Anda di halaman 1dari 8

PAPER

KEPERAWATAN KESEHATAN JIWA I

Di Susun Oleh :
Vania Riya Anita Candra
170103095

S1 KEPERAWATAN
UNIVERSITAS HARAPAN BANGSA
1. MASALAH KEPERAWATAN PSIKOSOSIAL KECEMASAN

BAHAN DAN METODE


Lokasi. Populasi,Sampel
Penelitian dilakukan di kampus Akper Batari Toja Watampone jurusan program studi akademi
keperawatan yang terdiri dua \ruangan dan di khususkan pada tingkat tiga semester
akhir
angkatan2016 dan dilaksanakan mulai tanggal 17 Oktober s/d 19 November. Populasi dalam
penelitian ini adalah semua mahasiswa tingkat tiga yang menghadapi semester akhir
program studi Akademi Keperawatan Batari Toja Watampone TA 2016). Sampel dari
penelitian ini adalah sebanyak 82 orang.
1.Kriteria Inklusi
a.Bersedia menjadi responden
b.Semua mahasiswa program studi akademi keperawatan batari toja watampone TA 2016
c.Semua mahasiswa yang hadir pada saat penelitian dilakukan
d.Mahasiswa yang bukan merupakan sisa dari angkatanyang lalu
e.Mahasiswa yang berumur 18 –23 tahun
2.KriteriaEkslusi
a.Mahasiswa yang berumur diatas 23 tahun
b.Tidak bersedia menjadi responden
c.Mahasiswa yang tidak hadir pada saat pelaksanaan ujian
d.Mahasiswa yang tidak merupakan sisa dari angkatan sebelumnya
Pengumpulan Data
1.Data Primer : data yang dikumpulkan dan diolah sendiri oleh suatu organisasi atau
perorangan langsung dari objeknya.
2.Data Sekunder : data yang diperoleh dalam bentuk jadi dan telah diolah pihak lain yang
biasanya dalam bentuk publikasi
Pengolahan Data
1.Editing yaitu melakukan pengecekan kelengkapan isian sehingga
apabila terdapat ketidaksesuaian dapat dilengkapi segera.
2.Coding yaitu melakukan pemberian kode untuk memudahkan pengolahan dalam
memberi skor (skoring) terhadap item –item yang perlu di beri skor
3.Tabulating yaitu mengelompokkan data sesuai variabel yang diteliti.

INTERVENSI
Berdasarkan dengan analisa dengan uji statistik Chi Square didapatkan hasil bahwa responden
termasuk kelompok stresor psikososial sedang diantaranya 9 orang mengalami
kecemasan ringan, 44 orang mengalami kecemasan sedang dan 7 orang mengalami
kecemasan tinggi. Didapatkan nilai x2 lebih besar dari 3,481 dan p value lebih kecil dari
0,05 yaitu 0,064 sehingga hasil tersebut menunjukkan bahwa ada hubungan yang
signifikan antara stressor psikososial dengan tingkat kecemasan pada mahasiswa.
Angka responden kecemasan lebih besar ditemukan pada responden dengan stressor
psikososial sedang dibanding dengan kelompok stresor psikososial berat. Namun
Jurnal Ilmiah Kesehatan Diagnosis Volume 15 Nomor 1Tahun 2020● eISSN : 2302-253172
demikian kelompok responden stresor psikososial lebih rentan atau lebih mudah
kemungkinan mengalami kecemasan, hal ini mungkin karena faktor maturitas atau kondisi
fisiknya. Para ahli membagi tiga kelompok utama gangguan jiwa akibat stresor
psikososial yaitu kecemasan, skizofrenia, dan depresi. Stresor psikososial adalah suatu
keadaan atau peristiwa yang menyebabkan perubahan dalam kehidupan seseorang,
sehingga individu terpaksa melakukan adaptasi atau mengatasi stresor yang timbul.
Dalam penelitian ini tingkat gangguan kecemasan di pandang secara kuantitatif( ada hubungan
dan derajat perbedaan) daripada kualitatif (ada tidaknya sindrom) artinya
perbedaan antara orang yang menderita kecemasan dan tidak menderita kecemasan
hanya terletak pada rentang dan derajat ada tidaknya gejala yang muncul (30). Meskipun
gejala kecemasan biasanya dijumpai pada pasien klinik atau pasien rumah sakit jiwa
namun juga tidak jarang gejala kecemasan tampak pada orang –orang normal yang
masih dapat berfungsi dalam tahapannya (30). Populasi paling banyak untuk mendapat
risiko mengalami kecemasan adalah pada usia muda yang memasuki usia 16 –22 th. Hal ini
terjadi karena proses peralihan anak –anak menjadi dewasa yang di tandai dengan
perubahan yang mencakup fisik, perilaku, sikap yang mana terkadang tidak semua
oarang mampu melakukan adaptasi dan mengatasi stresor dengan baik sehingga
timbullah keluhan –keluhan psikologi seperti kecemasan (15).Usaha untuk menghindari
kecemasan pada mahasiswa adalah memperkuat kepribadian, mengembangkan bakat atau
minat, memperkuat daya tahan fisik, menghindari perilaku yang tidak sehat,beribadah, gaya
hidup yang sesuai,bersosialisasi dengan lingkungan dan meningkatkan peran serta
keluarga dalam memberi motivasi. Peranan orang tua juga sangat besar dalam pembentukan
kepribadian individu itu sendiri, dengan hubungan dan kasih sayang yang baik pada
anak selama hidupnya (21). Menurut peneliti, peran dosen atau staf pengajar juga sangat
diharapkan dalam memberikan bimbingan dan konseling serta motivasi pada mahasiswa
saat proses pembelajaran atau praktek berlangsung
2. MASALAH KEPERAWATAN HARGA DIRI RENDAH
SITUASIONAL

Harga diri mencakup keyakinan tentang diri sendiri dan respons emosional pada
keyakinan. Artinya, harga diri termasuk merasa layak, bahagia dan mampu mengatasi tantangan
hidup. Harga diri merupakan penentu penting kesehatan dan perkembangan mental remaja.

Harga diri yang rendah dapat mempengaruhi perkembangan remaja yang optimal dan transisi ke
masa dewasa. Harga diri menjadi pemicu masalah depresi, kecemasan, bunuh diri, gangguan
makan, perilaku kekerasan, aktivitas perilaku seksual dini, dan penggunaan narkoba (McClure, et
al. 2010).

Harga diri merupakan kognisi diri yang global dan secara teoritis individu dengan harga
diri rendah memiliki skema negatif yang membentuk dasar pemikiran mengkritik diri sendiri
(Gittins, & Hunt, 2020).

Tabel 1 menampilkan bahwa usia responden yang mengalami harga diri rendah (n=20;
66.7%)adalah remaja. Jenis kelamin terbanyak responden yanga mengalami harga diri rendah
(n= 17; 56.7%) adalah perempuan. Berdasarkan hasil wawancara mendalam pada saat awal,
peneliti menemukan bahwa memiliki perasaan tidak berharga, minder dan tidak mampu sebagai
mahasiswa dan hal ini sesuai dengan tanda gejala pada diagnosa keperawatan harga diri rendah
situasional.

Tabel 2 menunjukan bahwa ada peningkatan jumlah responden dengan harga diri tinggi
(n= 25; 83,33%) setelah diberikan intervensi logoterapi. Harga diri terkait dengan kemampuan
mekanisme individu menghadapi stres. Masa remaja termasuk kelompok mahasiswa merupakan
masa terjadinya gangguan psikologis. Perubahan fisik pada masa remaja, membuat harga diri
menjadi proporsi yang paling signifikan pada remaja. Artinya, harga diri merupakan prediktor
kesehatan jiwa pada remaja dan dewasa muda (Pazos, Austregésilo, & Goes, 2019). Logoterapi
pada prinsipnya mengajarkan manusia untuk bertanggung jawab. Individu bertanggung jawab
atas kehidupan dalam pekerjaan, cinta, atau penderitaan. Logoterapi bertujuan menemukan
makna pada saat ini untuk mengaktualisasikan kemanusiaan seseorang. Setiap individu
mendapatkan kesempatan untuk melampaui diri dalam komitmen etis dan supra-etis, bersaksi
tentang martabat spiritual pribadi manusia dalam prosesnya (Schimmoeller, & Rothhaar, 2021).
Hasil penelitian berdasarkan tabel 2 sebelum diberikan intervensi logoterapi 100% responden
mengalami harga diri rendah situasional. Intervensi sesi 1 logoterapi responden mampu
melakukan identifikasi masalah yang dialaminya. Intervensi sesi 2,3 dan 4 merupakan intervensi
yang membantu responden menemukan makna hidup sebagai mahasiswa dan bagaimana
mengaktulisasikan diri sebagai mahasiswa. Peneliti melihat bahwa intervensi yang diberikan
selama 8 kali pertemuan telah membantu responden menemukan makna hidup. Makna hidup
yang ditemukan mendorong responden untuk mencoba mengaktualisasikan diri sehingga
berdasarkan hasil tabel 2 setelah diberikan intervensi logoterapi 83.33% responden mengalami
peningkatan harga diri. Intervensi logoterapi akan membantu individu menemukan dan
memenuhi makna hidupnya. Individu yang telah menemukan makna hidup akan menjadi lebih
berarti, berharga dan bahagia (Bastaman, 2007). Tabel 3 menunjukan bahwa ada perbedaan mean
rata-rata (m= 27.25 SD=3.78) setelah diberikan intervensi logoterapi menjadi (m=21.15;
SD=2.20) hasil uji statistik menunjukkan pvalue 0.016.

Berdasarkan tabel 3, maka hasil ini sejalan dengan teori dari Bastaman (2007) bahwa
intervensi logoterapi yang dilakukan dengan 4 sesi telah membantu responden menermukan
makna hidup sebagai seorang mahasiswa tingkat pertama. Adanya makna hidup yang ditemukan
membuat reponden menjadi lebih berharga. Perasaan berharga merupakan bentuk dari harga diri
yang tinggi. Selain itu, hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan pada
penderita Kusta di UPT Rumah sakit Kusta Kediri yang menyatakan bahwa Jurnal Keperawatan
Jiwa (JKJ): Persatuan Perawat Nasional

SIMPULAN Harga diri rendah situasional yang dialami oleh mahasiswa kesehatan pada tahun
pertama dapat diintervensi dengan terapi spesialis keperawatan jiwa seperti logoterapi.
Pemberian logoterapi selama delapan kali pertemuan pada mahasiswa terbukti efektif
meningkatkan meningkatkan harga diri. Logoterapi dapat direkomendasikan sebagai bentuk
intervensi keperawatan jiwa yang dapat diberikan pada pendidikan tinggi kesehatan.
DAFTAR PUSTAKA

https://jurnal.stikesnh.ac.id/index.php/jikd/article/view/147/132

esearchgate.net/profile/Susanti-Niman/publication/
361441137_THE_EFFECTIVENESS_OF_THE_LOGOTHERAPY_INTERVENTION_AMON
G_COLLEGE_STUDENTS_WITH_LOW_SITUATIONAL_SELF-ESTEEM/links/
62b1b306d49f803365ae47c9/THE-EFFECTIVENESS-OF-THE-LOGOTHERAPY-
INTERVENTION-AMONG-COLLEGE-STUDENTS-WITH-LOW-SITUATIONAL-SELF-
ESTEEM.pdf

Anda mungkin juga menyukai