Anda di halaman 1dari 12

MELATIH KONSENTRASI

Disusun untuk memenuhi Tugas Bimbingan Konseling

Kelompok 1:

Elsa Ramadanti

Mela Almasita

Nandang Sofyan

Neng Rita Supartini

Yogi Hidayat

SMK NEGERI 1 CISARUA

2018
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Belajar adalah proses interaksi antara individu dengan sumber belajar yang
menghasilkan suatu perubahan tingkah laku. Slameto (2003: 2). Pada dasarnya tujuan utama
dari kegiatan belajar mengajar adalah agar siswa menguasai materi pelajaran sesuai dengan
kompetensi yang telah ditetapkan. Namun ketika dalam kegiatan belajar mengajar di kelas,
banyak pelajar yang menganggap jika ruang kelas merupakan sebuah penjara yang tidak
menyenangkan. Sehingga siswa menganggap belajar sebagai beban dan merasa tidak nyaman
dalam belajar.
Kegiatan belajar mengajar di kelas tak dapat dipisahkan dari sosok guru. Peranan guru
sebagai fasilitator dan juga motivator, menjadi hal yang sangat penting dalam berlangsungnya
proses pembelajaran yang efektif. Dan proses belajar mengajar yang efektif itu sendiri
memerlukan konsentrasi belajar dari peserta didik.
Konsentrasi belajar merupakan faktor penentu keberhasilan siswa dalam menyerap
ilmu yang disampaikan guru pada saat kegiatan belajar mengajar di dalam kelas. Konsentrasi
belajar menurut Femi Olivia (2008: 40) adalah pemusatan pikiran, atau terpusatnya perhatian
terhadap informasi yang diperoleh seorang siswa selama periode belajar. Konsentrasi belajar
dapat ditunjukkan oleh beberapa hal di antaranya fokus pandangan, adanya perhatian,
kemampuan menjawab, bertanya, dan sambutan psikomotorik yang baik, namun banyak
siswa yang kehilangan konsentrasi belajar ketika proses pembelajaran berlangsung. Maka
dari itu karya ilmiah ini akan membahas upaya apa saja yang dapat kita lakukan, terutama
bagi para guru dalam meningkatkan konsentrasi belajar siswa.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka dapat dirumuskan beberapa masalah sebagai
berikut :
1. Apa yang dimaksud dengan konsentrasi belajar?
2. Apa saja upaya yang dapat dilakukan dalam meningkat konsentrasi belajar siswa?

1
BAB II
KAJIAN PUSTAKA

A. Konsentrasi
Konsentrasi menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, yaitu “Pemusatan perhatian
atau pikiran pada suatu hal.”
Konsentrasi dapat didefinisikan sebagai sebuah proses, dimana seluruh pikiran dan
perasaan terfokus sepenuhnya pada objek atau kegiatan tertentu, sehingga otak akan reflek
mengesampingkan hal-hal lainnya, hanya objek yang merupakan target konsentrasilah yang
menjadi fokus utama.
Konsentrasi merupakan suatu kemampuan untuk memfokuskan dan menjaga pikiran
terhadap suatu hal. Dengan kata lain, kegiatan tersebut dilakukan secara sadar dan tidak ada
paksaan. Ketika seseorang sedang berkonsentrasi, objek yang difokuskan hanya objek yang
menjadi target utama konsentrasi, sehingga informasi yang diperoleh hanyalah informasi
yang telah dipilih. Fokus yang ditajamkan meningkatkan kemungkinan seseorang dapat
menyerap dan memahami informasi yang didapat.
Ada tiga hal yang menyebabkan sulitnya seseorang untuk berkonsentrasi, yaitu:
1. Faktor Eksternal yaitu lingkungan, sebagian besar orang akan merasa kesulitan untuk
berkonsentrasi ketika mereka berada di lingkungan yang bising.
2. Faktor Internal, adanya gangguan perkembangan otak dan hormon yang menyebabkan
seseorang memiliki pikiran yang lamban sehingga dalam berkonsentrasi-pun lamban.
3. Faktor Psikologis, seseorang yang tertekan atau sedang memiliki beban dalam pikirannya
cenderung mengalami kesulitan untuk berkonsentrasi.

B. Belajar
Belajar merupakan suatu kegiatan yang dilakukan oleh seseorang untuk mengetahui
sesuatu yang belum diketahui, atau keinginan untuk merubah suatu kebiasaan yang belum
maju ke arah lebih maju.
Menurut Ernest R. Hilgard dalam (Sumardi Suryabrata, 1984:252) belajar merupakan
proses perbuatan yang dilakukan dengan sengaja, yang kemudian menimbulkan perubahan,
yang keadaannya berbeda dari perubahan yang ditimbulkan oleh lainnya.
Sedangkan menurut James Patrick Chaplin (Dictionary of Psychology 1985). Belajar
dibatasi dengan dua macam rumusan. Rumusan pertama Belajar adalah perolehan perubahan

2
tingkah laku yang relatif menetap sebagai akibat latihan dan pengalaman. Rumusan kedua
Belajar ialah proses memperoleh respons-respons sebagai akibat adanya latihan khusus.
Pengertian Belajar menurut Gagne dalam bukunya The Conditions of Learning 1977,
belajar merupakan sejenis perubahan yang diperlihatkan dalam perubahan tingkah laku, yang
keadaaannya berbeda dari sebelum individu berada dalam situasi belajar dan sesudah
melakukan tindakan yang serupa itu. Perubahan terjadi akibat adanya suatu pengalaman atau
latihan. Berbeda dengan perubahan serta-merta akibat refleks atau perilaku yang bersifat
naluriah.
Singkatmya, belajar merupakan proses atau usaha yang dilakukan individu untuk
memperoleh suatu perubahan tingkah laku baik dalam bentuk pengetahuan, keterampilan
maupun sikap dan nilai yang positif sebagai pengalaman untuk mendapatkan sejumlah kesan
dari bahan yang telah dipelajari.
1. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Belajar
Secara umum faktor-faktor yang mempengaruhi proses belajar dibedakan dalam dua
kategori, yaitu faktor internal dan faktor eksternal:
a. Faktor Internal
Faktor internal adalah faktor-faktor yang berasal dari dalam diri individu dan dapa
t mempengaruhi hasil belajar individu. Faktor-faktor internal ini meliputi factor fis
iologis dan faktor psikologis.
- Faktor Fisiologis: keadaan fokus jasmani, dan keadaan fungsi jasmani.
- Faktor psikologis: kecerdasan siswa, motivasi, minat, ingatan, bakat, konsentr
asi belajar, rasa percaya diri, dan cita-cita.
b. Faktor Eksternal
 Lingkungan sosial: Lingkungan sosial sekolah, lingkungan sosial masyarakat,
dan lingkungan sosial keluarga.
 Lingkungan non sosial: Lingkungan alamiah, lingkungan instrumental, serta fa
ktor materi pelajaran (yang diajarkan ke siswa).
Jika di dalam kegiatan belajar siswa mengalami masalah atau hambatan dengan factor
-faktor di atas, maka sudah dapat dipastikan bahwa konsentrasi belajar siswa akan terganggu
dan siswa tidak akan fokus dalam menerima pelajaran.

3
BAB III
PEMBAHASAN

A. Konsentrasi Belajar
Konsentrasi belajar menurut Femi Olivia (2008: 40) adalah pemusatan
pikiran, atau terpusatnya perhatian terhadap informasi yang diperoleh seorang siswa
selama periode belajar.
Konsentrasi belajar adalah suatu aktivitas untuk membatasi ruang lingkup perhatian
seseorang pada satu objek atau satu materi pelajaran (Benjamin, dalam Hartanto,
1995). Harahap (dalam Sari D.P. 2006) mendefinisikan konsentrasi belajar sebagai
suatu pemusatan, penyatuan, pernyataan adanya hubungan antara bagian-bagian
dalam pelajaran atau lebih. Liang Gie (dalam Hartanto. 1995) yang menyimpulkan
bahwa konsentrasi belajar adalah pemusatan perhatian atau pikiran dengan
mengesampingkan hal-hal lain yang tidak ada hubungannya dengan apa yang sedang
dipelajari. Alim (2008) menyebutkan bahwa konsentrasi belajar anak adalah
bagaimana anak fokus dalam mengerjakan atau melakukan sesuatu, hingga pekerjaan
itu dikerjakan dalam waktu tertentu.
Secara garis besar dapat kita simpulkan bahwa, konsentrasi belajar yaitu,
pemusatan perhatian, pikiran dan perbuatan pada suatu objek yang sedang dipelajari
dan mengabaikan segala hal yang tidak berkaitan dengan objek yang sedang
dipelajari. Tujuan dari konsentrasi belajar sendiri adalah agar siswa lebih fokus dan
lebih mudah dalam menerima dan menangkap pelajaran yang diberikan oleh guru,
sehingga kemampuan berpikir dan pengetahuan siswa pun akan meningkat.

1. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Konsentrasi Belajar


Menurut Veenstra (dalam Sari, 2006) mengatakan bahwa faktor-faktor yang dapat
mempengaruhi konsentrasi belajar antara lain:
 Faktor Usia. Kemampuan untuk konsentrasi ini ikut tumbuh dan berkembang
sesuai dengan usia individu.
 Fisik. Kondisi sistem saraf (neurogical system) mempengaruhi kemampuan
individu dalam menyeleksi sejumlah informasi dalam kegiatan perhatian.
 Faktor pengetahuan dan pengalaman. Pengetahuan dan pengalaman turut
berperan dala usaha memusatkan perhatian pada objek yang belum bisa

4
dikenali polanya sehingga pengetahuan dan pengalamn individu dapat
memudahkan untuk berkonsentrasi.
 Faktor lingkungan yang dapat mempengaruhi konsentrasi belajar antara lain
suara, pencahayaan, temperatur, dan desain belajar.

2. Indikator Konsentrasi Belajar


Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa indikator konsentrasi belajar
adalah sebagai berikut:
a) Perilaku kognitif, ditandai dengan:
 Kesiapan pengetahuan yang dapat segera muncul bila diperlukan.
 Komprehensif dalam penafsiran informasi.
 Mengaplikasikan pengetahuan yang diperoleh.
 Mampu mengadakan analisis dan sintesis pengetahuan yang diperoleh.
b) Perilaku afektif, ditandai dengan:
 Perhatian pada materi pelajaran.
 Merespon bahan yang diajarkan.
 Mengemukakan suatu ide.
c) Perilaku psikomotor, ditandai dengan:
 Adanya gerakan anggota badan yang tepat atau sesuai dengan petunjuk guru
 Komunikasi non verbal seperti ekspresi muka dan gerakan-gerakan yang pe
nuh arti.
 Adanya aktivitas berbahasa yang terkoordinasi dengan baik dan benar.
3. Fakor-faktor Penyebab Kesulitan Konsentrasi Belajar
 Lemahnya minat dan motivasi pada pelajaran.
 Perasaan gelisah, tertekan, marah, khawatir, dan takut.
 Suasana lingkungan belajar yang berisik dan berantakan.
 Kondisi kesehatan jasmani.
 Bersifat pasif dalam belajar.
 Tidak memiliki kecakapan dalam cara-cara belajar yang baik.
4. Keuntungan Jika Siswa Dapat Berkonsentrasi Dalam Kedigatan Belajar Me
ngajar
 Siswa akan lebih mudah dan cepat menguasai materi ajar yang disampaikan ol
eh guru.

5
 Siswa yang konsentrasi dalam belajar merupakan salah satu tanda bahwa ia se
dang aktif belajar.
 Menambah semangat/motivasi bagi siswa untuk lebih aktif beraktifitas dalam
belajar.
 Memudahkan guru dalam melaksanakan proses pembelajaran.
 Suasana belajar menjadi yang semakin kondusif.
 Memudahkan siswa mendapatkan pengalaman yang baru.
 Munculnya hal-hal yang positif (misalnya tidak mau menghayal) dalam diri sis
wa.

B. Upaya meningkatkan Konsentrasi Belajar


Malas belajar yang dialami para siswa biasanya disebabkan oleh adanya kuran
g kemampuan siswa dalam berkonsentrasi. Karena tidak adanya konsentrasi ini membuat
siswa sulit menguasai apa yang dibaca atau dipelajarinya. Akibatnya, siswa mudah bosan,
putus asa, dan enggan untuk belajar lagi. Oleh karena itu guru sebaiknya mengetahui pasti
apa saja yang harus dilakukan dalam menghadapi konsentrasi belajar siswa yang kadangk
ala mudah sekali goyah. Di awal pelajaran bisa saja siswa focus mengikuti pelajaran di da
lam kelas dan fokus memperhatikan materi yang sedang disampaikan oleh gurunya, namu
n ada beberapa hal yang bisa membuat siswa menjadi kehilangan konsentrasi belajar, mis
alnya ketika ditengah-tengah pelajaran siswa merasa bosan, sehingga timbul keinginan un
tuk mengobrol dengan teman sebangku, atau bahkan siswa mengantuk dan tertidur di kela
s. Bisa juga siswa merasa bosan dan malas di awal pelajaran namun bisa fokus mengikuti
pelajaran ketika di tengah-tengah pelajaran sedang berlangsung.
Hamalik (1995:50), Konsentrasi belajar dapat ditingkatkan dengan meningkatkan perhatia
n siswa dalam belajar. Cara-cara tersebut dapat dilakukan dengan meningkatkan hal-hal y
ang mempengaruhi konsentrasi belajar.
Hal-hal yang dapat dilakukan oleh guru yaitu :
1. Memberikan Motivasi kepada siswa
2. Membuat bahan pelajaran menjadi lebih menarik sehingga mudah dipahami oleh sisw
a dan juga memberikan contoh-contoh yang berkaitan dengan pelajaran yang sedang
dibahas.
3. Mempersiapkan alat bantu belajar.
4. Menciptakan suasana belajar yang kondusif dan menyenangkan.

6
Menurut kajian yang saya lakukan terhadap beberapa buku dan jurnal, saya
menyimpulkan bahwa, terdapat beberapa cara yang dapat dilakukan untuk meningkatkan
konsentrasi belajar siswa, yaitu diantaranya:
1. Lingkungan Belajar Kondusif
Belajar membutuhkan lingkungan yang kondusif untuk memperoleh hasil
belajar secara optimal. Lingkungan kelas yang kondusif bisa dilakukan dengan
membuat ruang kelas menjadi bersih, rapih, indah, dan penyusunan bangku yang
teratur. Intinya, untuk membuat suasana yang kondusif, ruang kelas yang digunakan
untuk belajar haruslah dibuat seyaman mungkin untuk para siswa.
Penataan lingkungan ditujukan kepada upaya membangun dan mempertahankan
sikap positif. Sikap positif merupakan asset penting untuk belajar. Peserta didik
dikondisikan ke dalam lingkungan belajar yang optimal, baik secara fisik maupun
mental.
Menciptakan ruang belajar yang kondusif untuk membangun sugesti. Misalnya,
memasang musik latar di dalam kelas. Untuk ruangan kelas kita harus memfokuskan
perhatian kepada penataan lingkungan formal dan terstruktur, seperti meja, kursi,
tujuannya adalah untuk menciptakan suasana yang menimbulkan kenyamanan dan
rasa santai. Karena keadaan santai dapat mendorong siswa untuk dapat berkonsentrasi
dengan sangat baik dan mampu belajar dengan sangat mudah.

2. Bermain Game Dalam Pembelajaran


Proses belajar yang menyerupai permainan akan membuat pembelajaran
menjadi lebih menyenangkan dan tidak terlalu membosankan.
Bermain menciptakan keadaan emosional positif yang sangat kuat, guru bisa
merancang materi yang sulit dalam bentuk permainan, terutama untuk anak-anak
yang secara umum aktif atau sedikit hiperaktif (Dunn & Dunn, 1992,1993).
Guru bisa mengikuti gaya belajar yang disukai anak-anak secara umum, sehingga
guru bisa mengenali kebutuhan gaya belajar setiap anak dan membantu siswa
menggunakannya untuk lebih mengendalikan pembelajaran mereka.
Menurut riset yang dilakukan oleh Ayinosa (2009), olahraga dan latihan pada Brain
Gym dapat memberikan pengaruh positif pada peningkatan konsentrasi, atensi,

7
kewaspadaan dan kemampuan fungsi otak untuk melakukan perencaaan, respon dan
membuat keputusan. Brain Gym juga dapat meningkatkan kemampuan belajar tanpa batasan
umur (Ayinosa, 2009).
Brain Gym dilakukan dengan cara menstimulasi gelombang otak melalui gerakan-
gerakan ringan dengan permainan melalui olah tangan dan kaki seperti gerakan Hooks-up
(kait rileks), gerakan silang, saklar otak, titik positif, Lazy 8, menguap berenergi, pengisi
energi, luncuran gravitasi, tombol angkasa dan pasang telinga dapat memberikan rangsangan
atau stimulus pada otak. Hal tersebut dapat meningkatkan kemampuan belajar dan pemusatan
perhatian atau konsentrasi anak karena seluruh bagian otak digunakan dalam proses belajar
dan berkonsentrasi.
Selain Brain Gym, terdapat beberapa permainan ringan yang bisa dilakukan guru
dalam membantu siswa melatih konsentrasinya. Ketika guru masuk ke dalam kelas, guru
harus bisa melihat suasana dan kondisi para siswa di kelas, jika siswa lemas dan tidak
bersemangat, guru bisa menggunakan permainan sebelum pelajaran dimulai, permainan dapat
membuat siswa menjadi lebih bersemangat dan juga melatih konsentrasi siswa. Atau
ditengah-tengah jam pelajaran ketika guru merasakan bahwa siswa bosan dan tidak fokus,
guru bisa mengajak siswa untuk bermain games ini.

3. Musik Dalam Pembelajaran


Musik dan lagu memberi stimulasi yang cukup kuat terhadap otak, sehingga
mendorong perkembangan kognitif dengan cepat. Menyanyi atau memainkan alat
musik mengaktifkan otak kanan dan otak kiri.Bobbi DePorter, dkk (1999)
menyatakan bahwa music sekurang-kurangnya bermamfaat untuk menata suasana
hati, meningkatkan hasil belajar yang diinginkan, dan menyoroti hal-hal yang
penting.Guru dapat menggunakan musik untuk menata suasana hati, mengubah
keadaan mental siswa, dan mendukung lingkungan belajar. Musik membantu pelajar
bekerja lebih baik dan mengingat lebih banyak. Musik juga dapat membantu siswa
masuk ke dalam situasi belajar yang optimal. Dr. Georgi Lozanof mengatakan :
“Relaksasi yang diiringi dengan musik membuat pikiran selalu siap dan mampu
berkonsentrasi”.Menurut Dr. Lozanof musik yang paling membantu adalah musik
klasik sperti Bach, Handel, Pachebel, dan Vivaldi.Selain itu, ada teori yang
menyatakan bahwa dalam situasi otak kiri sedang bekerja, seperti mempelajari materi
baru, musik akan membangkitkan reaksi otak kanan yang intuitif dan kreatif sehingga
masukannya dapat dipadukan dengan keseluruhan proses. Namun, justru otak kanan
8
yang kreatif ini sering menganggu otak kiri ketika sedang berpikir dan
berkonsentrasi. Itulah sebabnya otak kanan yang cenderung untuk terganggu selama
belajar merupakan penyebab mengapa seseorang kadangkala melamun dan
memerhatikan pemandangan ketika anda berniat untuk konsentrasi. Memasang musik
adalah cara efektif untuk menyibukkan otak kanan ketika sedang berkonsentrasi pada
aktivitas-aktivitas otak kiri.

4. Humor Dalam Pembelajaran


Humor dalam pembelajaran adalah komunikasi yang dilakukan guru dengan
menggunakan sisipan kata-kata bahasa dan gambar yang mampu menggelitik siswa
untuk tertawa. Sisipan humor yang diberikan dapat berbentuk anekdot, cerita singkat,
kartun, karikatur, peristiwa social, pengalaman hidup, lelucon atau plesetan yang
dapat merangsang terciptanya suasana riang, rileks, dan menyenangkan dalam
pembelajaran. Guru yang memiliki kemampuan untuk menciptakan humor di dalam
kelas, dipastikan mampu mengurangi kecemasan dan kebosanan peserta didik.Secara
garis besar terdapat empat mamfaat humor dalam pembelajaran, yaitu : (1)
membangun hubungan dan meningkatkan komunikasi antara guru dan peserta didik,
(2) mengurangi stress, (3) membuat pembelajaran menjadi menarik sehingga siswa
menjadi fokus dan berkonsentrasi pada pelajaran, dan (4) meningkatkan daya ingat
suatu materi pelajaran.Treft & Blakeslee (2000) dalam studinya yang berhubungan
dengan pembelajaran perpustakaan, menemukan bahwa humor adalah salah satu cara
terbaik membuat materi pelajaran yang membosankan menjadi lebih menarik bagi
siswa dan para guru. Sudah pasti, jika siswa tidak merasakan bosan, kemungkinan
siswa berkonsentrasi dalam mengikuti pelajaran-pun sangat besar.

9
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
Belajar merupakan suatu kegiatan yang dilakukan oleh seseorang untuk mengetahui
sesuatu yang belum diketahui, atau keinginan untuk merubah suatu kebiasaan yang belum
maju ke arah lebih maju. Ada dua factor yang memperngaruhi belajar, yaitu factor eksternal
dan factor internal. Konsentrasi belajar merupakan salah satu factor internal yang
mempengaruhi belajar. Konsentrasi belajar yaitu, pemusatan perhatian, pikiran dan perbuatan
pada suatu objek yang sedang dipelajari dan mengabaikan segala hal yang tidak berkaitan
dengan objek yang sedang dipelajari. Konsentrasi belajar merupakan faktor penentu
keberhasilan siswa dalam menyerap ilmu yang disampaikan guru pada saat kegiatan belajar
mengajar di dalam kelas.
Malas belajar yang dialami para siswa biasanya disebabkan oleh adanya kurang
kemampuan siswa dalam berkonsentrasi. Dalam proses belajar mengajar tentu saja tidak
dapat dipisahkan dari peran seorang guru. Oleh karena itu guru harus memiliki pengetahuan
mengenai cara apa saja yang dapat dilakukan supaya para siswa tetap focus dalam mengikuti
pelajaran, terutama cara untuk membuat siswanya tetap beronsentrasi dalam belajar. Menurut
saya ada beberapa hal yang dapat guru lakukan dalam upaya meningkatkan konsentrasi
belajar siswanya, yaitu:1) Membuat ruang kelas menjadi kondusif; 2) Memainkan games
singkat yang bisa mengarahkan pikiran siswanya untuk berkonsentrasi; 3) Dengan
menggunakan music, namun tidak semua jenis music dapat dijadikan sebagai alat
meningkatkan konsentrasi; 4) Dan yang terakhir yaitu dengan menggunakan humor.

B. Saran
Guru sebagai seorang pengajar dan pendidik hendaknya harus mengetahui bagaimana
keadaan siswanya ketika berada di dalam kelas, dan bagaimana atmosfir di dalam kelas
ketika proses belajar mengajar berlangsung. Karena siswa seringkali merasa bosan ditengah-
tengah pelajaran ketika guru menyampaikan materi pelajaran. Sudah pasti, guru harus
memliki pengetahuan bagaimana cara mengatasi kasus seperti itu. Ketika siswa bosan dalam
mengikuti pelajaran, itu merupakan salah satu ciri bahwa siswa telah kehilangan konsentrasi
belajarnya. Maka dari itu guru sebaiknya melakukan upaya untuk meningkatkan konsentrasi
siswanya, agar siswa dapat mengikuti pelajaran dengan focus dan siswa bisa dengan mudah
menangkap materi yang diberikan.
10
DAFTAR PUSTAKA

Barbara K. Given. 2007. Brain-Based Teaching. Bandung: PT Mizan


Pustaka.
Darmansyah. 2010. Strategi Pembelajaran Menyenangkan Dengan Humor.
Jakarta: PT Bumi Aksara.
Dimyati, dan Mudjiono. 2006. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka
Cipta.
Fanny, R. (2009). Brain Gym Tingkatkan Potensi Seseorang. (online).
Tersedia:http://kiatsehat.com/2009. (diakses tanggal 18 Mei 2016).
Hariyanto. 2010. Pengertian Belajar Menurut Ahli. (online). Tersedia
http://belajarpsikologi.com/pengertian-belajar-menurut-ahli/. (diakses: 15 Mei 2016).
Musbikin, Imam. 2009. Mengapa Anakku Malas Belajar Ya…?.
Jogjakarta : DIVA Press.

11

Anda mungkin juga menyukai