Anda di halaman 1dari 10

Makalah Prinsip-Prinsip Pembelajaran

BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang Masalah
Pembelajaran adalah suatu aktivitas atau suatu proses mebgajar dan belajar. Aktivitas ini
merupakan proses komunikasi dua arah, antara pihak guru dan peserta didik. Undang undang no
20 tahun 2003 tentang system pendidikan nasional menyatakan: “Pembelajaran adalah proses
interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar”.
Memperhatikan makna pembelajaran tersebut dapatlah dipahami bahwa pembelajaran
adalam membelajarkan peserta didik dengan menggunakan asas pendidikan maupun teori belajar
yang merupakan penentu utama keberhasilan pendidikan. Pembelajaran dapat disebut berhasil
bila dapat mengubah peserta didik dalam arti luas serta dapat menumbuhkembangkan kesadaran
peserta didik untuk belajar sehingga pengalaman yang diperoleh peserta didik selama ia terlibat
dalam proses pembelajaran itu dapat dirasakan manfaatnya secara langsung. Hal itu dapat
dicapai manakala kesiapan guru untuk dapat mengerti, memahami, dan menghayati berbagai hal
yang berhubungan dengan proses pembelajaran, termasuk di dalamnya prinsip-prinsip
pembelajaran.[1]
Makalah ini akan membahas tentang prinsip-prinsip pembelajaran yang sangat diperlukan
oleh para guru dan peserta didk dalam rangka kelangsungan pembelajaran yang efektif dan
efesien.

B.     Rumusan Masalah
1.      Apa yang dimaksud dengan prinsip pembelajaran?
2.      Apa saja yang termasuk ke dalam prinsip pembelajaran?
C.    Tujuan Masalah
1.      Untuk mengetahui pengertian prinsip pembelajaran
2.      Untuk mengetahui yang termasuk ke dalam prinsip pembelajaran
BAB II
PEMBAHASAN
A.    Pengertian Prinsip Pembelajaran
Kata prinsip berasal dari bahasa Latin yang berarti “asas (kebenaran yang menjadi pokok
dasar berpikir, bertindak, dan sebagainya) dasar”.[2] Prinsip merupakan sebuah kebenaran atau
kepercayaan yang diterima sebagai dasar dalam berfikir atau bertindak. Jadi prinsip dapat
diartikan sebagai sesuatu yang menjadi dasar pokok berpikir, berpijak atau bertindak.
Kata pembelajaran adalah suatu aktivitas atau proses mengajar dan belajar. Pembelajaran
merupakan proses komunikasi dua arah, mengajar yang dilakukan oleh pihak guru dan belajar
dilakukan oleh peserta didik.
Jadi prinsip-prinsip pembelajaran adalah landasan berpikir, landasan berpijak dengan
harapan tujuan pembelajaran tercapai dan tumbuhnya proses pembelajaran yang dinamis dan
terarah.
B.     Prinsip-prinsip Pembelajaran
1.    Perhatian dan motivasi
Perhatian dalam pembelajaran mempunyai peranan yang sangat penting. Kenyataan
menunjukkan bahwa tanpa perhatian tidak mungkin terjadi pembelajaran baik dari pihak guru
sebagai pengajar maupun dari pihak peserta didik yang belajar. Perhatian peserta didik akan
timbul apabila bahan pelajaran yang dihadapinya sesuai dengan kebutuhannya, apabila bahan
pelajaran itu sebagai sesuatu yang dibutuhkan tentu perhatian untuk mempelajarinya semakin
kuat.[3]
Secara psikologis, apabila sudah berkonsentrasi (memusatkan perhatian) pada sesuatu
maka segala stimulus yang lainnya tidak diperlukan. Akibat dari keadaan ini kegiatan yang
dilakukan tentu akan sangat cermat dan berjalan baik. Bahkan akan lebih mudah masuk ke dalam
ingatan, tanggapan yang terang, kokoh dan lebih mudah untuk diproduksikan.
Motivasi juga mempunyai peran penting dalam kegiatan pembelajaran. Seseorang akan
berhasil dalam belajar kalau keinginan untuk belajar itu timbul dari dirinya. Motivasi dalam hal
ini meliputi dua hal: a) mengetahui apa yang akan dipelajari, b) memahami mengapa hal tersebut
patut dipelajari. Kedua hal ini sebagai unsur motivasi yang menjadi dasar permulaan yang baik
untuk belajar. Sebab tanpa kedua unsur tersebut kegiatan pembelajaran sulit untuk berhasil.
Seseorang yang mempunyai motivasi yang cukup besar sudah dapat berbuat tanpa motivasi
dari luar dirinya. Itulah yang disebut motivasi intrinsic, atau tenaga pendorong yang sesuai
dengan perbuatan yang dilakukan. Sebaliknya, bila motivasi intrinsiknya kecil, maka dia perlu
motivasi dari luar yang disebut ekstrinsik, atau tenaga pendorong yang ada di luar. Motivasi
ekstrinsik ini berasal dari guru, orang tua, teman, buku-buku dan sebagainya.  Kedua motivasi ini
dibutuhkan untuk keberhasilan proses pembelajaran, namun yang memegang peranan penting
adalah peserta didik itu sendiri yang dapat memotivasi dirinya yang didukung oleh kepawaian
seorang guru dalam merancang pembelajaran yang dapat merangsang minat sehingga motivasi
peserta didik dapat dibangkitkan.[4]
Motivasi dapat merupakan tujuan dan alat pembelajaran. Sebagai tujuan, motivasi
merupakan salah satu tujuan dalam mengajar, sebagai alat, motivasi merupakan salah satu faktor
seperti halnya intelegensia dan hasil belajar sebelumnya yang dapat menentukan keberhasilan
belajar peserta didik dari segi kognitif, afektif dan psikomotor. Motivasi adalah unsur utama
dalam pembelajaran dan pembelajaran tidak dapat berlangsung tanpa adanya perhatian anak,
apabila anak memperhatikannya secara spontan tanpa memerlukan usaha (perhatian tidak
sekehendak, perhatian tidak disengaja). Bila terjadi perhatianspontan yang bukan disebabkan
usaha dari guru yang membuat pelajaran begitu menarik, maka perhatian ini tidak memerlukan
motovasi, walaupun dikatakan bahwa motivasi dan perhatian harus sejalan. Berbeda halnya
kalau perhatian yang disengaja  atau sekehendak, hal ini diperlukan motivasi.
2.    Keaktifan
Mengajar adalah proses membimbing pengalaman belajar. Pengalaman tersebut diperoleh
apabila peserta didik mempunyai keaktifan untuk bereaksi terhadap lingkungannya. Apabila
seorang anak ingin memecahkan suatu persoalan dia harus dapat berpikir sistematis atau menurut
langkah-langkah tertentu, termasuk dia menginginkan suatu keterampilan tentunya harus pula
dapat menggerakan otot-ototnya untuk mencapainya.
Termasuk dalam pembelajaran, peserta didik harus selalu aktif. Mulai dari kegiatan fisik
yang mudah diamati sampai pada kegiatan psikis yang susah diamati. Dengan demikian belajar
yang berhasil harus melalui banyak aktifitas baik fisik maupun psikis. Bukan hanya sekedar
menghafal sejumlah rumus-rumus atau informasi taetapi belajar harus berbuat, seperti membaca,
mendengar, menulis, berlatih keterampilan-keterampilan, dan sebagainya.
Prinsip aktifitas di atas menurut pandangan psikologis bahwa segala pengetahuan harus
diperoleh melalui pengamatan dan pengalaman sendiri. Jiwa memiliki energy sendiri dan dapat
menjadi aktif karena didorong oleh kebutuhan-kebutuhan. Sadi, dalam pembelajaran yang
mengolah dan merencana adalah peserta didik dengan kemauan, kemampuan, bakat dan latar
belakang masing-masing, guru hanya merangsang keaktifan peserta didik dengan menyajikan
bahan pelajaran.[5]
3.    Keterlibatan langsung
Prinsip keterlibatan langsung merupakan hal yang penting dalam pembelajaran.
Pembelajaran sebagai aktifitas mengajar dan belajar, maka guru harus terlibat langsung begitu
juga peserta didik. Prinsip keterlibatan langsung ini mencakup keterlibatan langsung secara fisik
maupun non fisik. Prinsip ini diarahkan agar peserta didik merasa dirinya penting dan berharga
dalam kelas sehingga dia bisa menikmati jalannya pembelajaran.
Edge Dale dalam Dimyati mengatakan bahwa: “belajar yang baik adalah belajar melalui
pengalaman langsung”. Pembelajaran dengan pengalaman ini bukan sekedar duduk dalam kelas
ketika guru sedang menjalankan pelajaran, tetapi bagaimana peserta didik terlibat langsung
dalam proses pembelajaran tersebut. Kegiatan pembelajaran yang ditetapkan guru berarti
pengalaman belajar bagi peserta didik.
4.    Pengulangan
Prinsip pembelajaran yang menekankan pentingnya pengulangan yang barangkali paling
tua seperti yang dikemukakan oleh teori psikologi daya. Menurut teori ini bahwa belajar adalah
melihat daya-daya yang ada pada manusia yang terdiri dari daya mengamat, menangkap,
mengingat, menghayal, merasakan, berpikir dan sebagainya. Daya-daya tersebut akan
berkembang.
Teori lain yang menekankan prinsip pengulangan adalah teori koneksionisme. Tokohnya
yang terkenal adalah Thorndike dengan teorinya yang terkenal pula yaitu “law of exercise”
bahwa belajar ialah pembentukan hubungan antara stimulus dan respon, dan pengulangan
terhadap pengalaman-pengalaman itu memperbesar timbulnya respon benar. Selanjutnya teori
dari phychology conditioning responssebagai perkembangan lebih lanjut dari teori
konseksionisme yang dimotori oleh Pavlov yang mengemukakan bahwa perilaku individu dapat
dikondisikan dan belajar merupakan upaya untuk mengkondisikan suatu perilaku atau respons
terhadap sesuatu. Begitu pula mengajar membentuk kebiasaan, mengulang-ulang sesuatu
perbuatan sehingga menjadi suatu kebiasaan dan pembiasaan yang sesungguhnya, tetapi dapat
juga oleh stimulus penyerta.
Ketiga teori di atas menekankan pentingnya prinsip pengulangan dalam pembelajaran
walaupun dengan tujuan yang berbeda. Teori yang pertama menekankan pengulangan untuk
melatih daya-daya jiwa, sedangkan teori yang kedua dan ketiga menekankan pengulangan untuk
membentuk respons yang benar dan membentuk kebiasaan.
Meskipun ketiga teori ini tidak dapat dipakai untuk menerangkan semua bentuk belajar,
tetapi masih dapat digunakan karena pengulangan masih relevan sebagai dasar pembelajaran.
Sebab, dalam pembelajaran masih sangat dibutuhkan pengulangan-pengulangan atau latihan-
latihan. Hubungan stimulus dan respons akan bertambah erat kalau sering dipakai dan akan
berkurang bahkan hilang sama sekali jika jarang atau tidak pernah digunakan. Oleh karena itu,
perlu banyak latuhan, pengulangan, dan pembiasaan.[6]
5.    Proses individual
Proses pembelajaran yang berlangsung di sekolah-sekolah pada saat ini masih cenderung
berlangsung secara klasikal yang artinya seorang guru menghadapi 30-40 orang peserta didik
dalam satu kelas. Guru masih juga menggunakan metode yang sama kepada seluruh peserta didik
dalam kelas itu. Bahkan mereka memperlakukan peserta didik secara merata tanpa
memperhatikan latar belakang social budaya, kemampuan, atau segala perbedaan individual
peserta didik. Padahal setiap peserta didik memiliki ciri-ciri dan pembawaan yang berbeda. Ada
peserta didik yang memiliki bentuk badan tinggi kurus, gemuk pendek, ada yang cekatan, lincah,
periang, ada pula yang lamban, pemurung, mudah tersinggung dan beberapa sifat-sifat individual
yang berbeda.
Untuk dapat memberikan bantuan agar peserta didik dapat mengikuti pembelajaran yang
disajikan oleh guru, maka guru harus benar-benar dapat memahami ciri-ciri para peserta didik
tersebut. Begitu pula guru harus mampu mengatur kegiatan pembelajaran, mulai dari
perencanaan, proses pelaksanaan sampai pada tahap terakhir yaitu penilaian atau evaluasi,
sehingga peserta didik secara total dapat mengikuti proses pembelajaran dengan baik tanpa
perbedaan yang berarti walaupun dari latar belakang dan kemampuan yang berbeda-beda.
S. Nasution dalam Ahmad Rohani menyarankan empat cara untuk menyesuaikan pelajaran
dengan kesanggupan individual:
a)        Pengajaran individual, peserta didik menerima tugas yang diselesaikan menurut kecepatan
masing-masing
b)        Tugas tambahan, peserta didik yang pandai mendapat tugas tambahan, di luar tugas umum bagi
seluruh kelas sehingga hubungan kelas selalu terpelihara.
c)        Pengajaran proyek, peserta didik mengerjakan sesuatu yang sesuai dengan minat serta
kesanggupannya.
d)       Pengelompokan menurut kesanggupan, kelas dibagi dalam beberapa kelompok yang terdiri atas
peserta didik yang mempunyai kesanggupan yang sama.
Perbedaan individual harus menjadi perhatian bagi para guru dalam mempersiapkan
pembelajaran dalam kelasnya. Karena perbedaan individual merupakan suatu prinsip dalam
pembelajaran yang tidak boleh dikesampingkan demi keberhasilan dalam proses pembelajaran.
[7]
6.    Tantangan
Kuantzu dalam Azhar Arsyad mengatakan”if you give a man fish, he will have a single
meal. If you teach him how to fish he will eat all his life”. Pernyataan Kuantzu ini senada dengan
prinsip pembelajaran yang berupa tantangan, karena peserta didik tidak merasa tertantang bila
hanya sekedar disuapi sehingga dirinya tinggal menelan apa yang diberikan oleh guru. Sebab,
tanpa tantangan peserta didik merasa masa bodoh dan kurang kreatif sehingga tidak berkesan
materi yang diterimanya.
Agar pada diri peserta didik timbul motiv yang kuat untuk mengatasi hambatan dengan
baik, maka materi pembelajaran juga harus menantang sehingga peserta didik bergairah untuk
mengatasinya.
Hal ini sejalan dengan prinsip pembelajaran dengan salah satu prinsip konsep contextual
teaching and learning yaitu inkuiri. Di mana dijelaskan bahwa inkuiri merupakan proses
pembelajaran yang berdasarkan pada pencarian dan penemuan melalui proses berpikir secara
sistematis. Jadi, peserta didik akan bersungguh-sungguh dalam menemukan masalahnya terlebih
dahulu kemudian menemukan sendiri jalan keluarganya.[8]
7.    Balikan dan penguatan
Prinsip pembelajaran yang berkaitan dengan balikan dan penguatan, ditekankan oleh teori
operant conditioning, yaitu law of effect. Bahwa peserta didi akan belajar bersemangat apabila
mengaetahui dan mendapatkan hasil yang baik. Hasil yang baik merupakan balikan yang
menyenangkan dan berpengaruh baik bagi hasil usaha belajar selanjutnya. Namun dorongan
belajar tidak saja oleh penguatan yang menyenangkan atau penguatan positif, penguatan negatif
pun dapat berpengaruh pada hasil belajar selanjutnya.
Apabila peserta didik memperoleh nilai yang baik dalam ulangan tentu dia akan belajar
bersungguh-sungguh untuk memperoleh nilai yang lebih baik untuk selanjutnya. Karena nilai
yang baik itu merupakan penguatan yang positif sebaliknya, bila peserta didik memperoleh nilai
yang kurang baik tentu dia merasa takut tidak naik kelas, dia terdorong pula untuk lebih giat.
Inilah yang disebut penguatan negatif yang berarti bahwa peserta didik mencoba menghindar
dari peristiwa yang tidak menyenangkan.
Format sajian berupa Tanya jawab, eksperimen, diskusi, metode penemuan sebagainya
merupakan cara pembelajaran yang memungkinkan terjadinya balikan dan penguatan. Balikan
yang diperoleh peserta didik setelah belajar dengan menggunakan metode-metode akan menarik
yang membuat peserta didik terdorong untuk belajar lebih bersemangat.[9]

C. Prinsip Pembelajaran Kompetensi


Mengajar atau membelajarkan siswa bukan pekerjaan sampingan tetapi membutuhkan
keahlian, kesungguhan, pengetahuan, keterampilan dan seni. Membelajar siswa bersifat unik
sebab siswa itu individu manusia yang memiliki karakteristik yang kompleks. Setiap siswa
memiliki potensi dan kecakapan berpikir dan keterampilan yang berbeda, semua itu membentuk
kepribadian yang kahs dan unik, berbeda antara yang satu dengan lainnya. Seorang guru
dihadapkan kepada situasi keragaman karakteristik siswa. Secara psikologis tidak ada individu
yang sama, yang ada adalah aneka ragam individu. Oleh karena itu, mengajar merupakan ilmu
dan seni sebab ilmu mengajar saja itu, tidak cukup diperlukan juga seni mengajar. Seni mengajar
merupakan kreativitas guru menemukan pendekatan atau model mengajar yang memungkinkan
setiap siswa mengembangkan potensi, kecakapam dan karakteristiknya secara optimal.
Prinsip pembelajaran merupakan hal-hal yang mendasari dan menjadi sebab-sebab
terjadinya belajar. Dengan perkataan lain apabila suatu prinsip tidak nampak dalam kegiatan
pembelajaran, maka proses belajar itu tidak akan terjadi secara efektif dan berhasil sesuai dengan
harapan. Efektivitas belajar berkaitan dengan suasa belajar yang menyenangkan seperti ciptakan
kondisi terbaik untuk belajar, bentuk presentasi yang melibatkan seluruh indra, berfikir kreatif
dan kritis untuk membantu proses internalisasi dan beri rangsangan dalam mengakses materi
pelajaran (gordon and vos, 2000). Ada beberapa prisnsip penting dalam pembelajaran
kompetensi, antara lain:
1.                  Proses pembelajaran kompetensi membentuk kreasi lingkungan yang dapat
membentuk atau mengubah struktur kognitif siswa. Tujuan pengaturan lingkungan dimaksudkan
untuk menyediakan pengalaman belajar yang memberi latihan-latihan penggunaan fakta-fakta. .
Struktur kognitif akan tumbuh dan berkembang manakala siswa memilki pengalaman belajar.
Oleh karena itu dalam pembelajaran kompetensi menuntut aktivitas siswa secara penu untuk
mencari dan menemukan sendiri.
2.                  Berhubungan dengan tipe-tipe pengetahuan yang harus dipelajar, ada tipe
pengetahuan fisis, sosial dan logika (Bruce weil, 1980). Pengetahuan fisis  adalah pengetahuan
akan sifat-sifat fisis dari suatu objek atau kejadian seperti bentuk, besar, kecil, serta begaimana
objek itu berinteraksi satu dengan yang lainnya. Pengetahuan fisis diperoleh melalui pengalaman
indera secara langsung. Misalkan anak memegang logam yang bersifat keras dan memegang kain
sutra yang bersifat halus. Pengetahuan sosial berhubungan dengan perilaku individu dalam
mempengaruhi interaksi sosial, contohnya pengetahuan tentang aturan, hukum, moral, nilai,
bahasa dan lain sebagainya .
3.                  Pembelajaran dalam konteks kompetensi harus melibatkan peran lingkungan
sosial. Anak akan lebih baik mempelajari pengetahuan logika dan sosial dari temannya sendiri.
Melalui pergaulan dan hubungan sosial anak akan belajar lebih baik dibandingkan dengan belajar
yang menjauhkan dari hubungan sosial. Oleh karena itu, melalui hubungan sosial itulah anak
berinteraksi dan berkomunikasi, berbagi pengalaman memungkinkan mereka terus berkembang
secara wajar.
4.                  Pembelajaran melalui KBK diarahkan agar siswa mampu mengatasi setiap
tantangan dan rintangan dalam kehidupan yang cepat berubah, melalui sejumlah kompetensi
akademik, kompetensi okupasional, kompetensi kultural, dan kompetensi temporal. Itu sebabnya
makna pembelajaran KBK  bukan hanya mendorong anak agar mampu menguasai sejumlah
materi pelajaran, akan tetapi bagaimana agar anak itu memiliki sejumlah kompetensi untuk
mampu menghadapi rintangan yang muncul sesuai dengan perubahan pola kehidupan
masyarakat (Sanjaya, 2005).
Adapun beberapa prinsip pembelajaran yang dikembangkan dalam mengembangkan
Kurikulum Berbasis Kompetensi dalam rangka menunjangn hasil belajar yang efektif dan
efesien, menurut Puskur (Balibang Depdiknas, 2002) rambu-rambunya sebagai berikut.
1.         Kesempatan untuk belajar, kegiatan pembelajaran perlu
menjamin                            pengalaman siswa untuk secara langsung mengamati dan
mengalami                 proses, produk, keterampilan dan nilai yang diharapkan.
2.         Pengetahuan awal siswa, kegiatan pembelajaran perlu
mengaitkan                           pengalaman belajar yang dikaitkan dengan pengetahuan awal
siswa                    serta disesuaikan dengan keterampilan dan nilai yang dimiliki
siswa             sambil memperluas dan menunjukkan keterbukaan cara pandang
dan                       cara tindak sehari-hari.
3.         Refleksi, kegiatan mengajar perlu menyediakan pengalaman
belajar                         yang bermakna yang mampu mendorong tindakan dsn
renungan                               (refleksi) pada setiap siswa.
4.         Memotivasi, kegiatan pembelajaran harus mampu
menyediakan                               pengalaman belajar yang memberi motivasi dan kejelasan
tujuan.
5.         Keragaman individu, kegiatan pembelajaran perlu
menyediakan                               pengalaman pembelajaran yang mampu membedakan
kemampuan                                   individu yang satu dengan yang lain sehingga variasi metode
mengajar                  mutlak diperlukan.
Kemandirian dan kerjasama, kegiatan pembelajaran perlu menyediakan pengalaman
belajar yang mendorong siswa untuk  belajar mandiri maupun melakukan kerjasama.
1.         Suasana yang mendukung, sekolah dan kelas perlu diatur lebih
aman                       dan lebih kondusif untuk menciptakan situasi agar siswa belajar
secara               efektif.
2.         Belajar untuk kebersamaan, kegiatan pembelajaran
menyediakan                             pengalaman belajar yang mendorong siswa untuk memiliki
simpati,                     empati, dan roleransi bagi orang lain.
3.         Siswa sebagai pembangun gagasan, kegiatan
pembelajaran                                       menyediakan pengalaman belajar yang mengakomodasikan
pandangan                  bahwa pembangunan gagasan adalah siswa, sedangkan guru
hanya                                    sebagai menyediakan kondisi supaya peristiwa belajar
tetap                                    berlangsung.
4.         Rasa ingin tahu, kreativitas dan ketuhanan, kegiatan
pembelajaran                           menyediakan pengalaman belajar yang menumpuk rasa ingin
tahu,                                     mendorong kreativitas, dan selalu mengagungkan kebesaran
Tuhan                    Yang Maha Esa.
5.         Menyenagkan, kegiatan pembelajaran perlu menyediakan
pengalaman                     belajar yang menyenangkan siswa, seperti pembelajaran kuantum.
6.         Interaksi dan komunikasi, kegiatan pembelajaran perlu
menyediakan                       pengalaman belajar yang meyakinkan siswa terlibat secara aktif
baik                   mental, fisik maupun sosial.
7.         Belajar cara belajar, kegaiatan pembelajaran kompetensi
memerlukan                       pengalaman belajar yang memuat keterampilan belajar, sehingga
siswa                menjadi terampil belajar bagaimana cara belajar.
Pembelajaran kompetensi dapat terlaksana secara optimal, dalam arti mencapai sasaran
kompetensi standar dalam implementasi dan pengembangan jika memperhatikan prinsip-prinsip
pembelajaran kompetensi menurut Sukmadinata (2004) harus memperhatikan beberapa prinsip
sebagai berikut:

1.                  Agar setiap siswa dapat menguasai kompetensi standar


perlu                      disediakan waktu yang cukup dengan program pembelajaran                 yang
berkualitas.
2.                  Setiap siswa memiliki kemampuan untuk
menguasai                                    kompetensi yang dituntut, tanpa memperhatikan latar
belakang                        pengalaman pendidikan dan pengalaman  mereka.
Dengan                                  penyelenggaraan program pembelajaran yang baik dan
waktu                       yang cukup maka setiap siswa dapat mencapai hasil
yang                             ditargetkan.
3.                  Perbedaan individual dalam penguasaan kompetensi diantara                      siswa,
bukan saja disebabkan karena faktor-faktor diri siswa                 tetapi karena ada kelemahan
dalam lingkungan pembelajaran.
4.                  setiap siswa mendapatkan peluang yang sama untuk
memiliki                     kemampuan yang diharapakan, asal disesuaikan
dengan                                    kecepatan belajar masing-masing. Setiap siswa
dapat                           menguasai kompetensi yang diharapkan asalkan rancangan
dan                    pelaksanaan program pembelajaran sedekat mungkin diarahkan                    pada
pencapai sasaran pembelajaran.
5.                  Apa yang paling berharga dalam pembelajaran adalah berharga                   dalam
belajar. Pembelajaran dirancang dan dilaksanakan agar                      para siswa terjadi belajar
secara optimal. Jika ada siswa yang                   gagal dalam belajar disebabkan kesalahan
rencana dan                                  pelaksana pendidikan, perlu dicari penyebab dan
terus                          disempurnakan.[10]

BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan
a.       Pengertian prinsip
Kata prinsip berasal dari bahasa Latin yang berarti “asas (kebenaran yang menjadi pokok
dasar berpikir, bertindak, dan sebagainya) dasar”.[11]Prinsip merupakan sebuah kebenaran atau
kepercayaan yang diterima sebagai dasar dalam berfikir atau bertindak. Jadi prinsip dapat
diartikan sebagai sesuatu yang menjadi dasar pokok berpikir, berpijak atau bertindak.
b.      Prinsip-prinsip dalam pembelajaran
1.      Perhatian dan motivasi
2.      Keaktifan
3.      Keterlibatan langsung
4.      Pengulangan
5.      Proses individual
6.      Tantangan
7.      Balikan dan penguatan

Anda mungkin juga menyukai