelas yang nantinya akan menganggu proses
akan terjadinya umpan balik antara siswa dan guru serta akan menjadikan
agar terus bekerja. Hadiah merupakan salah satu alat yang digunakan guru
untuk memotivasi atau memancing siswa agar lebih giat dan aktif dalam
tertarik dengan apa yang akan diberikan atau imbalan setelah mereka
menyelesaikan tugasnya
waktu yang jelas agar siswa fokus untuk mengerjakan tugas awal sebelum tugas
yang berikutnya, mengurangi gangguan yang ada di dalam kelas, guru mampu
sigap dalam memberikan umpan balik saat mendapat pertanyaan dari siswa,
memberikan tugas yang sedikit sehingga siswa akan tepat waktu untuk
mau menyelesaikan segala tugas dan pekerjaan yang telah diberikan dengan cara
memberikan hadiah sebagai alat yang digunakan guru dalam memotivasi siswa.
Maka konsentrasi belajar yang akan diamati dalam penelitian ini adalah:
9. Tidak Pelupa
Permainan berasal dari kata bermain yang memiliki kata dasar “main”
dengan imbuhan “per-an”, yang maknanya adalah suatu kegiatan yang memiliki
bermain, barang atau sesuatu yang dipermainkan (Qadratillah, 2009: 289). Dunia
anak adalah dunia bermain, dalam bermain anak menggunakan otot tubuhnya,
daerah sekelilingnya dan dengan peralatan dalam daerah itu. Melalui kegiatan
bermain, potensi dan kemampuan yang terdapat dalam diri anak akan dapat
perkembanngan anak dan dapat mengembangkan potensi penuh yang ada pada
berbagai cara secara meluas tanpa adanya batas. Permainan merupakan sesuatu
kegiatan yang bersifat aktif, dinamis, dan tidak terbatas oleh ruang dan waktu.
Dengan kata lain, permainan dapat dilakukan oleh siapa saja dan dimana saja.
Permainan juga dapat dijadikan sebagai sarana komunikasi dengan teman sebaya
Secara umum permainan terdiri atas 2 jenis, yaitu permainan modern dan
lama bertambah canggih, banyak orang yang dimanjakan oleh teknologi modern
fenomena yang terjadi akhir-akhir ini, banyak permainan digital yang berdampak
negatif bagi anak. Hal tersebut akan menyebabkan aktivitas anak akan semakin
tradisional adalah pada zaman dahulu permainan trasional tidak cuma melatih
otak, perasaan, emosional seseorang, tetapi juga melatih keseimbangan gerak dan
ketangkasan tubuh, hal ini sangat jauh berbeda dengan permainan modern.
cenderung pada permainan kelompok yang menumbuhkan kerja sama yang baik.
dengan unsur-unsur gerak, seni, sosial, dan budaya. Sebagai aktivitas budaya,
permainan itu mengandung sumber dan media informasi yang dapat mewarnai
permainan yang memiliki unsur-unsur budaya yang tubuh dan berkembang dalam
masyarakat sesuai dengan aturan dan norma adat kebiasaan yang diwarisi dan
dipelihara secara turun temurun baik menggunakan alat atau tanpa alat dalam
anak dapat mewarisi dan mencintai budaya daerah. Menurut Apriliawati dan
30
berkelompok, hal ini dapat memberikan ruang anak untuk bersosialisasi dengan
kegiatan permainan dan atau olahraga yang berkembang dari suatu kebiasaan
dijadikan sebagai jenis permainan yang memiliki ciri kedaerahan asli serta
rutin maupun sekali-kali dengan maksud untuk mencari hiburan dan mengisi
waktu luang setelah terlepas dari aktivitas rutin seperti bekerja mencari nafkah,
mungkin juga dengan memasukkan kegiatan yang mengandung unsur seni seperti
satu bentuk permainan anak-anak yang beredar secara lisan di antara anggota
kolektif tertentu, berbentuk tradisional dan diwarisis turun temurun, serta banyak
kegiatan yang diatur oleh suatu peraturan permainan yang merupakan pewarisan
31
mendapat kegembiraan.
secara turun temurun dan merupakan hasil dari penggalian budaya lokal yang di
dalamnya banyak terkandung nilai-nilai pendidikan dan nilai budaya, serta dapat
mempergunakan alat sederhana sesuai dengan potensi yang ada dan merupakan
hasil penggalian budaya setempat menurut gagasan dan ajaran turun temurun dari
nenek moyang.
bermain yang mencerminkan kearifan lokal dan menyenangkan hati anak yang
dilakukan secara turun temurun dari nenek moyang hingga sekarang. Permainan
Tradisional juga merupakan salah satu kegiatan yang paling menyenangkan dan
perkembanngan anak dan dapat mengembangkan potensi penuh yang ada pada
anak.
Hetherington dan Parke yang dikutip dari Novi Mulyani ( 2016: 27)
berbagai macam peran orang lain dan menghayati peran yang akan diambilnya
setalah ia dewasa.
kemampuan motorik anak-anak menjadi lebih latih dan terarah. Selain mototik,
motorik menurut Piaget dan curtis yang dikutip oleh Slamet Suyanto (2017:67)
bermain anak berlatih menyesuaikan antara pikiran dan gerakan menjadi suatu
menggabungkan dua atau lebih gerak refleks, dan pada ahirnya ia mampua
dengan objek, memahami aturan dalam permainan yang oleh teman bermain
sedikit demi sedikit, tahap demi tahap sampai setiap anak memahami aturan
33
Kemampuan Sosial, pada saat bermain anak berinteraksi dengan anak yang lain.
menolak atau setuju dengan ide dan perilaku anak yang lain.
sebagai berikut:
jawab, sikap lapang dada, dorongan berprestasi, dan taat pada aturan.
2. Bisa digunakan sebagai terapi terhadap anak. Saat bermain anak akan
berikut :
teknologi modern.
dasarnya
bahkan pada umumnya jika ada alat dan bahan yang diperlukan dalam
lain-lain
2. Karena umur permainan yang tua yang menjadikan permainan ini tidak
dikenal
37
kepekaan, kepedulian, anak menjujung moral dan nilai nilai yang berlaku
universal.
Menurut Mulyani dan Gracinia (2007: 97) papan titian merupakan papan
atau bangku panjang dengan ketinggian ± 10-30 cm dan ukuran panjang papan
1,5-2 m serta lebar ± 10 cm. Papan titian merupakan merupakan media yang
dapat mengukur atau melatih keseimbangan anak. Menurut Mulyani dan Gracinia
(2007: 99) beberapa tujuan dari kegiatan bermain papan titian adalah untuk
melatih kekuatan otot kaki, melatih keseimbangan tubuh, melatih keberanian dan
kepercayaan diri. Menurut Faruq (2009: 35) papan titian bermanfaat untuk
adalah suatu kegiatan meniti diatas papan yang menyenangkan dan melatih
posisi tubuh dalam keadaan bergerak ataupun diam (Yudanto, 2006: 12).
lunak) yang kerjanya diatur oleh otak terhadap respon internal dan eksternal
adalah menyanggah tubuh melawan gravitasi dan faktor eksternal lain, untuk
mempertahankan pusat massa tubuh agar seimbang dengan bidang tumpu, serta
menstabilisasi bagian tubuh ketika bagian tubuh lain bergerak (Brown and Eason,
2006:78).
anak harus mampu berkonsentrasi dan tidak teralihkan agar saat meniti di papan
titian tidak terjatuh atau terpeleset. Maka dapat disimpulkan bahwa anak yang
sendiri.
positif.
4. Tidak ada tekanan tertentu atas permainan tersebut, sehingga tidak ada
senang yang diperoleh anak berasal dari apa yang dilakukan oleh anak
itu sendiri.
Menurut Khoirul Anam ( 2017: 113), Kelebihan dan kekurangan dari bermain
tangan direntangkan
tangan merentang
tangan dipinggang
bagi tumbuh kembang anak, namun tidak banyak orang tua yang mengetahui
manfaat tersebut, bahkan orang tua sangat jarang masih mengingat bagaimana
Kelereng adalah mainan kecil berbentuk bulat yang terbuat dari kaca atau
ketika siswa sedang bermain kelereng dan mereka berhasil menjentik kelereng
hingga keluar dari segitiga maka siswa harus menghitung selisih jumlah kelerang
awal dengan jumlah kelereng setelah berhasil di keluarkan. Sehingga untuk dapat
sehingga anak dalam pembelajaran akan dengan senang mengikuti segala aturan
dan tugas yanng diberikan guru. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Olanda
dan juga bisa membantu untuk meningkatkan minat belajar siswa. Selain itu
karena dengan metode ini siswa bisa belajar secara konkrit dan bisa menerapkan
tetapi juga untuk memberikan pengalaman secara langsung bagi siswa untuk
masih terdapat tiga kelereng berukuran besar, terbuat dari marmer berdiameter
sekitar 15-30 cm dan berlokasi di dekat Makam Kotagede. Batu kelereng tersebut
diceritakan sebagai mainan Raden Rangga, putra dari Panembahan Senopati yang
sebuah objek berukuran kecil yang diproduksi dari pabrik. Umumnya, kelereng
yang kita kenal adalah mainan kecil berbentuk bulat yang terbuat dari kaca.
Namun, di daerah yang jauh dari perkotaan, kelereng seringkali dapat berupa biji-
bijian yang diurai. Di beberapa daerah, kelereng terbuat dari campuran semen dan
kapur yang dibentuk bulat atau dari batu wali yang dibentuk sedemikian rupa
2018). Gerakan jari serta pengaturan kekuatan dan kecepatan kelereng dengan
segitiga atau persegi di tanah sebagai wadah untuk meletakkan kelereng yang
akan dibidik anak Menurut Siregar & Lestari(2018: 34) manfaat bermain
konteks sosial yang lebih luas. Misal, ia jadi belajar bekerja sama,
dan pikirannya.
(1) Gambar lingkaran kecil di tanah, kemudian semua anak menaruh lima
pemain;
(2) Semua anak berdiri kira-kira satu meter dari lingkaran, di belakang
arah lingkaran. Anak yang kelerengnya paling jauh dari lingkaran, boleh
main terlebih dahulu. Peraturan dalam memainkan permain ini yaitu pada
(3) Anak harus memakai kelereng yang ada di luar lingkaran sebagai
jentik;
(4) Pertemukan ibu jari dengan jari tengah, kemudian menyentil kedua jari
(5) Kelereng penyerang harus tetap tinggal di dalam lingkaran. Jika tidak,
terbanyak,
(7) Jika sudah tidak ada lagi kelereng dalam lingkaran, ada kesempatan
kesempatan, jika mengenai maka kelereng yang didapat oleh pemain yang
dan penilaian terhadap sikap dan nilai-nilai, pengetahuan dan kecakapan dasar
yang terdapat dalam berbagai bidang studi. Secara teoritis jika konsentrasi siswa
rendah, maka akan menimbulkan aktivitas yang berkualitas rendah pula serta
utama bagi siswa dalam menerima materi ajar serta menjadi indikator suksesnya
pelaksanaan pembelajaran.
Dalam pencapaian konsentrasi belajar yang baik dan efektif perlu disertai
dengan adanya strategi yang mendukung. Strategi adalah suatu materi dan
siswa atau sebagai suatu komponen umum bahan ajar (prosedur pembelajaran)
yang digunakan untuk memperoleh hasil belajar siswa sesuai dengan harapan.
memerlukan suatu cara atau teknik yang dianggap menarik dan menyenangkan.
Salah satu cara untuk meningkatkan konsentrasi belajar anak adalah melalui
aktivitas bermain. Hal ini sesuai dengan karakteristik dari Anak Usia dini yang
selama ±4 jam di sekolah dan ditemani oleh guru tanpa orang tua, salah satu
stimulasi perkembangan yang diberikan oleh guru adalah belajar dan bermain
47
yang baik anak dapat mengeskpresikan perasaan serta daya kreasi yang dapat
sumber stress.
perkembanngan anak dan dapat mengembangkan potensi penuh yang ada pada
berbagai cara secara meluas tanpa adanya batas. Melalui kegiatan bermain, anak-
pembelajaran, karena dengan metode ini siswa bisa belajar secara konkrit dan
bagi siswa untuk memecahkan masalah yang terkait dengan kehidupan sehari-
Aktivitas Permainan
Papan Titian (X1)
Kosentrasi Belajar Anak
(Y)
Aktivitas Permainan
Kelereng (X2)
sebagai berikut:
belajar anak
belajar anak