Anda di halaman 1dari 22

IDENTIFIKASI DAMPAK TOXIC RELATIONTSHIP

TERHADAP KENAKALAN REMAJA DI SMA GIKI 1


SURABAYA

Oleh : Kelompok 3
 Alline Nandika Lestari ( 03 )
 Chelsea Sananta ( 09 )
 Ganesia Dimas Nugroho ( 15 )
 Marcella Anest Destinanti ( 22 )
 Niluh Putu Anindita Rarasati ( 28 )
 Vaqhur Rosi Raja Prasetyo ( 34 )

PENELITIAN SOSIOLOGI DI SMA GIKI 1 SURABAYA 2022


BAB 1
PENDAHULUAN

1.1
Latar Belakang

Tidak jarang seseorang terjebak dalam suatu hubungan yang tidak sehat dan memilih untuk tetap
bertahan karena tidak tahu cara untuk mengakhirinya. Perlu diketahui bahwa ada banyak sekali
cara mengatasi toxic relationship dan melepaskan diri dari pasangan yang abusive.Toxic
relationship atau hubungan beracun sendiri mengacu pada hubungan atau relasi tidak seimbang,
dimana salah satu pihak merasa direndahkan atau diserang. Apabila dipertahankan, hubungan
beracun bukan hanya akan merampas kebahagiaan Anda, tapi juga memberikan dampak buruk
bagi kesehatan mental hingga fisik .Ada cukup banyak hal yang menyebabkan seseorang
menjadi toxic atau racun dalam sebuah hubungan yang sedang dijalani, di antaranya adalah
sebagai berikut : Latar belakang yang berkaitan dengan masa lalu seseorang, seperti dibesarkan
dalam kondisi yang minim kasih sayang atau kurang perhatian, sehingga kurang empati dan
simpati , Pengalaman buruk di masa lalu yang menyebabkan seseorang terguncang secara
emosional, misalnya perundungan atau bullying , Memiliki gangguan mental, seperti kecemasan
dan depresi akut.Akan tetapi, toxic relationship juga bisa muncul dari pasangan yang sifatnya
berbeda jauh satu sama lain. Contohnya, salah satu pihak adalah tipe arogan dan suka
mengontrol, sementara pihak lainnya patuh dan mengalah. Hal ini bisa dikatakan bahwa
hubungan antara dua individu tersebut bersifat dominan-submisif. relationship di Indonesia
sendiri marak terjadi terutama pada kalangan usia remaja. Media komunikasi visual yang
membahas secara terperinci mengenai toxic relationship masih jarang ditemui di kalangan
masyarakat. Hasil penelitian menunjukkan bahwa harga diri dan harapan memiliki pengaruh
terhadap tingkat kebahagiaan seseorang. Artinya kebahagiaan seseorang akan tinggi apabila ia
memiliki harga diri dan harapan yang tinggi. Namun saat mengalami toxic relationship harga diri
dan harapan akan menurun yang membuat tingkat kebahagiaan yang dirasakan rendah. Kata
Kunci. Harga Diri, Harapan, Kebahagiaan, Toxic RelationshipPemilihan penelitian ini
berdasarkan banyaknya permasalahan yang dihadapi oleh para siswa dalam fase remaja awal
yang masih membentuk jati diri dengan mengadaptasi pengaruh-pengaruh lingkungan di
sekitarnya. Dengan penggunaan literasi digital, diharapkan dapat membantu siswa untuk mampu
memanfaatkan media digital dalam memecahkan permasalahannya, salah satunya yaitu masalah
toxic relationship.Metode dalam melakukan penelitian ini dengan menggunakan jenis penelitian
kualitatif dengan pendekatan studi kasus. Subjek dalam penelitian ini terdapat 2 subjek. Dengan
sumber data yang digunakan berupa sumber data primer dan sumber data skunder, sedangkan
teknik yang digunakan untuk memperoleh data dengan cara melakukan observasi, wawancara,
dan dokumentasi. Proses analisis data dengan reduksi data, penyajian data, dan penarikan
kesimpulan.

Hasil yang diperoleh dalam penelitian ini yaitu upaya resiliensi yang dilakukan subjek A dan B
meliputi aspek-aspek resliensi seperti aspek regulasi emosi, aspek pengendalian impuls, aspek
optimisme, aspek empati, aspek analissi penyebab masalah, aspek efikasi diri, dan aspek
reaching out. Dan juga melibatkan faktor-faktor yang mempengaruhi subjek A dan B dalam
resiliensi yaitu I have, I am, dan Ican. Sehingga subjek A dan B dapat menjalani hubungan
pacaran dengan baik dan mempertahankan hubungannya.

1.2
Rumusan Masalah

1. Bagaimana kondisi remaja yang mengalami toxic relationship ?


2. Bagaimana cara menghindari toxic relationship pada masa pacaran ?
3. Dampak orang yang terjebak dalam hubungan toxic relationship

1.3
Tujuan penelitian

1. Identifikasi dampak hubungan toxic relationship terhadap lingkungan surabaya


2. Mengetahui hubungan antara harapan dan harga diri terhadap kebahagiaan pada orang
yang mengalami toxic relationship dengan kesehatan psikologis.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara harapan dan harga diri
terhadap kebahagiaan pada orang yang mengalami toxic relationship dengan kesehatan
psikologis. Metode dalam penelitian ini adalah kuantitatif korelasional dengan alat
pengumpul data skala khususnya skala sikap yang berbentuk likert. Subjek dalam
penelitian ini berjumlah 49 orang. Pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian
ini yakni dengan menyebarkan kuesioner instrumen, skala Self Esteem Inventory yang
berisikan dua belas aitem. Sedangkan untuk mengukur kebahagiaan skala yang digunkan
yakni Oxford Happiness Questionnare. Hasil penelitian menunjukkan bahwa harga diri
dan harapan memiliki pengaruh terhadap tingkat kebahagiaan seseorang. Artinya
kebahagiaan seseorang akan tinggi apabila ia memiliki harga diri dan harapan yang
tinggi. Namun saat mengalami toxic relationship harga diri dan harapan akan menurun
yang membuat tingkat kebahagiaan yang dirasakan rendah. Kata Kunci. Harga Diri,
Harapan, Kebahagiaan, Toxic Relationship

1.4

Manfaat penelitian

Penelitian ini akan menjadi upaya penulis dalam mengembangkan ilmu pengetahuan
sosiologi pada umumnya , dan subjek kajian toxic relationship pada khususnya .
fenomena toxic relationship pada era sekarang ini menjadi salah satu penyumbang angka
gangguan mental dan anxiety atau depresi , terbesar . menurut kami , hubungan toxic
relationship sebetulnya dapat dicegah dengan temukan pasangan yang mendorong kamu
untuk mengekspresikan diri . kamiharap penelitian ini menjadi salah satu rujukan yang
mampu membangun penyelesaian tentang faktor – faktor penyebab hubungan toxic
relationship disertai dengan teori dan data yang lengkap dan terperinci . penelitian ini
akan bermanfaat untuk menemukan solusi bahkan pencegahan jika orang sekeliling kita
terjebak dalam hubungan toxic relationship . selain itu , penelitian ini juga menggunakan
sumber yang berasal dari orang yang pernah terjebak dalam hubungan toxic relationship
sebagai sumber tambahan untuk memperkaya sumber yang sudah ada , walaupun dengan
segala keterbatasan yang ada, saya berusaha dengan keras atas nama ilmu pengetahuan
dan predikat saya sebagai seorang murid sosiologi . menurut saya sebagai peneliti toxic
relationship, bukan sebuah sesuatu yang bisa dengan sederhana kita sepelekan atau
kesampingkan dari persoalan gangguan mental atau rusaknya mental .
BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 penelitian terdahulu


Sebagai penguatan materi atas semua yang telah saya susun dalam tugas akhir ini, saya akan
melampirkan beberapa penelitian terdahulu yang dengan pokok pembahasan dan tema saya.
Diantaranya sebagai berikut :
Pertama,skripsi yang berjudul “Intervensi Kelompok Pada Remaja Korban Kekerasan Dalam
Hubungan Pacaran Yang Mengalami Reaksi Stress Pascatrauma” milik Wiwit Puspitasari Dewi
Program Studi Psikolog Universitas Pelita Harapan 2018, Skripsi membahas tentang kekerasan
dalam hubungan pacaran , reaksi stress pascatrauma terhadap remaja. Adapun perbedaan skripsi
dengan penulis lakukan terletak pada objek penelitian. Dalam skripsi Wiwit Puspitasari Dewi
objek penelitian berfokus pada stess pascatrauma terhadap remaja. 1 Sedangkan objek yang
diteliti penulis adalah berfokus pada keterkaitan antara perasaan, tingkah laku, dan pikiran untuk
membangun prilaku yang optimal.
Kedua, skripsi oleh Turiyani jurusan Bimbingan Konseling Islam Fakultas Dakwah Universitas
Islam Negeri Sultan Maulana Hasanuddin Banten 2019, yang berjudul “Penerapan Teknik
Sealing (Pensekalan) Dalam Mengatasi Kekerasan Pacaran Pada Mahasiswa”. Skripsi tersebut
membahas tentang bagaimana menskalakan untuk mengatasi kekerasan dalam pacaran. Objek
penelitian yang dilakukan oleh penulis ditujukan kepada mahasiswa UIN Sultan Maulana
Hasanuddin Banten. Adapun perbedaan skripsi dengan yang penulis lakukan terletak pada objek
penelitian dan proses konseling yang digunakan.dalam skripsi Turiyani objek penelitian berfokus
pada penskalaan kekerasan pacaran.2
Ketiga, skripsi oleh Erika Nureati jurusan Bimbingan Konseling Islam Fakultas Dakwah
Universitas Islam Negeri Sultan Maulana Hasanuddin Banten 2018, yang berjudul “Penerapan
Rational Emotive Behavior Therapy (REBT) Dalam Mengatasi Kecemasan Anak Korban
Kekerasan Seksual”. Fokus pembahasan skripsi tersebut pada pendekatan REBT terhadap
responder yang mengalami kecemasan kekerasan seksual. Adapun perbedaan skripsi dengan
yang penulis lakukan adalah terletak pada subjek penelitian. Dalam penelitian skripsi Erika
Nureati fokus subjek penelitiannya terhadap anak-anak di bawah umur.3 Sedangkan penulis,
subjek penelitiannya adalah pada remaja.
2.2 Pengertian Rational Emotive Behavior Therapy (REBT)

Rational Emotive Behavior Therapy (REBT) adalah sebuah terapi yang didasarkan pada
pemahaman bahwa individu mengembangkan gangguan psikologi karena kepercayaan mereka.
Terutama yang bersifat rasional dan melakukan sendiri.4
1 Wiwit Puspitasari Dewi, “Intervensi Kelompok Pada Remaja Korban Kekerasan Dalam Hubungan Pacaran Yang Mengalami Reaksi Stress
Pascatrauma” ,jurnal widyakala Vol 5 No. 1 ( Maret, 2018) Program Studi Psikolog Universitas Pelita Harapan.

2 Turiyani, “Penerapan Teknik Sealing (Pensekalan) Dalam Mengatasi Kekerasan Pacaran Pada Mahasiswa”, skripsi, Fakultas Dakwah
Universitas Islam Negeri Sultan Maulana Hasanuddin Banten, 2019.

3 Erika Nureati, “Penerapan Rational Emotive Behavior Therapy (REBT) Dalam Mengatasi Kecemasan Anak Korban Kekerasan Seksual”,
skripsi, Fakultas Dakwah Universitas Islam Negeri Sultan Maulana Hasanuddin Banten, 2018.

4 Laura A. King, Psikologi Umum, (Jakarta : Selemba Humanika, 2007), h. 370.

Rational Emotive Behavior Therapy (REBT) adalah pemikiran individu. Rational Emotive
Behavior Therapy (REBT) adalah pendekatan yang membelajarkan kembali kembali klien untuk
memahami input kognitif yang menyebabkan gangguan emosional, belajar mengantisipasi
manfaat atau konsekuensi dari tingkah laku.
Rational Emotive Behavior Therapy (REBT) adalah pendekatan yang dikembangkan oleh Albert
Ellis pada tahun 1950an yang menekankan pada pentingnya peran pikiran pada tingkah
laku.pada awalnya pendekatan ini disebut dengan Rational Therapy (RT). Kemudian Ellis
mengubahnya menjadi Rational Emotive Therapy (RET) pada 1961. Pada tahun 1993, dalam
newsletter yang dikeluarkan oleh The Institute For Rational Emotive Therapy. Ellis
mengumumkan bahwa ia menganti nama Rational Emotive Therapy (RET) menjadi Rational
Emotive Behavior Therapy (REBT).5
Pada penerapan teknik Rational Emotive Behavior Therapy (REBT) dalam mengatasi Toxic
Relationship terhadap subjek. Pendekatan yang digunakan dengan menggunakan pendekatan
konseling behavior dalam konseling individu. Pendekatan ini digunakan diantarnya untuk
membantu subjek agar dapat merubah pemikiran irrasional menjadi rasional.
Dalam proses Rational Emotive Behavior Therapy dilakukan untuk mengajar klien melawan ide-
ide irrasional dan self-defeating. Self-defeating merupakan ide yang terkadang terlintas pada
benak seorang namun dapat menimbulkan hal-hal yang membuat dirinya gagal dan terkena
masalah.dalam melakukan penekanan pemikiran yang irrasional dapat diatasi melalui REBT
menggunakan metode keterampilan kognitif-emotif-prilaku yang kuat untuk menolong dirinya
sendiri.6

2.3 arti dari Toxic Relationship dan dampaknya.


Menurut Dr. Lillian Glass, seorang ahli komunikasi dan psikologi yang dalam bukunya berjudul
Toxic People (1995) mendefinisikan toxic relationship adalah hubungan yang tidak saling
mendukung satu sama lain. Yang mana salah satu pihak berusaha memiliki kontrol yang besar
terhadap pihak lain.
Toxic relationship adalah suatu hubungan yang tidak sehat yang dapat menyakiti salah satu
pihak. Menurut J.A. McGruder dalam bukunya yang berjudul Cutting Your Losses from a Bad
or Toxic Relationship, "hubungan toxic adalah kondisi di mana di dalamnya terdapat perilaku
secara emosional yang dilampiaskan oleh seseorang kepada pasangannya dan bahkan perilaku ini
dapat melukai fisik pasangannya "(McGruder, 2018).
Psikolog UGM R.A. Yayi Suryo Prabandari juga menambahkan toxic relationship merupakan
relationship abuse. Relationship adalah yaitu hubungan yang disalahgunakan dan menimbulkan
akibat yang kurang menyenangkan secara emosional, sosial, fisik dan seksual. Hubungan seperti
ini harus dihindari karena berisiko merugikan pihak yang terlibat.
5. Gantika Komalasari, dkk, Teori dan Teknik......., h. 201.

6. Gerald Corey, Teori dan Praktek Konseling dan Psikoterapi, (Bandung: PT Refika Aditama, 2013), h. 238.

Toxic relationship merupakan hubungan beracun yang tidak sehat, baik untuk diri sendiri
maupun orang lain. Hubungan ini dapat mengganggu keproduktifan dalam bermasyarakat dan
kesehatan mental pada diri sendiri. Mengutip dari Vedasari (2020), bahwa toxic relationship
merupakan suatu hubungan yang tidak saling menghubungkan, karena salah satu pihak
mendominasi, sehingga pihak lain menjadi objek di mana hal itu membuatnya tertekan dan
merasa tidak nyaman7

Ciri-Ciri Toxic Relationship :


1. Terjalin Komunikasi yang Tidak Baik
Ciri hubungan yang mulai toxic juga ditandai dengan percakapan yang hanya berisi sarkasme,
kritik dan perdebatan. Komunikasi seperti ini hanya akan berujung menjadi pertengkaran. Pada
akhirnya, pasangan mungkin ingin menghindari berbicara satu sama lain karena lelah dengan
perdebatan.
2. Memunculkan Rasa Tidak Aman atau Insecure
Disamping perilaku yang menuntut, perasaan insecure atau tidak aman yang dirasakan salah satu
pihak atau keduanya, juga dapat menjadi salah satu tanda dari toxic relationship. Pada pihak
yang cenderung mengontrol atau controller, rasa insecurity ini dapat berupa adanya rasa ingin
dibutuhkan dan ingin mengontrol yang berlebihan. Hal ini muncul karena individu tersebut
merasa tidak memiliki kekuatan yang cukup sebagai seorang individu. Biasanya jika salah satu
pihak adalah controller dengan karakter yang insecure, sangat memungkinkan untuk pihak
satunya cenderung bergantung dan insecure.
Bagi pihak yang bergantung, rasa insecure ini muncul dalam bentuk perasaan bahwa ia adalah
individu yang lemah, tidak berharga bahkan merasakan membutuhkan perhatian dan kemesraan
dari pasangan tetapi tidak berani mengatakannya.
Insecurity yang berlebihan dan beberapa perilaku terkait baik pada pihak yang mengontrol
maupun pihak yang bergantung dapat menimbulkan dampak negatif bagi keduanya. Ketika
menemukan kecenderungan seperti ini, ada baiknya untuk kedua belah pihak
mengkomunikasikan dan berusaha memperbaikinya agar hubungan yang terjalin tidak semakin
buruk.
3. Munculnya Ego yang Tinggi
Salah satu ciri pasangan yang toxic juga memiliki egois yang tinggi. Orang dengan tingkat ego
yang tinggi selalu mengutamakan kepentingan pribadi daripada orang lain. Jika kalian merasa
pasangan kalian ketika menyelesaikan masalah ingin menang sendiri, perhitungan dan kurang
empati maka pasangan kalian adalah pasangan yang egois.
4. Mulai Muncul Ketidakjujuran
Jika sering membuat kebohongan tentang keberadaan kita untuk menghindari pasangan, kita
mungkin sedang berada di fase yang sangat tidak nyaman dalam hubungan. Sikap ini biasanya
dipicu oleh perilaku pasangan yang suka mengontrol sehingga kamu tidak punya ruang
tersendiri.
7 Ida Ayu P.W. Vedasari, “Mengenal Toxic relationship dalam Relasi Pacaran”, pada tanggal 13Maret 2020, di laman
https://ultimagz.com/opini/mengenal-toxic-relationship-dalam-relasipacaran/

5. Cemburu Berlebih
Cemburu atau jealous bisa saja menjadi salah satu aspek yang penting dalam sebuah hubungan,
terutama hubungan asmara. Namun sama seperti karakteristik yang disebutkan sebelumnya, rasa
cemburu yang berlebihan ini dapat memberikan dampak negatif dan dapat menjadi salah satu
tanda dari hubungan yang tidak sehat.
Rasa cemburu yang termasuk dalam karakteristik toxic relationship ini seperti rasa cemburu yang
intens maupun tidak rasional. Rasa cemburu seperti ini yang perlu untuk mendapatkan perhatian
lebih terutama jika terjadi dalam rentang waktu yang lama, karena dapat berakibat fatal bagi
hubungan yang ada.
Menurut Effendy (2019) ada beberapa ciri-ciri dari toxic relationship yaitu:
1.Rasa Cemburu yang berlebihan
Dalam suatu hubungan, cemburu merupakan hal yang wajar. Tetapi jika cemburu sudah sampai
melukai secara fisik dan mental pasangan, itu hal yang tidak wajar. Jika pasangan kamu cemburu
sampai melarang kamu berteman dengan lawan jenis, bahkan jika sampai tidak diperbolehkan
bermain atau mengerjakan tugas sekalipun tidak ada lawan jenis, maka pasanganmu sudah
termasuk pasangan toxic.
2.Ego yang Tinggi
Salah satu ciri pasangan yang toxic yaitu memiliki egois yang tinggi. Orang dengan tingkat ego
yang tinggi selalu mengutamakan kepentingan pribadi daripada orang lain. Jika kalian merasa
pasangan kalian ketika menyelesaikan masalah ingin menang sendiri, perhitungan, dan kurang
empati maka pasangan kalian adalah pasangan yang egois.
3.Memberikan komentar negatif atau kritik
Kritik yang dimaksud adalah kritik yang negatif. Tidak ada yang salah dalam memberikan kritik
di dalam suatu hubungan. Namun jika dilakukan dengan cara yang salah, kritik yang seharusnya
membangun justru menjadi bom yang bisa menghancurkan hubungan kamu.
4.Tidak adanya kejujuran
Hubungan yang sehat adalah hubungan yang di dalamnya terdapat kepercayaan satu sama lain.
Kepercayaan tumbuh dari kejujuran yang diterimanya. Tetapi, jika sebuah hubungan yang di
dalamnya tidak ada kejujuran dan kepercayaan satu sama lain, itu tandanya kamu berada di toxic
relationship yang harus kamu jauhi.
5.Merasa Tidak Aman dalam Suatu Hubungan
Dalam hubungan yang toxic, pasangan dapat melakukan kekerasan fisik yang di mana pasangan
dapat memukul, mendorong dan melakukan kekerasan lainnya. Pasangan selalu mengancam
kamu jika kamu tidak mau menuruti perkataannya. Pasangan selalu mengatur kegiatan bahkan
sampai dengan siapa kamu berteman. Tindakan-tindakan seperti itu yang membuat kamu merasa
tidak aman dan merasa terancam. Jika sudah berada di posisi ini, sudah seharusnya kamu
menyadari bahwa kamu sedang berada di lingkaran toxic relationship.

Dampak Negatif Toxic relationship


Toxic relationship memberikan dampak negatif bagi kesehatan mental maupun fisik. Jika
dibiarkan semakin larut, maka kondisi mental dan fisik seseorang yang berada di dalam Toxic
relationship ini akan semakin buruk. Selain itu, Toxic Relationship juga bisa memengaruhi
kebiasaan seseorang.
Menurut Byrd (2009), dampak negatif dari hubungan toxic relationship yaitu rasa tidak hormat,
merasa tidak adanya keadilan, kurangnya perhatian, dan menurunnya kesehatan fisik dan mental.
Mungkin ada beberapa orang yang suka diperlakukan seperti ini. Tetapi, saya pribadi tidak suka
sesuatu yang berlebihan. Cemburu berlebihan, ego yang tinggi, dan tidak jujur membuat saya
tidak nyaman dalam menjalin hubungan. Hubungan yang sehat tumbuh dari pemikiran yang
sehat.
Jadi, jika kamu merasa bahwa hubunganmu toxic, kamu harus memutuskan untuk lepas atau
bertahan. Jangan menunggu pasanganmu untuk berubah. Mengubah kebiasaan tidak segampang
membalikkan telapak tangan. Individu akan berubah jika dirinya ingin berubah, bukan karena
orang lain. Tidak ada salahnya untuk berkorban dalam suatu hubungan, tetapi jangan korbankan
kebahagiaan kamu.

Adapun pengaruh toxic relationship yang ditimbulkan terhadap salah satu pasangan adalah
sebagai berikut:
1. Dapat berdampak pada kesehatan
Seseorang yang menjadi korban dari toxic relationship biasanya akan rentan mengalami berbagai
penyakit fisik dan psikis, seperti stres kronis yang mampu melemahkan kesehatan mental dan
fisik, depresi, trauma, gangguan kecemasan, tertekan, penurunan berat badan, tekanan darah
tinggi yang biasanya dipicu karena seringnya terjadi pertengkaran diantara pasangan, memicu
peradangan tubuh yang disebabkan oleh stres berlebihan yang dapat mengubah sistem kekebalan
tubuh sehingga terjadi peningkatan peradangan, memengaruhi kesehatan jantung.
Dan yang lebih mengkhawatirkan dari semua penyakit tu adalah bahwa terjebak dalam toxic
relationship juga dapat memperpendek umur korban, sebab baik atau buruknya hubungan sosial
akan berdampak pada kesehatan sepanjang umur manusia.
2. Lelah secara emosional
Berada dalam suatu hubungan yang tidak bisa dikatakan baik-baik saja tentu sangat melelahkan
dan sangat menguras emosi serta tenaga. Jadi alih-alih merasa bahagia sebagai sepasang kekasih,
korban malah hanya akan sangat tertekan dan tidak bisa merasa bahagia saat memiliki pasangan.
Korban akan terlalu fokus pada bagaimana caranya membahagiakan pasangannya dan malah
mengabaikan dirinya. Hal seperti itu apabila dilakukan terus-menerus dan mengabaikan rasa
sakitnya, yang di dapat oleh korban hanyalah ketidak bahagiaan, sress, dan depresi.
3. Kehilangan jati diri
pasangan yang memaksanya untuk melakukan hal demikian.Selalu menampilkan kepalsuan
seperti itu hanya akan membuat korban semakin kehilangam jati dirinya yang sesungguhnya.
Akibatnya, korban akan merasa asing dengan dirinya sendiri, tidak percaya diri, serta lebih
sensitif terhadap apa-apa yang terjadi.
4. Memunculkan pengaruh negatif
Korban dari toxic relationsip pasti akan sulit untuk merasa bahagia, maka oleh sebab perasaan
tidak bahagia itu justru hanya akan memunculkan pengaruh negatif dalam dirinya. Suasana hati
yang buruk, emosi yang tidak stabil, perasaan sedih dan juga hancur yang dirasakan oleh korban
hanya akan menimbulkan pikiran-pikiran yang buruk dalam dirinya.
Tentu saja itu semua disebabkan oleh hubungan yang toksik bersama pasangan atau pun orang
lain, sehingga alih-alih memberikan pengaruh positif, pasangan atau pelaku tersebut hanya akan
memberikan pengaruh negatif terhadap pasangannya dan juga orang disekitarnya. Maka apabila
Anda merasa bahwa hubungan Anda dengan pasangan, teaman atau keluarga termasuk ke dalam
toxic relationship, ada baiknya Anda mulai mencari tahu bagaimana untuk mengatasi pengaruh
dari toxic relationship tersebut. 8
Adapun pengaruh toxic relationship yang ditimbulkan adalah sebagai berikut:

1. Dapat berdampak pada kesehatan


2. Lelah secara emosional
3. Kehilangan jati diri
4. Memunculkan pengaruh negative

berikut ini beberapa cara keluar dari toxic relationship yang bisa dipraktikkan:

1. Mengakui Permasalahan yang Ada dalam Hubungan


Langkah pertama adalah untuk mengakui permasalahan yang ada. Jangan menyangkal perasaan
dan kenyataan. Meskipun berat, akui bahwa hubungan yang Anda jalani telah membuat Anda
merasa tertekan, terkucilkan, dan terintimidasi. Dengan cara ini, akan lebih mudah bagi Anda
untuk keluar dari toxic relationship.

2. Menghargai Diri Sendiri

Bangunlah kemampuan self love atau cinta diri. Anda bisa berdiri di hadapan cermin setiap hari
dan katakan bahwa diri Anda berharga. Anda berusaha yang terbaik dalam hubungan, namun
terkadang cinta saja tidak cukup. Lakukan yang terbaik juga untuk kesehatan fisik dan mental
Anda.

3. Komunikasikan Tentang Permasalahan dalam Hubungan

Untuk mengatasi hubungan toxic, cara yang juga penting adalah dengan berkomunikasi secara
sehat. Penting untuk mengomunikasikan permasalahan-permasalahan yang membuat hubungan
yang dijalani terasa toxic. Entah karena tidak memahami satu sama lain, satu pihak melakukan
kekerasan, atau yang lainnya. Jika memang sudah menemukan akar permasalahannya dan tidak
bisa diatasi, perpisahan mungkin menjadi jalan terbaik.

8. Raehatul Jannah, https://dosenpsikologi.com/pengaruh-toxic-relationship-terhadap-kesehatan-mental

4. Pikirkan Apa yang Harus Dilakukan Selanjutnya

Jika Anda berpikir untuk berhenti dari hubungan ini, buatlah rencana tentang bagaimana akan
menghadapi masa transisi nantinya. Pikirkan matang-matang kondisi Anda selanjutnya. Jika
hubungan toxic terjadi saat sudah menikah, Anda juga mesti memikirkan di mana akan tinggal,
dan harta apa yang perlu dibawa. Jangan lakukan ini sembarangan, agar tak menjadi ‘bumerang’.

5. Tetapkan Tujuan untuk Mandiri

Jika Anda tidak memiliki karier atau cara menghidupi diri, inilah saatnya untuk mulai mengukir
jalan sendiri. Lanjutkan studi Anda, ikuti pelatihan, dan cari pekerjaan baru. Bisa mandiri dari
segi finansial adalah salah satu cara keluar dari toxic relationship yang paling utama.

6. Beri Tahu Seseorang

Tidak perlu ada rahasia lagi. Ceritakan kepada anggota keluarga atau kerabat terdekat, sehingga
mereka dapat membantu Anda dalam proses mengakhiri hubungan yang toxic. Jika merasa
terancam, Anda dapat memberi tahu pihak berwenang setempat agar bisa memperoleh
perlindungan.

7. Berhenti Berbicara dengan Pasangan

Agar benar-benar lepas dari hubungan yang toxic, salah satu cara yang bisa Anda lakukan adalah
dengan membentuk batasan kepada pasangan. Seseorang yang toxic sangat manipulatif dan dapat
memengaruhi emosi orang lain untuk mendapatkan apa yang diinginkan. Saat membuat
keputusan untuk meninggalkan pasangan, hentikan segala bentuk komunikasi dengannya,
kecuali Anda memiliki anak dan perlu menjadi orang tua bersama. Dalam hal ini, pastikan
komunikasi hanya sebatas untuk pengurusan anak.

8. Luangkan Waktu untuk Diri Sendiri

Menjadi bagian dari hubungan toxic akan sangat merugikan bagi kesehatan mental dan fisik
Anda. Mungkin perlu beberapa saat sebelum Anda siap kembali menjalin hubungan. Atas dasar
itu, jangan terburu-buru membuka hati untuk yang baru. Lebih baik luangkan waktu untuk diri
sendiri terlebih dahulu. Anda bisa berjalan-jalan, melakukan hobi positif yang disenangi dan hal-
hal menyenangkan lainnya.

9. Mencari Bantuan Profesional

Cara lainnya untuk keluar dari toxic relationship adalah dengan menghubungi ahli profesional,
misalnya konselor pernikahan, sehingga masalah yang dialami bisa terselesaikan dengan
baik.Jika semua upaya sudah dilakukan, coba pertimbangkan kembali apakah ada hal baik yang
masih bisa didapatkan untuk mempertahankan hubungan tersebut. Pertimbangkan pula
dampaknya jika mengakhiri hubungan. Hal ini dilakukan dengan tujuan agar Anda tidak
mengalami penyesalan gara-gara terlalu cepat mengambil keputusan.9
9 dr. Adeline Jaclyn, https://www.klikdokter.com/psikologi/relationship/deretan-cara-keluar-dari-toxic-relationship-menurut-psikolog

Cara Mengatasi Pengaruh Dari Toxic Relationship

Ada beberapa cara yang dapat diterapkan guna mengatasi pengaruh toxic relationship yang
mungkin dialami oleh seseorang, sebagai berikut:

1. Menyadari Perlakukan Pasangan


Dalam menjalani sebuah hubungan dengan pasangan, ada baiknya Anda memahami sikap atau
perlakuan pasangan Anda. Apabila Anda merasa sikap pasangan Anda terlalu berlebihan dalam
mengekang atau mengatur Anda, sering membentak, dan terkadang berlaku kasar, ada baiknya
untuk Anda mulai merasa waspada.Di saat menjalin hubungan dengan seseorang yang Anda
cintai, mungkin perlakuan tersebut akan dianggap wajar oleh Anda. Tapi ketahuilah bahwa sikap
pasangan yang seperti itu akan berakhir pada sebuah hubungan yang tidak sehat untuk kesehatan
mental atau toxic relationship.

2. Siap Untuk Move On


Cara yang tepat apabila Anda berada dalam hubungan yang toxic adalah dengan bersedia dan
siap lepas dari hubungan tersebut. Mungkin putus adalah pilihan yang terbaik agar Anda tidak
lebih terjerumus dalam hubungan yang di dalamnya hanya dipenuhi dengan pertengkaran.Sebab
dengan move on Anda bisa terlepas dari segala hal-hal yang membuat mental Anda lelah.
Walaupun sulit, Anda harus tetap berusaha demi menyembuhkan kesehatan mental Anda.

3. Mencari Bantuan Profesional


Cara lain untuk membantu Anda mengatasi masalah toxic relationship adalah dengan
menghubungi ahli profesional yang dapat membantu Anda menyelesaikan dan keluar dari
hubungan yang tak sehat tersebut. Seperti menghubungi Psikolog untuk membantu menyadarkan
bahwa kekerasan apapun bentuknya dalam suatu hubungan tidaklah dibenarkan.Serta untuk
membantu memulihkan kesehatan mental yang Anda alami. Atau bisa juga menghubungi
konselor pernikahan untuk membahas serta meminta saran atas hubungan yang sedang Anda
jalani bersama pasangan.

4. Memberi Tahu Orang Lain Perihal Perilaku Pasangan


Memberitahu orang lain mengenai perilaku toksik pasangan terhadap kita adalah pilihan yang
bijak. Apalagi jika pasangan sudah melakukan kekerasan pada fisik. Mengabari keadaan dan
kondisi yang tengah dihadapi pada orang-orang terdekat merupakan hal yang sangat
penting.Langkah ini diambil untuk mencegah adanya sesuatu yang mungkin terjadi di luar
kehendak kita. Dengan begitu setidaknya kita memiliki pendukung atau pihak yang akan
membantu kita keluar dari jerat toxic relationship.Perlu Anda ketahui bahwa salah satu hal yang
dapat membantu Anda untuk bebas dari hubungan tidak sehat tersebut adalah dengan mengakhiri
hubungan tidak sehat tersebut. Percayalah bahwa dengan move on dan meninggalkan hubungan
yang tidak sehat saat bersama pasangan Anda, akan membuat Anda lebih bahagia dan lebih
menghargai diri Anda sendiri.10

10. Raehatul Jannah, https://dosenpsikologi.com/pengaruh-toxic-relationship-terhadap-kesehatan-mental

Penerapan REBT Terhadap Remaja Yang Mengalami Toxic Relationship.

Klien/Remaja Yang Mengalami Toxic Relationship

Konselor
Faktor – faktor Pada Konseling
Menerapkan teknik REBT untuk
 Faktor internal membantu klien agar dapat
 Faktor Eksternal
merubah pemikiran irrasional
menjadi rasional.

Tahapan Teknik REBT


1. Mengajak klien untuk memikiran tentang beberapa gagasan dasar yang memotivasi
banyak gagasan tentang tingkah laku.
2. Menantang klien untuk menguji gagasan yang ia miliki.
3. Menujukan pada klien tentang ketidaklogisan pemikirannya.
4. Menunjukan bahwa keyakinan yang ia miliki tidak ada guna dan bagaimana
keyakinan tersebut akan mengakibatkan gangguan emosional dan tingkah lakunya.
5. Implementasi teknik
BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 jenis penelitian

Dalam penelitian “ identifikasi dampak toxic relationtship terhadap kenakalan


remaja di sma giki 1 surabaya” (Studi Kasus Kota Surabaya)” Saya sebagai murid sekaligus
peneliti menggunakan metode penelitian kualitatif deskriptif dengan bantuan data-data
penelitian serupa yang pernah dilakukan di masa lalu. Penelitian kualitatif berarti penelitian
yang bersifat deskriptif dan menggunakan analisis proses serta makna. Arah penelitian ini
ditentukan dengan rumusan masalah dan tujuan penelitian yang sudah saya susun di bab
pertama. Dalam penelitian ini, Teori tidak semata-mata dipahami sebagai awal dari proses
penelitian, tetapi teori dibangun dari data yang diperoleh sesuai fakta sosial secara analitis
dan sistematis melalui metode-metode yang komparatif.
Penelitian kualitatif bersifat sangat dinamis yang berarti masih akan terus mengalami
perkembangan. Pada umumnya penelitian kualitatif, dilakukan untuk meneliti suatu persoalan
atau fenomena sosial menggunakan teknik observasi dan wawancara. Penelitian kualitatif
deskriptif ini bertujuan untuk menggambarkan kondisi, situasi, dan juga realitas sosial di
masyarakat yang menjadi objek penelitian ini, serta berusaha untuk menunjukkan realitas, ciri,
sifat, karakter, model, kondisi suatu fenomena tertentu yang ada dalam masyarakat (Burhan
Bungin, 2007). Sebagai seorang peneliti, saya berusaha untuk menyajikan data lapangan
seobjektif mungkin, sehingga nantinya besar harapan saya hasil penelitian ini bisa bermanfaat
untuk penelitian-penelitian yang akan datang. Narasumber dalam penelitian ini tentunya
memiliki latar belakang yang variatif, sehingga nantinya hasil penelitian ini mampu menjelaskan
fenomena bunuh diri yang ada di Surabaya khususnya di kalangan remaja dengan berbagai motif
dan latar belakang

3.2 lokasi dan waktu penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Kota Surabaya. Alasan saya sebagai peneliti menjadikan Kota
Surabaya sebagai lokasi penelitian ini, dikarenakan Kota Surabaya merupakan kota metropolitan
kedua di Indonesia yang menjadi basis multikultural dengan berbagai masalah sosial di
dalamnya. Banyak sekali kasus toxic relationtship yang tidak tercatat dengan tepat, selama saya
melakukan observasi, data terakhir yang saya peroleh dari lembaga sosial terkait dengan
pengukuran angka toxic relationtship, saya temukan angka 0%. Padahal banyak sekali kasus
toxicrelationtship yang terjadi di kota metropolitan ini. Hal ini termasuk salah satu dasar yang
menggugah semangat saya sebagai peneliti untuk menganalisis fenomena bunuh diri di Kota
Surabaya.  

Waktu penelitian dimulai dengan observasi awal pada bulan November 2022 untuk
memperoleh data awal yang diperlukan dan mengumpulkan subjek penelitian. Hingga saat
kepenulisan proposal ini, saya sebagai peneliti sudah berhasil mengumpulkan beberapa subjek
penelitian yang berasal dari kalangan usia peralihan dari remaja ke usia dewasa.
Sedangkan untuk penelitian (wawancara) akan segera saya laksanakan sesuai dengan prosedur
yang berlaku. 

3.3 Subjek Penelitian 

Para pelaku yang terlibat dalam toxic relationtship (beberapa data penguat akan digali dari
ahli kejiwaan dan keluarga penderita) Sebelumnya saya sudah mengumpulkan dan memahami
latar belakang para narasumber, demi objektifitas data, maka saya akan melakukan penggalian
data lebih mendalam dan mendasar lagi. Ada pun yang menjadi pertimbangan saya dalam
menentukan subjek penelitian saya ini antara lain;

a. Memiliki teman yang pernah terlibat dalam hubungan toxic relationtship


b. Orang-orang terkasih atau terdekat dari kategori a dan b

3.4 Teknik Pengumpulan Data 

3.4.1. Observasi  

Observasi merupakan teknik pengumpulan data dengan cara melakukan pengamatan disertai
pencatatan terhadap keadaan objek penelitian (Abdurrahmat Fathoni, 2011). Peneliti
diharuskan untuk melakukan pengamatan dan mencatat semua sumber data dengan sebenar
benarnya sesuai dengan apa yang ada di lapangan. Data yang dapat diperoleh antara lain;
gambar, pola perilaku, tindakan, dan juga pola interaksi antar individu dalam masyarakat.  

3.4.2. Wawancara  

Demi mendapatkan hasil penelitian yang maksimal dan bermanfaat bagi


pengembangan teori, maka peneliti akan melakukan metode wawancara dengan
subjek-subjek penelitian yang sudah ditentukan. Subjek-subjek penelitian itu ialah
orang-orang yang pernah terlibat dalam hubungan toxic relationtship . Sebelum
melakukan wawancara peneliti akan menyusun pedoman wawancara sehingga tetap
berada dalam arus konsentrasi penelitian. Wawancara dilakukan dengan metode
yang santai namun tetap serius, dikarenakan dalam beberapa bimbingan, saya
sebagai peneliti menerima saran dari salah satu penguji untuk tetap berpegang pada
etika penelitian. Saya memahami bahwa penelitian yang saya lakukan ini, akan
mengungkit masa-masa traumatik para narasumber, maka oleh sebab itu saya
berupaya untuk tetap melakukan wawancara dengan duduk sebagai teman dan
pendengar yang baik, agar data yang dapat saya peroleh murni dan sesuai dengan apa
yang sebenarnya terjadi. 

3.5 Analisis Data 

Analisis data dalam pendekatan kualitatif dikumpulkan selama penelitian dilakukan hingga
laporan penelitian selesai disusun (FX Sri Sadewo, 2016) 

1. Reduksi data, yaitu menyaring data yang diperoleh dilapangan yang masih ditulis dalam
bentuk uraian atau laporan terperinci, laporan tersebut direduksi, dirangkum, dipilih,
difokuskan, disusun lebih sistematis, sehingga mudah dipahami. 
2. Penyajian data, yaitu usaha untuk menunjukkan sekumpulan data atau informasi, untuk
melihat gambaran keseluruhan atau begian tertentu dari penelitian tersebut.
3. Kesimpulan, merupakan proses untuk menjawab permasalahan dan tujuan sehingga
ditentukan saran dan masukan untuk pemecahan masalah.
BAB IV
TEMUAN DATA
1. JV (pelajar,17 tahun)
JV adalah seorang pelajar dari salah satu sekolah SMA swasta di Surabaya, dia telah menjalani
hubungan Toxic Relationship selama 3 tahun. Ia menjalani hubungan Toxic Relationship yang
bersifat saling melarang dan mengekang, pelaku dari Toxic Relationship tersebut adalah pacar
dari JV sendiri, dan dampak yang dialami bagi JV adalah ia merasa tertekan dan kurang leluasa
saat hendak melakukan suatu kegiatan, karena merasa tertekan oleh larangan pasangannya, dan
lingkungan sekitar serta teman-temannya merasa risih dengan tindakan yang dilakukan oleh
pasangannya JV. Setelah meyadari JV bahwa hubungan yang ia lakukan dengan pacarnya adalah
hubungan yang tidak sehat, JV pun memutuskan untuk lepas dari hubungan Toxic Relationship
dengan cara mengakhiri hubungannya dengan pasangannya.
2. HY (pelajar, 16 tahun)
HY ialah seorang pelajar dari SMA swasta di Surabaya, dari hasil wawancara yang didapatkan
HY menjalani hubungan toxic relationship dimana ia dikekang untuk berteman dengan lawan
jenisnya, ia menjalani hubungan tersebut selama 1 tahun, dan hubungan toxic relationship yang
dijalani olh HY membawa dampak negatife pada lingkungan sekitarnya, dimana ia merasa tidak
dapat berkembang dan merasa sulit untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan barunya. HY
pernah mencoba untuk membicarakan tentang Toxic Relationship tersebut kepada pasangannya,
sayangnya kekeasihnya tidak memperdulikan teguran dari HY. Hingga akhirnya HY memutuskan
untuk mengakhiri hubungan yang telah ia jalani selama 1 tahun tersebut.

3. NA (pelajar, 17 tahun)
NA merupakan seorang pelajar dari SMA swasta di Surabaya, dari hasil wawancara tentang
pengalaman pribadi yang dimiliki NA, ia menjalani hubungan toxic relationship bersama
kekasihnya selama 1 tahun. Jenis toxic relationship yang dijalankan bersifat verbal dan non
verbal, terkadang ia menerima perlakuan kasar dari pasangannya dan juga sering menerima caci
makian serta bentakan dari pasangannya sendiri, tapi sayangnya NA menerima semua perlakuan
tersebut karena merasa masih bisa memaafkan dan memaklumi semua perbuatan tersebut, hingga
pada akhirnya setelah berusaha berbicara dengan pasangannya , dan medapatkan respon yang
kurang baik. NA memeutuskan untuk mengakhiri hubungan tesebut secara baik-baik.
BAB V
PENUTUP

5.1. Kesimpulan

Dalam menjalin hubungan dengan orang lain terutama dalam kaitannya hubungan
berpasangan, tidak semua orang menyadari bahwa hubungan tersebut dapat berubah
menjadi hubungan yang toxic. Adapun beberapa orang pada fase remaja tidak menyadari
bahwa hubungannya sudah tergolong toxic dan beberapa yang mengetahui memilih untuk
bersikap denial dibandingkan mengakui bahwa hubungan dengan pasangannya sudah tidak
sehat sehingga remaja tersebut dapat merasa stres, rendah diri, depresi, dan lain sebagainya.
Untuk itu dirancang sebuah buku self-help interaktif tentang toxic relationship untuk usia
remaja 12-25 tahun dengan batasan perancangan untuk perempuan sebagai solusinya.
Dirancangnya buku self-help interaktif untuk memberikan informasi mengenai toxic
relationship supaya remaja dapat menyadari apabila hubungan yang dijalaninya sudah
tergolong toxic dan merefleksikan hubungan tersebut. Dengan menggunakan metode
perancangan human centered design (HCD) oleh Ideo, perancangan dimulai dengan
mengumpulkan data yang diperlukan untuk menunjang konsep awal (inspiration),
kemudian melewati tahapan ideation dengan melakukan perancangan ide dan konsep
dengan berbagai cara seperti brainstorming dan proposition untuk mendapatkan big idea
yakni, “A new page and reflective chapters towards healthy relationship”. Kemudian
ditentukan sebuah tone of voice yakni pure, soothing, dan hearty untuk mencapai konsep
yang nyaman dan menenangkan bagi pembaca lewat segi desain visual. Gaya ilustrasi
digital hand-drawing, menggunakan manuscript grid pada layout buku, dan menggunakan
tipografi serta warna yang sesuai dengan konsep perancangan. Setelah melakukan berbagai
uji coba prototype dari desain versi alpha dan beta, didapatkan hasil analisis efektivitas
karya dilihat dari segi desain visual dan penyampaian informasi mengenai toxic relationship
lewat pengemasan cerita. Berdasarkan hasil data evaluasi, segi desain visual karya sudah
menunjang minat pembaca dan dari segi penyampaian informasi dengan cerita sudah
engaging sehingga pembaca lebih memahami toxic relationship dibandingkan sebelumnya.
Penggunaan karakter dalam karya mendukung penyampaian pesan dalam narasi yang
disampaikan daalam buku berdasarkan data evaluasi yang didapatkan. Namun, efektivitas
konten karya masih belum dapat diukur dengan sempurna. Efektivitas konten dapat
diperdalam di penelitian lain dengan melakukan sampel kontrol.
Dari hasil data penelitian perancangan secara keseluruhan dapat disimpulkan bahwa buku
self-help interaktif dapat membantu remaja perempuan usia 12-25 tahun yang sedang
menjalani hubungan berpasangan untuk membangun kesadaran terhadap toxic relationship
sesuai dengan tujuan perancangan. Buku ini berisi informasi mengenai toxic relationship
yang dikemas dalam bentuk interactive visual storytelling dan menampilkan berbagai
halaman interaktif pendukung yang dapat membantu pembaca untuk merefleksikan
hubungannya sehingga dapat menyadari hubungan yang toxic.

5.2. Saran

Setelah menjalani proses perancangan tugas akhir, penulis memiliki beberapa saran bagi
mahasiswa/i yang akan melakukan perancangan dengan topik serupa di kemudian hari:
1. Berusaha untuk mempersiapkan berbagai data pendukung baik itu data mengenai topik,
data mengenai target audience secara mendalam, dan data mengenai media yang akan
digunakan supaya penulis dapat mempertanggung jawabkan perancangan.
2. Menyelaraskan teori yang digunakan pada bab 2 dengan perancangan yang akan
dilakukan supaya perancangan tetap objektif dan kredibel.
3. Menyesuaikan topik perancangan dengan data yang telah didapatkan seperti mengubah
tujuan perancangan dari edukasi ke membangun kesadaran apabila itu yang menjadi
kebutuhan users berdasarkan data.
4. Memanfaatkan berbagai referensi, baik referensi visual atau elemen interaksi lain yang
didapatkan dari studi eksisting dan studi referensi dari berbagai buku serupa.
5. Dalam membuat perancangan buku dengan memuat sistem branching pada narasi,
baiknya penulis memperhatikan navigasi alur halaman dari satu ke halaman lainnya supaya
pembaca tidak merasa kebingungan dalam menemukan halaman yang ingin dituju.

DAFTAR PUSTAKA

https://scholar.google.co.id/scholar?
hl=id&as_sdt=0%2C5&q=latar+belakang+toxic+relationship&btnG=#d=gs_qabs&t=16646040
67873&u=%23p%3D3lhdp_3JOiUJ
https://scholar.google.co.id/scholar?
hl=id&as_sdt=0%2C5&q=tujuan+penelitian+dampak+hubungan+toxic+relationship+&btnG=#d
=gs_qabs&t=1664606231181&u=%23p%3DMaup8gmL3gwJ
https://buku-kompas-com.cdn.ampproject.org/v/s/buku.kompas.com/amp/2141/10-cara-
menghindari-toxic-relationship-untuk-hubungan-yang-lebih-ideal?
amp_js_v=a6&amp_gsa=1&usqp=mq331AQKKAFQArABIIACAw%3D
%3D#aoh=16646072488606&referrer=https%3A%2F%2Fwww.google.com&amp_tf=Dari
%20%251%24s&ampshare=https%3A%2F%2Fbuku.kompas.com%2Fread%2F2141%2F10-
cara-menghindari-toxic-relationship-untuk-hubungan-yang-lebih-ideal
https://scholar.google.com/scholar?
hl=id&as_sdt=0%2C5&q=skripsi+universitas+surabaya+tentang+toxic+relationship&btnG=#d=
gs_qabs&t=1664765540132&u=%23p%3Dpq4PZYZuQD4J
https://indihome.co.id/blog/kenali-ciri-ciri-dan-penyebab-toxic-relationship-serta-https://
scholar.google.co.id/scholar?
hl=id&as_sdt=0%2C5&q=latar+belakang+toxic+relationship+&btnG=#d=gs_qabs&t=1668946
660509&u=%23p%3DMaup8gmL3gw
https://scholar.google.co.id/scholar?
hl=id&as_sdt=0,5&qsp=3&q=toxic+relationship+kalangan+remaja&qst=br#d=gs_qabs&t=1668
946906531&u=%23p%3DeOonCeGwG0gJ
https://scholar.google.co.id/scholar?
hl=id&as_sdt=0%2C5&q=yang+dimaksud+toxic+relationships&oq=yang+dimaksud+toxic+r#d
=gs_qabs&t=1668948112210&u=%23p%3DMaup8gmL3gwJ
[https://scholar.google.co.id/scholar?
hl=id&as_sdt=0%2C5&q=yang+dimaksud+toxic+relationships&oq=yang+dimaksud+toxic+r#d
=gs_qabs&t=1668948315930&u=%23p%3DtTYArJGpabsJ

Anda mungkin juga menyukai