Anda di halaman 1dari 7

METODOLOGI PENELITIAN KUALITATIF

PENGARUH LINGKUNGAN TERHADAP PERILAKU MEROKOK REMAJA

Dosen pengampu: Juwandi, S.Psi., M.Si

Disusun oleh Kelompok IX :


Susilawati (210810862)
Marisa Elsani (210810864)
Reni Fauzia Anggraeni (210810868)
Nadila Afra (210810869)
Maurent Alan Erlinda (210810876)

FAKULTAS PSIKOLOGI
UMBY
2023
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG MASALAH

Manusia pada dasarnya adalah makhluk sosial, yaitu tidak dapat terlepas dari pe
ngaruh orang lain dan lingkungan sekitarnya. Lebih dari 50% waktu dihabiskan untuk
melakukan interaksi dengan orang lain dari lingkungannya. Oleh karenanya, bagian ya
ng penting dari kehidupan manusia adalah melakukan interaksi sosial. Terdapat banya
k saluran yang dapat dimanfaatkan bagi berlangsungnya proses pengaruh sosial. Intera
ksi sosial yang penting diantaranya terjadi dilingkungan keluarga, kelompok sebaya, p
endidikan, pekerjaan, dan media massa.

Faktor yang kemudian memutuskan seseorang menerima atau menolak pengaruh


sosial adalah dari dalam diri individu itu sendiri yaitu persepsi, dimana pemahaman in
dividu mengenai lingkungan sosial yang diperoleh dari proses kognitif. Kognisi adala
h cara kita mengingat, menganalisa dan menginterpretasi informasi. Pengaruh sosial ki
ta dapatkan dari hasil interaksi sosial. Proses yang memungkinkan individu mengemb
angkan cara berpikir, berperasaan, dan berperilaku yang berguna untuk penyesuaian s
osial yang efektif dalam hidup bermasyarakat. Penyesuaian sosial diperlukan ketika in
dividu dihadapkan pada kondisi dan situasi lingkungan baru yang membutuhkan respo
n yang adaptif.

Pengaruh sosial pokok pembahasan dari psikologi sosial, dimana psikologi sosia
l merupakan salah satu cabang psikologi. Menurut Baron & Byrne (2004) psikologi so
sial merupakan ilmu pengetahuan yang berusaha memahami asal usul dan sebab-sebab
terjadinya perilaku dan pemikiran individual dalam konteks situasi sosial. Fokus utam
a psikologi sosial adalah memahami mengenai bagaimana dan mengapa individu berp
erilaku, berpikir, dan memiliki perasaan tertentu dalam konteks situasi sosial. Terdapa
t beberapa faktor pembentuk perilaku & pikiran sosial yaitu faktor dalam diri mencaku
p faktor biologis dan kognitif, faktor orang lain mencakup tindakan dan karakteristik o
rang lain, dan terakhir faktor lingkungan fisik dan budaya.

Menurut (Baron & Branscombe, 2012) pengaruh sosial merupakan upaya satu or
ang atau lebih untuk mengubah perilaku, sikap atau perasaan dari orang lain. Pengaruh
kelompok di lingkungan dapat memberikan pengaruh pada perilaku individu agar sesu
ai dengan norma atau aturan yang berlaku hal ini disebut konformitas. Tekanan untuk
melakukan konformitas berakar dari kenyataan bahwa di berbagai konteks ada aturan-
aturan baik itu secara eksplisit maupun implisit yang mengindikasikan bagaimana kita
seharusnya atau sebaiknya bertingkah laku.

Tekanan untuk melakukan konformitas begitu kuat, sehingga tidak mungkin dito
lak. Melakukan konformitas cenderung dibenarkan. Sekali kita menunjukkan konform
itas pada suatu situasi, maka kita cenderung melihatnya sebagai sesuatu yang dapat di
benarkan, meskipun hal itu telah menyebabkan kita berperilaku secara berlawanan den
gan kepercayaan kita yang sebenarnya. Sejalan dengan subjek penelitian kami saat ini
yang berbagi pengalaman bagaimana akhirnya ia menjadi perokok dan akhirnya berhe
nti merokok, dua perilaku tersebut sama-sama mendapatkan pengaruh dari lingkungan
pekerjaannya.

Penelitian Asch tentang tekanan sosial yang tidak dapat ditolak menunjukkan ad
anya tekanan yang kuat terhadap konformitas dan juga menunjukkan bahwa konformit
as tidak terjadi pada derajat yang sama pada semua situasi. Mengapa demikian? faktor
kohesivitas, ukuran kelompok dan kultur atau budaya dapat mempengaruhi konformit
as. Mengapa seseorang seringkali memilih untuk ikut serta (konform)?, Ada beberapa
motif pada seseorang memilih untuk konform yaitu keinginan untuk disukai (rasa taku
t akan penolakan) dan keinginan untuk merasa benar.

Sejak awal kehidupan kita belajar dengan menyetujui dan bertindak seperti ora
ng lain disekitar akan membuat mereka menyukai kita dan memberikan banyak pujian
kepada kita, sehingga kita berperilaku semirip mungkin dengan orang lain untuk mem
enuhi harapan orang lain. Menurut Janes dan Olson (2000) Jeer pressure (tekanan den
gan olok-olok) meningkatkan kecenderungan untuk konform. Jadi salah satu alasan pe
nting melakukan konformitas adalah dengan kita melakukan hal yang sama maka kita
akan mendapatkan persetujuan dan penerimaan yang didambakan. Alasan kedua seseo
rang memilih untuk ikut serta (konform) adalah menggunakan opini dan tindakan oran
g lain sebagai panduan opini dan tindakan kita. Ketergantungan terhadap orang lain in
i menjadi sumber kuat kita melakukan konformitas. Tendensi untuk menyesuaikan diri
berdasarkan pengaruh informasi yang bergantung pada dua aspek situasi yaitu seberap
a besar keyakinan individu pada kelompok dan seberapa yakin dengan penilaian diri s
endiri. Semakin besar kepercayaan terhadap informasi dan opini kelompok, semakin
mungkin individu menyesuaikan diri dengan kelompok.

Menurut Myers (2012), perilaku konformitas yang dilakukan tidak hanya denga
n merubah perilaku luar saja, tapi juga merubah pola pikir hasil dari adanya informatio
nal influence (keinginan untuk bertindak benar). Sedangkan, perilaku konformitas yan
g hanya dilakukan dengan merubah perilaku luar tanpa adanya perubahan pola pikir h
asil dari normative social influence (keinginan untuk disukai).

Pada lingkungan pertemanan, aktivitas berkumpul dengan teman akan lebih men
yenangkan dan mengakrabkan jika dilakukan bersamaan dengan kegiatan merokok. U
ntuk individu yang sebelumnya belum pernah merokok atau bahkan jarang merokok a
khirnya ikut menjadi lebih sering merokok dari biasanya menyesuaikan intensitas berk
umpul bersama mayoritas kelompok yang merokok sehingga perilaku tersebut relatif t
erulang secara rutin dan membentuk kebiasaan yang sulit untuk dihentikan. Maka dap
at dikatakan, lingkungan pertemanan juga seringkali menjadi faktor yang mendukung
kebiasaan perilaku merokok tetap dipertahankan pada usia dewasa awal (usia 18 hingg
a 30 tahun). Menurut Shaw (1981), agar dapat diterima dan menjadi anggota kelompo
k harus mampu menampilkan peran dan perilaku yang sesuai dengan harapan dan tunt
utan kelompok.

Merokok adalah kebiasaan atau perilaku yang sering nampak di kehidupan sehar
i-hari. Selain faktor yang mempengaruhi berupa kepuasan psikologis, perkembangan p
erilaku merokok masih banyak dipengaruhi oleh faktor eksternal, dimana pada sederh
ananya perilaku merokok merupakan perilaku yang dipelajari, salah satunya konsep so
sialisasi pertama yang dikembangkan dari psikologi sosial adalah transmisi nilai, siste
m kepercayaan, sikap atau bahkan perilaku dari satu generasi ke generasi lainnya (Dur
kin, 1995). Dalam hal ini, para perokok aktif memiliki persepsi bahwa, sejak generasi
dahulu, merokok merupakan hal yang lumrah.

Kebiasaan merokok merupakan salah satu permasalahan nasional yang membah


ayakan dalam bidang kesehatan, rokok merupakan salah satu penyumbang terbesar pe
nyebab kematian yang sulit dicegah dalam masyarakat. Kandungan senyawa penyusun
rokok yang dapat mempengaruhi pemakai adalah golongan alkaloid yang bersifat pera
ngsang (stimulan), antara lain: nikotin, nikotirin, anabasin, myosin. Kebiasaan meroko
k terbukti menyebabkan penyakit yang dapat menyerang berbagai organ tubuh manusi
a. Penyakit- penyakit tersebut antara lain adalah kanker mulut, esophagus, faring, larin
g, paru, pankreas, dan kandung kemih, paru obstruktif kronis dan berbagai penyakit pa
ru lainnya, yaitu penyakit pembuluh darah. (Nururrahmah, 2011).

Kementerian Kesehatan merilis hasil survei global penggunaan tembakau pada u


sia dewasa (Global Adult Tobacco Survey – GATS) yang dilaksanakan tahun 2011 da
n diulang pada tahun 2021 dengan melibatkan sebanyak 9.156 responden. Dalam temu
annya, selama kurun waktu 10 tahun terakhir terjadi peningkatan signifikan jumlah pe
rokok dewasa sebanyak 8,8 juta orang, yaitu dari 60,3 juta pada tahun 2011 menjadi 6
9,1 juta perokok pada tahun 2021. Kemudian Hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional,
BPS 2023, yang mengelompokkan perokok menurut usia. Usia antara 35-39 tahun me
rupakan kelompok terbanyak sebagai perokok, dengan jumlah 34,81%. Kemudian dis
usul kelompok usia 40-44 tahun sebanyak 34,57%. Kelompok perokok pemula di Indo
nesia, yaitu yang berusia 15-19 tahun jumlahnya sebesar 9,36%. Angka ini melonjak t
ajam pada kelompok di atasnya, yaitu kelompok usia 20-24 tahun, yang mencapai 25,
99%. Sementara perokok lansia jumlahnya pun cukup banyak di Indonesia. Untuk kel
ompok 60-64 tahun jumlahnya 26,92% dan usia 65 tahun ke atas mencapai 21,29%.
Berdasarkan pemahaman dari penjelasan diatas muncul pertanyaan seberapa kua
tkah pengaruh sosial khususnya lingkungan pertemanan sehingga remaja dapat
terpengaruh untuk merokok seperti teman-teman lainnya.

B. TUJUAN PENELITIAN
Adapun tujuan makalah ini adalah sebagai berikut: untuk menggali pemahaman mend
alam mengenai penyebab utama yang mendorong pelaku perokok remaja berdasarkan
pengaruh lingkungan.

C. MANFAAT PENELITIAN
Berdasarkan penjelasan latar belakang dan tujuan maka manfaat penelitian ini ya
itu sebagai berikut:
1. Akademisi
Penelitian ini berharap dapat memberikan kontribusi bagi perkembangan ilmu pe
ngetahuan dalam hal penyebab utama remaja melakukan kegiatan merokok
berdasarkan pengaruh lingkungan.
2. Bagi perokok
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada individu
dalam menempatkan dan mengontrol diri terhadap lingkungan sosialnya.
3. Bagi Masyarakat
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada masyarakat
bagaimana lingkungan sosial memiliki pengaruh terhadap perilaku individu.

DAFTAR PUSTAKA
Baron, R. A., & Branscombe, N. R. (2012). Social psychology, 13th ed. New Jersey:Pearson
Education, Inc.

Baron, R., & Byrne, D. (2004). Psikologi Sosial. Jakarta: Erlangga

Durkin, K. (1995). Developmental social psychology: From infancy to old age. Blackwell Pu
blishing.

https://data.kompas.id/data-detail/kompas_statistic/6448fc3995db98031dbd0f16. Diakses ta
nggal 15 Juni 2023.

https://sehatnegeriku.kemkes.go.id/baca/umum/20220601/4440021/temuan-survei-gats pero k
ok-dewasa-di-indonesia-naik-10-tahun-terakhir/. Diakses tanggal 15 Juni 2023.

https://journal.uncp.ac.id/index.php/dinamika/article/view/11/8. Diakses tanggal 17 Juni 2023.

Janes, L.M., Olson, J.M., 2000. Jeer pressure: The behavioral effects of observing ridicule of
others. Personality and Social Psychology Bulletin. 26(4), 474–485.

Myers, D.G. (2012), Psikologi sosial. Jilid 1. Jakarta : Salemba Humanika

Nurrahma. Pengaruh Rokok Terhadap Kesehatan Manusia. Palooo. 2011

Shaw, Marvin E (1981). Group Dynamics: The Psychology of Small Group Behavior, New

York: McGraw-Hill Book Company

Anda mungkin juga menyukai