PENDAHULUAN
BAB II
PEMBAHASAN
Dengan sedikit pengertian kenalan remaja diatas membuat kita akan lebih mengerti
akan sikap dan perilaku remaja kita apakah baik baik saja ataukah sudah mengarah pada
suatu kenakalan remaja.
Dalam pengertian lain, kenakalan remaja itu disebut Juvenille delinquency.Yaitu
perilaku jahat (dursila), atau kejahatan/kenakalan anak-anak muda; merupakan gejala sakit
(patologis) secara sosial pada anak-anak dan remaja yang disebabkan oleh satu bentuk
pengabaian sosial, sehingga mereka itu mengembangkan bentuk tingkah laku yang
menyimpang.Anak-anak muda yang delinkuen atau jahat itu disebut pula sebagai anak cacat
secara sosial.Mereka menderita cacat mental disebabkan oleh pengaruh sosial yang ada di
tengah masyarakat.Juvenile beraal dari bahasa latin juvenilis, artinya : anak-anak, anak muda,
ciri karakteristik pada masa muda, sifat-sifat khas pada periode remaja.Delinquent berasal
dari kata latin “delinquere” yang berarti : terabaikan, mengabaikan, yang kemudian diperluas
artinya menjadi jahat, a-sosial, kriminal, pelanggar aturan, pembuat ribut, pengacau, penteror,
tidak dapat diperbaiki lagi, durjana, dursila, dan lain-lain.
D. Faktor-faktor yang Melatarbelakangi Kenakalan Remaja
Wijaya (http://wija091.multiplay.com) menyatakan “Faktor-faktor yang melatar
belakangi terjadinya kenakalan remaja” adalah sebagai berikut sebagai berikut :
1. Kurangnya perhatian dari orang tua, serta kurangnya kasih sayang
Keluarga merupakan unit sosial terkecil yang memberikan fondasi primer bagi
perkembangan anak. Sedangkan lingkungan sekitar dan sekolah ikut memberikan nuansa
pada perkembangan anak. Karena itu baik-buruknya struktur keluarga dan masyarakat sekitar
memberikan pengaruh baik atau buruknya pertumbuhan kepribadian anak. Keadaan
lingkungan keluarga yang menjadi sebab timbulnya kenakalan remaja seperti keluarga yang
broken home, rumah tangga yang berantakan disebabkan oleh kematian ayah atau ibunya,
keluarga yang diliputi konflik keras, ekonomi keluarga yang kurang, semua itu merupakan
sumber yang subur untuk memunculkan delinkuensi remaja.
2. Minimnya pemahaman tentang keagamaan
Di dalam kehidupan berkeluarga kurangnya pembinaan agama juga menjadi salah satu
faktor terjadinya kenakalan remaja Dalam pembinaan moral, agama mempunyai peranan
yang sangat penting karena nilai-nilai moral yang datangnya dari agama tetap tidak berubah
karena perubahan waktu dan tempat.
Dalam pembinaan moral ataupun agama bagi remaja melalui rumah tangga perlu
dilakukan sejak kecil sesuai dengan umurnya karena setiap anak yang dilahirkan belum
mengerti mana yang benar dan mana yang salah, juga belum mengerti mana batas-batas
ketentuan moral dalam lingkungannya. Karena itu pembinaan moral pada permulaannya
dilakukan di rumah tangga dengan latihan-latihan, nasehat-nasehat yang dipandang baik.
Maka pembinaan moral harus dimulai dari orang tua baik perlakuan, pelayanannya kepada
remaja dapat memperlihatkan contoh teladan yang baik melaksanakan shalat dan sebagainya
yang merupakan hal-hal yang mengarah kepada perbuatan positif karena apa yang diperoleh
dalam rumah tangganya akan dibawa kelingkungan masyarakat. Oleh karena itu pembinaan
moral dan agama dalam keluarga penting sekali bagi remaja untuk menyelamatkan mereka
dari kenakalan dan merupakan cara untuk mempersiapkan hari depan generasi yang akan
datang, sebab kesalahan dalam pembinaan moral akan berakibat negatif terhadap remaja itu
sendiri.
Sebenarnya pemahaman tentang agama sebaiknya dilakukan semenjak kecil, yaitu
melalui kedua orang tua dengan cara memberikan pembinaan moral dan bimbingan tentang
keagamaan, agar nantinya setelah mereka remaja bisa memilah baik buruk perbuatan yang
ingin mereka lakukan sesuatu di setiap harinya.
Dalam masyarakat sekarang yang sudah begitu mengagungkan ilmu pengetahuan,
kaidah-kaidah moral dan tata susila yang dipegang teguh oleh orang-orang dahulu menjadi
tertinggal dibelakang. Dan didalam masyarakat yang telah terlalu jauh dari agama,
kemerosotan moral orang dewasa sudah lumrah terjadi. Kemerosotan moral, tingkah laku dan
perbuatan – perbuatan orang dewasa yang tidak baik menjadi contoh atau tauladan bagi anak-
anak dan remaja sehingga berdampak timbulnya kenakalan remaja.
Kekurangan spiritual termasuk ketidak pahaman secara utuh tentang ajaran Islam
sehingga mereka melakukan apa saja yang menjadi keinginan serta kemauan mereka.
3. Pengaruh lingkungan dan pergaulan
Di dalam kehidupan bermasyarakat, remaja sering melakukan keonaran dan
mengganggu ketentraman masyarakat karena terpengaruh dengan budaya barat, pergaulan
dengan teman sebayanya yang mana sering mempengaruhi untuk mencoba. Sebagai mana
kita ketahui bahwa para remaja sangat senag dengan gaya hidup yang baru tanpa melihat
faktor negatifnya. Karena dianggap ketinggalan zaman jika tidak mengikutinya.
2. Adanya motivasi dari keluarga, guru, teman sebaya untuk melakukan point pertama.
3. Kemauan orang tua untuk membenahi kondisi keluarga sehingga tercipta keluarga
yang harmonis, komunikatif, dan nyaman bagi remaja.
4. Remaja dididik untuk pandai memilih teman dan lingkungan yang baik serta orang tua
memberi arahan dengan siapa dan di komunitas mana remaja harus bergaul.
5. Remaja membentuk ketahanan diri agar tidak mudah terpengaruh jika ternyata teman
sebaya atau komunitas yang ada tidak sesuai dengan harapan.
6. Kenakalan remaja dalam bentuk apapun mempunyai akibat yang negatif baik bagi
masyarakat umum maupun bagi diri remaja itu sendiri. Tindakan penanggulangan masalah
kenakalan dapat terbagi ke dalam :
a. Tindakan Preventif
1) Usaha pencegahan timbulnya kenakalan remaja secara umum
a) Mengenal dan mengetahui ciri umum dan khas remaja;
b) Mengetahui kesulitan-kesulitan yang secara umum dialami oleh para remaja. Kesulitan-
kesulitan manakah yang biasanya menjadi sebab timbulnya penyaluran dalam bentuk
kenakalan;
c) Usaha pembinaan remaja :
Menguatkan sikap mental remaja supaya mampu menyelesaikan persoalan yang dihadapinya
Memberikan pendidikan bukan hanya dalam penambahan pengetahuan dan keterampilan
melainkan pendidikan mental dan pribadi melalui pengajaran agama, budi pekerti dan etiket.
Menyediakan sarana-sarana dan meciptakan suasana yang optimal demi perkembangan pribadi
yang wajar.
Usaha memperbaiki keadaan lingkungan sekitar, keadaan sosial keluarga maupun masyarakat
di mana terjadi banyak kenakalan remaja.
2) Usaha pencegahan kenakalan remaja secara khusus
Dilakukan oleh para pendidik terhadap kelainan tingkahlaku para remaja. Pendidikan mental
di sekolah dilakukan oleh guru, guru pembimbing dan psikolog sekolah bersama dengan para
pendidik lainnya. Sarana pendidikan lainya mengambil peranan penting dalam pembentukan
pribadi yang wajar dengan mental yang sehat dan kuat. Misalnya kepramukaan, dan yang
lainnya. Usaha pendidik harus diarahkan terhadap remaja dengan mengamati, memberikan
perhatian khusus dan mengawasi setiap penyimpangan tingkahlaku remaja di rumah dan di
sekolah.
Pemberian bimbingan terhadap remaja tersebut bertujuan menambah pengertian remaja
mengenai:
a) Pengenalan diri sendiri: menilai diri sendiri dan hubungan dengan orang lain.
b) Penyesuaian diri: mengenal dan menerima tuntutan dan menyesuaikan diri dengan tuntutan
tersebut.
c) Orientasi diri: mengarahkan pribadi remaja ke arah pembatasan antara diri pribadi dan sikap
sosial dengan penekanan pada penyadaran nilai-nilai sosial, moral dan etik.
Bimbingan yang dilakukan dengan dua pendekatan:
a) Pendekatan langsung, yakni bimbingan yang diberikan secara pribadi pada si remaja itui
sendiri. Melalui percakapan mengungkapkan kesulitan si remaja danmembantu
mengatasinya.
b) Pendekatan melalui kelompok di mana ia sudah merupakan anggota kumpulan atau
kelompok kecil tersebut:
Memberikan wejangan secara umum dengan harapan dapat bermanfaat.
Memperkuat motivasi atau dorongan untuk bertingklaku baik dan merangsang hubungan sosia;
yang baik.
Mengadakan kelompok diskusi dengan memberikan kesempatan mengemukaka pandangan dan
pendapat para remaja dan memberikan pengarahan yang positif.
Dengan melakukan permainan bersama dan bekerja dalam kelompok dipupuk solidaritas dan
persekutuan denga Pembimbing.
b. Tindakan Represif
Usaha menindak pelanggaran norma-norma sosial dan moral dapat dilakukan dengan
mengadakan hukuman terhadap setiap perbuatan pelanggaran.
1) rumah, remaja harus mentaati peraturan dan tata cara yang berlaku. Disamping itu perlu
adanya semacam hukuman yang dibuat oleh orangtua terhadap pelanggaran tata tertib dan
tata cara keluarga. Pelaksanan tata tertib harus dilakukan dengan konsisten. Setiap
pelanggaran yang sama harus dikenakan sanksi yang sama. Sedangkan hak dan kewajiban
anggota keluarga mengalami perubahan sesuai dengan perkembangan dan umur.
2) Di sekolah, kepala sekolahlah yang berwenang dalam pelaksanan hukuman terhadap
pelanggaran tata tertib sekolah. Dalam beberapa hal guru juga berhak bertindak. Akan tetapi
hukuman yang berat seperti skorsing maupun pengeluaran dari sekolah merupakan
wewenang kepala sekolah. Guru san staf pembimbing bertugas menyampaikan data
mengenai pelanggaran dan kemungkinan-kemungkinan pelanggaran maupun akibatnya. Pada
umumnya tindakan represif diberikan diberikan dalam bentuk memberikan peringatan secara
lisan maupun tertulis kepada pelajar dan orang tua, melakukan pengawasan khusus oleh
kepala sekolah dan team guru atau pembimbing dan melarang bersekolah untuk sementara
atau seterusnya tergabtung dari macam pelanggaran tata tertib sekolah yang digariskan.
Jadi fungsi pendidikan Islam adalah realisasi dari cita-cita ajaran Islam, yang membawa
misi kesejahteraan manusia sebagai hamba Allah lahir dan batin di dunia dan akhirat. Untuk
itu, agama berfungsi sebagai terapi bagi jiwa yang gelisah dan teganggu. Agama berperan
sebagai pencegahan terhadap gangguan kejiwaan dan merupakan fakor pembinaan mental
bagi remaja. Dengan demikian, agama dan keyakinan merupakan kebutuhan jiwa yang
penting bagi remaja yang dapat memberikan bantuan untukmelepaskan diri dari goncangan
jiwa dan gejolak-gejolak jiwa yang hebat.
BAB III
PENUTUP
A. Simpulan
Manusia adalah suatu mahluk somato-psiko-sosial dan karena itu maka suatu
pendekatan terhadap manusia harus menyangkut semua unsur somatik, psikologik, dan sosial.
Remaja adalah mereka yang berusia antara 12 - 21 tahun. Remaja akan mengalami periode
perkembangan fisik dan psikis sebagai berikut :
1. Masa Pra-pubertas (12 - 13 tahun)
2. Masa pubertas (14 - 16 tahun)
3. Masa akhir pubertas (17 - 18 tahun)
4. Periode remaja Adolesen (19 - 21 tahun)
Remaja adalah masa yang penuh dengan permasalahan.Masa remaja adalah masa
terjadinya krisis identitas atau pencarian identitas diri.Perkembangan psikologis ditekankan
pada keadaan emosi remaja. Kenakalan remaja itu sendiri merupakan perbuatan pelanggaran
norma-norma baik norma hukum maupun norma sosial.Faktor-faktor yang melatar belakangi
terjadinya kenakalan remaja adalah sebagai berikut bagai berikut:
1. Kurangnya perhatian dari orang tua, serta kurangnya kasih sayang;
2. Minimnya pemahaman tentang keagamaan;
3. Pengaruh lingkungan dan pergaulan.
Akibat-akibat yang ditimbulkan oleh kenakalan remaja ada 3 antara lain:
1. Bagi diri remaja itu sendiri;
2. Bagi keluarga;
3. Bagi lingkungan masyarakat.
Upaya penanggulangan masalah kebakalan dapat di bagi dalam:
1. Tindakan Preventif;
2. Tindakan Represif;
3. Tindakan Kuratif dan Rehabilitasi.
Pada hakikat manusia membutuhkan agama. Hal ini disebabkan agama berfungsi
sebagai pembimbing dan petunjuk arah/haluan. Dalam kehidupan remaja, agama mempunyai
peran yang sangat penting, karena agama dapat membantu para remaja dalam menghadapi
segala macam persoalan yang dihadapi dalam hidupnya.
B. Saran
Kondisi psikologis seorang remaja sangat berpengaruh dalam sikap dan tindakannya,
maka semua pihak harus berusaha memperhatikan perkembangan psikologi remaja agar tidak
terjadi hal-hal yang tidak diinginkan. Oleh karena itu kita hendaknya turut berperan aktif
untuk menanggulangi maraknya kenakalan di kalangan remaja. Kita hendaknya turut
melakukan upaya-upaya untuk menghindarkan mereka dari perbuatan yang tidak pantas
mereka lakukan. Upaya-upaya tersebut dapat bersifat preventif, represif, dan kuratif.
Tanggung jawab terhadap kenakalan remaja terletak pada orangtua, sekolah, dan masyarakat,
khususnya para pendidik baik yang ada di keluarga (orangtua), sekolah (guru-guru dan para
guru pembimbing) maupun para pendidik di masyarakat, yakni para pemuka agama dan
tokoh-tokoh masyarakat.
DAFTAR PUSTAKA
Dewi, A.M.I.P., Sulastri, M., Sedanayasa, G.. (2014). Determinasi Ketidakutuhan Keluarga Dan
Konsep Diri terhadap Kenakalan Remaja pada Siswa Kelas X SMA Negeri 1 Sukasada
Semester Genap Tahun Pelajaran 2013/2014. e-journal Undiksa Jurusan Bimbingan
Konseling, 2 (1)
Muniriyanto & Suharman. (2014). Keharmonisan Keluarga, Konsep Diri dan Kenakalan Remaja.
Jurnal Psikologi Indonesia, 3 (2), 156-164.
Rini, I.K., Hardjajani, T., & Nugroho, A.A.. (2012). Kenakalan Rmaja Ditinjau dari Kecerdasan
Emosi dan Penyesuaian Diri pada Siswa SMAN Se-Surakarta. Jurnal Candrajiwa.
Setjaningsih, E., Uyun, Z., Yuwono, S. (2006). Hubungan Antara Penyesuaian Sosial Dan
Kemampuan Menyelesaikan Masalah Dengan Kecenderungan Perilaku Delinkuen Pada
Remaja. Jurnal Psikologi Universitas Diponegoro, 3 (1), 29-35.