OLEH :
NAMA : WISNU BAYU PRILAKSONO
NIM : 521180080
1. Latar Belakang
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menguji efektivitas pelatihan berpikir positif
untuk mengurangi tingkat stres siswa. Hipotesis yang diajukan adalah bahwa
“Pelatihan berpikir positif efektif untuk mengurangi tingkat stres siswa”. Subjek
penelitian ini adalah 48 mahasiswa dari Fakultas “P” Universitas “K” di Yogyakarta.
Mereka dibagi menjadi dua kelompok, yaitu kelompok eksperimen dan kelompok
kontrol. Setiap kelompok terdiri dari 24 siswa. Desain eksperimental yang digunakan
dalam penelitian ini adalah desain kelompok kontrol pretest-posttest. Dengan ini,
kelompok eksperimen menerima perawatan dalam bentuk pelatihan berpikir positif.
Skala tingkat stres siswa (SSLS) digunakan untuk mengungkapkan apakah mereka
mengalami gangguan stres atau tidak. Setelah menerima pelatihan berpikir positif,
terungkap bahwa tingkat stres kelompok eksperimen menurun dibandingkan dengan
kelompok kontrol (daftar tunggu) yang tidak menerima pelatihan. Uji-t yang
dilakukan dengan menganalisis perbedaan skor yang diperoleh antara kelompok
eksperimen dan kelompok kontrol menunjukkan bahwa pelatihan berpikir positif
efektif untuk mengurangi tingkat stres siswa.
2. Permasalahan
Berdasarkan latar belakang, beberapa permasalahan yang muncul
dalam analisa kedua artikel adalah:
Skala tingkat stres. Skala tingkat stres pada mahasiswa untuk mengungkap adanya
gangguan stres, disusun berda- sarkan pendapat Sarafino (1998) yang telah
disesuaikan dengan stres yang dialami oleh mahasiswa, yang meng- akibatkan
perubahan-perubahan yang berhubungan dengan fisiologis, kogni- si, emosi dan
perilaku sosialnya. Skala tingkat sres pada mahasiswa (STSM) dibuat sebanyak 52
aitem, 32 aitem bersifat favorable, dan 20 aitem bersifat unfavorable.
Pengelolaan stres biasanya berhu- bungan dengan strategi koping. Koping membantu
individu menghilangkan, me- ngurangi, mengatur atau mengelola stres yang
dialaminya. Koping dipandang seba- gai faktor penyeimbang usaha individu untuk
mempertahankan penyesuaian diri- nya selama menghadapi situasi yang dapat
menimbulkan stres (Billing & Moos, 1984). Pengelolaan dengan pendekatan
restrukturisasi kognitif disebut terapi kognitif yang diusulkan oleh Beck, yang
bertujuan untuk mengubah pola pikir yang maladaptif. Pendekatan lain dikem-
bangkan oleh Meichenbaum yang disebut stress-inoculation training. Pelatihan
terse- but dirancang dengan melatih keteram- pilan untuk mengurangi stres dalam
mencapai tujuan pribadi (Sarafino, 1998).
Berdasarkan uraian di atas dapat di- simpulkan bahwa stres pada mahasiswa
adalah ketegangan atau beban yang dira- sakan mahasiswa karena tuntutan akade-
mik, lingkungan sosial-budaya, penyesuai- an diri dan sosial sebagai mahasiswa.
5. Kesimpulan
Secara garis besar dapat disimpulkan bahwa ‘pelatihan berpikir positif efektif untuk
menurunkan tingkat stres pada mahasiswa’.
Penelitian ini memiliki keterbatasan, yaitu: (1) Generalisasi hasil penelitian ini
terbatas pada subjek yang mengalami skor stres pada mahasiswa dalam kategori
sangat tinggi dan kategori tinggi saja sehingga belum diketahui efeknya pada stres
dengan kategori sedang, rendah dan sangat rendah, (2) Subjek dalam penelitian ini
terbatas pada mahasiswa Fakultas ”K” Universitas ”P” saja dan belum diketahui
efeknya pada mahasiswa lainnya, (3) Penelitian ini tidak mengevaluasi sampai berapa
lama efek pelatihan dapat berta han. Peneliti melakukan post-test hanya sekali
sehingga tidak dapat dilihat konsis- tensi peningkatan komunikasi dalam wak- tu yang
lama, (4) Penelitian ini hanya mengukur tingkat stres saja namun tidak mengukur
aspek-aspek yang lain misalnya mengukur tingkat kecemasan dan tingkat
kemandirian.
6. Saran
1. Gunakan waktu tidur yang efektif karena kurang tidur membuat otak tidak dapat
bekerja secara efisien sehingga menyulitkan Anda untuk berkonsentrasi, memusatkan
perhatian, sulit mengingat atau memelajari hal baru, dan mengambil keputusan.
Sejumlah hal ini dapat menyebabkan Anda tidak bisa memahami isi mata kuliah yang
disampaikan selama di kelas.Selain itu, kurang tidur juga bisa membuat Anda lebih
mudah sakit. Usahakan untuk tidur cukup selama tujuh hingga delapan jam setiap
malam. Pasalnya, stress itu sendiri adalah efek samping yang paling umum terjadi
sebagai akibat kurang tidur.
2. Sebisa mungkin usahakan tetap makan makanan yang sehat meski sibuk
kuliah. Makan makanan sehat tidak perlu mahal, Anda bisa mengakalinya dengan
menyempatkan diri pergi ke pasar di waktu libur untuk membeli sayur dan buah.
Kemudian, buatlah masakan sederhana di kosan yang tentu lebih terjaga gizinya.
Masak sendiri bahkan bisa bantu menghemat pengeluaran bulanan
3. Ikut organisasi di sana-sini sekaligus mengikuti UKM tidak ada salahnya untuk
mengisi waktu luang. Anda memang perlu memanfaatkan masa-masa kuliah untuk
menjadi mahasiswa aktif/. Namun, Anda juga perlu tahu batasan. Jangan kalap
mengambil semua kegiatan yang pada akhirnya membuat Anda sendiri jadi tidak
sanggup menjalaninya.Ingat, kegiatan memang penting tetapi menjaga kesehatan
lebih penting.Lebih baik bijak memilih kegiatan yang sekiranya mampu Anda jalani
saja. Tidak usah terlalu banyak sehingga Anda bisa fokus untuk dapat berkontribusi
secara maksimal.
4. Menjalani masa perkuliahan bukan berarti menyibukkan diri hanya dengan kegiatan
akademik. Pikiran yang rileks tanpa beban bisa membantu meningkatkan
produktivitas Anda keesokan harinya.