Anda di halaman 1dari 9

PSIKOLOGI DASAR II Pendekatan Belajar

Pertemuan 7 - Kepribadian (lanjutan)


Pendekatan ini berfokus pada sisi “luar”
dari seseorang, dimana kepribadian
hanya merupakan jumlah respons yang
dipelajari dari lingkungan eksternal.

Komang Mahadewi Sandiasih, M.Psi., Psikolog

Pendekatan Behavioristik Pendekatan Kognitif Sosial

● Kesamaan respons dalam berbagai situasi disebabkan ● Albert Bandura (sebagai salah satu pendahulu pada
oleh pola penguatan (reinforcement) yang mirip dan pandangan ini), menjelaskan bahwa seseorang meramalkan
pernah diterima dalam situasi tsb di masa lalu. kemungkinan hasil dari perilaku tertentu dalam sebuah
ruang lingkup tanpa benar-benar melakukan hal tsb, atau
● Menurut Skinner, manusia dapat diubah secara tidak
yang dijelaskan melalui pembelajaran melalui observasi
terbatas melalui proses pembelajaran pola perilaku
(observational learning), yaitu melihat tindakan orang lain dan
yang baru dengan mengontrol dan memodifikasi pola mengobservasi konsekuensi dari tindakan tsb (Bandura, 1999)
penguatan dalam suatu situasi. ● Pendekatan ini menekankan pengaruh kognisi (pikiran,
“Kepribadian berkembang melalui
“Kepribadian merupakan ● Pendekatan ini banyak digunakan untuk mengatasi observasi berulang terhadap
perasaan, harapan, dan nilai) serta observasi terhadap
kumpulan pola perilaku yang masalah personal dan sosial perilaku orang lain (disebut perilaku orang lain atau kepribadiannya.
dipelajari.” (Skinner, 1975). model)”
Pendekatan Kognitif Sosial Pendekatan Kognitif Sosial
● Efikasi Diri → kepercayaan mengenai kapabilitas personal seseorang yang mendasari keyakinan
seseorang akan kemampuan mereka untuk melakukan perilaku tertentu atau memberikan hasil yang ● Perilaku juga mencerminkan pandangan yang kita miliki mengenai diri kita dan cara kita
diharapkan. menilai berbagai bagian dari kepribadian kita.
● Seseorang dengan efikasi diri tinggi, memiliki aspirasi yang lebih tinggi dan kegigihan yang lebih kuat ● Berbeda dengan efikasi yang berfokus pada pandangan mengenai kemampuan kita
dalam bekerja untuk mencapai tujuan serta akhirnya mencapai keberhasilan yang lebih tinggi menyelesaikan suatu tugas atau tidak, harga diri terkait dengan bagaimana kita merasa
dibandingkan mereka dengan efikasi diri yang rendah (Betz, 2007).
tentang diri kita.
● Salah satu cara untuk mengembangkan efikasi diri yaitu dengan memperhatikan keberhasilan dan
● Harga Diri → komponen kepribadian yang mencakup evaluasi diri baik secara negatif
kegagalan kita terdahulu. Jika usaha awal kita terlihat berhasil, akan lebih besar kemungkinan kita
untuk mencobanya kembali. maupun positif.
● Penguatan secara langsung dan dorongan dari orang lain juga berperan dalam mengembangkan efikasi ● Harga diri tidak hanya memiliki satu dimensi saja, tetapi kita dapat melihat diri kita secara
diri (Buchanan dan Selmon, 2008), karena menurut pendekatan ini tidak hanya lingkungan yang positif pada satu bagian tetapi negatif pada bagian lain, selain itu komponen budaya yang
diasumsikan mempengaruhi kepribadian. Tetapi perilaku dan kepribadian seseorang juga diasumsikan kuat juga berpengaruh pada harga diri
memberikan umpan balik serta mengubah lingkungan (Bandura, 2000).

Cognitive Affective Processing System


Pendekatan Kognitif Sosial (CAPS)
● Meskipun hampir semua orang melalui periode harga diri yang rendah (misalnya setelah
● Menurut Walter Mischel, kepribadian tidak dapat dilihat tanpa
kegagalan yang dialami), beberapa orang memiliki harga diri yang sangat rendah sehingga bagi
mengambil konteks tertentu dari situasi untuk diperhitungkan
mereka, kegagalan merupakan bagian dari kehidupan yang tidak dapat mereka hindari.
(situasional), sehingga situasi tertentu membangkitkan perilaku yang
● Harga diri yang rendah dapat menyebabkan siklus kegagalan ketika kegagalan di masa lalu
tertentu pula.
menyebabkan kegagalan di masa depan. Singkatnya, harga diri yang rendah dapat menyebabkan
● Dalam teori pemrosesan afektif-kognitif (cognitive affective processing
siklus kegagalan yang menghancurkan diri.
system-CAPS), dijelaskan bahwa pikiran dan emosi seseorang mengenai
Menurunkan diri mereka dan dunia menentukan bagaimana mereka memandang,
“Kepribadian bersifat
usaha situasional, sehingga
kemudian bereaksi pada situasi tertentu.
Harga diri Harapan Kegagalan situasi tertentu ● Kepribadian dipandang sebagai refleksi dari bagaimana pengalaman
rendah performa rendah nyata membangkitkan perilaku terdahulu seseorang pada situasi yang berbeda mempengaruhi perilaku
Kecemasan yang tertentu pula.” -
Walter Mischel
mereka (Mischel & Shoda, 2008)
tinggi
Evaluasi Pendekatan Belajar terhadap
Kepribadian
● Pendekatan belajar di kritik menerapkan bentuk ilmu yang adekuat dan kurang realistis karena
mengabaikan proses internal yang unik dalam diri manusia dengan menurunkan perilaku sebagai
serangkaian stimulus dan respons, serta mengabaikan pikiran dan perasaan dari kepribadian. Meski Pendekatan Biologis dan Evolusioner
demikian, kritik tsb disangkal oleh pendekatan kognitif sosial yang mempertimbangkan pola proses kognitif
dalam kepribadian secara eksplisit.
● Pendekatan belajar memiliki pandangan deterministik yang mempertahankan bahwa perilaku manusia
Pendekatan ini menyebutkan bahwa komponen
dibentuk oleh kekuatan diluar kontrol seorang individu (lingkungan). Sama seperti psikoanalisis (kepribadian penting dari kepribadian adalah diwariskan
ditentukan oleh kekuatan tidak sadar), pendekatan sifat (kepribadian sebagai bagian dari gabungan
sifat-sifat yang secara genetis menentukan), dimana semua pendekatan tsb mengesampingkan kemampuan
seseorang untuk mengarahkan kehidupan mereka sendiri.
● Disisi lain, pendekatan belajar telah membantu para psikolog dan peneliti kepribadian untuk melakukan
penelitian dan asesmen secara objektif dan ilmiah dengan fokus pada perilaku yang dapat diobservasi serta
pengaruh dari lingkungan serta menghasilkan cara untuk menangani berbagai gangguan psikologis

Pendekatan Biologis dan Evolusioner


● Para peneliti dari ahli genetika berpendapat bahwa sebagian kepribadian ditentukan oleh gen yang kita miliki sebagai
hasil dari kontribusi genetik yang diwariskan oleh para pendahulu kita. Misal, sifat kepribadian yang mendorong
keberhasilan para nenek moyang kita untuk bertahan hidup dan bereproduksi cenderung lebih dipertahankan serta
diteruskan pada generasi berikutnya (Buss, 2009).
Pendekatan Humanistik
● Akar dari kepribadian orang dewasa berawal pada periode awal kehidupan, seperti bayi yang dilahirkan dengan
temperamen tertentu menghasilkan beberapa individu yang cukup aktif, sedangkan individu lain relatif pendiam. Atau Menekankan sifat bawaan manusia yaitu kebaikan
beberapa individu relatif mudah bergaul, sedangkan beberapa yang lain cenderung mudah marah, mudah merasa seseorang dan kecenderungan/ keinginan
terganggu, dan sulit didekati. Temperamen ini cukup konsisten dengan stabilitas yang relatif tinggi sejak bayi hingga seseorang untuk bergerak mencapai tingkat
dewasa (Evans & Rothbart, 2009).
● Beberapa peneliti menyatakan bahwa kecil kemungkinannya gen secara tunggal terkait dengan sifat tertentu tetapi juga
pemfungsian yang lebih tinggi.
berinteraksi dengan lingkungan. Karakteristik yang ditentukan secara genetik tidak dapat diekspresikan jika mereka
tidak “dinyalakan” oleh pengalaman lingkungan tertentu
● Perilaku yang dihasilkan oleh gen juga dapat membantu menciptakan lingkungan spesifik sehingga sifat kepribadian
tertentu memiliki komponen genetik substansial dan hereditas serta lingkungan, yang berinteraksi untuk menentukan
kepribadian (South & Krueger, 2008)
Pendekatan Humanistik Pendekatan Humanistik

● Pendekatan ini menjelaskan bagaimana bentuk kepribadian


seperti kesucian Bunda Teresa, kreativitas Michelangelo, serta ● Aktualisasi Diri → kondisi pemenuhan diri ketika seseorang
kecerdasan dan ketekunan Einstein. menyadari potensi tertinggi mereka dalam cara yang unik
● Pendekatan ini tidak memandang manusia sebagai individu ● Seseorang mengembangkan kebutuhan untuk mendapatkan
yang terkontrol oleh ketidaksadaran (seperti beberapa pujian positif (positive regard) sebagai cerminan dari hasrat
pendekatan sebelumnya). untuk dicintai dan dihormati, sehingga kita akan
● Sifat bawaan (kecenderungan seseorang untuk bergerak mencapai mengembangkan ketergantungan pada hal tsb. Dimana kita
tingkat pemfungsian yang lebih tinggi) ini, bertujuan mengubah akan mulai melihat dan menilai diri kita melalui kacamata
individu menuju kemajuan yang disadari, dan dimotivasi oleh “Semua orang memiliki orang lain, mendasarkan pada nilai mereka, serta peduli
diri sendiri yang sejalan dengan keunikan impuls kreatif kebutuhan untuk aktualisasi
dengan apa yang mereka pikirkan tentang kita.
seseorang sebagai pembentuk inti kepribadian. diri” - 1971

Pendekatan Humanistik Pendekatan Humanistik


● Salah satu hasil dari memandang penting opini orang lain adalah bahwa konflik dapat muncul antara
● Penerimaan penghargaan positif tanpa syarat (unconditional positive regard) → sikap penerimaan dan
pengalaman seseorang dengan konsep diri (seperangkat kepercayaan yang dipegang tentang individu seperti
penghargaan dari pengamat terlepas dari apa yang dikatakan atau dilakukan oleh seseorang.
apa mereka) mereka.
● Penghargaan positif bersyarat (conditional positive regard) → orang lain akan menarik kasih sayang dan
● Jika ketidaksesuaian ini minor, maka konsekuensinya juga kecil. Tapi jika ketidaksesuaian yang ada
penerimaan mereka jika kita melakukan sesuatu yang tidak mereka sukai, sehingga hal ini bergantung pada
besar, mereka akan menyebabkan gangguan psikologis dalam pemfungsian sehari-hari seperti sering perilaku kita. Hasilnya adalah ketidaksesuaian antara diri kita sebenarnya dengan apa yang diharapkan oleh
mengalami kecemasan. Salah satu cara untuk mengatasi ketidaksesuaian antara pengalaman dengan orang lain dari diri kita, yang mendorong munculnya kecemasan dan frustasi
konsep diri adalah melalui penerimaan penghargaan positif tanpa syarat (unconditional positive regard)
dari orang lain seperti teman, pasangan, orang tua, terapis, dll. Perlakuan orang lain pada Anda Respon Anda

● Penerimaan ini memberikan kesempatan kepada seseorang untuk terlibat dan tumbuh secara kognitif Penghargaan positif tanpa syarat
Aktualisasi diri
dan emosional, serta mengembangkan konsep diri yang lebih realistis. Misal, ketika kita berani Kebutuhan untuk (unconditional positive regards)

menceritakan kepada seorang teman tentang kejadian yang memalukan karena kita tahu bahwa teman penghargaan positif
tsb akan tetap menghargai dan menerima kita bahkan setelah mendengar hal terburuk dari diri kita Penghargaan positif bersyarat Kecemasan
(conditional positive regards) dan frustasi
(Marshall, 2007)
Evaluasi Pendekatan Humanistik Perbandingan Berbagai Pendekatan
terhadap Kepribadian terhadap Kepribadian
● Pendekatan Humanistik mendapat kritik terkait kesulitan untuk memverifikasi ● Pada dasarnya setiap teori dibangun pada asumsi yang
asumsi-asumsi dasar dari pendekatan ini, seperti:
berbeda dan fokus pada aspek kepribadian yang berbeda
○ Asumsi mengenai penghargaan positif tanpa syarat (unconditional positive regard)
yang pada kenyataannya apakah dapat mendorong penyesuaian kepribadian yang pula, sehingga tidak terdapat cara yang jelas untuk menguji
lebih besar? secara ilmiah berbagai pendekatan dan asumsi mereka satu
○ Asumsi bahwa manusia pada dasarnya “baik”, dimana hal ini merupakan ide yang sama lain
tidak dapat diuji kebenarannya
● Mengingat kompleksitas dari setiap individu, masuk akal
○ Penggunaan hal-hal nonilmiah untuk membangun teori yang seharusnya ilmiah
● Meski demikian, pendekatan ini penting dalam mengarahkan perkembangan bentuk bahwa kepribadian dapat dipandang dari sejumlah sudut
terapi yang didesain untuk mengatasi kesulitan psikologis (Elkins, 2009). pandang secara simultan (Pervin, 2003)

Perbandingan Berbagai Pendekatan


terhadap Kepribadian

PSIKOLOGI DASAR II
Pertemuan 7 - Pengukuran Kepribadian

Komang Mahadewi Sandiasih, M.Psi., Psikolog


Bagaimana Kepribadian dapat diukur secara Bagaimana Kepribadian dapat diukur secara
Akurat? Akurat?
● Tes Psikologi harus mencakup beberapa syarat:
○ Reliabilitas → konsistensi pengukuran suatu tes.
● Tes Psikologi → alat pengukuran terstandarisasi yang mengukur
Jika tes reliabel, ia akan memberikan hasil yang sama setiap kali
perilaku secara objektif diadministrasikan kepada seseorang atau sekelompok orang tertentu.
● Tes Psikologi digunakan oleh psikolog untuk membantu seseorang Sebaliknya, jika tidak reliabel tes tsb akan memberikan hasil yang berbeda
membuat keputusan tentang kehidupan mereka dan lebih setiap kali diadministrasikan.
○ Validitas → tes benar-benar mengukur apa yang seharusnya diukur, agar
memahami diri mereka.
dapat ditarik kesimpulan yang berarti.
● Para Peneliti juga menerapkan Tes Psikologi untuk memahami Misal, tes yang mengukur kemampuan bersosialisasi maka perlu dipastikan
penyebab dan konsekuensi dari kepribadian (Hambleton, 2006) bahwa tes tsb benar-benar mengukur kemampuan bersosialisasi dan bukan
sifat yang lain.

Bagaimana Kepribadian dapat diukur secara


Akurat?
Pengukuran Kepribadian : Self-Report

● Tes Psikologi harus mencakup beberapa syarat:


○ Standar Norma → standar performa tes yang mengijinkan perbandingan antara skor ● Pengukuran Self-Report → metode mendapatkan data tentang seseorang
tes seseorang dengan skor orang lain yang mengerjakan tes yang sama.
yang terdiri dari sejumlah kecil contoh dari perilaku seseorang dalam
Norma dibangun dengan mengadministrasikan tes kepada sejumlah besar orang dan
menentukan skor tipikal yang dicapai. Dengan standar norma, kita dapat bentuk pertanyaan-pertanyaan untuk menentukan karakteristik
membandingkan skor seseorang dengan skor kelompok untuk memberikan kepribadian tertentu
pengukuran komparatif dari hasil tes seseorang dengan performa tes orang lain. ● Seperti contoh alat tes yang pernah Anda kerjakan di Pertemuan 6 (Big
○ Standarisasi Tes → teknik yang digunakan dalam penyusunan tes kepribadian untuk
memvalidkan pertanyaan dalam tes kepribadian dengan mempelajari respons dari
Five Inventory), kuesioner tsb biasanya terdiri dari beberapa pertanyaan
seseorang dengan gangguan tertentu dan membandingkannya dengan respon pada dan jawabannya dapat digunakan untuk menggeneralisasikan sejumlah
partisipan normal. Penyusun tes dapat menentukan sejumlah subskala yang karakteristik kepribadian
mengidentifikasikan bentuk perilaku abnormal yang berbeda dan memasukkan item
tertentu tsb ke dalam tes.
Contoh Pengukuran Self-Report : Contoh Pengukuran Self-Report :
Minnesota Multiphasic Personality Inventory-2 (MMPI-2) Minnesota Multiphasic Personality Inventory-2 (MMPI-2)

● Minnesota Multiphasic Personality Inventory-2 (MMPI-2) merupakan contoh ● MMPI-2 ini terdiri dari serangkaian 567 aitem dengan pilihan jawaban “benar”,
alat Tes Kepribadian dengan menggunakan Pengukuran Self-Report “salah”, atau “ragu-ragu”.
● Awalnya tes ini bertujuan untuk mengukur dan mengidentifikasi seseorang ● Pertanyaan dalam tes MMPI-2 mencakup berbagai masalah, misal sbb:
dengan gangguan psikologis tertentu, tapi ternyata tes ini juga mampu ○ Mood → “Saya sering merasa tidak berguna”
memprediksi perilaku yang lain. ○ Opini → “Seseorang seharusnya berusaha memahami mimpi mereka”
● Contoh, Akademi Kepolisian menggunakan tes ini untuk mengukur apakah ○ Kesehatan fisik & psikologis → “Saya terganggu dengan gangguan perut
beberapa kali dalam satu minggu” atau “Saya memiliki pikiran yang aneh-aneh”
para Petugas Kepolisian cenderung menggunakan senjata mereka. Atau
● Tes MMPI-2 terdiri atas 10 skala yang disajikan terpisah, ditambah 3 skala yang
Psikolog di Rusia yang mengadministrasikan bentuk modifikasi MMPI-2
digunakan untuk mengukur validitas dan konsistensi dari jawaban subjek.
pada para astronaut dan atlet Olimpiade mereka (Selbom, dkk., 2007)

Contoh Pengukuran Self-Report : Pengukuran Kepribadian : Metode Proyeksi


Minnesota Multiphasic Personality Inventory-2 (MMPI-2)
(Contoh Hasil Tes MMPI-2)

Tidak ada jawaban ● Tes Kepribadian Proyeksi → tes yang memperlihatkan stimulus ambigu kepada
benar ataupun salah seseorang dan diminta untuk menggambarkan atau menceritakan tentang
dalam tes psikologi, stimulus tsb, dan respon yang diberikan akan dipandang sebagai “proyeksi” dari
namun interpretasi kepribadian individu tsb.
dari hasil tes terletak ● Tes ini berkembang dari para teoritikus Psikodinamika, yang mengungkapkan
pada pola respons. bahwa respons seseorang terhadap figur yang ambigu akan memberikan
pertanda berharga pada pikiran tidak sadar, terutama pada keseluruhan
karakteristik kepribadian seseorang.
● Figur yang ambigu tersebut seperti contoh pada Tes Rorschach atau TAT
(Thematic Apperception Test)
Contoh Pengukuran Metode Proyeksi : Contoh Pengukuran Metode Proyeksi :
Tes Rorschach Tes Rorschach (Contoh stimulus bercak tinta Tes Rorschach)

● Tes Rorschach disusun oleh Psikiater Swiss Hermann Rorschach Contoh, responden yang melihat
(1924) gambar disamping sebagai seekor
● Tes ini dilakukan dengan memperlihatkan serangkaian stimulus beruang di suatu bercak tinta
asimetris kepada seseorang dan menanyakan orang tsb gambar dianggap memiliki tingkat kontrol
apa yang ia lihat. Respon mereka kemudian akan dicatat dan emosional yang tinggi menurut
dibuat klasifikasi berdasarkan tipe kepribadian mereka melalui petunjuk penilaian yang
seperangkat penilaian klinis yang kompleks dari peneliti. dikembangkan oleh Rorschach
(Silverster, 2007)

Contoh Pengukuran Metode Proyeksi :


Kritikan terhadap Metode Proyeksi
Thematic Apperception Test (TAT)
● Thematic Apperception Test (TAT) → tes yang ● Tes Proyeksi memerlukan kecakapan khusus dan kehati-hatian dalam
terdiri atas serangkaian gambar yang interpretasinya, sehingga menimbulkan kritikan.
mengharuskan seseorang membuat cerita ● Beberapa kritikan yang muncul diantaranya:
berdasarkan gambar tsb. ○ Terlalu banyak kesimpulan dari peneliti
● TAT merupakan contoh tes proyeksi lain yang ○ Usaha untuk membuat standar penilaian seringkali gagal
juga banyak dikenal. Cerita dari TAT tsb yang ○ Tidak memberikan banyak informasi valid mengenai sifat dasar
kemudian akan digunakan untuk kepribadian
menggambarkan kesimpulan tentang ● Meski demikian, tes Proyeksi tetap digunakan secara luas terutama dalam
karakteristik kepribadian penulisnya ruang lingkup klinis, karena reliabilitas dan validitas tes ini dianggap cukup
(Langan-Fox & Grant, 2006) besar untuk kemudian memberikan kesimpulan berguna tentang kepribadian.
(Contoh stimulus gambar pada TAT)
Pengukuran Kepribadian : Asesmen Pengukuran Kepribadian : Asesmen
Behavioral Behavioral
● Asesmen Behavioral → pengukuran langsung terhadap perilaku individu ● Dalam mengukur perilaku seseorang, asesmen ini perlu dilakukan secara objektif
yang digunakan untuk menggambarkan karakteristik kepribadian dan mengkuantifikasikan perilaku sebanyak mungkin. Contoh, pengamat mencatat
● Asesmen ini biasa digunakan oleh Psikolog yang menggunakan pendekatan jumlah kontak sosial yang dimulai oleh seseorang, jumlah pertanyaan yang diajukan,
atau jumlah perilaku agresif.
Belajar dalam memahami perilaku seseorang
● Metode lain untuk mengukur objektivitas hasil asesmen dengan mengukur durasi
● Seperti penelitian melalui observasi, asesmen behavioral dapat dilakukan
kejadian: durasi perilaku tantrum anak, panjangnya suatu percakapan, jumlah waktu
secara alami dengan mengobservasi seseorang dalam ruang lingkup mereka yang dihabiskan untuk bekerja, waktu yang dihabiskan pada perilaku kooperatif.
sendiri (di tempat kerja, sekolah, rumah) atau dalam laboratorium dalam ● Asesmen ini dapat digunakan untuk mengobservasi (atau memperbaiki) kesulitan
kondisi terkontrol ketika seorang psikolog membuat suatu situasi dan perilaku tertentu, seperti pada anak yang pemalu. Dengan memberikan cara untuk
mengobservasi perilaku seseorang (Miller & Leffard, 2007) mengukur asal kejadian

Pengukuran Kepribadian : Asesmen


Behavioral

● Asesmen ini juga dapat digunakan untuk mengobservasi (atau


memperbaiki) kesulitan perilaku tertentu, seperti pada anak yang
pemalu. Dengan cara melihat akar masalah terlebih dahulu sehingga
dapat menentukan teknik intervensi yang diterapkan berhasil/ belum.
● Meski demikian, penting untuk diingat bahwa kompleksitas perilaku
manusia membuat kepribadian tidak dapat diukur melalui tes tunggal
tanpa mempertimbangkan informasi lain/ tes lain (Hogan & Davies,
2007).

Anda mungkin juga menyukai