Anda di halaman 1dari 26

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Definisi Sosiologi Berikut ini definisi-definisi sosiologi yang dikemukakan beberapa

ahli :

a. Pitirim Sorokin

Sosiologi adalah ilmu yang mempelajari hubungan dan pengaruh timbal balik

antara aneka macam gejala sosial (misalnya gejala ekonomi, gejala keluarga, dan

gejala moral), sosiologi adalah ilmu yang mempelajari hubungan dan pengaruh

timbal balik antara gejala sosial dengan gejala non-sosial dan yang terakhir,

sosiologi adalah ilmu yang mempelajari ciri-ciri umum semua jenis gejala - gejala

sosial lain.

b. RoucekdanWarren

Sosiologi adalah ilmu yang mempelajari hubungan antara manusia dalam

kelompok - kelompok.

c. William F. Ogburn dan Mayer F. Nimkopf

Sosiologi adalah penelitian secara ilmiah terhadap interaksi sosial dan hasilnya,

yaitu organisasi sosial.

d. J.A.A Von Dorn dan C.J. Lammers

Sosiologi adalah ilmu pengetahuan tentang struktur - struktur dan proses - proses

kemasyarakatan yang bersifat stabil.

e. Max Weber

Sosiologi adalah ilmu yang berupaya memahami tindakan-tindakan sosial.

f. Selo Sumardjan dan Soelaeman Soemardi


1
Sosiologi adalah ilmu kemasyarakatan yang mempelajari struktur sosial dan

proses - proses sosial terrnasuk perubahan sosial.

g. Paul B. Horton

Sosiologi adalah ilmu yang memusatkan penelaalran pada kehidupan kelompok

dan produk kehidupan kelompok tersebut.

h. Soejono Soekanto

Sosiologi adalah ilmu yang memusatkan perhatian pada segi - segi

kemasyarakatan yang bersifat umum dan berusaha unhrk mendapatkan pola - pola

umum kehidupan masyarakat.

i. William Komblum

Sosiologi adalah suatu upaya ilmiah untuk mempelajari masyarakat dan perilaku

sosial anggotanya dan menjadikan masyarakat yang bersangkutan dalam berbagai

kelompok dan kondisi.

j. Allan Jhonson

Sosiologi adalah ilmu yang mempelajari kehidupan dan perilaku, terutama dalam

kaitannya dengan suafu sistem sosial dan bagaimana sistem tersebut

mempengaruhi orang dan bagaimana pula orang yang terlibat didalamnya

mempengaruhi sistem tersebut.

Dari berbagai definisi diatas, maka dapat disimpulkan bahwa : Sosiologi

adalah ilmu yang membicarakan opayong sedang terjadi saal ini, khususnya pola-

pola hubungan dalam masyarakat serta berusaha mencari pengertian - pengertian

umum, rasional, empiris serta bersifat umum

Modernisasi dan industrialisasi memunculkan masyarakat modern yang serba

kompleks dengan berbagai masalah sosial yang terdapat di dalamnya. Hal ini

2
disebabkan karena sulitnya beradaptasi dan penyesuaian diri terhadap masyarakat

modern, sehingga menyebabkan kebimbangan, kebingungan, kecemasan dan konflik.

Sebagai dampaknya, orang lalu mengembangkan pola tingkah laku menyimpang dari

norma - norma umum.

Salah satu masalah sosial dalam masyarakat modern adalah kenakalan remaja.

Kenakalan remaja atau dalam bahasa latinnya disebut Juvenille Delinquency

merupakan fenomena yang dewasa ini tak terpisahkan dalam kehidupan kita. Hampir

setiap hari di media massa, kita disajikan berbagai informasi dan laporan yang terkait

dengan kejahatan dan penyimpangan yang dilakukan oleh para remaja. Aksi tawuran

yang dilakukan para pelajar, kasus pemakaian narkoba, sex bebas, pencurian,

munculnya geng yang berorientasi pada penyimpangan, pesta miras, dan perjudian,

seakanakan mewarnai kehidupan remaja di masa ini.

Pada dekade terakhir ini data BPS menyebutkan bahwa setiap tahun terjadi 4.000

kasus pelanggaran hukum yang dilakukan oleh anak dan sejumlah 3.772 anak tersebar

di LP Anak (Konsist edisi 59. 2012: 13). Sangat memprihatinkan apa yang terjadi

pada remaja sekarang ini karena 2 data tersebut merupakan data yang tercatat saja,

dan masih banyak lagi kasus-kasus kenakalan remaja yang masih belum tercatat.

Ada indikasi bahwa kenakalan remaja merupakan fenomena gunung es, yang

sampai saat ini baru diketahui permukaannya saja. Pada prinsipnya kenakalan remaja

merupakan kejahatan yang dilakukan oleh anak-anak muda, atau merupakan gejala

sakit secara sosial pada anak-anak remaja yang disebabkan oleh satu bentuk

pengabaian sosial, sehingga mereka mengembangkan bentuk tingkah laku

menyimpang. Anak-anak muda yang nakal tersebut disebut pula sebagai anak cacat

secara sosial.

3
Mereka menderita cacat mental disebabkan oleh pengaruh sosial yang ada di

tengah masyarakat (Kartini, 2010: 6). Fuad Hasan merumuskan kenakalan remaja

(Sudarsono, 2008: 11- 12) sebagai perbuatan anti sosial yang dilakukan oleh anak

remaja yang bilamana dilakukan oleh orang dewasa dikualifikasikan sebagai tindak

kejahatan. Sedangkan Sudarsono menjabarkan kenakalan remaja dalam arti luas, yaitu

meliputi perbuatan anak remaja yang bertentangan dengan kaidah-kaidah hukum

tertulis, baik yang terdapat dalam KUHP, maupun di luar KUHP.

Dapat pula terjadi perbuatan anak remaja tersebut bersifat anti sosial yang

menimbulkan keresahan masyarakat, dan perbuatan yang melanggar norma-norma

agama yang dianutnya. Menurut Kartini (2010: 57), remaja yang melakukan

kenakalan, didorong oleh berbagai faktor yang kompleks yang mempengaruhinya

baik secara sadar maupun tidak untuk melakukan kenakalan tersebut. 3 Faktor utama

yang mempengaruhi seorang remaja melakukan penyimpangan adalah kondisi

keluarga dan lingkungan tempat remaja tersebut tinggal.

Delinkuensi yang dilakukan oleh anak-anak, para remaja dan adolesens itu pada

umumnya merupakan produk dari konstitusi defektif (penerapan peraturan yang

terlalu mengekang) orang tua, anggota keluarga, dan lingkungan tetangga dekat.

Semua kenakalan yang dilakukan oleh para remaja merupakan mekanisme

kompensatoris (suatu perilaku atau kegiatan yang diakibatkan oleh suatu sebab) untuk

mendapatkan pengakuan terhadap egonya. Keluarga merupakan lingkungan yang

terdekat untuk membesarkan, mendewasakan dan didalamnya seorang anak

mendapatkan pendidikan untuk pertama kalinya.

Keluarga merupakan kelompok masyarakat terkecil, akan tetapi merupakan

lingkungan paling kuat dalam mempengaruhi perkembangan anak. Kondisi keluarga

yang baik akan menciptakan karakter yang baik bagi anaknya, sedangkan kondisi

4
keluarga yang buruk akan menciptakan karakter yang buruk pula bagi anaknya. Oleh

karena itu, perilaku nakal remaja, sedikit banyak dilatar belakangi oleh kondisi

keluarganya yang buruk.

Kondisi di dalam keluarga ditentukan oleh pola asuh yang diterapkan oleh orang

tua dalam keluarga tersebut. Pola asuh orang tua memegang peranan penting dalam

membentuk karakter anak. Kamus Besar Bahasa Indonesia (2005: 695) menyebutkan

pola adalah sistem atau cara, sedangkan asuh adalah membimbing supaya berdiri

sendiri. Orang 4 tua adalah seorang ayah dan ibu dan keduanya yang dapat menerima

perasaan positif maupun perasaan negatif terhadap anaknya.

Menurut Tri Marsiyanti dan Farida Harahap (2005: 51), “Pola asuh orang tua

adalah ciri khas dari gaya pendidikan, pembinaan, pengawasan, sikap, hubungan dan

sebagainya yang diterapkan orang tua kepada anaknya”. Orang tua memilki peran

untuk mendidik dan mengasuh anak, karena orang tua bertanggung jawab terhadap

masa depan anaknya.

Dalam mendidik dan mengasuh anak, masing-masing orang tua memilki pola asuh

yang berbeda-beda. Hal ini disebabkan oleh banyak faktor. Pola asuh yang diterapkan

kepada anak akan mempengaruhi pola perilaku dan kepribadian anak tersebut.

Kenakalan remaja tidak lepas dari peran agama di dalamnya. Dalam berbagai

penelitian ditemukan bahwa para pengguna narkotik khususnya pada para remaja

mempunyai minat yang sangat rendah terhadap agama bahkan boleh dikatakan tidak

ada minat sama sekali. Disebutkan bahwa bila religiusitas di masa remaja tidak ada

atau sangat rendah, maka remaja ini mempunyai resiko lebih tinggi untuk terlibat

dalam penyalahgunaan obat / narkotik dan alkohol (Hawari. 1997: 16).

Kepribadian seorang remaja sangat dipengaruhi oleh norma dan nilai dari agama

yang dianutnya. Karena religiusitas atau agama mempunyai peran dalam mengontrol

5
para penganutnya untuk menjalankan peraturan yang sesuai dengan apa yang

terkandung dalam kitab suci. Bukan hanya menyangkut aspek ibadah saja, agama juga

mengatur setiap 5 aspek dalam kehidupan manusia.

Dapat dikatakan bahwa, agama mempunyai kontribusi yang sangat besar dalam

mengontrol norma dan nilai dalam suatu masyarakat. Dalam kehidupan

berkeluargapun agama mengatur sedemikian rupa dari hubungan suami istri, sampai

cara mendidik anak, sehingga nilai-nilai yang diajarkan oleh keluarga seharusnya

tidak menyimpang dan mengesampingkan ajaran agama.

Sosiologi terutama menelaah gejala-gejala yang wajar dalam masyarakat seperti

norma - norma, kelompok sosial, lapisan masyarakat, lembaga - lembaga

kemasyarakatan, proses sosial, perubahan sosial dan kebudayaan, serta

perwujudannya. Tidak semua gejala tersebut berlangsung secara normal sebagaimana

dikehendaki masyarakat bersangkutan. Gejala - gejala yang tidak dikehendaki

merupakan gejala abnormal atau gejala-gejala patologis. Hal ini disebabkan karena

unsur-unsur masyarakat tidak dapat berfungsi sebagaimana mestinya sehingga

menyebabkan kekecewaan - kekecewaan dan penderitaan. Gejala - gejala abnormal

tersebut dinamakan masalah-masalah sosial.

Masalah - masalah sosial tersebut berbeda dengan problema lainya di dalam

masyarakat karena masalah sosial tersebut berhubungan erat dengan nilai - nilai sosial

dan lembaga kemasyarakatan. Masalah tersebut bersifat sosial karena bersangkut paut

dengan hubungan antar manusia dan di dalam kerangka bagian-bagian kebudayaan

yang normatif. Hal ini dinamakan masalah karena bersangkut-paut dengan gejala-

gejala yang mengganggu kelanggengan dalam masyarakat.

Masalah sosial merupakan suatu ketidak sesuaian antara unsur - unsur kebudayaan

atau masyarakat, yang membahayakan kehidupan kelompok sosial. Atau,

6
menghambat terpenuhinya keinginan - keinginan pokok warga kelompok sosial

tersebut sehingga menyebabkan kepincangan ikatan sosial. Dalam keadaan normal

terdapat integrasi serta keadaan yang sesuai pada hubungan-hubungan antar unsur-

unsur kebudayaan atau masyarakat. Apabila antar unsur-unsur tersebut terjadi

bentrokan, maka hubungan - hubungan sosial akan terganggu sehingga mungkin

terjadi kegoyahan dalam kehidupan kelompok.

Generasi muda adalah tulang punggung Bangsa dan Negara merupakan istilah

yang sering kita dengar sehari-hari. Perubahan-perubahan yang terjadi dalam

lingkungan sosial saat ini memerlukan panutan dan contoh yang dapat membawa

masyarakat kita ke arah yang lebih baik. Terlebih lagi di era reformasi ini, generasi

muda dituntut untuk lebih berpartisipasi dalam membangun masyarakat

Indonesia.Sebagaimana kita ketahui, generasi muda adalah tonggak keberlangsungan

masa depan Indonesia. Mereka adalah harapan kita, sinar matahari yang akan

memberikan warna bagi masa masa depan bangsa.

Generasi muda sekarang ini menjadi bahan pembicaraan oleh semua kalangan

masyarakat, karena generasi muda adalah generasi penerus bangsa yang nantinya

sebagai pemegang nasib bangsa ini, maka generasi mudalah yang menentukan semua

apa yang dicita-citakan bangsa dan Negara ini. Pemuda diharapkan mampu

bertanggung jawab dalam membina kesatuan dan persatuan, serta mengamalkan nilai-

nilai yang ada di dalam pancasila agar terciptanya kedamaian, kesejahteraan umum,

serta kerukunan antar bangsa. Yang paling penting nasib bangsa Indonesia baik

buruknya ke depan itu akan sangat bergantung pada generasi penerusnya yaitu

generasi muda yang bermartabat.

B. RUMUSAN MASALAH

7
Adapun rumusan masalah dari makalah masalah sosial ini adalah :

1. Menjelaskan apa yang dimaksud dengan masalah sosial, batasan dan

pengertiannya.

2. Menjelaskan apa itu klasifikasi masalah sosial dan sebab - sebabnya

3. Menjelaskan ukuran - ukuran sosiologi terhadap masalah sosial.

4. Menjelaskan beberapa masalah sosial penting.

C. TUJUAN

Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah mahasiswa mengerti dan memahami

pengertian masalah sosial, batasan, klasifikasi masalah sosial dan sebab-sebabnya,

dapat mengetahui ukuran-ukuran sosiologi terhadap masalah-masalah sosial serta

mampu memberikan contoh masalah sosial penting.

BAB II

PEMBAHASAN

1. Pokok Bahasan Sosiologi

8
a. Fakta sosial

Fakta sosial adalah cara bertindak, berpikir, dan berperasaan yang berada di

luar individu dan mempunyai kekuatan memaksa dan mengendalikan individu

tersebut. Contotg di sekolah seoftmg murid diwajibkan untuk datang tepat

waktu, menggunakan seragam, dan bersikap hormat kepada guru. Kewajiban-

kewajiban tersebut dituangkan ke dalam sebuah aturan dan memiliki sanksi

tertentu jika dilanggar. Dari contoh tersebut bisa dilihat adanya cara bertindak

berpikir yang ada di luar individu (sekolah), yang bersifat memaksa dan

mengendalikan individu (mwid).

b. Tindakan sosial

Tindakan sosial adalah suatu tindakan yang dilatrarkan dengan

mempertimbangkan perilaku orang lain. Contoh, menanam bunga untuk

kesenangan pribadi bukan merupakan tindakan sosial, tetapi menanam bunga

untuk diikutsertakan dalam sebuah lomba sehingga mendapat perhatian orang

lain, merupakan tindakan sosial.

c. Khayalan sosiologis

Khayalan sosiologis diperlukan untuk dapat memahami apa yang terjadi di

masyarakat maupun yang ada dalam diri manusia. Menurut Wright Mills,

dengan khayalan sosiologi, kita mampu memahami sejaratr masyarakat,

riwayat hidup pribadi, dan hubungan antara keduanya. Alat untuk melalcukan

khayalan sosiologis adalah troubles dar.issues. Troubles adalah permasalahan

pribadi individu dan merupakan ancaman terhadap nilai-nilai pribadi. Issues

hal yang ada di luar jangkauan kehidupan pribadi individu. Contoh, jika suatu

daerah hanya memiliki satu orang yang menganggur, maka pengangguran itu

adalah trouble. Masalah individual ini pemecahannya bisa lewat keterampilan

9
pribadi. Sementara jika di kota tersebut ada l2 juta penduduk yang

menganggur dari 18 juta jiwa yang ada, maka pengangguran tersebut

merupakan issue, yang pemecahannya menuntut kajian lebih luas lagi.

d. Realitas sosial

Seorang sosiolog harus bisa menyingkap berbagai tabir dan mengungkap tiap

helai tabir meqfadi suatu realitas yang tidak terduga. Syaratnya, sosiolog

tersebut harus mengikuti aturan-aturan ilmiatr dan melalcukan pembuktian

secara iltriah dan obyektif dengan pengendalian prasangka pribadi, dan

pengamatan tabir secara jeli serta menghindari penilaian normatif.

e. Ciri-Ciri dan Hakikat Sosiologi

Sosiologi merupakan salah satu bidang ilmu sosial yang mempelajari

masyarakat. Sosiologi sebagai ilmu telah memenuhi semua unsur ilmu

pengetahuan. Menurut Harry M. Johnso, yang dikutip oleh Soerjono Soekanto,

sosiologi sebagai ilmu mempunyai ciri-ciri, sebagai berikut :

1. Empiris, yaitu didasarkan pada observasi dan akal sehat yang hasilnya

tidak bersifat spekulasi (menduga-duga).

2. Teoritis, yaitu selalu berusaha menyusun abstraksi dari hasil observasi

yang konkret di lapangan, dan abstraksi tersebut merupakan kerangka dari

unsur-unsur yang tersusun secara logis dan bertujuan menjalankan

hubungan sebab akibat sehingga menjadi teori.

3. Komulatif, yaitu disusun atas dasar teori-teori yang sudah ada, kemudian

diperbaiki, diperluas sehingga memperkuat teori-teori yang lama.

4. Nonetis, yaitu pembahasan suatu masalah tidak mempersoalkan baik atau

buruk masalah tersebut, tetapi lebih bertnjuan untuk menjelaskan masalatr

tersebut sefftra mendalam.

10
f. Hakikat sosiologi sebagai ilmu pengetahuan sebagai berikut :

1. Sosiologi adalah itmu sosial karena yang dipelajari adalah gejala - gejala

kemasyarakatan.

2. Sosiologi termasuk disiplin ilmu normatif, bukan merupakan disiplin ilrnu

kategori yang membatasi diri pada kejadian saat ini dan bukan apa yang

terjadi atau seharusnya terjadi.

3. Sosiologi termasuk ilmu pengetahuan murni (pure science) dan ilmu

pengetahuan terapan.

4. Sosiologi merupakan ilmu pengetahuan abstrak dan bukan ilmu

pengetahuan konkret. Artinya yang menjadi perhatian adalah bentuk dan

pola peristiwa dalam masyarakat secara menyeluruh, bukan hanya

peristiwa itu sendiri.

5. Sosiologi bertujuan menghasilkan pengertian dan pola-pola umum, serta

mencari prinsip-prinsip dan hukum-hukum umum dari interaksi manusia,

sifat, hakikat, bentulg isi, dan strul$ur masyarakat manusia.

6. Sosiologi merupakan ilmu pengetahuan yang empiris dan rasional. Hal ini

menyangkut metode yang digunakan.

7. Sosiologi merupakan ilmu pengetahuan umum, artinya sosiologi

mempunyai gejala-gejala umum yang ada pada interaksi antara manusia.

(Kamanto Sunarto. 2004:5)

g. Obyek Sosiologi

Sosiologi sebagai ilmu pengetahuan memptrnyai beberapa obyek antara lain :

1. Obyek Material

Obyek material sosiologi adalah kehidupan sosial, gejala-gejala dan proses

hubungan antara manusia yang memengaruhi kesatuan manusia itu sendiri.

11
2. Obyek Formal

Obyek formal sosiologi lebih ditekankan pada manusia sebagai makhluk

sosial atau masyarakat. Dengan demikian obyek formal sosiologi adalah

hubungan manusia antara manusia serta proses yang timbul dari hubungan

manusia di dalam masyarakat. (James. M. Henslin,2002: l0)

h. Ruang Lingkup Kajian Sosiologi

Sebagai ilmu pengetahuan, sosiologi mengkaji lebih mendalam pada

bidangnya dengan cara bervariasi ( Pitirim Sorokin. 1928:25). Misalnya

sosiolog mengkaji dan mengamati kenakalan remaja di Indonesia saat ini,

mereka akan mengkaji mengapa remaja tersebut nakal, mulai kapan remaja

tersebut berperilaku nakal, sampai memberikan altematif pemecahan masalah

tersebut. Hampir semua gejala sosial yang terjadi di desa maupun di kota baik

individu ataupun kelompok, merupakan ruang kajian yang cocok bagi

sosiologi, asalkan menggunakan prosedur ilmiah. Ruang lingkup kajian

sosiologi lebih luas dari ilmu sosial lainnya (Randall Collins. 1974:19). Hal ini

dikarenakan ruang lingkup sosiologi mencakup semua interaksi sosial yang

berlangsung antara individu dengan individrl individu dengan kelompok, serta

kelompok dengan kelompok di lingkungan masyarakat.

Ruang lingkup kajian sosiologi tersebut jika dirincikan menjadi beberapa hal,

misalnya antara lain :

1. Ekonomi beserta kegiatan usahanya secara prinsipil yang berhubungan

dengan produksi, distribusi,dan penggunaan sumbersumber kekayaan alam

2. Masalah manajemen yaitu pihak-pihak yang membuat kajian, berkaitan

dengan apa yang dialami warganya

12
3. Persoalan sejarah yaitu berhubungan dengan catatan kronologis, misalnya

usaha kegiatan manusia beserta prestasinya yang tercatat, dan sebagainya.

(George Ritzer. 1992:28)

2. Masalah Sosial, Batasan dan Pengertian

Masalah sosial menyangkut nilai-nilai  sosial dan moral. Masalah tersebut

merupakan persoalan karena menyangkut tata kelakuan yang inmoral, berlawanan

dengan hukum dan bersifat merusak. Oleh sebab itu, masalah - masalah sosial tak

akan mungkin ditelaah tanpa mempertimbangkan ukuran - ukuran masyarakat

mengenai apa yang dianggap baik dan apa yang dianggap buruk. Sosiologi

menyangkut teori yang hanya dalam batas tertentu menyangkut nilai - nilai sosial

dan moral, yang terpokok adalah aspek ilmiahnya.

Masalah sosial masyarakat menyangkut analisis tentang macam - macam

gejala kehidupan masyarakat, sedangkan problema sosial meneliti gejala - gejala

abnormal masyarakat dengan maksud untuk memperbaiki atau bahkan untuk

menghilangkannya. Sosiologi menyelidiki persoalan - persoalan umum dalam

masyarakat dengan maksud untuk menemukan dan menafsirkan kenyataan

-kenyataan kehidupan masyrakat. Sementara itu, usaha - usaha perbaikannya

merupakan bagian dari pekerjaan sosial. Dengan kata lain sosiologi berusaha

untuk memahami kekuatan - kekuatan dasar yang berada di belakang tata

kelakuan sosial. Pekerjaan sosial berusaha untuk menanggulangi gejala - gejala

abnormal dalam masyarakat, atau untuk memecahkan persoalan - persoalan yang

dihadapi oleh masyarakat.

Masalah sosial merupakan suatu ketidak sesuaian antara unsur - unsur

kebudayaan atau masyarakat, yang membahayakan kehidupan kelompok sosial

atau, menghambat terpenuhinya keinginan - keinginan pokok warga kelompok


13
sosial tersebut sehingga menyebabkan kepincangan ikatan sosial. Dalam keadaan

normal terdapat integrasi serta keadaan yang sesuai pada hubungan - hubungan

antar unsur - unsur kebudayaan atau masyarakat. Apabila antar unsur - unsur

tersebut terjadi bentrokan, maka hubungan - hubungan sosial akan terganggu

sehingga mungkin terjadi kegoyahan dalam kehidupan kelompok.

Perumusan masalah sosial tidak begitu sukar, daripada usaha - usaha untuk

membuat suatu indeks yang memberi petunjuk akan adanya masalah sosial

tersebut. Para sosiologi telah banyak mengusahakan adanya indeks - indeks

tersebut seperti misalnya indeks simple rates , yaitu angka laju gejala - gejala

abnormal dalam masyarakat, angka bunuh diri, perceraian, kejahatan anak - anak,

dan seterusnya.

Sering kali juga diusahakan sistem composite indices,  yaitu gabungan indeks-

indeks dari bermacam-macam aspek yang mempunyai kaitan satu sama lainnya

contohnya angka bunuh diri di hungkan dengan tingkat kemiskinan yang menjadi

faktor melakukan tindakan tersebut. Namun demikian, ada beberapa ukuran

umum yang dapat dipakai sebagai ukuran terjadinya suatu disorganisasi dalam

masyarakat umpamanya adanya keresahan sosial.

Karena terjadinya pertentangan antara golongan - golongan dalam masyarakat,

frekuensi penemuan baru yang fundamental dalam kebudayaan dan masyarakat

tersebut juga menyebabkan perubahan - perubahan.

3. Klasifikasi Masalah Sosial dan Sebab-Sebabnya

Masalah sosial timbul dari kekurangan - kekurangan dalam diri manusia atau

kelompok sosial yang bersumber pada faktor - faktor ekonomis, biologis,

biofsikologis dan kebudayaan. Setiap masyarakat mempunyai norma yang

bersangkut - paut dengan kesejahteraan kebendaan, kesehatan fisik, kesehatan


14
mental, serta penyesuaian diri individu untuk kelompok sosial. Penyimpangan

-penyimpangan terhadap norma - norma tersebut merupakan gejala abnormal yang

merupakan masalah sosial. Sesuai dengan sumber-sumbernya masalah sosial

dapat diklasifkasikan dalam keempat kategori diatas.

Problema - problema yang berasal dari faktor ekonomis antara lain

kemiskinan, pengangguran, dan sebagainya. Penyakit, misalnya berasal dari faktor

bilogis. Dari faktor fisikologis timbul seperti penyakit saraf (neurosis), bunuh diri,

disorganisasi jiwa, dan seterusnya. Sementara itu persoalan yang menyangkut

perceraian, kejahatan, kenakalan anak - anak, konflik, dan keagamaan bersumber 

pada faktor kebudayaan.

4. Ukuran-Ukuran Sosiologi Terhadap Masalah Sosial

Didalam menentukan apakah suatu masalah - masalah problema sosial atau

tidak, sosiologi menggunakan beberapa pokok persoalan sebagai ukuran, yaitu

sebagai berikut :

a. Kriteria Utama

Suatu masalah sosial, yaitu tidak adanya persesuaian antara ukuran dan

nilai - nilai sosial dengan kenyataan serta tindakan - tindakan sosial. 

Unsur - unsur yang pertama dan pokok masalah sosial adalah adanya

perbedaan yang mencolok antara nilai sosial dengan kondisi nyata

kehidupan. Artinya, adanya kepincangan antara anggapan - anggapan

masyarakat tentang apa yang seharusnya terjadi dengan apa yang terjadi

dalam kenyataan pergaulan hidup.

b. Sumber-Sumber Sosial dan Masalah Sosial

Pernyataan tersebut diatas sering kali diartikan secara sempit, yaitu

masalah sosial merupakan persoalan-persoalan yang timbul secara


15
langsung dari atau bersumber langsung pada kondisi - kondisi maupun

proses - proses sosial. Jadi, seba terpenting masalah sosial haruslah bersifat

sosial. Ukurannya tidaklah semata-mata pada perwujudannya yang bersifat

sosial, tetapi juga sumbernya. Berdasarkan jalan pikiran yang demikian,

kejadian - kejadian yang tidak bersumber pada perbuatan manusia

bukanlah merupakan masalah sosial.

c. Pihak-Pihak  yang Menetapkan Apakah suatu Kepincangan Merupakan

Masalah Sosial atau Tidak.

Dalam hal ini para sosiologi harus mempunyai hipotesis sendiri untuk

kemudian diujikan pada kenyataan-kenyataan yang ada. Sikap masyarakat

itu sendirilah yang menentukan apakah suatu gejala merupakan suatu

masalah sosial atau tidak.

d. Perhatian Masyarakat dan Masalah Sosial

Suatu masalah yang merupakan manifest social problem adalah

kepincangan-kepincangan yang menurut keyakinan masyarakat dapat

diperbaiki, dibatasi atau bahkan dihilangkan. Lain halnya dengan latent

social problem yang sulit diatasi karena walaupun masyarakat tidak

menyukainya, masyarkat tidak berdaya untuk mengatasinya. Di dalam

mengatasi maslah tersebut, sosilogi seharusnya berpegang pada perbedaan

kedua macam masalah tersebut yang didasarkan pada sistem nilai-nilai

masyarakat; sosiologi seharusnya mendorong masyarakat untuk

memperbaiki kepincangan-kepincangan yang diterimanya sebagai gejala

abnormal yang mungkin dihilangkan atau diatasi.

5. Masalah Sosial

16
Ada beberapa persoalan penting  yang dihadapi oleh masyarakat - masyarakat,

misalnya sebagai berikut :

a. Kemiskinan

b. Kejahatan

c. Disoganisasi Keluarga

d. Masalah Generasi Muda Dalam Masyarakat Modern

e. Peperangan

f. Masalah Kependudukan

g. Masalah Lingkungan Hidup

h. Birokrasi

i. Pelanggaran terhadap norma - norma masyarakat 

j. Pelacuran

k. Delinkuensi anak - anak

l. Alkoholisme

m. Homoseksualitas

6. Pemecahan Masalah Sosial

Dalam memecahkan masalah sosial ada beberapa metode yang dapat

digunakan yaitu, metode preventif dan metode represif. Metode yang preventif

jelas lebih sulit dilaksanakan karena harus didasarkan pada penelitian yang

mendalam terhadap sebab - sebab terjadinya masalah sosial. Artinya, setelah suatu

gejala dapat dipastikan sebagai masalah sosial, baru diambil tindakan - tindakan

untuk mengatasinya. Di dalam mengatasi sosial, tidaklah semata - mata melihat

aspek sosiologis, tetapi juga aspek - aspek lainnya. Dengan demikian, diperlukan

suatu kerja sama antara ilmu pengetahuan kemasyarakatan pada khususnya untuk

memecahkan masalah sosial yang dihadapi tadi.


17
7. Generasi Muda

Generasi Muda adalah terjemahan dari young generation lawan dari old age.

Youth mengandung arti populasi remaja / anak muda / pemuda yang sedang

membentuk dirinya. Melihat kata "Generasi muda" yang terdiri dari dua kata yang

majemuk, kata yang kedua adalah sifat atau keadaan kelompok individu itu masih

berusia muda dalam kelompok usia muda yang diwarisi cita-cita dan dibebani hak

dan kewajiban, sejak dini telah diwarnai oleh kegiatan - kegiatan kemasyarakatan

dan kegiatan politik. Maka dalam keadaan seperti ini generasi muda dari suatu

bangsa merupakan "Young Citizen".

Pengertian generasi muda erat hubungannya dengan arti generasi muda

sebagai generasi penerus. Yang dimaksud "Generasi Muda" secara pasti tidak

terdapat satu definisi yang dianggap paling tepat akan tetapi banyak pandangan

yang mengartikannya tergantung dari sudut mana masyarakat melihatnya. Namun

dalam rangka untuk pelaksanaan suatu program pembinaan bahwa "Generasi

Muda" ialah bagian suatu generasi yang berusia 0 – 30 tahun.

Dilihat dari segi biologis, ada istilah bayi, anak, remaja, pemuda dan dewasa.

Anak  1- 12 tahun, remaja 12 - 15 tahun, pemuda 15- 30 tahun, dewasa 30 tahun

ke atas. Untuk kepentingan perencanaan modern digunakan istilah sumber-sumber

daya manusia muda (Young human resources) sebagai salah satu dari 3 sumber -

sumber pembangunan, yaitu : 

a. sumber-sumber alam (natural resources)

b. sumber-sumber dana (financial resources)

c. sumber-sumber daya manusia (human resources)

Yang dimaksud dengan sumber-sumber daya manusia muda adalah dari 0 – 18

tahun. Dilihat dari sudut ideologis-politis, maka generasi muda adalah calon

18
pengganti generasi terdahulu dalam hal ini berumur antara 18 sampai 30 tahun,

dan kadang-kadang sampai umur 40 tahun. Pengertian pemuda berdasarkan umur

dan lembaga serta ruang lingkup tempat pemuda berada. Diperoleh 3 kategori :

a. Siswa/siswi usia antara 6 – 18 tahun, yang masih ada dibangku sekolah

b. Mahasiswa di Universitas atau perguruan tinggi, yang berusia antara 18-21

tahun.

c. Pemuda di luar lingkungan sekolah maupun perguruan tinggi yang berusia

antarea 15-30 tahun.

8. Mengembangkan Potensi Generasi Muda

Negara berkembang masih banyak mendapat kesulitan untuk penyelenggaraan

pengembangan tenaga usia muda melalui pendidikan. Sehubung dengan itu negara

yang berkembang merasakan selalu kekurangan tenga terampil dalam mengisi

lowongan - lowongan pekerjaan tertentu yang meminta tenaga kerja dengan

keterampilan khusus.

Kekurangan tenaga terampil itu terasa manakala negara-negara sedang

berkembang merencanakan dan berambisi untuk mengembangkan dan

memanfaatkan sumber-sumber alam yang mereka miliki. Pembinaan dan

pengembangan potensi angkatan muda pada tingkat perguruan tinggi, lebih

banyak diarahkan dalam program-program studi dalam berbagai ragam

pendidikan formal. Mereka dibina digembleng di laboratorium dan pada

kesempatan praktek lapangan. Kaum muda memang betul-betul merupakan suatu

sumber bagi pengembangan masyarakat dan bangsa. Oleh karena itu, pembinaan

dan perhatian khusus harus diberikan bagi kebutuhan dan pengembangan potensi

mereka. Cara mengembangkan potensi generasi muda :

19
a. Individu harus diberi ilmu pengetahuan (keterampilan) yang dibutuhkan bagi

kehidupan kelak di masyarakat.

b. Individu harus mampu berkomunikasi secara efektif dan mengembangkan

kemampuannya.

c. Pengendalian fungsi-fungsi organik yang dipelajari melalui latihan-latihan

mawas diri yang tepat.

d. Bertingkah laku secara selaras dengan norma atau tata nilai dan kepercayaan

pokok ada pada lembaga atau kelompok khususnya dan pada masyarakat

umumnya.

Tujuan  pengembangan generasi muda adalah :

a. Memantapkan persatuan dan kesatuan bangsa

b. Mewujudkan kader-kader penerus perjuangan bangsa

c. Melahirkan kader-kader pembangunan nasional dengan angkatan kerja

berbudi luhur, dinamis dan kreatif.

d. Mewujudkan warga negara Indonesia yang memiliki kreatifitas kebudayaan

nasional.

e. Mewujudkan kader-kader patriot pembela bangsa yang berkesadaran dan

berketahanan nasional.

9. Permasalahan dan Peranan Generasi Muda di Masyarakat

A. Permasalahan Generasi Muda

Masalah pemuda merupakan masalah yang abadi dan selalu dialami

oleh setiap generasi dalam hubungannya dengan generasi yang lebih tua.

Problem itu disebabkan karena akibat dari proses pendewasaan seseorang,

penyesuaian dirinya dengan situasi yang baru timbulah harapan setiap pemuda

akan mempunyai masa depan yang lebih baik dari pada orang tuanya.

20
Masalah antar generasi merupakan salah satu kesalahan masyarakat

yang dikenal sejak dulu kala. Yang dipernasalahkan adalah nilai-nilai

masyarakat. Pada umumnya dapat dikatakan bahwa masalah antar generasi

mencerminkan bagaimana kebudayaan masyarakat itu sendiri. Sehubungan

dengan ini para ahli sosial berpendapat bahwa masalah antar generasi kurang

dan hampir tidak terdapat dimasyarakat tradisional.

Dengan demikian dapatlah dikatakan bahwa antar generasi merupakan

suatu masalah modern. Berbagai macam permasalahan generasi muda yang

muncul pada saat ini antara lain :

a. Menurunnya jiwa idealisme, patriotisme dan nasionalisme dikalangan

masyarakat termasuk jiwa pemuda.

b. Kekurang pastian yang dialami oleh generasi muda terhadap masa

depannya.

c. Belum keseimbangannya antara jumlah generasi muda dengan fasilitas

pendidikan yang tersedia, baik yang formal maupun non formal.

d. Kekurangan lapangan dan kesempatan kerja serta tinggi nya tingkat

pengangguran dan setengah pengangguran dikalangan generasi muda

mengakibatkan berkurangnya produktifitas oleh nilai-nilai kekuasaan dan

sebagainya.

e. Masih langkanya pengalaman-pengalaman yang dapat merelefansikan

pendapat sikap dan tindakanya dengan kenyataan yang ada.

Dengan demikian bagaimana semua masalah itu agar dapat dipecahkan

olah masyarakat merupakan cerminan kebudayaan masyarakat itu sendiri.

B. Peranan di Masyarakat

21
Masa depan suatu bangsa terletak pada generasi mudanya sebab merekalah yang

menggantikan generasi sebelumnya dalam memimpin bangsa oleh karena itu generasi

muda perlu diberi bekal berupa ilmu pengetahuan sesuai dengan tuntunan zaman.

Salah satu cara dalam memperoleh bekal pengetahuan tersebut dapat melalui

pendidikan baik formal maupun nonformal baik itu pendidikan dasar maupun

pendidikan tinggi. Hal-hal yang menghambat kemajuan harus diganti dengan hal-hal

baru sesuai dengan tuntunan dan perkembangan masyarakat.

Oleh karena itu dalam mengadakan perubahan hendaknya memperhatikan situasi dan

kondisi mereka berada. Pembagunan yang kita laksanakan itu jelas merupakan

rangkaian gerakan perubahan menuju kemajuan. Dalam beberapa hal, perubahan itu

merupakan perombakan yang sangat mendasar.

Perubahan atau kemajuan dalam pembangunan bukan hanya perubahan fisik saja

tetapi membawa serta perubahan sosial. Perubahan sosial itu mengandung kekuatan

dinamika karena mnyangkut tata nilai, sikap dan tingkah laku. Dengan kata lain

pembangunan memerlukan pembaruan.

Pembangunan tidak akan berjalan lancar jika manusia tidak giat bekerja oleh karena

itu pembangunan adalah penggantian yang lama dengan yang baru, yang telah

diperhitungkan oleh keadaan sekitarnya, maka mahasiswa berkewajiban untuk ikut serta

dalam derap pembangunan.

Disamping itu generasi muda bertugas sebagai pelopor pembangunan sehingga perlu

difikirkan kesesuaian macam pembaruan dengan lingkungan masyarakat sekitarnya.

Meskipun hal-hal baru itu tidak selalu membawa kebahagiaan kepada masyarakat,

bahkan kadang-kadang dapat menjerumuskan masyarakat ketingkat kehidupan yang

kurang baik. Oleh karena itu generasi muda yang telah dibekali ilmu pengetahuan yang

22
tinggi hendaknya dapat memilih mana - mana yang perlu diubah dan tidak perlu diubah

disamping itu perlu dipikirkan keikut sertaan masyarakat dalam pembaharuan tersebut.

Dengan demikian, hasilnya akan seperti yang diharapkan.

Masalah generasi muda dalam masyarakat  erat kaitannya dengan sosialisasi dan

modernisasi. Sosialisasi adalah proses penanaman nilai dan aturan dari satu generasi ke

generasi lainnya dalam sebuah masyarakat. Berdasarkan jenisnya sosialisasi dibagi

menjadi dua yaitu sosialisasi primer dan sekunder. Sedangkan modernisasi yaitu proses

menuju masyarakat yang modern, modernisasi dapt pula berarti perubahan dari

masyarakat tradisional menuju masyarakat yang modern. Adapun proses sosialisasi

yang keliru dapat menyebabkan penyimpangan.

Faktor penyebab penyimpangan yaitu :

a. Tidak adanya nilai dan norma: ukuran perilaku menyimpang bukan pada ukuran baik

buruk atau benar salah menurut pengertian umum, melainkan berdasar ukuran

longgar atau tidaknya norma dan nilai sosial masyarakat

b. Penyalahgunaan peran: otoritas kekuasaan dan status yang dimiliki oleh seseorang

kelompok tertentu di masyarakat yang seluruhnya menjadi contoh yang baik, tetapi

melakukan tindakan penyalahgunaan dengan mengabaikan norma

c. Psikologis: menjelaskan sebab terjadinya penyimpangan ada kaitannya dengan

kepribadian yang memiliki kecenderungan untuk melakukan penyimpangan

d. Kurangnya kontrol sosial atau pengawasan terhadap pelaksanaan norma dan nilai

yang berlaku di masyarakat. Masalah sosial dalam masyarakat modern dapat dikaji

dengan teori interaksionalisme simbolik Herbert Blumer.

Individu dalam interaksionisme simbolik Blumer dapat dilihat pada tiga

premis yang diajukan yaitu pertama,  manusia bertindak terhadap sesuatu

berdasarkan makna-makna yang ada pada sesuatu itu pada mereka. Kedua, makna

23
tersebut berasal dari orang lain. Ketiga, makna-manka tersebut disempurnakan pada

saat proses interaksi itu berlangsung. Sebagaimana yang dinyatakan oleh Blumer

“bagi seseorang makna dari sesuatu berasal dari cara-cara orang lain bertindak

terhadapnya dalam kaitannya dengan sesuatu itu”. Akibat dari tindakan itu maka

orang lain akan memberikan batasan pada sesuatu yang berasal dari interaksi    itu.

BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Adapun kesimpulan dari makalah masalah sosial ini adalah :

1. Masalah sosial menyangkut nilai-nilai  sosial dan moral. Masalah tersebut

merupakan persoalan karena menyangkut tata kelakuan yang inmoral,

berlawanan dengan hukum dan bersifat merusak.

2. Sesuai dengan sumber - sumbernya maslah sosial dapat diklasifkasikan dalam

keempat kategori, yaitu  faktor - faktor ekonomis, biologis, biofisikologis dan

kebudayaan.

3. Ukuran - ukuran sosiologi terhadap masalah sosial meliputi,  kriteria utama,

sumber - sumber sosial dan masalah sosial, pihak - pihak   yang menetapkan

apakah suatu kepincangan merupakan masalah sosial atau tidak, perhatian

masyarkat dan masalah sosial.

24
4. Beberapa masalah sosial penting meliputi, kemiskinan, kejahatan,

disorganisasi keluarga, masalah generasi muda dalam masyarakat modern,

peperangan, pelanggaran terhadap norma - norma masyarakat, masalah

kependudukan, masalah lingkungan hidup, birokrasi.

5. Dalam memecahkan masalah sosial ada beberapa metode yang dapat

digunakan yaitu, metode preventif dan metode represif.

6. Generasi muda sekarang ini menjadi bahan pembicaraan oleh semua kalangan

masyarakat, karena generasi muda adalah generasi penerus bangsa yang

nantinya sebagai pemegang nasib bangsa ini, maka generasi mudalah yang

menentukan semua apa yang dicita-citakan bangsa dan Negara ini.

Banyak permasalahan yang terjadi pada generasi saat ini seperti

penyimpangan – penyimpangan didalam masyarakat dan Menurunnya jiwa

idealisme, patriotisme dan nasionalisme dikalangan pemuda

generasi saat ini harus peduli tentang masalah – masalah pemuda, karena

pemuda merupakan tombak generasi bangsa. Dan pemuda harus peduli pada

bangsa ini agar kita sebagai pemuda menjadi generasi yang bermartabat.

25
B. SARAN

Dengan adanya makalah ini diharapakan siswa telah mengerti dan memahami

masalah sosial, sehingga dapat menerapkan nya dalam kehidupan masyarakat dan

mengurangi tingkat permasalahan sosial yang terjadi dalam masyarakat itu sendiri.

Sebagai generasi muda yang bermartabat kita harus peduli akan masalah bangsa ini

dan menghindari hal – hal yang merugikan,dimulai dari diri kita sendiri. Kita harus

memperdalam ilmu dan mempertebal ahklak yang baik agar kita tidak terjerumus

kedalam hal – hal yang merugikan.

26

Anda mungkin juga menyukai