Anda di halaman 1dari 17

PENGARUH PSIKOLOGI

TERHADAP KENAKALAN REMAJA

NAOMI ELSHINTALIA

JURUSAN KEPERAWATAN (TINGKAT I B)

POLITEKNIK KESEHATAN

KEMENTRIAN KESEHATAN JAKARTA I

Jalan Wijaya Kusuma No. 47-48, Cilandak Barat, Jakarta Selatan


BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Remaja adalah masa peralihan dari kanak-kanak ke dewasa. Seorang
remaja sudah tidak lagi dapat dikatakan sebagai kanak-kanak, namun ia masih
belum cukup matang untuk dapat dikatakan dewasa. Ia sedang mencari pola
hidup yang paling sesuai baginya dan inipun sering dilakukan melalui metode
coba-coba walaupun melalui banyak kesalahan.
Kesalahan yang dilakukannya sering menimbulkan kekuatiran serta
perasaan yang tidak menyenangkan teman sebayanya. Hal ini karena mereka
semua masih dalam masa mencari identitas. Kesalahan-kesalahan yang
menimbulkan kekesalan lingkungan inilah yang sering disebut sebagai
kenakalan remaja.
Dewasa ini, kenakalan remaja telah menjadi penyakit ganas di tengah-
tengah masyarakat. Berbagai kasus kenakalan remaja telah meresahkan
masyarakat, misalnya kasus pencurian, kasus asusila seperti free sex,
pemerkosaan, bahkan pembunuhan.
Sebenarnya kenakalan semacam itu normal terjadi pada diri remaja
karena pada masa itu mereka sedang berada dalam transisi anak menuju
dewasa. Perilaku menyimpang atau jahat jika dalam batas-batas tertentu,
dianggap sebagai fakta sosial yang normal.
Dengan demikian, perilaku dikatakan normal sejauh perilaku tersebut
tidak menimbulkan keresahan dalam masyarakat, perilaku tersebut terjadi
dalam batas-batas tertentu dan dilihat pada suatu perbuatan yang tidak
disengaja. Namun, terkait dengan pemikiran tersebut, kenyataan yang akhir-
akhir ini terjadi adalah kenakalan remaja yang disengaja, yaitu yang dilakukan
dengan kesadaran.
Remaja memiliki potensi besar untuk melakukan hal-hal menyimpang
dari kondisi atau perilaku normal. Seperti adanya pergolakan dalam diri
mereka untuk melakukan hal-hal yang berbeda dengan yang lain di
sekelilingnya, hal-hal nyang dianggap normal oleh kebanyakan orang. Hal itu
disebabkan karena setiap manusia pada dasarnya akan mengalami dorongan
untuk melanggar pada keadaan tertentu. Sebaliknya, orang yang dianggap
normal dapat menahan diri dari dorongan-dorongan untuk menyimpang.
Dorongan semacam itupun didasari oleh berbagai hal, seperti motif untuk
mencari sensasi, bahkan karena sifat dasar remaja yang pada usia itu sedang
melalui tahap mengidentifikasi, misalnya meniru apa yang dilakukan tokoh
idola atau sesuatu yang dianggapnya menarik.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, penulis merumuskan rumusan masalah
sebagai berikut :
1. Apa pengertian psikologi remaja ?
2. Bagaimana perkembangan psikologi remaja ?
3. Apa pengertian kenakalan remaja ?
4. Apa faktor-faktor yang melatarbelakangi kenakalan remaja ?
5. Apa dampak yang ditimbulkan dari kenakaln remaja ?
6. Bagaimana hubungan psikologi dengan kenakalan remaja ?
7. Apa upaya yang dilakukan untuk mengatasi kenakalan remaja ?

C. Tujuan Penulisan Makalah


Sejalan dengan rumusan masalah di atas, makalah ini disusun dengan
tujuan untuk mengetahui dan mendeskripsikan :
1. Pengertian psikologi remaja
2. Perkembangan psikologi remaja
3. Pengertian kenakalan remaja
4. Faktor-faktor yang melatarbelakangi kenakalan remaja
5. Dampak yang ditimbulkan dari kenakalan remaja
6. Hubungan antara psikologi dengan kenakalan remaja
7. Upaya untuk mengatasi kenakalan remaja
BAB II

PEMBAHASAN

I. Pengertian Psikologi Remaja


Menurut Hurlock (1981) remaja adalah mereka yang berada pada usia
12-18 tahun. Menurut Monks, dkk (2000) member batasan usia remaja adalah
12-21 tahun. Sedangkan menurut Stanley Hall (dalam Santrock, 2003) usia
remaja berada pada rentang 12-23 tahun. Sedangkan menurut (Soetjiningsih,
2004:45) masa remaja merupakan masa peralihan antara masa kanak-kanak
dan masa dewasa, yang dimulai pada saat terjadinya kematangan seksual yaitu
antara usia 11 atau 12 tahun sampai dengan 20 tahun yaitu menjelang masa
dewasa muda.
Berdasarkan batasan-batasan yang diberikan para ahli, bisa dilihat
bahwa mulainya masa remaja relatif sama, tetapi berakhirnya masa remaja
sangat bervariasi. Bahkan ada yang dikenal dengan istilah remaja yang
diperpanjang, dan remaja yang diperpendek.
Remaja adalah masa yang penuh dengan permasalahan. Pernyataan ini
sudah dikemukakan jpada masa lalu yaitu diawal abad ke-20 oleh Bapak
Psikologi Remaja yaitu Stanley Hall.
Stanley Hall pada saat itu mengemukakan bahwa masa remaja merupakan
masa badai dan tekanan (strom and stress) yang sampai saat ini masih banyak
dikutip orang.
Menurut Erickson masa remaja adalah masa masa terjadinya krisis
identitas atau pencarian identitas diri. Gagasan Erickson ini dikuatkan oleh
James Marcia yang menemukan bahwa ada empat status identitas diri pada
remaja yaitu identity diffusion/confussion, moratorium, foreclosure, dan
identity achieved (Santrock, 2003, Papilia, dkk, 2001, Monks, dkk, 2000,
Muss, 1988). Karakteristik remaja yang sedang berproses untuk mencari
identitas diri ini juga sering menimbulkan masalah pada diri remaja.

II. Perkembangan Psikologi Remaja


Secara tradisional masa remaja dianggap sebagai periode badai dan
topan, suatu masa dimana ketegangan emosi meninggi sebagai akibat dari
perubahan fisik dan kelenjar. Ciri perkembangan psikologis remaja adalah
adanya emosi yang meldak-ledak, sulit dikendalikan, cepat depresi (sedih,
putus asa) dan kemudian melawan serta memberontak. Emosi tidak terkendali
ini disebabkan oleh konflik peran yang sedang dialami remaja, oleh karena
itu, perkembangan psikologis ini ditekankan pada keadaan emosi remaja.
Keadaan emosi pada masa remaja masih labil karena erat dengan
keadaan hormone. Emosi remaja lebih kuat dan lebih menguasai diri sendiri
daripada pikiran yang realists. Kestabilan emosi remaja dikarenakan tuntutan
orang tua dan masyarakat yang akhirnya mendorong remaja untuk
menyesuaikan diri dengan situasi dirinya yang baru. Hal tersebut hampir sama
dengan yang dikemukakan oleh Hurlock (1990), yang mengatakan bahwa
kecerdasan emosi akan mempengaruhi cara penyesuaian pribadi dan sosial
remaja. Bertambahnya ketegangan emosional yang disebabkan remaja harus
membuat penyesuaian terhadap harapan masyarakat yang berlainan dengan
dirinya.
Menurut Mappiare (dalam Hurlock, 1990) remaja mulai bersikao kritis
dan tidak mau begitu saja menerima pendapat dan perintah orang lain, remaja
menanyakan alas an mengapa suatu perintah dianjurkan atau dilarang, remaja
tidak mudah diyakinkan tanpa jalan pemikiran yang logis. Dengan
perkembangan psikologis pada remaja, terjadi kekuatan mental, peningkatan
kemampuan daya fikir, kemampuan mengingat dan memahami, serta terjadi
peningkatan keberanian dalam mengemukakan pendapat.
III. Pengertian Kenakalan Remaja
Kenakalan remaja adalah semua perubahan anak remaja (usia belasan
tahun) yang berlawanan dengan ketertiban umum (nilai dan norma yang
disepakati bersama) yang ditujukan pada orang, binatang, dan barang-barang
yang dapat menimbulkan bahaya atau kerugian pada pihak lain. Kenakalan
remaja meliputi semua perilaku menyimpang dari norma-norma hokum
pidana yang dilakukan oleh remaja. Perilaku tersebut dapat merugikan dirinya
sendiri dan orang-orang disekitarnya.

Menurut (Kartono, 2003: 194) mengemukakan bahwa :


Kenakalan remaja adalah anak-anak muda yang selalu melakukan kejahatan,
karena ingin mendapatkan perhatian, status sosial dan penghargaan dari
lingkunganya.
Sedangkan, menurut Simanjuntak (Sudarsono, 1991: 5)
mengemukakan bahwa : Kenakalan remaja adalah suatu perbuatan itu
disebut kenakalan apabila perbuatan-perbuatan tersebut bertentangan dengan
norma-norma yang ada dalam masyarakat dimana ia hidup, suatu perbuatan
yang anti social dimana didalamnya terkandung unsure-unsur anti normatif.
Dalam pengertian lain, kenakalan remaja itu disebut Juvenille
delinquency. Juvenile berasal dari bahasa latin juvenilis, artinya : anak-anak,
anak muda, ciri karakteristik pada masa muda, sifat-sifat khas pada periode
remaja. Delinquent berasal dari kata latin delinquere yang berate terabaikan,
mengabaikan, yang kemudian diperluas artinya menjadi jahat, a-sosial,
criminal, pelanggar aturan, pembuat rebut, pengacau, penteror, tidak dapat
diperbaiki lagi, durjana, dursila, dan lain-lain.
Jadi, dapat disimpulkan bahwa kenakalan remaja yaitu perilaku jahat
(dursila), kejahatan/kenakalan anak-anak muda; merupakan gejala sakit
(patologis) secara sosial pada anak-anak dan remaja yang disebabkan oleh
satu bentuk pengabaikan sosial, sehingga mereka mengembangkan bentuk
tingkah laku yang menyimpang.
IV. Faktor-faktor yang Melatarbelakangi Kenakalan Remaja
Menurut (Sudarsono : 125-131) mengemukakakan bahwa :
Kenakalan siswa (remaja) yang sering terjadi di dalam sekolah dan
masyarakat bukanlah suatu keadaan yang berdiri sendiri.
Banyak faktor yang melatarbelakangi terjadinya kenakalan remaja.
Menurut Prof. H. M. Arifin, M. Ed mengungkapkan bahwa faktor-faktor yang
menjadi sumber kenakalan remaja dibedakan menjadi 2 kelompok, yaitu :
1. Faktor Internal, yaitu hal-hal yang bersifat intern yang berasal dari
dalam diri remaja itu sendiri baik sebagai akibat perkembangan atau
pertumbuhannya maupun akibat dari suatu jenis penyakit mental atau
penyakit kejiwaan yang ada dalam diri pribadi remaja itu sendiri.
a. Krisis Identitas
Perubahan biologis dan sosiologis pada diri remaja memungkinkan
terjadinya dua bentuk integrasi. Pertama, terbentuknya perasaan akan
konsistensi dalam kehidupannya. Kedua, tercapainya identitas peran.
Kenakalan remaja terjadi karena remaja gagal mencapai masa integrasi
kedua.
b. Kontrol diri yang lemah
Remaja yang tidak bisa mempelajari dan membedakan tingkah laku
yang dapat diterima dengan yang tidak dapat diterima akan terseret
pada perilaku nakal. Begitupun bagi mereka yang telah mengetahui
perbedaan dua tingkah laku tersebut, namun tidak bisa
mengembangkan kontrol diri untuk bertingkah laku sesuai dengan
pengetahuannya.
2. Faktor Eksternal, yaitu hal-hal yang mendorong timbulnya kenakalan
remaja yang bersumber dari luar diri pribadi remaja yang bersangkutan
yaitu lingkungan sekitar atau keadaan masyarakat ( Arifin, 1982:81 ).
a. Lingkunan Keluarga
Keadaan keluarga yang dapat menjadikan sebab timbulnya kenakalan
remaja dapat berupa keluarga yang tidak normal (broken home)
maupun jumlah anggota keluarga yang kurang menguntungkan.
Pendidikan yang salah di keluarga pun, seperti terlalu memanjakan
anak, tidak memberikan pendidikan agama, atau penolakan terhadap
eksistensi anak, bisa menjadi penyebab terjadinya kenakalan remaja.
Menurut Papalia, Olds dan Feldman ( 2001:474 ) mengemukakan
bahwa Keadaan keluarga merupakan salah satu penyebab kenakalan
remaja juga dapat ditimbulkan oleh kebiasaan perilaku orang tua.
b. Keberadaan Pendidikan Formal
Dewasa ini sering terjadi perlakuan guru yang tidak adil, hukuman
yang kurang menunjang tercapainya tujuan pendidikan, ancaman dan
penerapan disiplin terlalu ketat, disharmonis hubungan siswa dan guru,
dan kurangnya kesibukan belajar di rumah. Proses pendidikan yang
kurang menguntungkan bagi perkembangan jiwa anak kerap kali
memberikan pengaruh kepada siswa untuk berbuat nakal.
c. Keadaaan Masyarakat
Anak remaja (siswa) sebagai anggota masyarakat selalu terpengaruh
dari lingkungan masyarakatnya. Pengaruh tersebut adanya beberapa
perubahan sosial yang cepat yang ditandai dengan peristiwa yang
sering menimbulkan ketegangan seperti persaingan dalam ekonomi,
pengangguran, masmedia, dan fasilitas rekreasi.
Di kalangan masyarakat sendiri sudah sering terjadi kejahatan seperti
pembunuhan, penganiayaan, pemerkosaan, pemerasan, gelandangan,
dan pencurian. Bagi anak remaja keinginan berbuat jahat kadang
timbul karena bacaan, gambar-gambar dan film. Kebiasaan membaca
buku yang tidak baik (misal novel seks), pengaruh tontonan gambar-
gambar porno serta tontonan film yang tidak baik dapat
mempengaruhi jiwa anak untuk berperilaku negatif.
V. Dampak dari Kenakalan Remaja
Secara umum dampak yang ditimbulkan dari kenakalan remaja ada 3,
antara lain :
1. Bagi diri remaja itu sendiri
Akibat dari kenakalan yang dilakukan akan berdampak bagi dirinya
sendiri dan sangat merugikan baik fisik dan mental, walaupun perbuatan
itu dapat memberikan suatu kenikmatan akan tetapi itu semua hanya
kenikmatan sesaat saja. Kenakalan yang berdampak bagi fisiknya yaitu
terserang berbagai penyakit akibat gaya hidup yang tidak teratur.
Sedangkan dalam segi mental maka pelaku kenakalan kenakalan remaja
tersebut akan mengantarnya kepada mental-mental lembek, pola berfikir
yang tidak stabil dan kepribadiannya akan terus menyimpang dari segi
moral yang pada akhirnya akan menyalahi aturan etika dan estetika. Dan
hal itu akan terus berlangsung selama tidak ada yang mengarahkan.
2. Bagi keluarga
Anak merupakan penerus keluarga yang nantinya dapat menjadi tulang
punggung keluarga. Akibat yang ditimbulkan dari kenakalan remaja bagi
keluarga yaitu terjadi ketidakharmonisan dalam keluarga, komunikasi
antara orang tua dan anak terputus.
3. Bagi lingkungan masyarakat
Dampak yang ditimbulkan dari kenakalan remaja bagi linkungan
masyarakat yaitu mengganggu kesejahteraan dan ketentraman masyarakat.
VI. Hubungan Psikologi Dengan Kenakalan Remaja
Alimudin menyatakan bahwa Manusia adalah suatu mahluk somato-
psiko-sosial dank arena itu maka suatu pendekatan terhadap manusia harus
menyangkut semua unsure somatic, psikologik, dan sosial. Psikologi secara
etimologi memiliki arti ilmu tentang jiwa.
Harapan terhadap remaja cukup banyak. Remaja adalah pewaris masa
depan, pelapor pembangunan, pendobrak kebekuan saat bangsa dan negara
dalam keadaan kritis. Harapan itu seringkali merusak serta menghabat
psikologinya karena perilaku menyimpangnya. Bagaimanapun perilaku
menyimpang yang dilakukan remaja sering mendatangkan gangguan terhadap
ketenangan dan ketertiban hidup dalam masyarakat.
Remaja adalah mereka yang berusia antara 12-21 tahun. Remaja akan
mengalami periode perkembangan fisik dan psikis sebagai berikut :
1. Masa Pra-pubertas (12-13 tahun)
Masa ini disebut juga masa pueral, yaitu masa peralihan dari kanak-kanak
ke remaja. Pada masa ini, terjadi perubahan yang besar pada remaja yaitu
meningkatnya hormone seksualitas dan mulai berkembangnya organ-
organ seksual serta organ-organ reproduksi remaja. Disamping itu,
perkembangan intelektualitas yang sangat pesat juga terjadi pada tahap ini.
2. Masa Pubertas (14-16 tahun)
Masa ini disebut juga masa remaja awal, dimana perkembangan fisik
mereka begitu menonjol. Remaja sangat cemas akan perkembangan
fisiknya, sekaligus bangga bahwa hal itu menunjukkan bahwa ia memang
bukan anak-anak lagi. Pada masa ini, emosi remaja menjadi sangat labil
akibat dari perkembangan hormone-hormon seksualnya yang begitu pesat.
Pada remaja wanita ditandai dengan datangnya menstruasi yang pertama,
sedangkan pada remaja pria ditandai dengan datangnya mimpi basah yang
pertama. Remaja akan merasa bingung dan malu akan hal ini, sehingga
orang tua perlu mendampingi serta memberikan pengertian yang baik dan
benar tentang seksualitas. Jika hal ini gagal ditangani dengan baik,
perkembangan psikis mereka khususnya dalam pengenalan diri/gender dan
seksualitasnya akan terganggu.
3. Masa Akhir Pubertas (17-18 tahun)
Pada masa ini, remaja yang mampu melewati masa sebelumnya dengan
baik, akan dapat menerima kodratnya baik sebagai laki-laki maupun
perempuan. Masa ini berlangsung sangat singkat khususnya pada remaja
putrid, sehingga proses kedewasaan remaja putrid lebih cepat
dibandingkan remaja pria. Umumya, kematangan fisik dan seksualitas
mereka sudah tercapai sepenuhnya. Namun, kematangan psikologis belum
tercapai sepenuhnya.
4. Periode Remaja Adolesen (19-21 tahun)
Pada periode ini umumnya remaja sudah mencapai kematangan yang
sempurna, baik segi fisik, emosi, maupun psikisnya. Mereka akan
mempelajari berbagai macam hal yang abstrak dan mulai
memperjuangkan suatu idealism yang didapat dari pikiran mereka.
Kenakalan remaja biasanya dilakukan oleh remaja-remaja yang gagal
dalam menjalani proses-proses perkembangan jiwanya, baik pada saat remaja
maupun pada masa kanak-kanak. Secara psikologis, kenakalan remaja
merupakan wujud dari konflik-konflik yang tidak terselesaikan dengan baik
pada masa kanak-kanak maupun remaja pra pelakunya. Seringkali didapati
bahwa adanya trauma dalam masa lalunya, perlakuan kasar dan tidak
menyenangkan dari lingkungannya, seperti kondisi ekonomi yang
membuatnya merasa rendah diri, dan lain sebagainya.
VII. Upaya Mengatasi Kenakalan Remaja
Upaya menanggulangi kenakalan remaja tidak bisa dilaksanakan oleh
tenaga ahli saja seperti psikolog, konselor, dan pendidik, melainkan perlu
kerjasama semua pihak antara lain guru, orang tua, pemerintah dan
masyarakat, tenaga ahli lainnya, dan pemuda-pemuda itu sendiri.
Sarwirini (2011:249) menyatakan banyak teori atau konsep yang
dikemukakan dalam rangka mencari solusi upaya menanggulangi kenakalan
anak. Pola-pola prevensi, represif, dan kuratif seharusnya diterapkan secara
tepat sehingga dapat mencapai hasil yang maksimal.
Menurut Willis (2010:128) upaya menanggulangi kenakalan remaja
dibagi atas tiga bagian yaitu:
1. Upaya Preventif
Upaya preventif yaitu kegiatan yang dilakukan secara sistematis,
berencana dan terarah, untuk menjaga agar kenakalan itu tidak timbul.
Upaya preventif lebih besar manfaatnya dari pada upaya kuratif, karena
jika kenakalan itu sudah meluas, amat sulit menaggulanginya (Wilis,
2010:128).
2. Upaya Kuratif
Upaya kuratif dalam menanggulangi masalah kenakalan remaja adalah
upaya antisipasi terhadap gejala-gejala kenakalan tersebut, supaya
kenakalan itu tidak meluas dan merugikan masyarakat (Willis, 2010:140).
Upaya kuratif secara formal dilakukan oleh Polri dan Kejaksaan Negeri.
Sebab terjadi kenakalan remaja berarti sudah terjadi suatu pelanggaran
hukum yang dapat berakibat merugikan diri mereka dan masyarakat.
3. Upaya Pembinaan
Menurut Willis (2010:142) yang dimaksud upaya pembinaan remaja ialah:
a. Pembinaan terhadap remaja yang tidak melakukan kenakalan,
dilakasanakan di rumah, sekolah dan masyarakat. Pembinaan seperti
ini telah diungkapkan pada upaya preventif yaitu upaya menjaga
jangan sampai terjadi kenakalan remaja.
b. Pembinaan terhadap remaja yang telah mengalami tingkah laku
kenakalan atau yang telah menjalani sesuatu hukuman karena
kenakalannya. Hal ini perlu dibina agar supaya mereka tidak
mengulangi lagi kenakalannya.
BAB III
PENUTUPAN

A. Kesimpulan

Manusia adalah suatu mahluk somato-psiko-sosial dan karena itu


maka suatu pendekatan terhadap menusia harus menyangkut semua unsure
somatic, psikologik, dan sosial. Remaja adalah mereka yang berusia antar 12-
21 tahun. Remaja akan mengalami periode perkembangan fisik dan psikis
sebagai berikut :

1. Masa Pra-pubertas (12-13 tahun)


2. Masa Pubertas (14-16 tahun)
3. Masa Akhir Pubertas (17-18 tahun)
4. Masa Remaja Adolesen (19-21 tahun )

Remaja adalah masa yang penuh dengan permasalahn. Masa remaja


adalah masa terjadinya krisis identitas atau pencarian identitas diri.
Perkembangan psikologis ditekankan pada keadaan emosi remaja. Kenakalan
remaja itu sendiri merupakan perbuatan pelanggaran norma-norma, baik
norma hukum maupun norma sosial.

Faktor-faktor yang melatarbelakangi kenakalan remaja yaitu faktor


yang berasal dari dalam atau faktor internal dan faktor yang berasal dari luar
atau faktor eksternal. Oleh sebab itu perlu adanya upaya untuk mengatasi
kenakalan remaja baik melalui tindakan preventif, tindakan kuratif maupun
tindakan pembinaan.
B. Saran
Kondisi psikologis seorang remaja sangat berpengaruh dalam sikap
dan tindakannya, maka semua pihak harus berusaha memperhatikan
perkembangan psikologi remaja agar tidak terjadi hal-hal yang tidak
diinginkan.
Kita hendaknya turut berperan aktif untuk menanggulangi maraknya
kenakalan di kalangan remaja dengan melakukan upaya-upaya dari berbagai
pihak. Upaya-upaya tersebut dapat bersifat preventif, kuratif dan pembinaan.
Orang tua, sekolah, dan masyarakat bertanggung jawab untuk
membimbing dan memberikan pengarahan yang baik dan benar terhadap
remaja.

Kata Bijak :

Kenakalan jika dibiarkan akan menjadi kejahatan. Anak yang nakal bukan
berarti seorang penjahat, Ia hanya memerlukan pendekatan dengan cara yang
berbeda, karena masa depan mereka bergantung pada hal itu.
DAFTAR PUSTAKA

Kartono, kartini. 2003. Patologi sosial II Kenakalan Remaja. Jakarta. PT


Raja Grafindo Persada.

Yayukrindawati7.blogspot.co.id/2012/06/makalah-psikologi-
perkembangan.html

http://psikonseling.blogspot.com/2010/02/pengertian-kenakalan-
remaja.html

Anda mungkin juga menyukai