Anda di halaman 1dari 18

PEMBERDAYAAN KELUARGA

OLEH :

KANISIUS WENGGO

MATILDA IVONI SIONG

VERDIANA BAHAGIA

ROBERTUS WANGGUR

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN

FAKULTAS ILMU KESEHATAN DAN PERTANIAN

UNIVERSITAS KATOLIK INDONESIA SANTU PAULUS

RUTENG 2019/2020
KATA PENGANTAR

Puji Dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
rahmat Dan bimbingan –Nya, kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul
“PEMBERDAYAAN KELUARGA“ tepat pada waktunya.

Kami juga berterima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam
penulisan makalah ini. kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih
jauh sempurnah. Oleh karena itu kami mengharapkan kritik Dan saran yang bersifat
membangung demi penyempurnaan makalah kami selanjutnya.

Akhirnya semoga makalah ini bermanfaat bagi pembaca dan penulisnya.

Ruteng, Oktober 2019


BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Keluarga sebagai unit sosial terkecil dalam masyarakat memegang peranan


penting sebagai aset bangsa. Keluarga bukan hanya dianggap sekadar sasaran
pembangunan, tetapi merupakan pelaku (subyek) pembangunan. Untuk itu perlu
diatur tentang pembangunan keluarga sejahtera, terutama dalam mempersiapkan
sumber daya anggota keluarga yang potensial. Sasaran kinerja menetapkan
meningkatnya jumlah keluarga yang dapat mengakses informasi dan sumber daya
ekonomi bagi peningkatan kesejahteraan keluarga. Dalam bidang ketahanan
keluarga, diupayakan untuk meningkatkan kemampuan keluarga dalam mengasuh
dan menumbuhkembangkan anak, disamping menurunnya ketidakharmonisan
dan tindak kekerasan dalam keluarga.
Pembangunan berwawasan keluarga merupakan pembangunan yang
dilakukan secara seksama mempertimbangkan dimensi keluarga sebagai sasaran
dan pelaku. Hal ini sekaligus mengarah pada peranan keluarga sebagai
pengembang sumber daya manusia potensial dengan mendayagunakan keluarga
untuk mempertajam potensi dasar seseorang. Dengan demikian, pengembangan
sumber daya keluarga adalah rangkaian upaya pembangunan, baik yang
dilaksanakan oleh pemerintah swasta dan masyarakat untuk mewujudkan
keluarga yang berkualitas tahun 2015, yaitu terwujudnya keluarga yang maju,
mandiri, sejahtera, hidup selaras, serasi serta seimbang dengan daya dukung dan
daya tampung lingkungan.
Upaya pembangunan keluarga berkualitas dilakukan melalui pemberdayaan
keluarga sebagai wahana pengembangan sumber daya manusia. Hal ini dilakukan
dengan mewujudkan pelembagaan dan pembudayaan visi keluarga berkualitas
guna meningkatkan kemampuan keluarga sebagai hal yang berperan dan
bertanggung jawab dalam pengembangan anggota keluarga tersebut. Upaya ini
perlu memperhatikan sistim nilai yang ada dalam masyarakat, kondisi politik,
ekonomi, sosial budaya dan pertahanan keamanan serta perkembangan
globalisasi.
Proses pemberdayaan keluarga dilakukan secara terpadu oleh pemerintah
bersama masyarakat melalui pemantapan sosialisasi dan pelaksanaan delapan
fungsi keluarga sesuai dengan kondisi tiap-tiap keluarga melalui siklus
perkembangan keluarga guna menjadikan setiap anggotanya sebagai insan
pembangunan yang produktif dan kompetitif dalam rangka menuju persaingan
pasar bebas. Pemberdayaan keluarga diawali dengan pengenalan kondisi dan
potensi keluarga sasaran, melalui pendataan keluarga yang dilakukan para kader
setempat dari rumah ke rumah. Hasilnya, menjadi data basis yang sifatnya sangat
operasional dan bermanfaat untuk digunakan pada setiap tingkat pemerintahan.

B. TUJUAN PEMBELAJARAN
a. Tujuan Pembelajaran Umum
Dapat mengetahui dan memahami mengenai Pemberdayaan Keluarga
b. Tujuan Pembelajaran Khusus
Dapat mengetahui dan memahami mengenai:
1) Pengertian dan Tujuan Pemberdayaan Keluarga
2) Ruang Lingkup dalam Pemberdayaan Keluarga
3) Prinsip Pemberdayaan Keluarga
4) Strategi Pemberdayaan Keluarga
5) Pendekatan dan Metode Pemberdayaan Keluarga
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian dan Tujuan Pemberdayaan Masyarakat

1. Pengertian Pemberdayaan
Pemberdayaan berasal dari kata “daya” yang mendapat awalan ber- yang kata
“berdaya” artinya memiliki atau mempunyai daya. Daya artinya kekuatan, berdaya
artinya memiliki kekuatan. Pemberdayaan artinya membuat sesuatu menjadi berdaya
atau mempunyai daya atau mempunyai kekuatan.
Pemberdayaan dalaam bahasa Indonesia merupakan terjemahan dari
empowerment dalam bahasa inggris. Pemberdayaan sebagai terjemahan dari
empowerment menurut Merrian Webster dalam Oxford English Dicteonary
mengandung dua pengertian :
a. To give ability or enable, yakni meningkatkan kemampuan masyarakat melalui
pelaksanaan berbagai kebijakan dan program pembangunan, agar kehidupan
masyarakat dapat mencapai tingkat kemampuan yang diharapkan.
b. To give authority, yakni meningkatkan kemandirian masyarakat melalui
pemberian wewenang secara proporsional kepada masyarakat dalam
pengambilan keputusan dalam rangka membangun diri dan lingkungannya secara
mandiri.
Pengertian Pemberdayaan
1) Pemberdayaan bertujuan untuk meningkatkan kekuasaan orang-orang yang
lemah atau tidak beruntung (Ife, 1995).
2) Pemberdayaan menunjuk pada usaha pengalokasian kembali kekuasaan
melalui pengubahan struktur sosial (Swift dan Levin, 1987).
3) Pemberdayaan adalah suatu cara dengan mana rakyat, organisasi, dan
komunitas diarahkan agar mampu menguasai (atau berkuasa atas)
kehidupannya (Rappaport, 1984).
4) Pemberdayaan adalah sebuah proses dengan mana orang menjadi cukup kuat
untuk berpartisipasi dalam, berbagi pengontrolan atas, dan mempengaruhi
terhadap, kejadian-kejadian serta lembaga-lembaga yang mempengaruhi
kehidupannya…Pemberdayaan menekankan bahwa orang memperoleh
keterampilan, pengetahuan, dan kekuasaan yang cukup untuk mempengaruhi
kehidupannya dan kehidupan orang lain yang menjadi perhatiannya (Parsons,
et al., 1994).
5) Pemberdayaan menunjuk pada kemampuan orang, khususnya kelompok
rentan dan lemah, untuk:
a. Memiliki akses terhadap sumber-sumber produktif yang
memungkinkan mereka dapat meningkatkan pendapatannya dan
memperoleh barang-barang dan jasa-jasa yang mereka perlukan; dan
b. Berpartisipasi dalam proses pembangunan dan keputusan-keputusan
yang mempengaruhi mereka.
Definisi pemberdayaan yang dikemukakan para pakar sangat beragam
dan kontekstual. Akan tetapi dari berbagai definisi tersebut, dapat ditarik suatu
benang merah bahwa pemberdayaan masyarakat merupakan upaya untuk
memampukan dan memandirikan masyarakat. Atau dengan kata lain adalah
bagaimana menolong masyarakat untuk mampu menolong dirinya sendiri.
2. Pengertian Keluarga
Pengertian Keluarga secara Struktural: Keluarga didefenisikan berdasarkan
kehadiran atau ketidakhadiran anggota keluarga, seperti orang tua, anak, dan kerabat
lainnya. Definisi ini memfokuskan pada siapa yang menjadi bagian dari keluarga.
Dari perspektif ini dapat muncul pengertian tentang keluarga sebaga asal-usul
(families of origin), keluarga sebagai wahana melahirkan keturunan (families of
procreation), dan keluarga batih (extended family).
Pengertian Keluarga secara Fungsional: Keluarga didefenisikan dengan
penekanan pada terpenuhinya tugas-tugas dan fungsi-fungsi psikososial. Fungsi-
fungsi tersebut mencakup perawatan, sosialisasi pada anak, dukungan emosi dan
materi, dan pemenuhan peran-peran tertentu. Defenisi ini memfokuskan pada tugas-
tugas yang dilakukan oleh keluarga.
Pengertian Keluarga secara Transaksional: Keluarga didefenisikan sebagai
kelompok yang mengembangkan keintiman melalui perilaku-perilaku yang
memunculkan rasa identitas sebagai keluarga (family identity), berupa ikatan emosi,
pengalaman historis, maupun cita-cita masa depan. Definisi ini memfokuskan pada
bagaimana keluarga melaksanakan fungsinya.
Dari beberapa pengertian para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa
pemberdayaan keluarga adalah upaya untuk menjalankan peran sesuai dengan
fungsinya dalam keluarga dan mengembangkan potensi-potensi yang dimiliki
anggota keluarga secara maksimal sehingga terbentuk ketahanan keluarga.

B. Tujuan dari pemberdayaan keluarga


1. Meningkatkan pengetahuan seluruh anggota keluarga dalam bidang kesehatan.
2. Meningkatnya kemampuan seluruh keluarga dalam pemeliharaan dan
peningkatan derajat kesehatannya sendiri.
3. Keluarga mampu mengenali, memelihara, melindungi, meningkatkan kualitas
kesehatannya, termasuk jika sakit, dan memperoleh pelayanan kesehatan tanpa
mengalami kesulitan dalam pembiayaannya.

C. Ruang Lingkup Pemberdayaan Masyarakat.


Ruang lingkup substansi pemberdayaan keluarga meliputi berbagai wilayah dan
ranah utama terkait kehidupan keluarga yang terdiri dari:
a) Ketahanan Keluarga
Pemberdayaan keluarga meningkatkan pendekatan pada peningkatan
pengetahuan, kesadaran serta kapasitas keluarga dalam kaitannya dengan
kondisi dinamik suatu keluarga yang harus memiliki keuletan dan
ketangguhan serta kemampuan secara fisik-material dan psikis mental spiritual
guna hidup mandiri, mengembangkan diri dan keluarganya untuk hidup
harmonis dan meningkatkan kesejahteraan lahir dan bathin.
b) Keberfungsian, Peran, dan Tugas Keluarga
Pemberdayaan keluarga menekankan pada peningkatan potensi dan
kapasitas keluarga dalam memenuhi fungsinya. Agar fungsi keluarga berada
pada kondisi optimal, perlu peningkatan fungsionalisasi dan struktur yang
jelas, yaitu suatu rangkaian peran dimana keluarga sebagai ruang lingkup
sistem sosial terkecil.
Peran keluarga merupakan kunci utama keberhasilan fungsi keluarga.
Tugas dasar keluarga meliputi:
1) Penyediaan Kebutuhan Dasar Anggota Keluarga
2) Melakukan tugas masing-masing dengan baik
Sedangkan peran utama keluarga untuk keefektifan fungsi keluarga
yaitu:
1) Penyediaan sumber daya yang dibutuhkan keluarga untuk tumbuh dan
berkembang
2) Dukungan, pengasuhan, dan kasih saying
3) Pengembangan keterampilan hidup
4) Pemeliharaan dan pengelolaan sistem keluarga
5) Kepuasan seksual suami-istri

D. Sumber Daya Keluarga


Bermakna sebagai sumber kekuatan, potensi dan kemampuan untuk mencapai
suatu manfaat maupun tujuan. Sumber daya merupakan asset berupa sumber daya
ekonomi, potensi manusia, karakter pribadi, kualitas lingkungan, sumber daya alam
dan fasilitas untuk masyarakat. Ditinjau dari sudut pandang ekonomi, pemberdayaan
masyarakat merupakan alat atau bahan yang tersedia dan diketahui fungsinya untuk
memenuhi kebutuhan atau tujuan keluarga. Sumber daya manusia meliputi keahlian,
bakat, dan kemampuan yang dimiliki oleh seseorang. Sumber daya material
berhubungan dengan fenomena alam seperti tanah subur, sungai, minyak bumi dan
lain-lain.
Jadi, sumber daya keluarga dapat diartikan sebagai apa yang dimiliki dan
dikuasai individu dalam keluarga baik bersifat fisik material maupun non fisik, dapat
diukur maupun tidak, sumber daya manusia, sumber daya ekonomi, maupun
lingkungan di sekitar keluarga untuk mencapai tujuan keluarga itu sendiri yaitu
memenuhi seluruh kebutuhannya.
a) Pengelolaan Masalah dan Stres Keluarga.
Tipologi dan persepsi keluarga terhadap stress serta mekanisme koping
keluarga menentukan kemungkinan timbulnya stres di dalam sebuah keluarga.
Fungsi pemberdayaan keluarga dapat meningkatkan tipologi efektif, cara
pandang yang baik terhadap stress dan meningkatkan kemampuan koping
serta memperbanyak alternative pilihan koping strategi dalam keluarga untuk
menghindari munculnya krisis akibat stress pada keluarga.
b) Interaksi dan Komunikasi Keluarga
Interaksi keluarga dapat dipandang melalui beberapa pendekatan,
diantaranya adalah pendekatan sistem yang meliputi husband-wife dan parent-
child interaction, sibling interaction, dan intergeneration interaction. Interaksi
keluarga dipandang sebagai proses yang akan memengaruhi kualitas hidup
seseorang yang meliputi kesejahteraan, karakter pribadi dan keberhasilan
hidup yang pada akhirnya mempengaruhi dan dipengaruhi oleh system sosial
yang lebih luas.
Komunikasi merupakan aspek penting dalam kehidupan manusia
karena harga diri, rasa hormat, rasa percaya diri yang dibangun berdasarkan
komunikasi yang efektif. Komunikasi dilakukan dengan menyatakan
kebutuhan satu pihak dan mendengarkan kebutuhan pihak lain karena
komunikasi merupakan penggunaan bersama suatu bahasa disertai proses
saling berbagi informasi untuk mencapai pengertian dan pemahaman yang
sama.
c) Tipologi Keluarga
Tipologi keluarga mengidentifikasi keluarga dari empat dimensi, yaitu:
kemampuan tumbuh kembang keluarga, kelentingan keluarga, kebersamaan
keluarga dan tradisi keluarga.
d) Kelentingan Keluarga
Diartikan sebagai kemampuan keluarga untuk merespon secara positif
terhadap situasi yang kurang baik terhadap keluarga sehingga akan
menimbulkan perasaan kuat perasaan kuat, tahan dan bahkan situasi dimana
keluarga merasa lebih berdaya dan lebih percaya diri. Kelentingan keluarga
dialami ketika anggota keluarga menunjukkan perilaku seperti percaya diri,
kerja keras, kerjasama, dan memaafkan. Hal tersebut merupakan faktor yang
menolong keluarga agar dapat menghadapi stresor sepanjang siklus
kehidupannya.
e) Perkembangan Keluarga
Hal ini menekankan pada pengetahuan dan kesadaran pada tahap
perkembangan keluarga, dimana setiap tahap perkembangan memiliki tugas
perkembangannya serta berpotensi menghadapi periode kritisnya, yang
manakala keluarga tidak mampu menyelesaikan atau menghindari periode
kritis tersebut, maka akan menyebabkan keretakan atau kehancuran keluarga.
Pengetahuan perkembangan dan periode kritis pada setiap tahap keluarga
dapat digunakan untuk memprediksikan kerentanan serta penetapan kebijakan
dan program keluarga.
f) Ekologi Keluarga
Membahas hubungan timbal balik keluarga sebagai ekosistem dengan
lingkungannya baik lingkungan alam maupun lingkungan sosial yang
diimplementasikan melalui proses pemaknaan, penerimaan, pengambilan
keputusan, dan jarak dengan lingkungan sekitar.
g) Arah Perkembangan Kehidupan Keluarga
Membahas kehidupan keluarga yang senantiasa mengalami perubahan
seiring dengan perkembangan ekonomi (infrastruktur ekonomi, perdagangan,
transportasi, perkembangan wilayah) dan sosial (pelayanan pendidikan dan
kesehatan) serta pergeseran budaya seiring perkembangan ilmu pengetahuan
teknologi dan informasi. Demikian halnya dengan semakin dinamisnya
mobilitas penduduk dan mobilitas sosial yang juga berpengaruh terhadap
pengambilan keputusan keluarga. Beberapa fenomena kehidupan keluarga
terkait perkembangan sosial ekonomi diantaranya adalah menurunnya jumlah
anggota keluarga, perubahan keberfungsian, dan semakin tingginya
perempuan yang bekerja di sector public yang menyebabkan besarnya
kebutuhan bantuan dan dukungan sosial terhadap keluarga. Sementara di sisi
lain urbanisasi dan migrasi menyebabkan semakin besarnya jumlah keluarga
inti yang jauh dari keluarga luasnya, menyebabkan terbatasnya dukungan dan
bantuan keluarga besar terhadap keluarga inti.
Berbagai issue kehidupan keluarga terkait perubahan sosial ekonomi
masyarakat diantaranya adalah perubahan pola manajemen keuangan keluarga,
pola pengambilan keputusan, nilai anak dan pola pengasuhan anak, pergeseran
fungsi suami istri di sector public dan domestic, dukungan sosial terhadap
keluarga, pola komunikasi dan interaksi antar anggota keluarga, manajemen
stress keluarga, krisis keluarga, dan perceraian. Terdapat perubahan nilai pada
anak di mata orang tua. Anak diharapkan lebih berprestasi dan mandiri lebih
awal. Dengan semakin pesatnya perkembangan media massa, berdampak
terhadap pengetahuan keluarga akan kehidupan keluarga itu sendiri. Terdapat
perubahan nilai ayah dan ibu yang dikategorikan baik. Keluarga menjadi lebih
terpapar informasi dan pengetahuan mengenai fungsi dan peran keluarga serta
pemahaman yang lebih baik mengenai tahapan perkembangan keluarga.

E. Prinsip Pemberdayaan Keluarga


Agar tujuan pemberdayaan keluarga dapat tercapai, maka perlu memperhatikan
beberapa prinsip penting pemberdayaan keluarga. Beberapa prinsip penting tersebut
yaitu:
a) Pemberdayaan keluarga hendaknya tidak memberikan bantuan atau
pendampingan yang bersifat charity yang akan mendatangkan
ketergantungan dan melemahkan, melainkan bantuan, pendampingan, dan
atau pelatihan yang mempromosikan self reliance dan meningkatkan
kapasitas sasaran pemberdayaan.
b) Hendaknya menggunakan metode pemberdayaan yang menjadikan pihak
yang dibantu/dibina/didamping menjadi lebih kuat melalui latihan daya
tahan, dan menghadapi masalah.
c) Meningkatknan partisipasi yang membawa pihak yang diberdayakan
meningkat kapasitasnya.
d) Menjadikan pihak yang diberdayakan mengambil kontrol penuh,
pengambilan keputusan penuh, dan tanggung jawab penuh untuk
melakukan kegiatan yang akan membawanya menjadi lebih kuat.

Contoh Alternatif Kegiatan Pemberdayaan Keluarga


A. Meningkatkan potensi atau kapasitas keluarga untuk berkembang :
a) Pelatihan di berbagai tingkat sasaran untuk meningkatkan produktivitas
keluarga dalam memperoleh sumber daya ekonomi
b) Pelatihan, bimbingan-konseling untuk meningkatkan keterampilan
keluarga : menilai sumber daya keluarga; mengembangkan potensi &
pengelolaan masalah untuk mencapai tujuan keluarga
c) Kampanye social & penyuluhan untuk meningkatkan dukungan social
bagi ketahanan keluarga
d) Pelatihan keterampilan organisasi di masyarakat terkait : manajemen,
kepemimpinan dan ekonomi organisasi, kerjasama & jaringan
organisasi, kelembagaan di masyarakat.
B. Menciptakan lingkungan agar kapasitas keluarga untuk berkembang dapat
terwujud :
a) Advokasi : meningkatkan komitmen pemerintah
b) Bangun Kemitraan sosial dan jejaring : Pemerintah, sawasta, LSM dan
media massa
c) Pelatihan kepada para tokoh dan penggerak masyarakat dalam rangka
memberdayakan masyarakat dalam menyediakan dukungan sosial bagi
keluarga
d) Penguatan kelembagaan : bimbingan dan konseling keluarga, family
crisis cener dan family therapy
e) Kampanye dan advokasi social bangun ketahanan keluarga
f) Mobilisasi SD bagi perbaikan ekonomi keluarga (penyediaan input
untuk meningkatkan peluang berusaha)
g) Advokasi kebijakan sistem ekonomi makro : sisistem insentif berusaha,
sistem upah, perluasan lapangan dan kesempatan kerja, serta
kemudahan akses berusaha

F. Strategi Pemberdayaan Keluarga

Pemberdayaan keluarga hendaknya dilakukan dengan memperhatikan


beberapa strategi utama, diantaranya adalah :

a. Holistik
Strategi yang memperhatikan berbagai dimensi kehidupan keluarga; fungsi
keluarga, peran, dan tugas keluarga, serta memperhatikan tahap perkembangan
kehidupan keluarga.
b. Sinergistik
Strategi yang memperhatikan dan menempatkan kegiatan pemberdayaan
keluarga diantara program keluarga atau program kemasyarakatan lainnya
yang dilaksanakan oleh berbagai pihak baik oleh pemerintah maupun non
pemerintah , agar saling mendukung, menguatkan, dan saling melengkapi
c. Arus-utama : kemandirian dan ketahanan keluarga
Strategi pemberdayaan adalah mendorong kemandirian dan menguatkan
ketahanan keluarga.

d. Fokus : proses – perubahan


Strategi ini menekankan bahwa pemberdayaan adalah sebuah proses, oleh
karenanya perlu member ruang dan memasukkan perjalanan proses dalam
perencanaan, serta memastikan agar proses perubahan tersebut dilalui sampai
tujuan tercapai.
e. Meningkatkan partisipasi dan menggunakan pendekatan pendidikan orang dewasa
f. Memanfaatkan dan atau meningkatkan kapasitas kelembagaan lokal agar
perubahan lebih mengakar untuk menjamin keberlanjutan dan kelangsungannya
g. Memanfaatkan dan mengoptimalkan potensi local
Pemberdayaan ekonomi keluarga hendaknya memanfaatkan potensi lokal
yang bertujuan memberi nilai tambah serta meningkatkan potensi ekonomi
wilayah
h. Kepedulian – kemitraan
Strategi ini memperhatikan aspek utama dalam proses pembangunan yaitu
kepedulian, serta meningkatkan kemitraan untuk mendorong perubahan yang
lebih luas.
i. Keberlanjutan ( sustainability )
Strategi yang memperhatikan keberlanjutan program, mengingat perubahan
sosial membutuhkan waktu yan g lama dan panjang

G. Pendekatan dan Metode Pemberdayaan Masyarakat

Pemberdayan keluarga dapat menggunakan dua pendekatan. Pertama adalah


pendekatan berbasis memperbaiki kekurangan atau kelemahan. Pendekatan yang
kedua adalah pendekatan berbasis menguatkan keunggulan. Pemberdayaan keluarga
yang menggunakan pendekatan pertama biasanya berkaitan dengan permasalahan
umum keluarga seperti masalah komunikasi dan interaksi, masalah hubungan suami-
istri, masalah pengasuhan, masalah penanganan stress, dan masalah hubungan
keluarga dengan lingkungan social. Sementara itu, pemberdayaan keluarga dengan
menggunakan pendekatan kedua umumnya untuk meningkatkan ekonomi keluarga,
baik secara langsung maupun tidak langsung. Pemberdayaan ekonomi keluarga secara
langsung umumnya berupa pelatihan atau pendampingan bagi keluarga yang telah
memiliki usaha atau rintisan usaha untuk kemudian dibantu atau didampingi upaya
peningkatannya. Sedangkan pemberdayaan ekonomi keluarga secara tidak langsung
adalah pelatihan, pendampingan, dan bantuan dalam menggali potensi dan
kesempatan serta akses berusaha.

Pemberdayaan keluarga dapat menggunakan beberapa metode. Metode yang


paling sering digunakan adalah penyuluhan, konseling, pelatihan, dan pendampingan.
Penyuluhan dan konseling dapat dilakukan secara langsung (tatap muka) maupun
secara tidak langsung (melalui media). Sedangkan pelatihan dan pendampingan
merupakan media yang lebih intensif menekankan pada perubahan atau perbaikan
keterampilan sasaransuami atau istri) maupun
Konseling keluarga dilakukan baik kepada individu ( suami dan istri ), atau
orangtua anak. Konseling umumnya ditujukan untuk pendampingan yang spesifik
baik untuk sifatnya penyelesaian masalah dalam keluarga ( pertengkaran, resolusi
konflik antar anggota keluarga ) ataupun untuk pengambilan keputusan yang spesifik
(contohnya manajemen keuangankeluarga). Konseling keluarga dipandang sangat
efektif dalam membantu keluarga mengatasi masalah dan mendorong keluarga untuk
memiliki kemampuan menolong dirinya sendiri, namun demikian karena sifatnya
intensif dan individual, maka unit biaya penyelenggaraan metode pemberdayaan ini
lebih tinggi (mahal) dibandingkan penyuluhan.
Penyuluhan keluarga dilakukan bagi sekelompok keluarga (lengkap) atau
bagian dari keluarga (ibu-ibu; atau bapak-bapak) untuk membahas hal-hal yang
menjadi perhatian bersama, atau masalah yang umumnya dirasakan atau dialami
bersama. Metode ini tepat dalam upaya peningkatan pengetahuan dan sikap keluarga
terkait kehidupan keluarga seperti tugas perkembangan keluarga, tugas perkembangan
anak, optimalisasi pertumbuhan dan perkembangan anak, menciptakan lingkungan
rumah yang ramah anak. Penyuluhan yang disertai praktik yang memadai dapat
meningkatkan efektivitas metode ini. Agar kegiatan pemberdayaan keluarga melalui
penyuluhan efektif maka perlu persiapan yang baik , misalnya pennyusunan rencana
penyuluhan yang meliputi tujuan instruksional (umum dan khusus) serta alokasi
waktu penyuluhan, disertai evaluasi sederhana untum menangkap daya terima peserta
penyuluhan keluarga (contoh disajikan pada lampiran 1). Penambahan alat bantu
seperti leaflet yang memungkinkan sasaran dapat mengulang materi pemberdayaan di
rumah dipandang akan meningkatkan efektivitas penyuluhan keluarga (contoh
disajikan pada lampiran 2).
Selain memperhatikan pendekatan dan pemilihan metode pemberdayaan
keluarga, hendaknya diperhatikan hal-hal yang dapat menyebabkan pemberdayaan
keluarga dinilai kurang berhasil. Hasil kumpulan analisis terhadap pelaksanaan
pemberdayaan keluarga, terdapat beberapa factor yang dapat menyebabkan kurang
berhasilnya pemberdayaan keluarga, diantaranya adalah :
a. Perencanaan kurang memadai atau bahkan tidak ada perencanaan
b. Pendampingan proses perubahan yang tidak tuntas
c. Pendekatan pemberdayaan yang kurang tepat
d. Lemahnya monitoring & evaluasi kegiatan
e. Mengabaikan hal-hal yang menyebabkan program pemberdayaan tidak diterima
oleh sasaran
f. Melakukan hal-hal yang menyebabkan terdapat pihak yang melawan upaya
pemberdayaan900000000
g. Mengabaikan keberadaan pihak-pihak yang berpotensi sebagai provokator.

H. Indikator Pemberdayaan

Schuler, Hashemi dan Riley mengembangkan beberapa indikator pemberdayaan,


yang mereka sebut sebagai empowerment index atau indeks pemberdayaan (Girvan,
2004):

1) Kebebasan mobilitas: kemampuan individu untuk pergi ke luar rumah atau wilayah
tempat tinggalnya, seperti ke pasar, fasilitas medis, bioskop, rumah ibadah, ke rumah
tetangga. Tingkat mobilitas ini dianggap tinggi jika individu mampu pergi sendirian
2) Kemampuan membeli komoditas ‘kecil’: kemampuan individu untuk membeli
barang-barang kebutuhan keluarga sehari-hari (beras, minyak tanah, minyak goreng,
bumbu); kebutuhan dirinya (minyak rambut, sabun mandi, rokok, bedak, sampo).
Individu dianggap mampu melakukan kegiatan ini terutama jika ia dapat membuat
keputusan sendiri tanpa meminta ijin pasangannya; terlebih jika ia dapat membeli
barang-barang tersebut dengan menggunakan uangnya sendiri.
3) Kemampuan membeli komoditas ‘besar’: kemampuan individu untuk membeli
barang-barang sekunder atau tersier, seperti lemari pakaian, TV, radio, koran,
majalah, pakaian keluarga. Seperti halnya indikator di atas, poin tinggi diberikan
terhadap individu yang dapat membuat keputusan sendiri tanpa meminta ijin
pasangannya; terlebih jika ia dapat membeli barang-barang tersebut dengan
menggunakan uangnya sendiri.
4) Terlibat dalam pembuatan keputusan-keputuan rumah tangga: mampu membuat
keputusan secara sendiri mapun bersama suami/istri mengenai keputusan-keputusan
keluarga, misalnya mengenai renovasi rumah, pembelian kambing untuk diternak,
memperoleh kredit usaha.
5) Kebebasan relatif dari dominasi keluarga: responden ditanya mengenai apakah dalam
satu tahun terakhir ada seseorang (suami, istri, anak-anak, mertua) yang mengambil
uang, tanah, perhiasan dari dia tanpa ijinnya; yang melarang mempunyai anak; atau
melarang bekerja di luar rumah.
6) Kesadaran hukum dan politik: mengetahui nama salah seorang pegawai pemerintah
desa/kelurahan; seorang anggota DPRD setempat; nama presiden; mengetahui
pentingnya memiliki surat nikah dan hukum-hukum waris.
7) Keterlibatan dalam kampanye dan protes-protes: seseorang dianggap ‘berdaya’ jika ia
pernah terlibat dalam kampanye atau bersama orang lain melakukan protes, misalnya,
terhadap suami yang memukul istri; istri yang mengabaikan suami dan keluarganya;
gaji yang tidak adil; penyalahgunaan bantuan sosial; atau penyalahgunaan kekuasaan
polisi dan pegawai pemerintah.
8) Jaminan ekonomi dan kontribusi terhadap keluarga: memiliki rumah, tanah, asset
produktif, tabungan. Seseorang dianggap memiliki poin tinggi jika ia memiliki aspek-
aspek tersebut secara sendiri atau terpisah dari pasangannya
BAB III

PENUTUP

A. Simpulan
Pemberdayaan keluarga adalah upaya untuk menjalankan peran sesuai
dengan fungsinya dalam keluarga dan mengembangkan potensi-potensi yang
dimiliki anggota keluarga secara maksimal sehingga terbentuk ketahanan
keluarga. Tujuan dari pemberdayaan keluarga adalah untuk meningkatkan
pengetahuan seluruh anggota keluarga dalam bidang kesehatan dan
meningkatkan kemampuan seluruh keluarga dalam pemeliharaan dan
peningkatan derajat kesehatannya sendiri, serta mampu mengenali,
memelihara, melindungi, meningkatkan kualitas kesehatannya.

B. Saran
Diharapkan perawat mampu mengaplikasikan ilmunya dalam upaya
pemberdayaan keluarga. Selain itu masyarakat sendiri juga harus aktif dalam
mengikuti program-program pemberdayaan keluarga.
DAFTAR PUSTAKA

https://www.scribd.com/doc/306530512/KONSEP-PEMBERDAYAAN-KELUARGA-doc

file:///C:/Users/USER/Downloads/KELUARGA/32%20Konsep%20Pemberdayaan
%20Partisipasi%20Kelembagaan.pdf

Anda mungkin juga menyukai