OLEH :
KANISIUS WENGGO
VERDIANA BAHAGIA
ROBERTUS WANGGUR
RUTENG 2019/2020
KATA PENGANTAR
Puji Dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
rahmat Dan bimbingan –Nya, kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul
“PEMBERDAYAAN KELUARGA“ tepat pada waktunya.
Kami juga berterima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam
penulisan makalah ini. kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih
jauh sempurnah. Oleh karena itu kami mengharapkan kritik Dan saran yang bersifat
membangung demi penyempurnaan makalah kami selanjutnya.
A. Latar belakang
B. TUJUAN PEMBELAJARAN
a. Tujuan Pembelajaran Umum
Dapat mengetahui dan memahami mengenai Pemberdayaan Keluarga
b. Tujuan Pembelajaran Khusus
Dapat mengetahui dan memahami mengenai:
1) Pengertian dan Tujuan Pemberdayaan Keluarga
2) Ruang Lingkup dalam Pemberdayaan Keluarga
3) Prinsip Pemberdayaan Keluarga
4) Strategi Pemberdayaan Keluarga
5) Pendekatan dan Metode Pemberdayaan Keluarga
BAB II
PEMBAHASAN
1. Pengertian Pemberdayaan
Pemberdayaan berasal dari kata “daya” yang mendapat awalan ber- yang kata
“berdaya” artinya memiliki atau mempunyai daya. Daya artinya kekuatan, berdaya
artinya memiliki kekuatan. Pemberdayaan artinya membuat sesuatu menjadi berdaya
atau mempunyai daya atau mempunyai kekuatan.
Pemberdayaan dalaam bahasa Indonesia merupakan terjemahan dari
empowerment dalam bahasa inggris. Pemberdayaan sebagai terjemahan dari
empowerment menurut Merrian Webster dalam Oxford English Dicteonary
mengandung dua pengertian :
a. To give ability or enable, yakni meningkatkan kemampuan masyarakat melalui
pelaksanaan berbagai kebijakan dan program pembangunan, agar kehidupan
masyarakat dapat mencapai tingkat kemampuan yang diharapkan.
b. To give authority, yakni meningkatkan kemandirian masyarakat melalui
pemberian wewenang secara proporsional kepada masyarakat dalam
pengambilan keputusan dalam rangka membangun diri dan lingkungannya secara
mandiri.
Pengertian Pemberdayaan
1) Pemberdayaan bertujuan untuk meningkatkan kekuasaan orang-orang yang
lemah atau tidak beruntung (Ife, 1995).
2) Pemberdayaan menunjuk pada usaha pengalokasian kembali kekuasaan
melalui pengubahan struktur sosial (Swift dan Levin, 1987).
3) Pemberdayaan adalah suatu cara dengan mana rakyat, organisasi, dan
komunitas diarahkan agar mampu menguasai (atau berkuasa atas)
kehidupannya (Rappaport, 1984).
4) Pemberdayaan adalah sebuah proses dengan mana orang menjadi cukup kuat
untuk berpartisipasi dalam, berbagi pengontrolan atas, dan mempengaruhi
terhadap, kejadian-kejadian serta lembaga-lembaga yang mempengaruhi
kehidupannya…Pemberdayaan menekankan bahwa orang memperoleh
keterampilan, pengetahuan, dan kekuasaan yang cukup untuk mempengaruhi
kehidupannya dan kehidupan orang lain yang menjadi perhatiannya (Parsons,
et al., 1994).
5) Pemberdayaan menunjuk pada kemampuan orang, khususnya kelompok
rentan dan lemah, untuk:
a. Memiliki akses terhadap sumber-sumber produktif yang
memungkinkan mereka dapat meningkatkan pendapatannya dan
memperoleh barang-barang dan jasa-jasa yang mereka perlukan; dan
b. Berpartisipasi dalam proses pembangunan dan keputusan-keputusan
yang mempengaruhi mereka.
Definisi pemberdayaan yang dikemukakan para pakar sangat beragam
dan kontekstual. Akan tetapi dari berbagai definisi tersebut, dapat ditarik suatu
benang merah bahwa pemberdayaan masyarakat merupakan upaya untuk
memampukan dan memandirikan masyarakat. Atau dengan kata lain adalah
bagaimana menolong masyarakat untuk mampu menolong dirinya sendiri.
2. Pengertian Keluarga
Pengertian Keluarga secara Struktural: Keluarga didefenisikan berdasarkan
kehadiran atau ketidakhadiran anggota keluarga, seperti orang tua, anak, dan kerabat
lainnya. Definisi ini memfokuskan pada siapa yang menjadi bagian dari keluarga.
Dari perspektif ini dapat muncul pengertian tentang keluarga sebaga asal-usul
(families of origin), keluarga sebagai wahana melahirkan keturunan (families of
procreation), dan keluarga batih (extended family).
Pengertian Keluarga secara Fungsional: Keluarga didefenisikan dengan
penekanan pada terpenuhinya tugas-tugas dan fungsi-fungsi psikososial. Fungsi-
fungsi tersebut mencakup perawatan, sosialisasi pada anak, dukungan emosi dan
materi, dan pemenuhan peran-peran tertentu. Defenisi ini memfokuskan pada tugas-
tugas yang dilakukan oleh keluarga.
Pengertian Keluarga secara Transaksional: Keluarga didefenisikan sebagai
kelompok yang mengembangkan keintiman melalui perilaku-perilaku yang
memunculkan rasa identitas sebagai keluarga (family identity), berupa ikatan emosi,
pengalaman historis, maupun cita-cita masa depan. Definisi ini memfokuskan pada
bagaimana keluarga melaksanakan fungsinya.
Dari beberapa pengertian para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa
pemberdayaan keluarga adalah upaya untuk menjalankan peran sesuai dengan
fungsinya dalam keluarga dan mengembangkan potensi-potensi yang dimiliki
anggota keluarga secara maksimal sehingga terbentuk ketahanan keluarga.
a. Holistik
Strategi yang memperhatikan berbagai dimensi kehidupan keluarga; fungsi
keluarga, peran, dan tugas keluarga, serta memperhatikan tahap perkembangan
kehidupan keluarga.
b. Sinergistik
Strategi yang memperhatikan dan menempatkan kegiatan pemberdayaan
keluarga diantara program keluarga atau program kemasyarakatan lainnya
yang dilaksanakan oleh berbagai pihak baik oleh pemerintah maupun non
pemerintah , agar saling mendukung, menguatkan, dan saling melengkapi
c. Arus-utama : kemandirian dan ketahanan keluarga
Strategi pemberdayaan adalah mendorong kemandirian dan menguatkan
ketahanan keluarga.
H. Indikator Pemberdayaan
1) Kebebasan mobilitas: kemampuan individu untuk pergi ke luar rumah atau wilayah
tempat tinggalnya, seperti ke pasar, fasilitas medis, bioskop, rumah ibadah, ke rumah
tetangga. Tingkat mobilitas ini dianggap tinggi jika individu mampu pergi sendirian
2) Kemampuan membeli komoditas ‘kecil’: kemampuan individu untuk membeli
barang-barang kebutuhan keluarga sehari-hari (beras, minyak tanah, minyak goreng,
bumbu); kebutuhan dirinya (minyak rambut, sabun mandi, rokok, bedak, sampo).
Individu dianggap mampu melakukan kegiatan ini terutama jika ia dapat membuat
keputusan sendiri tanpa meminta ijin pasangannya; terlebih jika ia dapat membeli
barang-barang tersebut dengan menggunakan uangnya sendiri.
3) Kemampuan membeli komoditas ‘besar’: kemampuan individu untuk membeli
barang-barang sekunder atau tersier, seperti lemari pakaian, TV, radio, koran,
majalah, pakaian keluarga. Seperti halnya indikator di atas, poin tinggi diberikan
terhadap individu yang dapat membuat keputusan sendiri tanpa meminta ijin
pasangannya; terlebih jika ia dapat membeli barang-barang tersebut dengan
menggunakan uangnya sendiri.
4) Terlibat dalam pembuatan keputusan-keputuan rumah tangga: mampu membuat
keputusan secara sendiri mapun bersama suami/istri mengenai keputusan-keputusan
keluarga, misalnya mengenai renovasi rumah, pembelian kambing untuk diternak,
memperoleh kredit usaha.
5) Kebebasan relatif dari dominasi keluarga: responden ditanya mengenai apakah dalam
satu tahun terakhir ada seseorang (suami, istri, anak-anak, mertua) yang mengambil
uang, tanah, perhiasan dari dia tanpa ijinnya; yang melarang mempunyai anak; atau
melarang bekerja di luar rumah.
6) Kesadaran hukum dan politik: mengetahui nama salah seorang pegawai pemerintah
desa/kelurahan; seorang anggota DPRD setempat; nama presiden; mengetahui
pentingnya memiliki surat nikah dan hukum-hukum waris.
7) Keterlibatan dalam kampanye dan protes-protes: seseorang dianggap ‘berdaya’ jika ia
pernah terlibat dalam kampanye atau bersama orang lain melakukan protes, misalnya,
terhadap suami yang memukul istri; istri yang mengabaikan suami dan keluarganya;
gaji yang tidak adil; penyalahgunaan bantuan sosial; atau penyalahgunaan kekuasaan
polisi dan pegawai pemerintah.
8) Jaminan ekonomi dan kontribusi terhadap keluarga: memiliki rumah, tanah, asset
produktif, tabungan. Seseorang dianggap memiliki poin tinggi jika ia memiliki aspek-
aspek tersebut secara sendiri atau terpisah dari pasangannya
BAB III
PENUTUP
A. Simpulan
Pemberdayaan keluarga adalah upaya untuk menjalankan peran sesuai
dengan fungsinya dalam keluarga dan mengembangkan potensi-potensi yang
dimiliki anggota keluarga secara maksimal sehingga terbentuk ketahanan
keluarga. Tujuan dari pemberdayaan keluarga adalah untuk meningkatkan
pengetahuan seluruh anggota keluarga dalam bidang kesehatan dan
meningkatkan kemampuan seluruh keluarga dalam pemeliharaan dan
peningkatan derajat kesehatannya sendiri, serta mampu mengenali,
memelihara, melindungi, meningkatkan kualitas kesehatannya.
B. Saran
Diharapkan perawat mampu mengaplikasikan ilmunya dalam upaya
pemberdayaan keluarga. Selain itu masyarakat sendiri juga harus aktif dalam
mengikuti program-program pemberdayaan keluarga.
DAFTAR PUSTAKA
https://www.scribd.com/doc/306530512/KONSEP-PEMBERDAYAAN-KELUARGA-doc
file:///C:/Users/USER/Downloads/KELUARGA/32%20Konsep%20Pemberdayaan
%20Partisipasi%20Kelembagaan.pdf