Anda di halaman 1dari 17

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Dalam jurnal yang kita bahas saat ini tentang metode penelitian yaitu didalam
penelitian tersebut terdapat beberapa cara terutama mencari Latar belakang masalah
penelitian tentang Kenakalan Remaja saat ini yang lagi marak-marak nya. Suatu kumpulan
informasi yang disusun secara terstruktur dan sistematis. Dimana, berhubungan dengan
masalah kenakalan remaja saat ini yang sedang di teliti oleh seorang psikolog. Dengan
dilakukan berdasarkan referensi dan hasil studi penelitian terhadap terkaitnya kenakalan
remaja. Latar belakang sendiri merupakan suatu dasar yang di perlukan dalam memberikan
kemudahan bagi para pembaca maupun peneliti lainnya.
Dewasa ini, kenakalan remaja telah menjadi penyakit ganas di tengah-tengah
masyarakat. Berbagai kasus kenakalan remaja tersinyalir telah meresahkan masyarakat,
semisal kasus pencurian, kasus asusila seperti free sex, pemerkosaan, bahkan pembunuhan.
Sebenarnya kenakalan semacam itu normal terjadi pada diri remaja karena pada masa itu
mereka sedang berada dalam masa transisi anak menuju dewasa. Perilaku menyimpang atau
jahat kalau dalam batas-batas tertentu dianggap sebagai fakta sosial yang normal.
Dengan demikian, perilaku dikatakan normal sejauh perilaku tersebut tidak
menimbulkan keresahan dalam masyarakat, perilaku tersebut terjadi dalam batas-batas
tertentu dan dilihat pada suatu perbuatan yang tidak disengaja. Namun, kontras dengan
pemikiran tersebut, kenyataan yang akhir-akhir ini terjadi adalah kenakalan remaja yang
disengaja, yakni dilakukan dengan kesadaran.
Remaja memiliki potensi besar untuk melakukan hal-hal menyimpang dari kondisi
atau perilaku normal. Seperti ada pergolakan dalam diri mereka untuk melakukakan hal-hal
yang berbeda dengan yang lain di sekelilingnya, hal-hal yang dianggap normal oleh
kebanyakan orang. Mereka yang menyimpang mempunyai dorongan untuk berbuat demikian.
Hal itu disebabkan karena setiap manusia pada dasarnya pasti mengalami dorongan untuk
melanggar pada situasi tertentu. Sebaliknya, orang yang dianggap normal dapat menahan diri
dari dorongan-dorongan untuk menyimpang. Dorongan semacam itupun didasari oleh
berbagai hal, seperti motif untuk mencari sensasi, bahkan karena sifat dasar remaja yang pada
usia itu sedang melalui tahap mengidentifikasi, misalnya meniru apa yang dilakukan tokoh
idola atau yang dianggapnya menarik.
B.     Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, penulis merumuskan rumusan masalah sebagai
berikut.
1.      Apa pengertian psikologi remaja?
2.      Bagaimana perkembangan psikologi remaja?
3.      Apa pengertian kenakalan remaja?
4.      Apa faktor-faktor yang melatarbelakangi kenakalan remaja?
5.      Apa akibat yang ditimbulkan oleh kenakalan remaja?
6.      Bagaimana hubungan psikologi dan kenakalan remaja?
7.      Apa upaya yang dilakukan untuk menangani kenakalan remaja?
8.      Bagaimana peranan agama terhadap kenakalan remaja?

C.    Tujuan Makalah


Sejalan dengan rumusan masalah di atas, makalah ini disusun dengan tujuan untuk
mengetahui dan mendeskripsikan:
1.      pengertian psikologi remaja;
2.      perkembangan psikologi remaja;
3.      pengertian kenakalan remaja;
4.      faktor-faktor yang melatarbelakangi kenakalan reamaja;
5.      akibat yang ditimbulkan oleh kenakalan remaja;
6.      hubungan psikologi dan kenakalan remaja;
7.      upaya yang dilakukan untuk menangani masalah remaja;
8.      untuk mengetahui peranan agama terhadap kenakalan remaja.

D.    Kegunaan Makalah


Makalah ini disusun dengan harapan memberikan kegunaan baik secara teoretis
maupun secara praktis. Secara teoretis makalah ini berguna sebagai pengembangan konsep
pengaruh psikologi terhadap kenakalan remaja. Secara praktis makalah ini diharapkan
bermanfaat bagi:
1.     penulis, sebagai wahana penambah pengetahuan dan konsep keilmuan khususnya tentang
pengaruh psikologi terhadap kenakalan remaja;
2.      pembaca/dosen, sebagai media informasi tentang pengaruh psikologi terhadap kenakalan
remaja.
E.     Prosedur Makalah
Makalah ini disusun dengan menggunakan teknik studi pustaka, artinya penulis
mengambil data melalui kegiatan membaca berbagai literatur yang relevan dengan tema
makalah.

BAB II
PEMBAHASAN

A.    Pengertian Psikologi Remaja


Masa yang paling indah adalah masa remaja. Masa yang paling menyedihkan adalah
masa remaja. Masa yang paling ingin dikenang adalah masa remaja. Masa yang paling ingin
dilupakan adalah masa remaja.
Berikut ini saya akan menjelaskan dahulu tentang 'Psikologi Remaja'.
1)     Menurut Hurlock (1981) remaja adalah mereka yang berada pada usia 12-18 tahun.
2)     Menurut Monks, dkk (2000) memberi batasan usia remaja adalah 12-21 tahun.
3)      Menurut Stanley Hall (dalam Santrock, 2003) usia remaja berada pada rentang 12-23 tahun.
Berdasarkan batasan-batasan yang diberikan para ahli, bisa dilihat bahwa mulainya
masa remaja relatif sama, tetapi berakhirnya masa remaja sangat bervariasi. Bahkan ada yang
dikenal juga dengan istilah remaja yang diperpanjang, dan remaja yang diperpendek. Remaja
adalah masa yang penuh dengan permasalahan. Statemen ini sudah dikemukakan jauh pada
masa lalu yaitu di awal abad ke-20 oleh Bapak Psikologi Remaja yaitu Stanley Hall.
Pendapat Stanley Hall pada saat itu yaitu bahwa masa remaja merupakan masa badai dan
tekanan (storm and stress) sampai sekarang masih banyak dikutip orang.
Menurut Erickson masa remaja adalah masa terjadinya krisis identitas atau pencarian
identitas diri. Gagasan Erickson ini dikuatkan oleh James Marcia yang menemukan bahwa
ada empat status identitas diri pada remaja yaitu identity diffusion/ confussion, moratorium,
foreclosure, dan identity achieved (Santrock, 2003, Papalia, dkk, 2001, Monks, dkk, 2000,
Muss, 1988). Karakteristik remaja yang sedang berproses untuk mencari identitas diri ini juga
sering menimbulkan masalah pada diri remaja.

B.     Perkembangan Psikologi Remaja


Secara tradisional masa remaja dianggap sebagai periode “badai dan topan”, suatu
masa dimana ketegangan emosi meninggi sebagai akibat dari perubahan fisik dan kelenjar.
Ciri perkembangan psikologis remaja adalah adanya emosi yang meledak-ledak, sulit
dikendalikan, cepat depresi (sedih, putus asa) dan kemudian melawan dan memberontak.
Emosi tidak terkendali ini disebabkan oleh konflik peran yang senang dialami remaja. Oleh
karena itu, perkembangan psikologis ini ditekankan pada keadaan emosi remaja. Keadaan
emosi pada masa remaja masih labil karena erat dengan keadaan hormon. Suatu saat remaja
dapat sedih sekali, dilain waktu dapat marah sekali. Emosi remaja lebih kuat dan lebih
menguasai diri sendiri daripada pikiran yang realistis. Kestabilan emosi remaja dikarenakan
tuntutan orang tua dan masyarakat yang akhirnya mendorong remaja untuk menyesuaikan
diri dengan situasi dirinnya yang baru. Hal tersebut hampir sama dengan yang dikemukakan
oleh Hurlock (1990), yang mengatakan bahwa kecerdasan emosi akan mempengaruhi cara
penyesuaian pribadi dan sosial remaja. Bertambahnya ketegangan emosional yang
disebabkan remaja harus membuat penyesuaian terhadap harapan masyarakat yang berlainan
dengan dirinya. Menurut Mappiare (dalam Hurlock, 1990) remaja mulai bersikap kritis dan
tidak mau begitu saja menerima pendapat dan perintah orang lain, remaja menanyakan alasan
mengapa sesuatu perintah dianjurkan atau dilarag, remaja tidak mudah diyakinkan tanpa jalan
pemikiran yang logis. Dengan perkembangan psikologis pada remaja, terjadi kekuatan
mental, peningkatan kemampuan daya fikir, kemampuan mengingat dan memahami, serta
terjadi peningkatan keberanian dalam mengemukakan pendapat.

C.    Pengertian Kenakalan Remaja


Dalam kehidupan para remaja sering kali diselingi hal hal yang negative dalam rangka
penyesuaian dengan lingkungan sekitar baik lingkungan dengan teman temannya di sekolah
maupun lingkungan pada saat dia di rumah. Hal hal tersebut dapat berbentuk positif hingga
negative yang sering kita sebut dengan kenakalan remaja. Kenakalan remaja itu sendiri
merupakan perbuatan pelanggaran norma-norma baik norma hukum maupun norma sosial.
Sedangkan Pengertian kenakalan remaja Menurut Paul Moedikdo,SH adalah :
1.      Semua perbuatan yang dari orang dewasa merupakan suatu kejahatan bagi anak-anak
merupakan kenakalan jadi semua yang dilarang oleh hukum pidana, seperti mencuri,
menganiaya dan sebagainya.
2.      Semua perbuatan penyelewengan dari norma kelompok tertentu untuk menimbulkan
keonaran dalam masyarakat.
3.      Semua perbuatan yang menunjukkan kebutuhan perlindungan bagi sosial.
Adapun gejala-gejala yang dapat memperlihatkan hal-hal yang mengarah kepada
kenakalan remaja :
1.      Anak-anak yang tidak disukai oleh teman-temannya sehingga anak tersebut menyendiri.
Anak yang demikian akan dapat menyebabkan kegoncangan emosi.
2.      Anak-anak yang sering menghindarkan diri dari tanggung jawab di rumah atau di sekolah.
Menghindarkan diri dari tanggung jawab biasanya karena anak tidak menyukai pekerjaan
yang ditugaskan pada mereka sehingga mereka menjauhkan diri dari padanya dan mencari
kesibukan-kesibukan lain yang tidak terbimbing.
3.      Anak-anak yang sering mengeluh dalam arti bahwa mereka mengalami masalah yang oleh
dia sendiri tidak sanggup mencari permasalahannya. Anak seperti ini sering terbawa kepada
kegoncangan emosi.
4.      Anak-anak yang mengalami phobia dan gelisah dalam melewati batas yang berbeda dengan
ketakutan anal-anak normal.
5.      Anak-anak yang suka berbohong.
6.      Anak-anak yang suka menyakiti atau mengganggu teman-temannya di sekolah atau di
rumah.
7.      Anak-anak yang menyangka bahwa semua guru mereka bersikap tidak baik terhadap mereka
dan sengaja menghambat mereka.
8.      Anak-anak yang tidak sanggup memusatkan perhatian.

Dengan sedikit pengertian kenalan remaja diatas membuat kita akan lebih mengerti
akan sikap dan perilaku remaja kita apakah baik baik saja ataukah sudah mengarah pada
suatu kenakalan remaja.
Dalam pengertian lain, kenakalan remaja itu disebut Juvenille delinquency.Yaitu
perilaku jahat (dursila), atau kejahatan/kenakalan anak-anak muda; merupakan gejala sakit
(patologis) secara sosial pada anak-anak dan remaja yang disebabkan oleh satu bentuk
pengabaian sosial, sehingga mereka itu mengembangkan bentuk tingkah laku yang
menyimpang.Anak-anak muda yang delinkuen atau jahat itu disebut pula sebagai anak cacat
secara sosial.Mereka menderita cacat mental disebabkan oleh pengaruh sosial yang ada di
tengah masyarakat.Juvenile beraal dari bahasa latin juvenilis, artinya : anak-anak, anak muda,
ciri karakteristik pada masa muda, sifat-sifat khas pada periode remaja.Delinquent berasal
dari kata latin “delinquere” yang berarti : terabaikan, mengabaikan, yang kemudian diperluas
artinya menjadi jahat, a-sosial, kriminal, pelanggar aturan, pembuat ribut, pengacau, penteror,
tidak dapat diperbaiki lagi, durjana, dursila, dan lain-lain.
D.    Faktor-faktor yang Melatarbelakangi Kenakalan Remaja
Wijaya (http://wija091.multiplay.com) menyatakan “Faktor-faktor yang melatar
belakangi terjadinya kenakalan remaja” adalah sebagai berikut sebagai berikut :
1.      Kurangnya perhatian dari orang tua, serta kurangnya kasih sayang
Keluarga merupakan unit sosial terkecil yang memberikan fondasi primer bagi
perkembangan anak. Sedangkan lingkungan sekitar dan sekolah ikut memberikan nuansa
pada perkembangan anak. Karena itu baik-buruknya struktur keluarga dan masyarakat sekitar
memberikan pengaruh baik atau buruknya pertumbuhan kepribadian anak. Keadaan
lingkungan keluarga yang menjadi sebab timbulnya kenakalan remaja seperti keluarga yang
broken home, rumah tangga yang berantakan disebabkan oleh kematian ayah atau ibunya,
keluarga yang diliputi konflik keras, ekonomi keluarga yang kurang, semua itu merupakan
sumber yang subur untuk memunculkan delinkuensi remaja.
2.      Minimnya pemahaman tentang keagamaan
Di dalam kehidupan berkeluarga kurangnya pembinaan agama juga menjadi salah satu
faktor terjadinya kenakalan remaja Dalam pembinaan moral, agama mempunyai peranan
yang sangat penting karena nilai-nilai moral yang datangnya dari agama tetap tidak berubah
karena perubahan waktu dan tempat.
Dalam pembinaan moral ataupun agama bagi remaja melalui rumah tangga perlu
dilakukan sejak kecil sesuai dengan umurnya karena setiap anak yang dilahirkan belum
mengerti mana yang benar dan mana yang salah, juga belum mengerti mana batas-batas
ketentuan moral dalam lingkungannya. Karena itu pembinaan moral pada permulaannya
dilakukan di rumah tangga dengan latihan-latihan, nasehat-nasehat yang dipandang baik.
Maka pembinaan moral harus dimulai dari orang tua baik perlakuan, pelayanannya kepada
remaja dapat memperlihatkan contoh teladan yang baik melaksanakan shalat dan sebagainya
yang merupakan hal-hal yang mengarah kepada perbuatan positif karena apa yang diperoleh
dalam rumah tangganya akan dibawa kelingkungan masyarakat. Oleh karena itu pembinaan
moral dan agama dalam keluarga penting sekali bagi remaja untuk menyelamatkan mereka
dari kenakalan dan merupakan cara untuk mempersiapkan hari depan generasi yang akan
datang, sebab kesalahan dalam pembinaan moral akan berakibat negatif terhadap remaja itu
sendiri.
Sebenarnya pemahaman tentang agama sebaiknya dilakukan semenjak kecil, yaitu
melalui kedua orang tua dengan cara memberikan pembinaan moral dan bimbingan tentang
keagamaan, agar nantinya setelah mereka remaja bisa memilah baik buruk perbuatan yang
ingin mereka lakukan sesuatu di setiap harinya.
Dalam masyarakat sekarang yang sudah begitu mengagungkan ilmu pengetahuan,
kaidah-kaidah moral dan tata susila yang dipegang teguh oleh orang-orang dahulu menjadi
tertinggal dibelakang. Dan didalam masyarakat yang telah terlalu jauh dari agama,
kemerosotan moral orang dewasa sudah lumrah terjadi. Kemerosotan moral, tingkah laku dan
perbuatan – perbuatan orang dewasa yang tidak baik menjadi contoh atau tauladan bagi anak-
anak dan remaja sehingga berdampak timbulnya kenakalan remaja.
Kekurangan spiritual termasuk ketidak pahaman secara utuh tentang ajaran Islam
sehingga mereka melakukan apa saja yang menjadi keinginan serta kemauan mereka.
3.      Pengaruh lingkungan dan pergaulan
Di dalam kehidupan bermasyarakat, remaja sering melakukan keonaran dan
mengganggu ketentraman masyarakat karena terpengaruh dengan budaya barat, pergaulan
dengan teman sebayanya yang mana sering mempengaruhi untuk mencoba. Sebagai mana
kita ketahui bahwa para remaja sangat senag dengan gaya hidup yang baru tanpa melihat
faktor negatifnya. Karena dianggap ketinggalan zaman jika tidak mengikutinya.

E.     Akibat-akibat yang Ditimbulkan oleh Kenakalan Remaja


Secara umum akibat yang ditimbulkan dari kenakalan remaja ada 3,
antara lain:
1.      Bagi diri remaja itu sendiri
Akibat dari kenakalan yang dia lakukan akan berdampak bagi dirinya
sendiri dan sangat merugikan baik fisik dan  mental, walaupun perbuatan
itu dapat memberikan suatu kenikmatan akan tetapi itu semua hanya
kenikmatan sesaat saja. Kenakalan yang dilakukan yang dampaknya bagi fisik yaitu
seringnya terserang berbagai penyakit karena karena gaya hidup yang tidak teratur.
Sedangkan dalam segi mental maka pelaku kenakalan remaja tersebut akan mengantarnya
kepada memtal-mental yang lembek, berfikirnya tidak stabil dan keperibadiannya akan terus
menyimpang dari segi moral dan endingnya akan menyalahi aturan etika dan estetika. Dan
hal itu kan terus berlangsung selama tidak ada yang mengarahkan.

2.      Bagi Keluarga 


Anak merupakan penerus keluarga yang nantinya dapat menjadi tulang punggung
keluarga apabila orang tuanya tidak mampu lagi bekerja. Dan oleh para orang tuanya apabila
anaknya berkelakuan menyimpang dari ajaran agama akan berakibat terjadi ketidak
harmonisan didalam kekuarga, komunikasi antara orang tua dan anak akan terputus. Dan
tentunya ini sangat tidak baik,  Sehingga mengakibatkan anak remaja sering keluar malam
dan jarang pulang serta menghabiskan waktunya bersama teman-temannya untuk bersenang-
senang dengan jalan minum-minuman keras, mengkonsumsi narkoba dan narkotika. Dan
menyebabkan keluarga merasa malu serta kecewa atas apa yang telah dilakukan oleh remaja.
Yang mana kesemuanya itu hanya untuk melampiaskan rasa kekecewaannya saja terhadap
apa yang terjadi dalam kehidupannya.

3.      Bagi lingkungan masyarakat


Di dalam kehidupan bermasyarakat sebenarnya remaja sering bertemu orang dewasa
atau para orang tua, baik itu ditempat ibadah ataupun ditempat lainnya, yang mana nantinya
apapun yang dilakukan oleh orang dewasa ataupun orang tua itu akan menjadi panutan bagi
kaum remaja. Dan apabila remaja sekali saja berbuat kesalahan dampaknya akan buruk bagi
dirinya, dan keluarga. Sehingga masyarakat menganggap remajalah yang sering membuat
keonaran, mabuk-mabukkan ataupun mengganggu ketentraman masyarakat mereka dianggap
remaja yang memiliki moral rusak. Dan pandangan masyarakat tentang sikap remaja tersebut
akan jelek Dan untuk merubah semuanya menjadi normal kembali membutuhkan waktu yang
lama dan hati yang penuh keikhlasan.

F.     Hubungan Psikologi dan Kenakalan Remaja


Alimudin (http://tabloid_info.sumenep.go.id/) menyatakan bahwa “Manusia adalah
suatu mahluk somato-psiko-sosial dan karena itu maka suatu pendekatan terhadap manusia
harus menyangkut semua unsur somatik, psikologik, dan sosial.”
Psikologi secara etimologi memiliki arti “ilmu tentang jiwa”. Dalam Islam, istilah
“jiwa” dapat disamakan istilah al-nafs, namun ada pula yang menyamakan dengan istilah al-
ruh, meskipun istilah al-nafs lebih populer penggunaannya daripada istilah al-nafs. Psikologi
dapat diterjamahkan ke dalam bahasa Arab menjadi ilmu al-nafs atau ilmu al-ruh.
Penggunaan masing-masing kedua istilah ini memiliki asumsi yang berbeda.
Harapan terhadap remaja cukup banyak. Remaja adalah pewaris masa depan, pelapor
pembangunan, pendobrak kebekuan dan saat bangsa dan negara dalam keadaan kritis.
Harapan itu seringkali merusak serta menghambat psikologinya karena prilaku
menyimpangnya. Bagaimanapun prilaku menyimpang yang dilaku kan remaja sering
mendatangkan gangguan terhadap ketenangan dan ketertiban hidup dalam masyarakat.
Menurut etimologi kenakalan remaja (juvenile deliquency) berarti suatu
penyimpangan tingkah laku yang dilakukan oleh remaja hingga mengganggu ketentraman
diri sendiri dan orang lain. Setiap tindakan kenakalan remaja betapapun kecil dan
sederhananya yang tidak mendapatkan teguran dan penjelasan untuk memperbaiki kondisi
remaja ke depan. Untuk itu, mereka membuktikan bantuan orang lain yang memberikan
informasi yang akurat tentang baik buruk, benar salah sekalipun cukup akrab, namun karena
tidak mendapatkan akses informasi lebih baik dapat menjerumuskan ke lembah kehinaan.
Remaja adalah mereka yang berusia antara 12 - 21 tahun. Remaja akan mengalami periode
perkembangan fisik dan psikis sebagai berikut :

1.    Masa Pra-pubertas (12 - 13 tahun)


Masa ini disebut juga masa pueral, yaitu masa peralihan dari kanak-kanak ke remaja.
Pada anak perempuan, masa ini lebih singkat dibandingkan dengan anak laki-laki. Pada masa
ini, terjadi perubahan yang besar pada remaja, yaitu meningkatnya hormon seksualitas dan
mulai berkembangnya organ-organ seksual serta organ-organ reproduksi remaja.
Di samping itu, perkembangan intelektualitas yang sangat pesat jga terjadi pada fase
ini. Akibatnya, remaja-remaja ini cenderung bersikap suka mengkritik (karena merasa tahu
segalanya), yang sering diwujudkan dalam bentuk pembangkangan ataupun pembantahan
terhadap orang tua, mulai menyukai orang dewasa yang dianggapnya baik, serta
menjadikannya sebagai "hero" atau pujaannya. Perilaku ini akan diikuti dengan meniru segala
yang dilakukan oleh pujaannya, seperti model rambut, gaya bicara, sampai dengan kebiasaan
hidup pujaan tersebut.
Selain itu, pada masa ini remaja juga cenderung lebih berani mengutarakan keinginan
hatinya, lebih berani mengemukakan pendapatnya, bahkan akan mempertahankan
pendapatnya sekuat mungkin. Hal ini yang sering ditanggapi oleh orang tua sebagai
pembangkangan. Remaja tidak ingin diperlakukan sebagai anak kecil lagi. Mereka lebih
senang bergaul dengan kelompok yang dianggapnya sesuai dengan kesenangannya. Mereka
juga semakin berani menentang tradisi orang tua yang dianggapnya kuno dan tidak/kurang
berguna, maupun peraturan-peraturan yang menurut mereka tidak beralasan, seperti tidak
boleh mampir ke tempat lain selepas sekolah, dan sebagainya. Mereka akan semakin
kehilangan minat untuk bergabung dalam kelompok sosial yang formal, dan cenderung
bergabung dengan teman-teman pilihannya. Misalnya, mereka akan memilih main ke tempat
teman karibnya daripada bersama keluarga berkunjung ke rumah saudara.
Tapi, pada saat yang sama, mereka juga butuh pertolongan dan bantuan yang selalu
siap sedia dari orang tuanya, jika mereka tidak mampu menjelmakan keinginannya. Pada saat
ini adalah saat yang kritis. Jika orang tua tidak mampu memenuhi kebutuhan psikisnya untuk
mengatasi konflik yang terjadi saat itu, remaja akan mencarinya dari orang lain. Orang tua
harus ingat, bahwa masalah yang dihadapi remaja, meskipun bagi orang tua itu merupakan
masalah sepele, tetapi bagi remaja itu adalah masalah yang sangat-sangat berat. Tetapi
perhatian seolah-olah orang tua mengerti bahwa masalah itu berat sekali bagi remajanya,
akan terekam dalam otak remaja itu bahwa orang tuanya adalah jalan keluar yang terbaik
baginya. Ini akan mempermudah orang tua untuk mengarahkan perkembangan psikis
anaknya.

2.    Masa pubertas (14 - 16 tahun)


Masa ini disebut juga masa remaja awal, dimana perkembangan fisik mereka begitu
menonjol. Remaja sangat cemas akan perkembangan fisiknya, sekaligus bangga bahwa hal
itu menunjukkan bahwa ia memang bukan anak-anak lagi. Pada masa ini, emosi remaja
menjadi sangat labil akibat dari perkembangan hormon-hormon seksualnya yang begitu
pesat. Keinginan seksual juga mulai kuat muncul pada masa ini. Pada remaja wanita ditandai
dengan datangnya menstruasi yang pertama, sedangkan pada remaja pria ditandai dengan
datangnya mimpi basah yang pertama. Remaja akan merasa bingung dan malu akan hal ini,
sehingga orang tua harus mendampinginya serta memberikan pengertian yang baik dan benar
tentang seksualitas. Jika hal ini gagal ditangani dengan baik, perkembangan psikis mereka
khususnya dalam hal pengenalan diri/gender dan seksualitasnya akan terganggu. Kasus-kasus
gay dan lesbi banyak diawali dengan gagalnya perkembangan remaja pada tahap ini.
Di samping itu, remaja mulai mengerti tentang gengsi, penampilan, dan daya tarik
seksual. Karena kebingungan mereka ditambah labilnya emosi akibat pengaruh
perkembangan seksualitasnya, remaja sukar diselami perasaannya. Kadang mereka bersikap
kasar, kadang lembut. Kadang suka melamun, di lain waktu dia begitu ceria. Perasaan sosial
remaja di masa ini semakin kuat, dan mereka bergabung dengan kelompok yang disukainya
dan membuat peraturan-peraturan dengan pikirannya sendiri.

3.    Masa akhir pubertas (17 - 18 tahun)


Pada masa ini, remaja yang mampu melewati masa sebelumnya dengan baik, akan
dapat menerima kodratnya, baik sebagai laki-laki maupun perempuan. Mereka juga bangga
karena tubuh mereka dianggap menentukan harga diri mereka. Masa ini berlangsung sangat
singkat. Pada remaja putri, masa ini berlangsung lebih singkat daripada remaja pria, sehingga
proses kedewasaan remaja putri lebih cepat dicapai dibandingkan remaja pria. Umumnya
kematangan fisik dan seksualitas mereka sudah tercapai sepenuhnya. Namun kematangan
psikologis belum tercapai sepenuhnya.
4.      Periode remaja Adolesen (19 - 21 tahun)
Pada periode ini umumnya remaja sudah mencapai kematangan yang sempurna, baik
segi fisik, emosi, maupun psikisnya. Mereka akan mempelajari berbagai macam hal yang
abstrak dan mulai memperjuangkan suatu idealisme yang didapat dari pikiran mereka.
Mereka mulai menyadari bahwa mengkritik itu lebih mudah daripada menjalaninya.
Sikapnya terhadap kehidupan mulai terlihat jelas, seperti cita-citanya, minatnya, bakatnya,
dan sebagainya. Arah kehidupannya serta sifat-sifat yang menonjol akan terlihat jelas pada
fase ini.
Kenakalan remaja biasanya dilakukan oleh remaja-remaja yang gagal dalam menjalani
proses-proses perkembangan jiwanya, baik pada saat remaja maupun pada masa kanak-
kanaknya. Masa kanak-kanak dan masa remaja berlangsung begitu singkat, dengan
perkembangan fisik, psikis, dan emosi yang begitu cepat. Secara psikologis, kenakalan
remaja merupakan wujud dari konflik-konflik yang tidak terselesaikan dengan baik pada
masa kanak-kanak maupun remaja para pelakunya. Seringkali didapati bahwa ada trauma
dalam masa lalunya, perlakuan kasar dan tidak menyenangkan dari lingkungannya, maupun
trauma terhadap kondisi lingkungan, seperti kondisi ekonomi yang membuatnya merasa
rendah diri, dan sebagainya.

G.    Upaya yang Dilakukan untuk Menanggulangi Kenakalan Remaja


1.      Kegagalan mencapai identitas peran dan lemahnya kontrol diri bisa dicegah atau diatasi
dengan prinsip keteladanan. Remaja harus bisa mendapatkan sebanyak mungkin figur orang-
orang dewasa yang telah melampaui masa remajanya dengan baik juga mereka yang berhasil
memperbaiki diri setelah sebelumnya gagal pada tahap ini.

2. Adanya motivasi dari keluarga, guru, teman sebaya untuk melakukan point pertama.
3. Kemauan orang tua untuk membenahi kondisi keluarga sehingga tercipta keluarga
yang harmonis, komunikatif, dan nyaman bagi remaja.
4. Remaja dididik untuk pandai memilih teman dan lingkungan yang baik serta orang tua
memberi arahan dengan siapa dan di komunitas mana remaja harus bergaul.
5. Remaja membentuk ketahanan diri agar tidak mudah terpengaruh jika ternyata teman
sebaya atau komunitas yang ada tidak sesuai dengan harapan.

6.      Kenakalan remaja dalam bentuk apapun mempunyai akibat yang negatif baik bagi
masyarakat umum maupun bagi diri remaja itu sendiri. Tindakan penanggulangan masalah
kenakalan dapat terbagi ke dalam :
a.      Tindakan Preventif
1)      Usaha pencegahan timbulnya kenakalan remaja secara umum
a)      Mengenal dan mengetahui ciri umum dan khas remaja;
b)      Mengetahui kesulitan-kesulitan yang secara umum dialami oleh para remaja. Kesulitan-
kesulitan manakah yang biasanya menjadi sebab timbulnya penyaluran dalam bentuk
kenakalan;
c)      Usaha pembinaan remaja :
  Menguatkan sikap mental remaja supaya mampu menyelesaikan persoalan yang dihadapinya
  Memberikan pendidikan bukan hanya dalam penambahan pengetahuan dan keterampilan
melainkan pendidikan mental dan pribadi melalui pengajaran agama, budi pekerti dan etiket.
  Menyediakan sarana-sarana dan meciptakan suasana yang optimal demi perkembangan pribadi
yang wajar.
  Usaha memperbaiki keadaan lingkungan sekitar, keadaan sosial keluarga maupun masyarakat
di mana terjadi banyak kenakalan remaja.
2)      Usaha pencegahan kenakalan remaja secara khusus
Dilakukan oleh para pendidik terhadap kelainan tingkahlaku para remaja. Pendidikan mental
di sekolah dilakukan oleh guru, guru pembimbing dan psikolog sekolah bersama dengan para
pendidik lainnya. Sarana pendidikan lainya mengambil peranan penting dalam pembentukan
pribadi yang wajar dengan mental yang sehat dan kuat. Misalnya kepramukaan, dan yang
lainnya. Usaha pendidik harus diarahkan terhadap remaja dengan mengamati, memberikan
perhatian khusus dan mengawasi setiap penyimpangan tingkahlaku remaja di rumah dan di
sekolah.
Pemberian bimbingan terhadap remaja tersebut bertujuan menambah pengertian remaja
mengenai:
a)      Pengenalan diri sendiri: menilai diri sendiri dan hubungan dengan orang lain.
b)      Penyesuaian diri: mengenal dan menerima tuntutan dan menyesuaikan diri dengan tuntutan
tersebut.
c)      Orientasi diri: mengarahkan pribadi remaja ke arah pembatasan antara diri pribadi dan sikap
sosial dengan penekanan pada penyadaran nilai-nilai sosial, moral dan etik.
Bimbingan yang dilakukan dengan dua pendekatan:
a)      Pendekatan langsung, yakni bimbingan yang diberikan secara pribadi pada si remaja itui
sendiri. Melalui percakapan mengungkapkan kesulitan si remaja danmembantu
mengatasinya.
b)      Pendekatan melalui kelompok di mana ia sudah merupakan anggota kumpulan atau
kelompok kecil tersebut:
  Memberikan wejangan secara umum dengan harapan dapat bermanfaat.
  Memperkuat motivasi atau dorongan untuk bertingklaku baik dan merangsang hubungan sosia;
yang baik.
  Mengadakan kelompok diskusi dengan memberikan kesempatan mengemukaka pandangan dan
pendapat para remaja dan memberikan pengarahan yang positif.
  Dengan melakukan permainan bersama dan bekerja dalam kelompok dipupuk solidaritas dan
persekutuan denga Pembimbing.
b.      Tindakan Represif
Usaha menindak pelanggaran norma-norma sosial dan moral dapat dilakukan dengan
mengadakan hukuman terhadap setiap perbuatan pelanggaran.
1)      rumah, remaja harus mentaati peraturan dan tata cara yang berlaku. Disamping itu perlu
adanya semacam hukuman yang dibuat oleh orangtua terhadap pelanggaran tata tertib dan
tata cara keluarga. Pelaksanan tata tertib harus dilakukan dengan konsisten. Setiap
pelanggaran yang sama harus dikenakan sanksi yang sama. Sedangkan hak dan kewajiban
anggota keluarga mengalami perubahan sesuai dengan perkembangan dan umur.
2)      Di sekolah, kepala sekolahlah yang berwenang dalam pelaksanan hukuman terhadap
pelanggaran tata tertib sekolah. Dalam beberapa hal guru juga berhak bertindak. Akan tetapi
hukuman yang berat seperti skorsing maupun pengeluaran dari sekolah merupakan
wewenang kepala sekolah. Guru san staf pembimbing bertugas menyampaikan data
mengenai pelanggaran dan kemungkinan-kemungkinan pelanggaran maupun akibatnya. Pada
umumnya tindakan represif diberikan diberikan dalam bentuk memberikan peringatan secara
lisan maupun tertulis kepada pelajar dan orang tua, melakukan pengawasan khusus oleh
kepala sekolah dan team guru atau pembimbing dan melarang bersekolah untuk sementara
atau seterusnya tergabtung dari macam pelanggaran tata tertib sekolah yang digariskan.

c.    Tindakan Kuratif dan Rehabilitasi


Dilakukan setelah tindakan pencegahan lainnya dilaksanakan dan dianggap perlu mengubah
tingkahlaku si pelanggar remaja itu dengan memberikan pendidikan lagi. Pendidikan diulangi
melalui pembinaan secara khusus, hal mana sering ditanggulangi oleh lembaga khusus
maupun perorangan yang ahli dalam bidang ini.

H.   Peranan Agama terhadap Kenakalan Remaja


Muslih et.al. (2008: 171) mengemukakan bahwa ”Pada hakikat manusia membutuhkan
agama. Hal ini disebabkan agama berfungsi sebagai pembimbing dan petunjuk arah/haluan.
Dalam kehidupan remaja, agama mempunyai peran yang sangat penting, karena agama dapat
membantu para remaja dalam menghadapi segala macam persoalan yang dihadapi dalam
hidupnya.”
Di dalam ajaran agama Islam bahwa adanya kebutuhan terhdap agama disebabkan
manusia selaku mahluk Tuhan dibekali dengan berbagai potensi (fitrah) yang dibawa sejak
lahir. Salah satu fitrah tersebut adalah kecenderungan terhadap agama Islam.
Pada hakikat manusia membutuhkan agama. Hal ini disebabkan agama berfungsi
sebagai pembimbing dan petunjuk arah/haluan. Dalam kehidupan remaja, agama mempunyai
peran yang sangat penting, karena agama dapat membantu para remaja dalam menghadapi
segala macam persoalan yang dihadapi dalam hidupnya. Pendidikan agama hendaknya dapat
diwarnai kepribadian remaja, sehingga agama itu benar-benar menjadi bagian dari pribadinya
yang akan menjadi pengendali dalam kehidupan dikemudian hari. Untuk pembinaan pribadi
itu, pendidikan agama hendaknya diberikan oleh seseorang yang benar-benar mencerminkan
agama dalam sikap, tingkah laku, gerak gerik, cara berpakaian, berbicara, menghadapi
persoalan dan keseluruhan pribadinya, pendidikan dan pembinaan agama akan sukses apabila
ajaran agama itu hidup dan tercermin dalam pribadi remaja.
Fungsi pendidikan agama Islam yang sekaligus suatu proses sosialisasi pada
lingkungan atau lembaga pendidikan keluarga, antara lain:
a.       Pembekalan, yaitu untuk membimbing anak dalam memiliki akhlak.
b.      Penerangan, yaitu membantu anak untuk mengetahui pinsip-prinsip dan hukum agama agar
dalam pelaksanaannya sesuai dengan ajaran agama.
c.       Perbaikan, yaitu untuk menolong anak dalam membina akidah yang baik dan benar serta
pembentukan jiwa keagamaan yang kokoh.
d.      Penyadaran, yaitu untuk memberikan pemeliharaan anak-anak atau remaja agar memahami
dan mampu menjaga kesehatan, baik jasmani maupun rohani.
e.       Pengajaran, yaitu untuk menyiapkan peluang dan suasana praktis untuk mengamalkan nilai-
nilai agama dan akhlak dalam kehidupan.

Jadi fungsi pendidikan Islam adalah realisasi dari cita-cita ajaran Islam, yang membawa
misi kesejahteraan manusia sebagai hamba Allah lahir dan batin di dunia dan akhirat. Untuk
itu, agama berfungsi sebagai terapi bagi jiwa yang gelisah dan teganggu. Agama berperan
sebagai pencegahan terhadap gangguan kejiwaan dan merupakan fakor pembinaan mental
bagi remaja. Dengan demikian, agama dan keyakinan merupakan kebutuhan jiwa yang
penting bagi remaja yang dapat memberikan bantuan untukmelepaskan diri dari goncangan
jiwa dan gejolak-gejolak jiwa yang hebat.
BAB III
PENUTUP

A.    Simpulan
Manusia adalah suatu mahluk somato-psiko-sosial dan karena itu maka suatu
pendekatan terhadap manusia harus menyangkut semua unsur somatik, psikologik, dan sosial.
Remaja adalah mereka yang berusia antara 12 - 21 tahun. Remaja akan mengalami periode
perkembangan fisik dan psikis sebagai berikut :
1.      Masa Pra-pubertas (12 - 13 tahun)
2.      Masa pubertas (14 - 16 tahun)
3.      Masa akhir pubertas (17 - 18 tahun)
4.      Periode remaja Adolesen (19 - 21 tahun)
Remaja adalah masa yang penuh dengan permasalahan.Masa remaja adalah masa
terjadinya krisis identitas atau pencarian identitas diri.Perkembangan psikologis ditekankan
pada keadaan emosi remaja. Kenakalan remaja itu sendiri merupakan perbuatan pelanggaran
norma-norma baik norma hukum maupun norma sosial.Faktor-faktor yang melatar belakangi
terjadinya kenakalan remaja adalah sebagai berikut bagai berikut:
1.      Kurangnya perhatian dari orang tua, serta kurangnya kasih sayang;
2.      Minimnya pemahaman tentang keagamaan;
3.      Pengaruh lingkungan dan pergaulan.
Akibat-akibat yang ditimbulkan oleh kenakalan remaja ada 3 antara lain:
1.      Bagi diri remaja itu sendiri;
2.      Bagi keluarga;
3.      Bagi lingkungan masyarakat.
Upaya penanggulangan masalah kebakalan dapat di bagi dalam:
1.      Tindakan Preventif;
2.      Tindakan Represif;
3.      Tindakan Kuratif dan Rehabilitasi.
Pada hakikat manusia membutuhkan agama. Hal ini disebabkan agama berfungsi
sebagai pembimbing dan petunjuk arah/haluan. Dalam kehidupan remaja, agama mempunyai
peran yang sangat penting, karena agama dapat membantu para remaja dalam menghadapi
segala macam persoalan yang dihadapi dalam hidupnya.

B.     Saran
Kondisi psikologis seorang remaja sangat berpengaruh dalam sikap dan tindakannya,
maka semua pihak harus berusaha memperhatikan perkembangan psikologi remaja agar tidak
terjadi hal-hal yang tidak diinginkan. Oleh karena itu kita hendaknya turut berperan aktif
untuk menanggulangi maraknya kenakalan di kalangan remaja. Kita hendaknya turut
melakukan upaya-upaya untuk menghindarkan mereka dari perbuatan yang tidak pantas
mereka lakukan. Upaya-upaya tersebut dapat bersifat preventif, represif, dan kuratif.
Tanggung jawab terhadap kenakalan remaja terletak pada orangtua, sekolah, dan masyarakat,
khususnya para pendidik baik yang ada di keluarga (orangtua), sekolah (guru-guru dan para
guru pembimbing) maupun para pendidik di masyarakat, yakni para pemuka agama dan
tokoh-tokoh masyarakat.
DAFTAR PUSTAKA

Dewi, A.M.I.P., Sulastri, M., Sedanayasa, G.. (2014). Determinasi Ketidakutuhan Keluarga Dan
Konsep Diri terhadap Kenakalan Remaja pada Siswa Kelas X SMA Negeri 1 Sukasada
Semester Genap Tahun Pelajaran 2013/2014. e-journal Undiksa Jurusan Bimbingan
Konseling, 2 (1)

Nawafilaty, T. (2015). Persepsi Terhadap Keharmonisan Keluarga, Self Disclosure, dan


Delinkuensi Remaja. Jurnal Psikologi Persona, 2 (4), 175-182 .

Muniriyanto & Suharman. (2014). Keharmonisan Keluarga, Konsep Diri dan Kenakalan Remaja.
Jurnal Psikologi Indonesia, 3 (2), 156-164.

Rini, I.K., Hardjajani, T., & Nugroho, A.A.. (2012). Kenakalan Rmaja Ditinjau dari Kecerdasan
Emosi dan Penyesuaian Diri pada Siswa SMAN Se-Surakarta. Jurnal Candrajiwa.

Setjaningsih, E., Uyun, Z., Yuwono, S. (2006). Hubungan Antara Penyesuaian Sosial Dan
Kemampuan Menyelesaikan Masalah Dengan Kecenderungan Perilaku Delinkuen Pada
Remaja. Jurnal Psikologi Universitas Diponegoro, 3 (1), 29-35.

Anda mungkin juga menyukai