Anda di halaman 1dari 11

Modul Pembelajaran

Social empowerment Tema I

Tema : Kiprah Manusia Berketuhanan Yang Beperikemanusiaan


Pokok Bahasan :
1. Tujuan mata kuliah social empowerment
2. Pengertian Sikap , Ajaran Moral Keutamaan Membentuk Pribadi Luhur.
3. Filosofi, konsep, prinsip kemanusiaan berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa
4. Filosofi, konsep, prinsip, ruang lingkup, dan posisi pemberdayaan sosial , perubahasn sosial.

A. Kompetensi
Kompetensi yang akan dicapai dalam pembelajaran Tema 1 adalah Mahasiswa
memahami tentang : Tujuan mata kuliah social empowerment, Sikap bertanggungjawab
atas pekerjaan di bidang keahlian secara mandiri., Filosofi, konsep, prinsip kemanusiaan
berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa, Filosofi, konsep, prinsip, ruang lingkup, dan
posisi pemberdayaan sosial , perubahasn sosial.

B. Indikator Pencapaian Kompetensi


Indikator pencapaian kompetensi yang akan dicapai dalam pembelajaran TeMa 1
adalah :
Mahasiswa mampu menjelaskan tentang :
a. Tujuan mata kuliah social empowerment
b. Pengertian Sikap , Ajaran Keutamaan Moral Membentuk Pribadi Yang Luhur
c. Filosofi, konsep, prinsip kemanusiaan berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa,
moral dan etika.
d. Filosofi, konsep, prinsip, ruang lingkup, dan posisi pemberdayaan social,
perubahan sosial.
C. Uraian Materi
1. Tujuan Mata Kuliah Social Empowerment

Kampus Ungu ISTeK ICsada Bojonegoro dalam menjalankan Visi Misinya


pada bidang pendidikan merumuskan profile lulusan ciri khas kampus ungu
yaitu sebagai “Driver” atau penggerak perubahan yang mampu mengawal
peradaban baru yang memanusiakan manusia. Upaya melahirkan lulusan
penggerak perubahan dilakukan sejak dalam proses pembelajaran , baik
dengan menghadrikan mata kuliah khusus ataupun terintegrasi dalam seluruh
mata kuliah pada kurikulum prodi ISTeK ICsada Bojonegoro.
Mata kuliah Social Empowerment merupakan mata kuliah wajib ISTeK yang
harus ada pada kurikulum prodi sejak Tahun Ajaran 2022/2023. Pemberian
mata kuliah ini bertujuan untuk memberikan bekal pengetahuan dan
menumbuhkan sikap pada mahasiswa agar bertumbuh menjadi generasi yang
mampu melahirkan ide-ide pemberdayaan , merancang ide/ cikal bakal
peradaban baru melalui ilmu pengetahuan dan technologi yang bermanfaat
dalam mensejahterakan manusia menjadi lebih beradab dan
berperikemanusiaan yang BerKetuhanan Yang Maha Esa.
Modul Pembelajaran
Social empowerment Tema I

2. Pengertian Sikap
a. SIKAP
i. Pengertian Sikap
Dalam pergaulan kita sering melihat dan menilai seseorang dari sikap
dan perilakunya. Sikap manusia satu dengan lainnya berbeda karena
dipengaruhi oleh adanya pemahaman, pengalaman, dan pertimbangan
yang sudah pernah dialami seseorang dalam suatu objek.
Beberapa ahli memiliki pengertian yang berbeda tantang sikap, jika
disimpulkan sikap adalah pandangan mental seseorang, yang
mendefinisikan cara kita berpikir atau merasakan sesuatu,
kecenderungan untuk merespons dengan cara yang menetap pada
seseorang, peristiwa, pendapat, objek, dll., Yang tercermin dalam
bahasa tubuh kita. Pendidikan, pengalaman, dan lingkungan Anda
adalah faktor utama yang memengaruhi sikap seseorang.
Secara operasional pengertian sikap menunjukkan konotasi adanya
kesesuaian reaksi terhadap kategori stimulus tertentu dan dalam
penggunaan praktis, sikap sering kali dihadapkan dengan rangsang
sosial dan reaksi yang bersifat emosional.1
Menurut Sarwono, sikap (attitude) adalah istilah yang mencerminkan
rasa senang, tidak senang atau perasaan biasa-biasa saja (netral) dari
seseotrang terhadap “sesuatu”. “sesuatu” itu bisa benda,kejadian,
situasi, orang-orang,atau kelompok.2
Sikap terkait dengan apa yang dipikirkan oleh seseorang Sikap
seseorang terutama didasarkan pada pengalaman yang diperolehnya
selama hidupnya dan pengamatannya, Sikap adalah pikiran dan
perasaan batin seseorang.

ii. Komponen Sikap


Bambang mengutip pendapat Abu Ahmadi yang menjelaskan
komponen sikap mempunyai tiga aspek berikut: 3
1. Aspek kognitif yaitu berkaitan dengan gejala mengenai
pikiran . aspek ini berwujud pengolahan, pengalaman, dan
keyakinan serta harapan individu tentang objek atau kelompok
objek tertentu. Aspek ini berupa pengetahuan, kepercayaan,
atau pikiran yang didasarkan pada informasi, yang berkaitan
dengan objek.
2. Aspek afektif adalah berwujud proses yang berkaitan dengan
perasan tertentu, seperti ketakutan, kedengkian, simpati,
antipasti, dan sebagainya yan ditujukan pada objek-objek
tertentu.

1 Prof. Dr. Mar’at, Sikap Manusia Perubahan serta Pengukurannya (Jakarta: Ghalia Indonesia, 1984
2 sarlito Sarwono, Pengantar Psikologi Umum (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2009), p. 201.
3 Bambang Syamsul Arifin, Psikologi Sosial (Bandung: Pustaka Setia, 2015), pp. 127-128
Modul Pembelajaran
Social empowerment Tema I

Selain perasaan dan value, sumber lainnya yang mendasari


affectively based attitude diantaranya seperti, reaksi sensori
seperti saat Anda menyukai rasa dari cheese cake terlepas dari
jumlah kalori yang Anda konsumsi dari memakan kue tersebut,
kemudian reaksi estetis seperti saat Anda mengagumi sebuah
lukisan yang Anda lihat saat Anda mengunjungi museum seni.
Sumber lainnya dari affectively based attitude juga dapat
melalui conditioning.
3. Aspek konatif adalah berwujud proses tendensi/ kecenderungan
untuk berbuat suatu objek, misalnya kecenderungan memberi
pertolongan, menjauhkan diri, dan sebagainya.
iii. Proses Pembentukan dan Perubahan Sikap
Umi Kulsum dalam bukunya berpendapat bahwa, sikap dapat
terbentuk atau berubah melalui empat macam hal yaitu:4
1. Adopsi adalah kejadian-kejadian dan peristiwa-peristiwa yang
terjadi berulang-ulang dan terus-menerus, lama-kelamaan
secara bertahap diserap ke dalam diri individu dan
memengaruhi terbentuknya sikap.
2. Diferensiasi yaitu dengan berkembangnya intelegensi,
bertambahnya pengalaman, sejalan dengan bertambahnya usia,
maka ada hal-hal yang tadinya dianggap sejenis, sekarang
dipandang tersendiri lepas dari jenisnya. Dari objek tersebut,
sikap dapat terbentuk dengan sendirinya .
3. Integrasi adalah pembentukan sikap disii terjadi secara
bertahap, dimulai dengan berbagai pengalaman yang
berhubungan dengan satu hal yang akhirnya terbentuk sikap
mengenai hal tersebut, d. Trauma adalah pengalaman yang tiba-
tiba, mengejutkan, yang meninggalk an kesan mendalam pada
jiwa orang yang bersangkutan. Pengalaman-pengalaman yang
traumatis juga dapat menyebabkan terbentuknya sikap.

Beberapa referensi juga menyebutkan bahwa Pembentukan sikap


terjadi karena adanya interaksi sosial yang dialami oleh individu. Maka
dari itu pembentukan sikap dipengaruhi oleh beberapa faktor sebagai
berikut:

a. Pengalaman pribadi, haruslah meninggalkan kesan yang kuat


dengan melibatkan faktor emosional.
b. Kebudayaan, pengaruh lingkungan sangatlah penting dalam
membentuk pribadi seseorang.
c. Orang lain yang dianggap penting, seperti orang tua, teman
sebaya merupakan keinginan untuk menghindari konflik
dengan orang yang dianggap penting.

4 Umi Kulsum dan Moh. Jauhar, Pengantar Psikologi Sosial (Jakarta: Prestasi Pustakaraya, 2016) p.122
Modul Pembelajaran
Social empowerment Tema I

d. Media massa, penyampaian informasi sugestif, apabila cukup


kuat, akan memberi dasar afektif dalam menilai sesuatu hal
sehingga terbentuklah arah sikap tertentu.
e. Institusi atau lembaga pendidikan, dikarenakan konsep moral
dan ajaran agama sangat menentukan sistem kepercayaan maka
konsep tersebut ikut berperan dalam menentukan sikap
f. Emosi dalam diri individu, kadang-kadang suatu bentuk sikap
merupakan pernyataan yang didasari oleh emosi yang berfungsi
sebagai pengalihan bentuk pertahanan ego seperti prasangka.

Sikap memiliki fungsi dalam interaksi yang terjalin antar manusia ,


fungsi sikap diantaranya adalah :

a) Fungsi penyesuaian diri berarti sikap berusaha untuk


memaksimalkan hal-hal yang diinginkan dan meminimalkan hal-
hal yang tidak diinginkan.
b) Fungsi pertahanan ego yang akan melindungi dari pahitnya
kenyataan. Maksudnya, sikap dapat merefleksikan problem
kepribadian yang tidak terselesaikan.
c) Fungsi ekspresi nilai berarti sikap membantu ekspresi positif
nilai-nilai dasar seseorang, memamerkan citra dirinya, dan
aktualisasi dirinya.
d) Fungsi pengetahuan berarti sikap sebagai suatu skema, yaitu
suatu cara strukturisasi agar dunia di sekitar tampak logis dan
masuk akal.
iv. Ciri Sikap
Bambang Syamsul Arifin, mengungkapkan bahwa sikap menentukan
jenis atau tabiat tingkah laku dalam hubungannya dengan perangsang
yang relevan, orang-orang atau kejadian-kejadian.
Ciri-ciri sikap adalah sebagai berikut:
a) Sikap itu dipelajari (learnability), sikap merupakan hasil belajar
ini perlu di bedakan dari motif-motif psikologi lainnya. Misalnya,
lapar dan haus adalah motif psikologi yang tidak dipelajari,
sedangkan pilihan kepada memilih makanan Eropa adalah sikap.
b) Memiliki kestabilan (stability), sikap bermula dari dipelajari,
kemudian menjadi lebih kuat, tetap, dan stabil, melalui
pengalaman. Misalnya perasaan suka dan tidak suka terhadap
warna tertentu (spesifik) yang sifatnya berulang-ulang atau
memiliki frekuensi yang tinggi.
c) Personal-societal significance, sikap melibatkan hubungan antara
seseorang dan orang lain dan juga antara orang dan barang atau
situasi. Jika seseoarang merasa bahwa orang lain menyenangkan
terbuka serta hangat, maka ini akan sangat berarti bagi dirinya, ia
merasa bebas dan favorable.
Modul Pembelajaran
Social empowerment Tema I

d) Berisi kognisi dan afeksi, komponen kognisi daripada sikap


adalah berisi informasi yang faktual, misalnya objek itu dirasa
menyenangkan atau tidak menyenangkan.
e) Approach-avoidance directionality, bila seseorang memiliki
sikap yang favorable terhadap semua objek, mereka akan
mendekati dan membantunya, sebaliknya bila seseorang memiliki
sikap yang unfavorable, mereka akan menghindarinya.5

3. Ajaran Keutamaan Moral Membentuk Pribadi Yang Luhur


Setiap manusia yang berusaha hidup baik dengan tekun dalam kurun\ waktu
lama dapat mencapai keunggulan moral yang disebut dengan keutamaan.
Pengertian moral itu sendiri ialah seluruh tatanan atau ukuran yang mengatur
tingkah laku, perbuatan dan kebiasaan manusia yang dianggap baik dan buruk
oleh masyarakat yang bersangkutan. Adapun penentu moral adalah pandangan
hidup, tujuan hidup serta falsafah suatu kelompok masyarakat (Soleh, 2016:
123). Sedangkan Secara etimologis kata keutamaan atau virtue (bahasa
Inggris), virtus (bahasa Latin), arête (bahasa Yunani kuno) berarti kesalehan,
atau kemampuan untuk melakukan peran dengan baik. Aristoteles menyatakan
keutamaan adalah sifat karakter yang terlihat dalam tindakan kebiasaan baik
yang dijalankan terus menerus,bersifat kokoh dan tetap (Gufron, 2016:101).
Jika seseorang telah memiliki sikap batin dan perbuatan yang baik dengan
benar , maka dia telah memasuki level keutamaan. Keutamaan adalah
kemampuan yang dicapai oleh seseorang untuk bersikap batin maupun berbuat
dengan benar. Contohnya; sikap kerendahan hati, kepercayaan pada orang
lain, keterbukaan, kebijaksanaan, ketekunan bekerja, kejujuran, keadilan,
keberanian, penuh harap, penuh kasih dan lain sebagainya.
Upaya mencapai derajat manusia utama membutuhkan ketekunan usaha
pribadi secara terus menerus dan membutuhkan dukungan dari lingkungan
serta yang paling utama adalah membutuhkan dukungan dari Tuhan.
Ajaran moralitas perlu diperkuat di era sekarang agar generasi penerus bangsa
dan manusia Indonesia pada umumnya memiliki derajat peradaban yang kuat
dan berdaya. Saat ini hampir semua sepakat bahwa kita sedang mengalami
krisis moral. Krisis yang dialami sekarang ini adalah krisis yang
mengakibatkan masyarakat tidak mampu memahami hakikat dari sebuah
perbedaan dan tidak mampu mengerti mana yang benar dan mana yang salah
apalagi ditengah genjarnya media sosial yang seolah mengukur kebenaran dari
“yang viral adalah yang benar”. .
Dalam ajaran moral jawa, ada beberapa karya sastra yang dapat dijadikan
sebagai kajian tentang ajaran-ajaran moral untuk hidup menjadi lebih
bermartabat yaitu Serat Wedhatama, Serat Wulangreh. Sedangkan dalam
agama Islam ajaran moral terkandung dalam AL-qur‟an dan hadist yang
membutuhkan tuntunan dari ahlinya untuk bisa memahami ajaran-ajaran moral
yang terkandung di dalamnya.

5 Abu Ahmadi, Psikologi Sosial (Jakarta: Rineka Cipta, 2009), p. 164-165


Modul Pembelajaran
Social empowerment Tema I

Menjadi pribadi dengan derajat keutamaan dibutuhkan kemampuan ilmu rasa,


memahami isyarat-isyarat yang dapat diartikan sebagai memahami ayat-ayat
Allah SWT yang tertulis maupun yang terhampar dalam semesta raya.
Dalam karya sastra jawa serat Wulangreh, terdapat ajaran-ajaran moralitas
yang dapat menghantarkan kita menjadi pribadi dengan derajat keutamaan.
Serat Wulangreh adalah karya sastra dari Sri Pakubuwana IV, Raja Pinandita.
Selain raja beliau juga seorang cendekia yang mumpuni dalam kasusastraan,
budaya, seni dan agama. Walau paham keagamaan beliau kenthal dengan
aroma lokal atau kejawen tetapi penguasaan ilmu beliau amatlah luas, seorang
pemeluk agama Islam yang taat dan mengangkat para ulama dalam
pemerintahannya.
Beberapa ajaran keutamaan moral yang terkandung dalam Serat Wulang Reh,
sebagai berikut:
a) Menjalani hidup berdasarkan ajaran Tuhan, selaras dengan batin dan
pikiran. Dalam arti ; Pertama, manusia harus memahami makna hidup
agar kehidupan dapat berjalan tanpa ada kekurangan. Kedua,
menjalani hidup harus didasarkan ajaran agama. Ketiga , tidak mudah
percaya dalam menerima informasi atau pengetahuan baru. Informasi
yang didapat harus disaring dahulu kebenaranya. Artinya sikap
waspada dan hati-hati perlu dilakukan karena dapat berpengaruh
terhadap keputusan bertindak
b) Sikap tekun dan bersikap sopan atau memahami tata karma. Ketekunan
yang di maksud adalah jalan manusia dalam meraih cita-cita.
Caranya dengan melatih ketajaman pikiran dan hati melalui jalan
mengurangi makan, minum, tidur, dan berpesta pora.
c) Keutamaan moral tentang loyalitas atau kesetiaan dalam menjalin
hubungan antara atasan-bawahan dan sikap nrima. Contoh tentang
orang-orang yang mengabdi pada raja harus menunjukan kemantapan
dan loyalitas serta mampu dipercaya.
d) Menjaga hubungan persaudaraan atau silaturahmi. Hubungan
persaudaraan harus tetap terjalin tidak hanya semasa muda tetapi juga
di usia tua.

4. Filosofi, konsep, prinsip kemanusiaan berdasarkan Ketuhanan Yang


Maha Esa.
i. Filosofi Manusia
Manusia adalah satu-satunya mahluk yang bertanya tentang siapa
dirinya. Dalam ilmu mantiq (logika) manusia disebut sebagai Al-
Insanu hayawanun nathiq (manusia adalah binatang yang berfikir).
Filsafat Klasik berbicara tentang esensi manusia adalah air, udara dan
api. Beberapa filsuf menjelaskan manusia dengan unsur-unsur yang
ada di alam. Tubuh adalah satu kesatuan sistem yang bekerja secara
sistemastis seperti alam semesta karena adanya unsur yang sama
Modul Pembelajaran
Social empowerment Tema I

dengan alam semesta. Tokoh yang membahas alam dan manusia adalah
Anaximendes, Thales.
Manusia tidak hanya belajar tentang unsur diluar dirinya, tetapi juga
sangat tertarik untuk mempelajari dirinya. “Ingsun iki sopo” , kalimat
tanya yang dapat menarik diri manusia lebih jauh untuk mengenal
dirinya lebih dalam dengan berbagai macam cara dan pendekatan.
Para filsuf pun banyak yang tertarik mempelajari manusia, termasuk
Socrates. Socrates menyatakan „kind him self” ( kenali dirimu sendiri).
Manusia berada dala, ruang dan waktu, tetapi manusia juga
mengkontruksi ruang dan waktu, manusia hidup menyejarah,tetapi
juga menciptakan sejarah.
Filsafat Modern adalah pemikiran filsafati terkait manusia dilihat dari
sudut pandang akal manusia. Akal manusia, adalah esensi dari
manusia. Manusia menggunakan akal untuk mencapai hakikat terdalam
dari manusia, manusia mampu mengembangkan pengetahuan dan
kemampuannnya untuk menciptakan ilmu pengetahuan dan mencari
solusi terkait dengan masalah kemanusiaan.
Supriyono Purwosaputro dalam tulisannya menyampaikan bahwa
Realitas situasi eksistensial manusia berbeda dengan makhluk lain
yang lahir atau “ada” (being) yang akan sekaligus bisa “menjadi”
(becoming) sesuai “ada”-nya,manusia lahir tidak sekaligus bisa
menjadi manusiawi. Kemanusiawian manusia harus diupayakan
melalui proses pendidikan yang oleh Driyarkara dikatakan sebagai
proses hominisasi dan humanisasi yang juga merupakan proses
pemanusiaan manusia muda. Sifat kemanusiawian manusia merupakan
ciri khas eksistensial diri manusia.
ii. Konsep Kemanusiaan
Belum banyak yang tahu bahwa setiap Tanggal 19 Agustus diperingati
sebagai hari kemanusiaan sedunia. Penetapan ini sebagai upaya PBB
untuk meningkatkan kepedulian pada sesama, menghargai mereka
yang telah mendedikasikan dirinya pada kemanusiaan.
Dalam kehidupan bernegara, kemanusiaan juga menjadi dasar nilai
berbangsa dan bernegara. Prinsip kemanusiaan yang mengandung ciri-
ciri: pertama, mengandung nilai keadilan yakni kemunusiaan yang
berkeadilan dan kedua, mengandung nilai keberadaban, yakni
kemanusiaan yang berkeadaban. Makna kemanusiaan kerap kali lebih
jelas jika berhadapan dengan kasus-kasus yang bertentangan dengan
perikemanusiaan.
Dalam ajaran islam , kemanusiaan mengajarkan tentang , Pertama ,
pemuliaan hidup. Kedua, persamaan kedudukan manusia di hadapan
Allah. Ketiga , kebebasan dan keterbukaan akses terhadap sumberdaya
dalam mencari rezeki, meskipun dalam perolehan rejeki tetap harus
dapat menerima perbedaan perolehannya. Sehingga untuk menciptakan
Modul Pembelajaran
Social empowerment Tema I

keseimbangan baru dalam masyarakat, Islam menetapkan prinsip


“pembersihan” harta benda.
Kemanusiaan dalam konsepsi idealnya terletak pada pengertian
kemandiriannya, bahwa manusia dengan keutuhan unsur-unsurnya
akan memiliki nilai diri yang spesifik. Kemandirian bukan berarti
menyendiri, tidak membutuhkan orang lain atau mengerjakan sesuatu
serba sendiri . Kemandirian lebih pada kemampuan manusia mengelola
dirinya , lingkungannya , dan segala hal atau subjek yang berhubungan
dengan dirinya.
Coba renungkan, kita menghargai manusia karena pikirannya atau
karena kehadirannya, atau keduanya adalah hal yang saling dibutuhkan
sebagai satu kesatuan tunggal kemanusiaan.

iii. Prinsip Kemanusiaan Berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa


Manusia sebagai makhluk Tuhan yang Maha Esa, pada hakikatnya
secara kodrat dianugrahi hak dasar yang disebut hak asasi, tanpa
perbedaan satu dengan lainnya. Dengan hak tersebut manusia dapat
mengembangkan diri pribadi, peranan dan sumbangannya bagi
kesejahteraan hidup manusia, diri dan keluarganya.
Manusia baik sebagai pribadi maupun sebagai warga negara dalam
mengembangkan diri, berperan dan memberikan sumbangan bagi
kesejahteraan hidup manusia, ditentukan oleh pandangan hidup dan
kepribadian bangsa. Pandangan hidup dan kepribadian bangsa
Indonesia sebagai kristalisasi nilai-nilai luhur bangsa Indonesia,
menempatkan manusia pada keluhuran harkat dan martabat mahluk
Tuhan yang Maha Esa.

Wakil Rais 'Aam Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH


Afifuddin Muhajir, dalam tayangan di Youtube TV, mengungkapkan
tiga prinsip yang lahir dari dasar kemanusiaan. Pertama, kesetaraan
sesama manusia. Di Islam tidak ada yang namanya menuhankan
manusia, tidak ada pula memanusiakan Tuhan. Kedua , al-hurriyyah
(kebebasan). Salah satunya yakni kebebasan beragama. Ketiga,
ukhuwah insaniyyah (persaudaraan kemanusiaan). Jika di dunia ini
ingin tenteram, aman, dan kondusif, ada beberapa solusi syariat Islam
untuk mewujudkannya. Yakni, menegakkan keadilan, mencegah
kedzaliman, mencegah kerusakan, melarang kekerasan, dan
menghukum pelaku kejahatan.

5. Filosofi, konsep, prinsip, ruang lingkup, dan posisi pemberdayaan social,


perubahan sosial.
i. Filosofi Pemberdayaan
Herna (1995) mengemukakan bahwa pemberdayaan sebagai helping
people to help them selves. Dalam pemahaman ini terkandung arti
Modul Pembelajaran
Social empowerment Tema I

bahwa dalam melakukan pemberdayaan harus bekerjasama dengan


masyarakat, bukan bekerja untuk masyarakat.

Pemberdayaan selayaknya menciptakan kemandirian dan kreativitas


sehingga akan terwujud masyarakat yang berdaya. Pemberdayaan
menciptakan kesejahteraan ekonomi dan meningkatnya harkat serta
martabat manusia.
Pemberdayaan bertujuan untuk meningkatkan mutu kehidupan
manusia, baik secara fisik, mental , ekonomi maupun sosial dan
budayanya.
Slamet anwas (2014:49) menekankan juga bahwa : hakikat
pemberdayaan adalah bagaimana membuat massyarakat mampu
membangun dirinya sendiri dan memperbaiki kehidupannya”. Selain
itu pemberdayaan diartikan pula sebagai proses penyuluhan
pembangunan yang oleh Mardikanto ( 2013;100) diartikan sebagai:
“ Proses perubahan sosial , ekonomi dan politik untuk memberdayakan
dan memperkuat kemampuan masyarakat melalui proses belajar
bersama yang partisipatif agar terjadi perubahan perilaku pada diri
semua stakeholder yang terlibat dalam pembangunan, demi
terwujudnya kehidupan yang semakian berdaya , mandiri, dan
partisipatif yang semakin sejahtera secara berkelanjutan”.
Dalam pemberdayaan, falsafah yang sedang berkembang yaitu falsafah
3 T yaitu Teach, Tuch and trust. Pemberdayaan adalah pendidikan
untuk menyampaikan kebenaran yang telah diyakini , dalam konteks
pemberdayaan masyarakat dididik untuk menerapkan informasi baru
yang telah di uji kebenarannya dan telah diyakini memberikan
manfaat untuk perbaikan kesejahteraan. Pemberdayaan meliputi tiga
hal yaitu pengembangan, memperkuat daya dan terciptanya
kemandirian.
Beberapa filsuf memberikan kutipan tentang hakekat pemberdayaan
yaitu pemberdayaan harus berpijak pada pentingnya pengembangan
individu di dalam perjalanan pertumbuhan masyarakat dan bangsanya.
ii. Konsep Pemberdayaan Sosial
Pengertian pemberdayaan sosial mengacu peraturan perundang-
undangan yang berlaku adalah upaya yang diarahkan untuk
menjadikan individu, keluarga, kelompok dan masyarakat yang
mengalami masalah sosial agar berdaya sehingga mampu memenuhi
kebutuhan dasarnya. Meningkatkan peran serta lembaga dan/atau
perorangan sebagai potensi dan sumber daya dalam penyelenggaraan
kesejahteraan sosial.
Pemberdayaan ( empowerment) secara konseptual berasal dari kata
“power” . Karenanya ide utama pemberdayaan sosial bersentuhan
dengan konsep kekuasaan.
iii. Ruang Lingkup Pemberdayaan Sosial
Modul Pembelajaran
Social empowerment Tema I

Pemberdayaan sosial meliputi pemberdayaan sosial perorangan,


keluarga dan kelembagaan masyarakat, pemberdayaan komunitas adat
terpencil . pelestarian nilai kepahlawanan, keperintisan kesetiakawanan
dan restorasi sosial serta pengumpulan dana bantuan sosial.
Pemberdayaan sosial pada perorangan, keluarga dan kelembagaan
masyarakat, pemberdayaan komunitas adat dapat dilakukan melalui
cara sebagai berikut:
1. Peningkatan kemauan dan kemampuan;
2. Penggalian potensi dan sumber daya;
3. Penggalian nilai-nilai dasar
4. Pemberian akses
5. Pemberian bantuan usaha.

Pemberdayaan sosial perseorangan, keluarga, kelompok dan


masyarakat yang mengalami masalah kesejahteraan sosial agar mampu
memenuhi kebutuhannya secara mandiri dapat dilakukan dalam
bentuk: diagnosis dan pemberian motivasi, pelatihan keterampilan;
pendampingan; pemberian stimulan modal, peralatan usaha, dan
tempat usaha; peningkatan akses pemasaran hasil usaha; supervisi dan
advokasi sosial; penguatan keserasian sosial; penataan lingkungan;
dan/atau bimbingan lanjut.

Pemberdayaan sosial untuk meningkatkan peran serta lembaga


dan/atau perseorangan sebagai potensi dan sumber daya dalam
penyelenggaraan kesejahteraan sosial dapat dilakukan dalam bentuk:
diagnosis dan pemberian motivasi; penguatan kelembagaan
masyarakat; kemitraan dan penggalangan dana; dan/atau pemberian
stimulan.

D. Uraian Tugas /Kertas Kerja


MATA KULIAH : Social Empowerment
Tugas : Identifikasi Potensi Masalah dari Kepadatan Penduduk
TUGAS KE :I
Tujuan Tugas :
Mampu mendaftar sebanyak-banyakan potensi masalah yang akan timbul dari
penduduk yang padat pada suatau daerah .
Uraian Tugas
1. Obyek garapan : Potensi Masalah dari Kepadatan Penduduk di Kota Masing-
masing
2. Yang harus dikerjakan dan batasannya : Mendaftar Masalah Yang dapat
ditimbulkan dari Kepadatan Pendudukan Yang ada di wilayah kota masing-
masing disajikan dalam bentuk tabel potensi masalah serta diberikan kategori
pemberdayaan sosial yang dapat diberikan.
3. Metode/cara pengerjaannya :
Modul Pembelajaran
Social empowerment Tema I

a. Mencari data jumlah penduduk, termasuk data berdasarkan jenis


kelamin dan usia sesuai wilayah kabupaten tempat tinggal/asal
mahasiswa dengan mencantumkan sumber data.
b. Mendaftar potensi masalah yang dapat muncul dari kepadatan
penduduk yang tidak dikendalikan dan dikelola dengan baik.
c. Membuat kategori pemberdayaan sosial yang dapat dilakukan.
4. Luaran yang dihasilkan : Data penduduk kabupaten (asal mahasiswa) dan
daftar potensi masalah dari kepadatan penduduk yang tidak terkelola.
5. Kriteria Penilaian
a. Data Penduduk lengkap dari sumber informasi yang dapat
dipertanggungjawabkan dan dapat dilacak/diakses sumber
infromasinya 30%
b. Daftar potensi masalah yang tepat 30%
c. Kategori pemberdayaan sosial yang dapat dilakukan 40%

Anda mungkin juga menyukai