Anda di halaman 1dari 4

Kelompok 3

- Karolina Anggie (209114059)


- Fidelia Fifi (209114060)
-Reynalda Mira (209114106)
- Dinda Risti A (194214092)
- Haical Pradipta (194214093)

SIKAP
1. Sikap adalah perilaku dari hasil pemikiran dan perasaan individu tentang orang, obyek
dan masalah-masalah dalam lingkungannya. Menurut Himmelfarb & Eagley, sikap adalah
kesediaan untuk berespon terhadap stimulus.
 Menurut tokoh lain, sikap adalah evaluasi tentang obyek yang telah diketahui
(Pratkanis & Greenwald).
 Menurut Umar Husein, Sikap adalah evaluasi, perasaan, dan cenderung seseorang
yang relatif konsisten terhadap suatu objek atau gagasan yang terdiri dari aspek
keyakinan dan evaluasi atribut.
 Menurut Kotler, Sikap adalah evaluasi, perasaan, dan kecendrungan seseorang
yang secara konsisten menyukai atau tidak menyukai suatu objek atau gagasan.
 Menurut Sumarwan, sikap merupakan ungkapan perasaan konsumen tentang suatu
objek apakah disukai atau tidak, dan sikap juga menggambarkan kepercayaan
konsumen terhadap berbagai atribut dan manfaat dari objek tersebut.
 Sikap memiliki tiga komponen yakni kognitif, afektif (emosional), konatif
(perilaku).
2. Dapat disimpulakan bahwa sikap merupakan tanggapan reaksi seseorang terhadap objek
tertentu yang bersifat positif atau negatif yang biasanya diwujudkan dalam bentuk rasa
suka atau tidak suka, setuju atau tidak setuju terhadap suatu objek tertentu.
3. Mengapa orang mempunyai sikap universal dan subyektif
Psikolog sosial menggunakan istilah sikap untuk merujuk pada orang evaluasi dari
hampir semua aspek dunia. Orang dapat memiliki reaksi yang baik atau tidak
menyenangkan terhadap masalah, ide, objek, tindakan, orang tertentu, atau seluruh
kelompok seluruh kelompok sosial. Beberapa sikap cukup stabil dan tahan terhadap
perubahan, sedangkan yang lain mungkin tidak stabil dan menunjukkan variabilitas yang
cukup besar tergantung pada situasinya. Kita mungkin relatif tidak jelas atau tidak pasti.
Selain itu, sikap dasar memengaruhi pikiran kita, meskipun tidak selalu tercermin
dalam perilaku terbuka kita. Ada yang dinamakan sikap eksplisit – sadar dan dapat
dilaporkan. Sikap implisit – tidak terkendali dan mungkin tidak dapat diakses secara sadar
oleh kita. Sikap diperoleh dari orang lain melalui proses pembelajaran sosial.
Sikap seseorang pada level eksplisit dapat berbeda dengan sikapnya pada level
implisit. Misal: secara eksplisit bersikap positif terhadap ras lain, namun secara implisit
bersifat negatif.
4. Sikap merupakan faktor yang ada pada diri manusia yang dapat mendorong atau
menimbulkan perilaku tertentu. Sekalipun demikian, sikap mempunyai segi-segi
perbedaan dengan pendorong lain yang ada dalam diri manusia. Menurut Bimo Walgito
(1994), ada beberapa ciri dari sikap, yaitu sebagai berikut:
a. Selalu menggambarkan antara subjek dan objek. Objek dapat berupa tanda, orang,
ideologi, nilai-nilai sosial, lembaga masyarakat, dan sebagainya;
b. Tidak dibawa sejak lahir, tetapi dipelajari dan dibentuk berdasarkan pengalaman dan
latihan;
c. Karena dapat dipelajari, sikap dapat berubah-ubah (meskipun untuk mengubahnya
relatif sulit;
d. Tidak akan hilang meskipun kebutuhan sudah terpenuhi;
e. Tidak hanya satu macam, tetapi sangat beragam sesuai dengan objek yang menjadi
perhatian subjek;
f. Ada faktor motivasi dan perasaan yang membedakannya.
5. Asal-usul sikap:
Sikap diperoleh dari interaksi sosial dana orang lain melalui proses pembelajaran
sosial. Pembelajaran tersebut dapat melibatkan pengkondisian klasik, pengkondisian
instrumental, atau pembelajaran observasi. Sehingga sikap didapat karena ada proses
belajar dan pengadopsian di dalamnya.
6. Proses terbentuknya sikap menurut Baron adalah melalui proses belajar dan juga
pengadopsian, proses belajar tersebut melibatkan ketiga hal, yaitu pengkondisian klasik,
pengkondisian instrumental, dan pembelajaran observasi.
Pengkondisian klasik adalah bentuk dasar dari pembelajaran di mana satu stimulus,
yang awalnya netral menjadi memiliki kapasitas untuk membangkitkan reaksi melalui
rangsangan yang berulang kali dengan stimulus lain. Dengan kata lain satu stimulus
menjadi sebuah tanda bagi kehadiran stimulus lainnya (Robert A Baron, 2003).
Pengkondisian Instrumental adalah Bentuk dasar dari pembelajaran di mana respon
yang menimbulkan hasil positif atau mengurangi hasil negatif yang diperkuat (Robert A
Baron, 2003).
Pembelajaran melalui observasi adalah Salah satu bentuk belajar di mana individu
mempelajari tingkah laku atau pemikiran baru melalui observasi terhadap orang lain
(Robert A Baron, 2003).
Kemudian, terdapat pula faktor eksternal dan internal yang membantu dalam proses
pembentukan sikap. Pembentukan sikap seorang individu juga dipengaruhi oleh adanya
interaksi dengan sekitarnya melalui proses yang kompleks. Gerungan (2004: 166-173)
menguraikan faktor-faktor yang mempengaruhi pembentukan sikap seorang individu
yang berasal dari faktor internal dan eksternal. Faktor internal pembentuk sikap adalah
pemilihan terhadap objek yang akan disikapi oleh individu. Objek yang disikapi secara
mendalam adalah objek yang sudah melekat dalam diri individu. Individu sebelumnya
sudah mendapatkan informasi dan pengalaman mengenai objek, atau objek tersebut
merupakan sesuatu yang dibutuhkan, diinginkan atau disenangi oleh individu kemudian
hal tersebut dapat menentukan sikap yang muncul, positif maupun negatif.
Faktor eksternal mencakup dua pokok yang membentuk sikap manusia, yaitu: 1)
Interaksi kelompok, pada saat individu berada dalam suatu kelompok pasti akan terjadi
interaksi. Masing-masing individu dalam kelompok tersebut mempunyai karakteristik
perilaku. Berbagai perbedaan tersebut kemudian memberikan informasi, atau keteladanan
yang diikuti sehingga membentuk sikap. 2) Komunikasi, melalui komunikasi akan
memberikan informasi. Informasi dapat memeberikan sugesti, motivasi dan kepercayaan.
Informasi yang cenderung diarahkan negatif akan membentuk sikap yang negatif,
sedangkan informasi yang memotivasi dan menyenangkan akan menimbulkan perubahan
atau pembentukan sikap positif.
7. Fungsi Sikap:
a. The Utilitarian Function
sikap memiliki fungsi sebagai suatu alat untuk menyesuaikan diri terhadap
lingkungannya dan membantu individu untuk terlibat didalamnya sehingga individu
tersebut merasa menjadi bagian dari suatu masyarakat.
b. The Knowledge Function
Setiap individu memiliki suatu pedoman atau motif untuk mengetahui suatu hal, ingin
memahami hal itu, juga ingin menambah suatu pengalaman dan pengetahuan. Maka
dari itu, individu tersebut memiliki keteraturan terhadap beraneka macam informasi
yang perlu diasimilasikan di dalam kehidupan sehari-hari.
c. The Value-expressive Function
salah satu fungsi untuk memberikan ekspresi atau mengkomunikasikan pada nilai-
nilai dan konsep diri (identitas yang dimiliki seseorang terhadap orang lain).
d. Ego Defensive Function
Sikap ini mencerminkan kepribadian seseorang individu yang bersangkutan, masalah-
masalah yang dihadapi oleh individu ini belum diselesaikan secara tuntas, individu ini
berusaha untuk mempertahankan dirinya Karena ia merasa takut kehilangan statusnya
di dalam masyarakat.
8. Kegunaan Sikap
a. Mempelajari sesuatu hal dengan ketekunan dan tidak akan berhenti sebelum
menemukan apa yang ingin diketahui atau dicapai.
b. Mengubah ekspresi diri terhadap sesuatu hal agar mendapat dukungan dari orang
lain. Tujuannya adalah untuk memperlihatkan Citra dirinya yang ingin dianggap baik
atau buruk di mata masyarakat.
c. Digunakan untuk memelihara dan meningkatkan harga diri terhadap suatu peristiwa.
Contohnya; seorang individu berkata bahwa nilai tinggi di sekolah yang kita dapatkan
itu tidak memiliki pengaruh bagi masa depan kita atau pada pekerjaan kita kelak.
d. Digunakan untuk menunjukkan nilai-nilai dan prinsip-prinsip seorang individu
dengan mengambil sikap tertentu terhadap suatu permasalahan.
9. Pada psikologi sosial, sikap memiliki 3 teori yaitu:
a. Teori Belajar dan Reinforcement
Sikap dapat dipelajari dengan menggunakan cara yang sama, seperti hal nya
dengan kebiasaan-kebiasaan lain. Orang-orang tidak hanya mendapatkan informasi
dan fakta, namun juga mempelajari mengenai nilai, perilaku, dan perasaan yang
berkaitan dengan fakta tersebut. Individu mendapatkan informasi serta perasaan
melalui proses asosiasi, yang mana asosiasi ini berbentuk stimulus yang dapat muncul
pada tempat dan kondisi yang sama. Proses asosiasi ini nantinya yang akan
menimbulkan sikap pada sebuah benda sama halnya dengan manusia. Individu
mempelajari karakteristik dari sebuah gagasan, negara, program pemerintah, dan
lainnya. Sikap ini terdiri dari pengetahuan yang kemudian ditambahkan pada
komponen evaluatif yang berkaitan, sehingga faktor sederhana dari pembentukan
sebuah sikap merupakan asosiasi yang dimiliki oleh sebuah objek. Sikap juga dapat
dipelajari melalui proses imitasi. Sehingga orang dapat meniru atau mengadaptasi
sikap orang lain, terutama jika orang tersebut adalah orang yang penting dan kuat.
b. Teori Insentif
Teori Insetif memiliki pandangan dalam pembentukan sikap sebagai sebuah
proses dalam menimbang baik serta buruknya dengan berbagai kemungkinan posisi
dan setelah itu mengambil solusi alternatif terhadap suatu kondisi. Salah satu
pendekatan insentif yang cukup populer adalah teori respons kognitif. Kemudian, di
dalam teori tersebut mengasumsikan jika seseorang akan memberikan respons pada
suatu komunikasi/situasi dengan menggunakan beberapa sisi pikiran dan pandangan,
baik itu positif maupun negatif. Serta di dalamnya juga menjelaskan jika pikiran ini
nantinya akan menentukan apakah seseorang berkeinginan untuk mengubah sikapnya
atau tidak sebagai bentuk akibat dari komunikasi. Melalui pendekatan ini terdapat
asumsi jika dalam pengambilan sikap, maka seseorang tersebut akan berusaha untuk
bisa memaksimalkan nilai dari berbagai hasil maupun akibat yang diinginkan. Dalam
teori intensif, lebih menekankan pada keuntungan dan kerugian apa yang akan
didapatkan seseorang saat mengambil posisi tertentu. Selain itu teori intensif juga
lebih mengabaikan pada asal usul dari sebuah sikap serta hanya mempertimbangkan
pada kesimbangan insentif yang sudah terjadi.
c. Teori Konsistensi Kognitif
Kerangka lainnya dalam mempelajari sebuah sikap lebih ditekankan pada
konsistensi kognitif. Pendekatan konsistensi kognitif lebih berkembang di dalam
pendekatan ini menggambarkan seseorang sebagai makhluk yang mana menemukan
hubungan serta makna di dalam struktur kognitifnya. Terdapat 3 pokok yang berbeda
di dalam gagasan ini, pertama yaitu teori keseimbangangan yang di dalamnya
meliputi tekanan kosistensi yang terjadi diantara akibat-akibat didalam kognitif
sederhana. Sistem ini terdiri dari 2 objek, yaitu hubungan yang terjadi diantara 2
objek tersebut serta penilaian seseorang pada objek terssebut. Yang kedua merupakan
pendekatan konsistensi kognitif afektif. Pendekatan ini lebih menjelaskan pada usaha
seseorang untuk membuat kognisi mereka lebih konsisten dibandingkan dengan afeksi
mereka. Sehingga keyakinan, pengetahuan, pendirian yang dimiliki seseorang akan
sangat ditentukan pada pilihan afeksi seseorang. Yang terakhir merupakan teori
ketidaksesuaian (disonance theory). Sikap bisa berubah demi mempertahankan
konsistensi perilaku seseorang dengan perilaku kenyataan. Hal ini dikemukakan
pertama kali oleh Leon Festinger. Teori ketidaksesuaian ini lebih memfokuskan pada
2 sumber pokok, yaitu inkonsistensi sikap perilaku yang diakibatkan pengambilan
sebuah keputusan serta akibat dari perilaku yang bertentangan dengan sebuah sikap.

Sumber:
1. Baron-social psychology, 13rd edition
2. Arifin, Bambang Samsul. 2002. Psikologi Sosial. Bandung: CV Pustaka Setia.
3. https://dosenpsikologi.com/teori-sikap-dalam-psikologi
4. https://eprints.uny.ac.id/21850/4/BAB%20II.pdf
5. https://fennywongso-wordpress-
com.cdn.ampproject.org/v/s/fennywongso.wordpress.com/2012/06/24/fungsi-
sikap/amp/?amp_js_v=a6&amp_gsa=1&usqp=mq331AQHKAFQArABIA%3D
%3D#aoh=1618
6. http://repo.darmajaya.ac.id/473/4/17.%20BAB%20II.pdf

Anda mungkin juga menyukai