Anda di halaman 1dari 13

KATA PENGANTAR

Segala piji syukur kami hantarkan kepada Allah SWT yang telah memberikan banyak
nikmat, taufik, dan hidayah. Sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik.
Dan tak lupa pula shalawat beriringkan salam kami sanjung sajikan kepada pangkuan nabi
besar Muhammad SAW. Yang telah membawa kita dari zaman jahiliyah ke zaman islamiyah
dan berkat beliau pula yang telah menjadikan islam tersebar luas ke Indonesia dan dunia.

Makalah ini telah kami selesaikan secara maksimal berkat kerja keras, usaha dan
bimbingan dari dosen pembimbing. Oleh karena itu kami sampaikan banyak terima kasih
kepada dosen pembimbing yang telah membimbing kami secara maksimal dalam
penyelesaian proposal ini.

Diluar itu, penulis sebagai manusia biasa menyadari sepenuhnya bahwa masih
banyak kekurangan dalam penulisan makalah ini dari segi tata bahasa, susunan kallimat
maupun isi yang itu memang kelemahan dari kami. Karena kami masih dalam proses
pembelajaran dan masih membutuhkan banyak bimbingan dari para dosen.

Demikian kata pengantar ini kami sampaikan, kami berharap laporan ini dapat
menambah pengetahuan kami dan juga bermanfaat bagi kita semua.

Banda Aceh, 06 April 2021

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB 1 : PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

B. Rumusan Masalah

C. Tujuan

BAB II : PEMBAHASAN
A. Sikap Profesional guru
B. Guru Yang Ideal
C. Prinsip Profesional
D. Faktor Rendahnya Profesional Guru................................................................................

BAB IV : PENUTUP

A. Simpulan

B. Saran

DAFTAR PUSTAKAN

LAMPIRAN-LAMPIRAN
BAB I

PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa itu sikap dan profesinal guru?
2. Apa itu sikap profesional guru?
3. Apa itu prinsipi-prinsip profesional guru?

C. TUJUAN
1. Mengetahui apa itu sikap dan profesional guru.
2. Mengetahui apa itu sikap profesional guru
3. Mengetahui apa itu prinsip progesional guru.
BAB II

PEMBAHASAN

A. SIKAP PROFESIONAL GURU


1. Sikap
Menurut Akhmad A.K. Muda (2006:495), “sikap adalah cara berdiri
tegak dalam mengambil pendirian, terhadap sesuatu masalah.1 Pendapat lain
dikemukakan oleh Jenny (2012:67), “yang menjelaskan bahwa sikap adalah
keadaan diri dalam manusia yang menggerakkan untuk bertindak atau
berbuat dalam kegiatan sosial dengan perasaan tertentu di dalam
menanggapi obyek situasi atau kondisi di lingkungan sekitarnya”. Selain itu
sikap juga memberikan kesiapan untuk merespon yang sifatnya positif atau
negatif terhadap obyek atau situasi. Sikap senantiasa diarahkan kepada
sesuatu artinya tidak ada sikap tanpa obyek. Sikap diarahkan kepada benda benda,
orang, peristiwa, pandangan, lembaga, norma dan lain-lain.
Wina Sanjaya (2006:276) mengemukakan bahwa, ”Sikap adalah
kecenderungan seseorang untuk menerima atau menolak suatu obyek
berdasarkan nilai yang dianggapnya baik atau tidak baik”. Dari pendapat
Winkel sebagaimana dikutip Wina Sanjaya (2006:277), “Sikap merupakan
kemampuan internal yang berperan sekali dalam mengambil tindakan,
terlebih lagi apabila terbuka berbagai kemungkinan untuk bertindak atau
tersedia beberapa alternatif”. Dari pendapat kedua pakar di atas
menunjukkan bahwa kesenangan atau ketidaksenengan seseorang terhadap
obyek yang dihadapi akan snagat dipengaruhi oleh faktor kognitif, terhadap
obyek itu, kemampuan bertindak terhadap subyek itu atau psikomotorik dan
berdasarkan pengetahuan yang dimiliki untuk melakukan itu (afektif).
Sikap sebagai organisasi yang bersifat menetap dari proses
motivasional, emosional, perseptual, dan kognitif mengenai aspek dunia
individu. Sedangkan La Pierre (dalam Azwar, 2003) memberikan definisi
sikap sebagai suatu pola perilaku, tendensi atau kesiapan antisipatif,
predisposisi untuk menyesuaikan diri dalam situasi sosial, atau secara
sederhana, sikap adalah respon terhadap stimuli sosial yang telah
1
Jenny, Pembentukan sikap dalam pembelajaran ( jakarta: balai pustaka), 2012
terkondisikan. Berdasarkan pengertian di atas maka penulis menyimpulkan bahwa
sikap merupakan keadaan diri manusia yang menggerakkan untuk bertindak
atau berbuat dalam kegiatan sosial dengan keyakinan tertentu di dalam
menggapai obyek situasi atau kondisi lingkungan sekitarnya.

2. Profesional
Sebagaimana diatur dalam pasal 1 (4) Undang-Undang Guru dan
Dosen dijelaskan bahwa, “Profesional adalah pekerjaan atau kegiatan yang
dilakukan oleh seseorang dan menjadi sumber penghasilan kehidupan yang
memerlukan keahlian, kemahiran, atau kecakapan yang memenuhi standar
mutu atau norma tertentu serta memerlukan pendidikan profesi.
Menurut Udin Sefudin, sebagaimana dikutif oleh Sofyan Anif,
(2013:36) mendefinisikan: “Profesionalisme dikontraskan dengan amatiran, yakni
seorang yang bekerja secara amatiran belum mampu bekerja secara terampil,
cekatan, dan baru taraf belajar, sedangkan profesionalisme terkait
dengan prinsip terdidik dengan baik, terlatih dengan baik, dan dibayar
dengan banyak”. Sedangkan Saring Marsudi (2011:19), mengupas tentang
pengertian profesi artinya: “Sebuah jabatan atau pekerjaan yang memerlukan
kemampuan intelektual khusus yang diperoleh melalui belajar dan latihan untuk
menguasai keterampilan atau keahlian dalam meberikan layanan atau
bantuan kepada peserta didik dengan imbalan atau gaji yang diatur
dalam Undang-Undang”. Dari beberapa pendapat di atas dapat ditarik kesimpulan
bahwa profesional adalah sebuah pekerjaan yang membutiuhkan kemahiran,
keterampilan dan kemampuan khusus dalam mengembangkan kemampuan
peserta didik yang mendapatkan kompensasi berupa gaji atau imbalan yang
sesuai dengan porsi dan kemampuan mereka dan diatur menurut
perundangundangan atau peraturan yang berlaku.

3. Sikap Profesional
Banyak orang beranggapan bahwa guru bukan merupakan pekerjaan
profesional. Anggapan ini tercetus ketika ada asumsi bahwa semua orang
dapat menjadi guru. Anggapan ini salah, karena tidak semua orang mampu
memahami ilmu keguruan dan harus bagaimana bersikap secara profesional
dalam mengantarkan peserta didik menuju tujuan pembelajaran. Wina Sanjaya
(2006:15), mengidentifikasi ciri pokok pekerjaan profesional guru yang meliputi:
(1) Memiliki ilmu tertentu yang dapat dipertanggungjawabkan; (2) memiliki
keahlian tertentu secara profesi dalam bidangnya; (3) Tingkat kemampuan dan
keahlian suatu profesi di dasarkan pada latar belakang pendidikan yang
dialaminya; (4) Memiliki pengaruh atau dampak bagi masyarakat, sehingga
masyarakat peka terhadap efek yang timbul akibat profesi yang dilakukannya.
Sikap profesional memiliki dua arti kata yaitu sikap dan profesional. Sikap berarti
cara/tingkah kita untuk menghadapi sesuatu. Sedangkan profesional merupakan
tanggung jawab terhadap suatu pekerjaan yang kita tekuni, komitmen kita
terhadap pekerjaan. Apabila kita telah menunjukkan sikap tersebut, akan dapat
hasil yang maksimal sesuai dengan harapan kita. Mudlofir (2012:110), “sikap
profesionalisme adalah akan tercermin dalam penampilan pelaksanaan tugas-tugas
yang ditandai dalam keahlian baik dalam materi maupun metode”. Tanggung
jawab pribadi yang mandiri yang mampu memahami dirinya, mengelola dirinya,
mengendalikan dirinya menghargai serta mengembangkan dirinya. Berdasarkan
pengertian di atas maka penulis menyimpulkan bahwa sikap profesionalisme
dapat ditujukkan melalui tanggung jawabnya dalam melasanakan tugas-tugasnya
kepada peserta didik, orang tua, masyarakat, bangsa negara, dan agamanya.
Profesional mempunyai indikator yang nantinya dapat dikembangkan menjadi
pernyataan-pernyataan. Janawi (2011:47-51), yang menjelaskan bahwa macam
macam indikator profesionalnya adalah sebagai berikut:2
1. Kompetensi Pedagogik
(a)Menguasai karakteristik peserta didik
(b)Menguasai teori dan prinsip-prinsip pembelajaran
(c)Mengembangkan kurikulum dan rencana pembelajaran
(d)Menyelenggarakan pembelajaran yang mendidik
(e)Memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasin (TIK) untuk
kepentingan pembelajaran
(f) Memfasilitasi pengembangan potensi peserta didik

2).Kompetensi Profesional

2
Kunandar, guru profesional implementasi kurikulum tingkat satuan pendidikan dan sukses dalam sertifikasi
guru, (jakarta :rajawali pers), h. 11
(a) Menguasai materi, struktur, konsep dan pola pikir keilmuan
yang sesuai dan mendukung bidang keahlian/bidang studi yang
diampu
(b) Memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasin (TIK)
untuk meningkatkan kualitas pembelajaran sesuai bidang studi
yang diampu
(c) Menguasai filosofi, metodologi, teknis, dan fraksis penelitian
dan pengembangan ilmu yang sesuai dan mendukung bidang
keahliannya
(d) Mengembangkan diri dan kinerja profesionalitasnya dengan
melakukan tindakan reflektif dan penggunaan TIK
(e) Meningkatkan kinerja dan komitmen dalam pelaksanaan
pengabdian kepada masyarakat.

3) Kompetensi Kepribadian

(a) Berjiwa pendidik dan bertindak sesuai dengan norma agama,


hukum, sosial, dan kebudayaan nasional Indonesia
(b) Tampil sebagai pribadi yang jujur, berakhlak mulia dan
menjadi teladan bagi peserta didik dan masyarakat
(c) Tampil sebagai pribadi yang mantap, dewasa, stabil, dan
berwibawa
(d) Menunjukkan etos kerja, tanggung jawab, rasa bangga sebagai
tenaga pendidik dan rasa percaya diri

4) Kompetensi Sosial

(a) Bersikap inklusif dan bertindak obyektif

(b) Beradaptasi dengan lingkungan tempat bertugas dan dengan lingkungan


masyarakat

(c) Berkomunikasi secara efektif,empatik dan santun dengan komunitas


profesi sendiri maupun profesi lain, secara lisan dan tertulis atau bentuk lain

(d) Berkomunikasi secara empatik dan santun dengan masyarakat luas


B. GURU YANG IDEAL
3
Guru adalah jabatan atau profesi yang membutuhkan keahlian khusus. Makna
tentang seorang guru yang profesional telah dituangkan dalam bentuk undang-undang
bernomor 14 tahun 2005, yakni tentang Guru dan Dosen. Dalam undang-undang yang
disahkan pada 30 Desember 2005 tersebut, dijelaskan mengenai apa itu guru
profesional. Guru adalah tenaga pendidik profesional yang memiliki tugas pokok
mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai dan melakukan
evaluasi terhadap peserta didiknya. Pekerjaan sebagai guru ini tidak bisa dilakukan
oleh seseorang tanpa mempunyai keahlian sebagai guru. Menjadi seorang guru
dibutuhkan syarat-syarat khusus. Apa lagi jika menjadi seorang guru yang profesional
maka harus menguasai seluk beluk pendidikan serta mengajar dengan berbagai ilmu
pengetahuan lainnya yang harus dikembangkan melalui masa pendidikan tertentu.
Menurut Kunandar (2010:54), “guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama
mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi
peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan
dasar, dan pendidikan menengah”. Pendapat lain dikemukakan oleh Buchari
(2009:123), yang menjelaskan bahwa “guru merupakan kunci keberhasilan sebuah
lembaga pendidikan”. Guru adalah sales agant dari lembaga pendidikan. Drs. Moh.
Uzer Usman (1996:15)Guru adalah tugas semua orang dan otoritas dalam pendidikan
dan pengajaran di lembaga pendidikan formal. Menurut Noor Jamaluddin (1978:1)
Guru adalah pendidik, orang dewasa yang bertanggung jawab untuk memberikan
bimbingan atau bantuan kepada siswa dalam pengembangan tubuh dan jiwa untuk
mencapai kematangan, mampu berdiri sendiri dapat melaksanakan tugasnya sebagai
khalifah Allah di muka bumi, sebagai makhluk sosial dan individu yang mampu
berdiri sendiri. Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 74 Tahun 2008 tentang guru,
dijelaskan bahwa “Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik,
mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta
didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan
pendidikan menengah. Berdasarkan pengertian di atas maka penulis menyimpulkan
bahwa guru menpunyai peran penting dalam mencerdaskan kehidupan bangsa dan
membangun manusia Indonesia seutuhnya melalui pendidikan. Oleh karena itu, guru
harus mengemban tugasnya secara profesional. Selain sebagai pengelola kegiatan
proses belajar mengajar dimana dalam hal ini guru bertugas untuk mengarahkan
3
Mudlofir, prosesional guru,(bandung: alfabeta 2012). H. 33
kegiatan belajar siswa agar bisa mencapai tujuan pembelajaran. Dalam hal ini guru
berperan dan bertugas sebagai pengelola proses belajar mengajar. Guru berperan
menjadi pengganti orang tua di sekolah. Dalam hal ini guru harus bisa menggantikan
orang tua siswa jika siswa sedang berada di sekolah.
Umumnya, yang disebut guru ideal adalah guru yang mampu menguasai
materi; mampu menguasai kelas; mempunyai wawasan yang luas; kreatif; inovatif;
dan memiliki karakter-karakter positif lainnya. Berikut ini beberapa karakter guru
ideal :

1. Menggunakan model pembelajaran inovatif

Guru dituntut untuk mampu meningkatkan mutu pembelajaran melalui inovasi


pembelajaran, seperti alat peraga, model pembelajaran inovatif, dan metode atau strategi
mengajar yang efektif. Guru ideal adalah guru yang mampu memilih model pembelajaran
inovatif untuk menjadikan para siswa bersemangat mengikuti pelajaran. Melalui
penerapan model pembelajaran yang inovatif ataupun penggunaan alat-alat peraga yang
bervariasi, suasana belajar akan lebih bersifat student-centered.

Berdasarkan pengalaman saya mengajar di sekolah dasar, masih ada guru-guru


yang cara mengajarnya bersifat komunikasi satu arah atau cenderung teacher-centered.
Menurut saya, alasannya adalah model pembelajaran yang digunakan guru-guru tersebut
tidak inovatif dan lebih didominasi oleh ceramah.

2. Memiliki semangat mengajar

Suatu pekerjaan akan terasa indah dan bermakna apabila dikerjakan dengan penuh
semangat. Sosok guru ideal tentunya memiliki semangat dalam mengajar; tidak ada kata
menyerah dalam melakukan sesuatu. Semangat adalah energi positif yang akan terus
mendorong guru tersebut menjadikan para siswanya berhasil. Semangat yang guru miliki
membuat mereka melakukan segala pekerjaan dengan senang hati meskipun banyak
tantangan yang harus dihadapi. Guru yang tidak memiliki semangat mengajar akan
merasa pekerjaannya melelahkan dan membosankan.

Mengapa guru harus memiliki semangat mengajar? Karena guru mengajar tidak
hanya satu hari, satu minggu, satu bulan, atau satu tahun. Menjadi guru adalah pekerjaan
sepanjang hayat, maka itu semangat mengajar harus melekat dalam diri tiap guru.

3. Menjadi teladan
Guru ideal adalah teladan bagi siswanya, seperti dalam ungkapan Jawa: Guru
digugu dan ditiru. Seorang guru harus bisa dipercaya dan menjadi contoh baik bagi
siswanya. Guru adalah cermin bagi siswa untuk menerapkan nilai-nilai karakter yang
baik. Untuk mewujudkan itu memang tidak mudah; perlu banyak pengorbanan, baik dari
segi materi, waktu, tenaga, dan pikiran.

C. PRINSIP PROFESIONAL

Sebagai seorang guru profesional, ada prinsip-prinsip profesionaltas yang


menjadi landasannya. Seperti yang tercantum pada Pasal 7 Undang-Undang Nomor
14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, prinsip profesionalitas sebagai seorang guru
adalah:

1) Memiliki bakat, minat, panggilan jiwa, dan idealisme. Prinsip ini biasanya menjadi
pemantik bagi guru untuk tidak malas mengajar.
2) Mempunyai komitmen untuk senantiasa meningkatkan mutu (kualitas) pendidikan,
keimanan, ketakwaan, dan akhlak mulia  peserta didiknya.
3) Prinsip ketiga adalah berkualifikasi akademik dan latar belakang pendidikan yang
sesuai dengan bidang tugas yang diembannya.
4) Mempunyai kompetensi yang diperlukan sesuai dengan bidang tugas yang
diembannya, mencakup kompetensi personal, sosial, profesional dan pedagogik.
5) Prinsip kelima adalah bertanggung jawab atas pelaksanaan tugas keprofesionalannya.
6) Prinsip berikutnya adalah mendapatkan penghasilan yang ditentukan sesuai dengan
prestasi kerjanya.
7) Berkesempatan dalam pengembangan keprofesionalan yang berkelanjutan dengan
belajar sepanjang hayat.
8) Adanya jaminan dan perlindungan hukum bagi guru dalam pelaksanaan tugas
keprofesionalannya.
9) Dan prinsip yang terakhir adalah memiliki organisasi atau wadah profesi yang
berwenang mengatur berbagai hal yang terkait dengan tugas keprofesionalan seorang
guru.
10) Demikianlah prinsip-prinsip profesionalitas seorang guru. Dalam pemberdayaan
profesi guru diselenggarakan melalui pengembangan diri yang dilaksanakan secara
demokratis, berkeadilan, tidak diskriminatif, dan berkelanjutan.
Salam “Mencerdaskan Anak Bangsa”

D. FAKTOR PENYEBAB RENDAHNYA PROFESIONAL GURU

Adapun lima penyebab rendahnya profesionalisme guru:

a. masih banyak guru yang tidak menekuni profesinya secara total,


b. rentan dan rendahnya kepatuhan guru terhadap norma dan etika profesi
keguruan
c. pengakuan terhadap ilmu pendidikan dan keguruan masih setengah hati dari
pengambilan kebijakan dan pihak-pihak terlibat. Hal ini terbukti dari masih
belum mantapnya kelembagaan pencetak tenaga keguruan dan kependidikan.
d. masih belum smooth-nya perbedaan pendapat tentang proporsi materi ajar
yang diberikan kepada calon guru.
e. masih belum berfungsi PGRI sebagai organisasi profesi yang berupaya secara
maksimal meningkatkan profesionalisme anggotanya. Kecenderungan PGRI
bersifat politis memang tidak bisa disalahkan, terutama untuk menjadi
pressure group agar dapat meningkatkan kesejahteraan anggotanya. Namun
demikian di masa mendatang PGRI sepantasnya mulai
mengupayakan profesionalisme guru sebagai anggo-tanya. Dengan melihat
adanya faktor-fak tor yang menyebabkan rendahnya profesionalisme guru,
pemerintah berupaya untuk mencari alternatif untuk meningkatkan profesi
guru.

BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
sikap merupakan keadaan diri manusia yang menggerakkan untuk bertindak
atau berbuat dalam kegiatan sosial dengan keyakinan tertentu di dalam
menggapai obyek situasi atau kondisi lingkungan sekitarnya. profesional adalah
sebuah pekerjaan yang membutiuhkan kemahiran,
keterampilan dan kemampuan khusus dalam mengembangkan kemampuan
peserta didik yang mendapatkan kompensasi berupa gaji atau imbalan yang
sesuai dengan porsi dan kemampuan mereka dan diatur menurut
perundangundangan atau peraturan yang berlaku.
Sikap profesional memiliki dua arti kata yaitu sikap dan profesional. Sikap
berarti cara/tingkah kita untuk menghadapi sesuatu. Sedangkan profesional
merupakan tanggung jawab terhadap suatu pekerjaan yang kita tekuni, komitmen
kita terhadap pekerjaan. Apabila kita telah menunjukkan sikap tersebut, akan
dapat hasil yang maksimal sesuai dengan harapan kita. Mudlofir (2012:110),
“sikap profesionalisme adalah akan tercermin dalam penampilan pelaksanaan
tugas-tugas yang ditandai dalam keahlian baik dalam materi maupun metode”.
Tanggung jawab pribadi yang mandiri yang mampu memahami dirinya,
mengelola dirinya, mengendalikan dirinya menghargai serta mengembangkan
dirinya.
sikap profesionalisme dapat ditujukkan melalui tanggung jawabnya dalam
melasanakan tugas-tugasnya kepada peserta didik, orang tua, masyarakat, bangsa
negara, dan agamanya. Profesional mempunyai indikator yang nantinya dapat
dikembangkan menjadi pernyataan-pernyataan. Macam-macam indikator
profesionalnya adalah kumpetensi pedagogik, kompetensi profesional,kompetensi
kepribadian dan kompetensi sosial
guru yang profesional telah dituangkan dalam bentuk undang-undang
bernomor 14 tahun 2005, yakni tentang Guru dan Dosen. Dalam undang-undang
yang disahkan pada 30 Desember 2005 tersebut, dijelaskan mengenai apa itu guru
profesional. Guru adalah tenaga pendidik profesional yang memiliki tugas pokok
mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai dan melakukan
evaluasi terhadap peserta didiknya. Pekerjaan sebagai guru ini tidak bisa
dilakukan oleh seseorang tanpa mempunyai keahlian sebagai guru. Menjadi
seorang guru dibutuhkan syarat-syarat khusus. Apa lagi jika menjadi seorang guru
yang profesional maka harus menguasai seluk beluk pendidikan serta mengajar
dengan berbagai ilmu pengetahuan lainnya yang harus dikembangkan melalui
masa pendidikan tertentu. Sebagai seorang guru profesional, ada prinsip-prinsip
profesionaltas yang menjadi landasannya. Seperti yang tercantum pada Pasal 7
Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, prinsip
profesionalitas sebagai seorang guru.
B. SARAN

Anda mungkin juga menyukai