Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH KESEHATAN REPRODUKSI

ISU GENDER DALAM PMS (PENYAKIT MENULAR SEKSUAL)

Oleh Kelompok 12:


TRISSA MELISA
UTARI MEDIA FITRI

PRODI D-IV BIDAN PENDIDIK


POLTEKKES KEMENKES RI PADANG
TAHUN 2012
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kehadirat ALLAH SWT yang telah melimpahkan rahmat
dan karunia-Nya kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah kesehatan
reproduksi yang berjudul isu gender dalam PMS (Penyakit Menular Seksual). Makalah ini
penulis susun dalam rangka pencapaian dalam menyelesaikan tugas mata kuliah kesehatan
reproduksi.
Penulis menyadari bahwa penulisan makalah ini masih belum sempurna, oleh karena
itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi
kesempurnaan laporan ini.
Demikianlah laporan ini mudah-mudahan bermanfaat bagi semua, untuk itu penulis
ucapkan terima kasih.

Padang, Juli 2012

Penulis

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR................................................................................... i
DAFTAR ISI................................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah.............................................................................. 3
C. Tujuan Penulisan................................................................................ 3
D. Manfaat............................................................................................... 4

BAB II ISI
A. Pengertian gender............................................................................... 5
B. Pengertian PMS.................................................................................. 6
BAB IIIPENUTUP
A. Kesimpulan......................................................................................... 11
B. Saran................................................................................................... 12
DAFTAR PUSTAKA

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kesetaraan perempuan dan laki-laki telah menjadi pembicaraan hangat dalam 20
tahun terakhir. Melalui perjalanan panjang untuk meyakinkan dunia bahwa perempuan telah
mengalami diskriminasi hanya karena perbedaan jenis kelamin, dan perbedaan secara sosial
(gender), akhirnya pada tahun 1979 Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) menyetujui
Konferensi mengenai penghapusan segala bentuk diskriminasi terhadap perempuan.
Konferensi ini lebih dikenal dengan istilah CEDAW dan menjadi acuan utama untuk Hak
Asasi Perempuan (HAP). Konferensi ini sebenarnya telah diratifikasi oleh Indonesia pada
tahun 1984 menjadi UU No. 7/1984, tetapi tidak pernah disosialisasikan dengan baik oleh
negara. Konferensi maupun UU tersebut pada kenyataannya tidak juga sanggup menghapus
diskriminasi yang dialami oleh perempuan. Di seluruh dunia masih ada perempuan yang
mengalami segala bentuk kekerasan (kekerasan fisik, mental, seksual dan ekonomi) baik di
rumah, di tempat kerja maupun di masyarakat. Oleh karena itu PBB kembali mengeluarkan
deklarasi Penghapusan Kekerasan terhadap Perempuan pada tahun 1993. Deklarasi ini tidak
begitu dikenal oleh pemerintah Indonesia, sehingga jarang diacu dalam persidangan ataupun
dalam penyelesaian masalah-masalah hukum yang berhubungan dengan kekerasan berbasis
gender.
Pada dasarnya semua orang sepakat bahwa perempuan dan laki-laki berbeda.
Manakah perbedaan yang dialami (pemberian Tuhan) dan manakah yang dipelajari atau
diperoleh atau perbedaan yang dibangun oleh masyarakat sendiri ? Ketidaksetaraan antara
perempuan dan laki-laki berawal dari kerancuan pemahaman antara perbedaan alami dan
yang tidak alami tersebut.
Di masyarakat, gender menentukan bagaimana dan apa yang harus diketahui oleh
laki-laki dan perempuan mengenai masalah seksualitas, termasuk perilaku seksual, kehamilan
dan penyakit menular seksual (PMS). Konstruksi sosial mengenai atribut dan peran feminin

ideal menekankan bahwa ketidaktahuan seksual, keperawanan, dan ketidaktahuan perempuan


mengenai masalah seksual merupakan tanda kesucian.
Data juga menunjukkan bahwa perbedaan definisi budaya diaplikasikan kepada lakilaki yang diharapkan lebih berpengetahuan dan berpengalaman sehingga mengambil posisi
sebagai pengambil keputusan dalam masalah seksual. Penelitian juga membuktikan bahwa
pandangan gender ini juga merupakan bagian dari proses sosialisasi sejak kanak-kanak dan
bagaimana pengetahuan ini tertanam di antara laki-laki dan perempuan. Misalnya
kemampuan remaja perempuan untuk mencari informasi atau membicarakan mengenai seks
dibatasi oleh norma budaya yang kuat mengenai keperawanan. Remaja perempuan takut
mencari informasi mengenai seks atau kondom karena menjadikan mereka dianggap aktif
seksual tanpa memandang aktifitas seksual yang sebenarnya. Jika keluarga mereka
mengetahui bahwa mereka mencari pelayanan seksual, maka keperawanannya akan
dipertanyakan.
Akibatnya perempuan tidak mendapat informasi yang cukup mengenai reproduksi dan
seks. Contohnya, remaja perempuan banyak yang tidak mengetahui tubuh mereka sendiri,
kehamilan, kontrasepsi dan PMS. Perempuan miskin dari sebuah negara berkembang
menyatakan bahwa mereka tidak mendapatkan informasi apapun tentang seks sebelum
pengalaman pertama mereka. Kurangnya informasi ini membatasi kemampuan perempuan
untuk melindungi diri mereka sendiri dari HIV, serta malah menimbulkan ketakutan di antara
perempuan mengenai penggunaan kondom. Hal itu terjadi karena dalam sebuah studi
ditemukan bahwa perempuan takut memakai kondom karena takut tertinggal didalam vagina,
lalu pindah ke kerongkongan. Ketakutan lainnya dalam memakai kondom adalah apabila
kondom ditarik keluar maka organ reproduksinya akan turut terlepas. Studi lain menunjukkan
bahwa kurangnya informasi mengenai tubuh mereka membatasi kemampuan perempuan
untuk mengenali gejala gangguan pada organ reproduksinya akibat PMS.

Sudah waktunya perempuan dan laki-laki di Indonesia sama-sama berfungsi sebagai


pengatur rumah tangga, sebagai tenaga kerja di segala bidang dan sebagai pendidik anak.
Mungkin hal ini juga sudah dimulai di beberapa keluarga dari golongan tertentu tetapi jelas
belum secara proporsional dan memasyarakat. Dengan tercapainya kondisi ini diharapkan
terjalin hubungan lebih harmonis bagi perempuan dan laki-laki di Indonesia.
Perempuan juga harus dapat mempunyai kesempatan memilih dan meraih posisi yang
sejajar dengan laki-laki di mayarakat. Untuk mewujudkan kondisi ini mau tidak mau kaum
perempuan Indonesia harus sadar bahwa selama ini konsep yang berlaku adalah konsep yang
berorientasi gender yang membuat membedakan peran antara perempuan dan laki-laki di
Indonesia, padahal konsep ini menghambat kesempatan mereka. Kesadaran kaum perempuan
Indonesia saat ini sangat dibutuhkan untuk dapat meningkatkan kondisinya di bidang
kesehatan, pendidikan, pekerjaan, dan lain-lain. Sudah saatnya pula kaum perempuan
Indonesia dapat membuat keputusan bagi dirinya sendiri tanpa harus dibebani konsep gender.

B. Rumusan Masalah
1. Pengertian Gender
2. Pengertian PMS
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk memenuhi tugas mata kuliah kesehatan reproduksi
2. Agar setiap calon pendidik dapat mengetahui tentang isu gender dalam PMS
D. Manfaat Penulisan
1. Untuk Institusi Pendidikan
a. Mengembangkan diri sebagai bidan profesional yang berkepribadian Indonesia.

b. Dapat dijadikan sebagai acuan dalam memberikan wawasan/pengetahuan kepada


mahasiswa, apakah mahasiswa sudah memahami mengenai isu gender dalam PMS.
c. Mengembangkan pengabdian masyarakat yang berfokus pelayanan kebidanan.
d. Mengembangkan kerjasama dengan institusi pemerintah, swasta dan masyarakat.
2. Untuk Mahasiswa
Dapat dijadikan sebagai referensi dalam menggali/mencari informasi untuk
memperluas wawasan/pengetahuan tentang isu gender dalam PMS.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Gender
Perbedaan alami yang dikenal dengan perbedaan jenis kelamin sebenarnya hanyalah
segala perbedaan biologis yang dibawa lahir antara perempuan dan laki-laki. Di luar semua
itu adalah perbedaan yang dikenal dengan istilah gender. Perbedaan yang tidak alami atau
perbedaan sosial mengacu pada perbedaan peranan dan fungsi yang dikhususkan untuk
perempuan dan laki-laki. Perbedaan tersebut diperoleh melalui proses sosialisasi atau
pendidikan di semua institusi (keluarga, pendidikan, agama, adat dan sebagainya).

Gender penting untuk dipahami dan dianalisis untuk melihat apakah perbedaan yang
bukan alami ini telah menimbulkan diskriminasi dalam arti perbedaan yang membawa
kerugian dan penderitaan terhadap perempuan. Apakah gender telah memposisikan
perempuan secara nyata menjadi tidak setara dan menjadi subordinat oleh pihak laki-laki.
Gender adalah semua atribut sosial mengenai laki-laki dan perempuan, misalnya lakilaki digambarkan mempunyai sifat maskulin seperti keras, kuat, rasional, gagah. Sementara
perempuan digambarkan memiliki sifat feminin seperti halus, lemah, perasa, sopan, penakut.
Perbedaan tersebut dipelajari dari keluarga, teman, tokoh masyarakat, lembaga keagamaan
dan kebudayaan, sekolah, tempat kerja, periklanan dan media.
Gender berbeda dengan seks. Seks adalah jenis kelamin laki-laki dan perempuan
dilihat secara biologis. Sedangkan gender adalah perbedaan laki-laki dan perempuan secara
sosial, masalah atau isu yang berkaitan dengan peran, perilaku, tugas, hak dan fungsi yang
dibebankan kepada perempuan dan laki-laki. Biasanya isu gender muncul sebagai akibat
suatu kondisi yang menunjukkan kesenjangan gender.
Karena citra ideal itu rekaan budaya, disebut juga sebagai gender, dalam
kenyataannya, tidak selalu demikian. Kita tahu ada saja perempuan yang tidak lemah lembut,
yang agresif, pencari nafkah, dan de facto sebagai kepala keluaga.

B. Penyakit menular seksual


a. Pengertian
Penyakit menular seksual adalah penyakit yang pada umumnya terjadi pada alat
kelamin dan ditularkan terutama melalui hubungan seksual. PMS adalah singkatan dari
penyakit menular seksual, Yang berarti suatu infeksi atau penyakit yang kebanyakan
ditularkan melalui hubungan seksual (oral, anal atau lewat vagina). PMS juga diartikan
sebagai penyakit kelamin yang ditularkan melalui hubungan seksual. Harus diperhatikan

bahwa PMS menyerang sekitar alat kelamin tapi gejalanya dapat muncul dan menyerang
mata, mulut, saluran pencernaan, hati, otak, dan organ tubuh lain.

B. Beberapa hal penting yang perlu diketahui tentang penyakit menular seksual (PMS):
1) Penyakit menular seksual (PMS) dapat terjadi pada laki-laki maupun perempuan
2) Penularan penyakit menular seksual (PMS) dapat terjadi, walaupun hanya sekali
melakukan hubungan seksual tanpa memakai kondom dengan penderita penyakit
menular seksual (PMS)
3) Perempuan lebih mudah tertular penyakit menular seksual (PMS) dari pasangannya di
bandingkan laki-laki, karena bentuk alat kelaminnya dan luas permukaannya yang
terpapar air mani pasangannya.
4) Tanda-tanda dan gejala penyakit menular seksual (PMS) pada laki-laki biasanya
tampak jelas sebagai luka yang ada pada bagian tubuh, sehingga pengobatan dapat
dilakukan lebih awal
5) Komplikasi penyakit menular seksual (PMS) seperti kemandulan dapat dicegah bila
penyakit menular seksual (PMS) segera di obati.

C. Macam-macam penyakit menular seksual (PMS)


PMS yang umum terdapat di Indonesia adalah:
1) Gonorrea
Kuman penyebab ini Neisseria gonnorrhoeae. Tanda-tandanya : Nyeri pada saat
kencing, merah, bengkah dan bernanah pada alat kelamin. Gejala dan tanda-tanda pada
wanita: Keputihan kental, rasa nyeri di rongga panggul, dapat juga tanpa gejala. Gejala pada
laki-laki: Rasa nyeri pada saat kencing, keluarnya nanah kental kuning kehijauan, dapat juga
tanpa tanda gejala. Komplikasi yang timbul adalah infeksi radang panggul mandul,
menimbulkan kebutaan pada bayi yang dilahirkan Pemeriksaan yaitu dengan pewarnaan
gram.

2) Chlamidia
Disebabkan oleh bakteri Chamydia Trachomatis. Gejala yang ditimbulkan: cairan
vagina encer berwarna putih kekuningan, nyeri di rongga panggul, perdarahan setelah
hubungan seksual. Komplilkasi yang muncul terjadi: biasanya menyertai gonore, penyakit
radang panggul, kemandulan akibat perlekatan pada saluran falopian, infeksi mata pada bayi
baru lahir, kemudahan penularan infeksi HIV.
3) Sifilis
Kuman penyebabnya adalah Treponema Palidum.sekitar 6-12 minggu setelah
hubungan seksual muncul bercak merah pada tubuh yang datang hilang serta tanpa disadari.
Gejala : luka pada kemaluan tanpa ada nyeri, bintil bercak merah pada tubuh. Komplikasi
pada wanita hamil antara lain:dapat melahirkan dengan kecacatan fisik seperti kerusakan
kulit, limpa, hati, dan keterbelakangan mental.
4) Trikomonasiasis
Disebabkan oleh protozoa Trichomanas Vaginalis. Gejala-gejala yang mungkin timbul
antara lain: keluar cairan encer berwarna kuning kehijauan, berbusa dan berbau busuk,
Sekitar kemaluan bengkak, kemerahan, gatal dan terasa tidak nyaman. Komplikasi yang bisa
terjadi: lecet sekitar kemaluan, bayi lahir prematur, memudahkan penularan infeksi HIV.
5) Kutil kelamin
Disebabkan oleh Human Papiloma Virus. Gejala yang ditimbulkan:tonjolan kulit
seperti kutil besar disekitar alat kelamin (seperti jengger ayam).
6) Chancroid
Disebabkan oleh bakteri haemophillus ducreyi yang menular karena hubungan
seksual. Gejala dan tanda-tandanya: Luka-luka dan nyeri, benjolan mudah pecah.
Komplikasi: Luka dan infeksi sehingga mematikan jaringan disekitar nya, memudahkan
menularan HIV.

7) HIV-AIDS
HIV atau Human Immunodeficiency Virus adalah sejenis virus yang menyebabkan
AIDS. Hampir tidak ada kejala yang muncul pada awal terinfeksi HIV. Tetapi ketika
berkembang menjadi AIDS, maka orang tersebut perlahan-lahan akan kehilangan kekebalan
tubuhnya sehingga mudah terserang penyakit dan tubuh akan melemah. Tes HIV (ELISA dua
kali) perlu disertai konseling sebelum dan sesudah dilakukan.

D. Cara penularan penyakit menular seksual (PMS) dapat melalui :


1) Hubungan seksual yang tidak terlindungi, baik melalui vagina, anus, maupun oral
2) Penularan dari ibu kejanin selama kehamilan (HIV/AIDS, Herpes, Sifilis), pada
persalinan (HIV/AIDS, Gonorhoe, Klamidia), sesudah bayi lahir (HIV/AIDS)
3) Melalui trasfusi darah, suntikan atau kontak langsung dengan cairan darah atau
produk darah (HIV/AIDS).

E. Penyakit menular seksual (PMS ) tidak dapat dicegah hanya dengan :


1) Membersihkan alat kelamin setelah hubungan seksual
2) Minum jamu tradisional
3) Minum obat antibiotik sebelum dan sesudah hubungan seksual.

F. Pencegahan penularan HIV/AIDS pada dasarnya sama dengan pencegahan penyakit


menular seksual (PMS), yaitu :
1) Melakukan hubungan seksual hanya dengan satu pasangan yang setia atau
menghindari hubungan seksual dengan pasangan yang berganti-ganti
2) Mempunyai prilaku seksual yang bertanggung jawab dan setia pada pasangannya
3) Setiap darah transfusi dicek terhadap HIV dan donor darah kepada sanak saudara
lebih sehat dan aman dibanding donor darah profesional
4) Menghindari injeksi, periksa dalam, prosedur pembedahan yang tidak steril dari
petugas kesehatan yang tidak bertanggung jawab

5) Menggunakan kondom dengan hati-hati, benar, dan konsisten

G. Beberapa ciri khas Penyakit menular seksual


1) Penularan terutama melalui hubungan seksual
2) Penyakit dapat terjadi pada orang-orang yang belum pernah melakukan hubungan
seksual
3) Penyakit dapat terjadi pada orang-orang yang tidak promiskus (tidak berganti-ganti
pasangan)
4) Kelainan tidak selalu dijumpai pada alat kelamin. Perkiraan insiden penyakit menular
seksual dan penyebarannya di dunia tidak dapat diperkirakan secara tepat dibeberapa
negara disebut bahwa pelaksanaan program penyuluhan yang intensif dapat
menurunkan insiden penyakit menular seksul namun demikian, disebagai negara besar
insiden penyakit menular seksual. Namun demikian, Disebagai negara besar insiden
penyakit menular seksual relatif masih tinggi setiap bulan muncul beberapa juta
beserta komplikas yang ada antara lain abortus kemandulan, kecacatan jani, kanker
leher rahim, bahkan juga kematian.

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Kesehatan reproduksi adalah suatu kondisi yang sempurna dari fisik, mental dan
keadaan sosial dari manusia. Oleh karena itu pemerintah sebagai perumus dan pemilik
kebijakan khususnya tentang kesehatan reproduksi perempuan harus lebih adil dan
menghormati hak perempuan atas tubuhnya, sehingga dalam jangka panjang akan
memberikan kontribusi yang nyata dalam mengatasi masalah kependudukan. Dampak dari
masalah reproduksi kesehatan ini berkaitan langsung dengan penduduk miskin. Perempuan
miskin lebih banyak memiliki anak yang tidak diinginkan karena kurang mendapatkan akses
terhadap pelayanan dan informasi kesehatan reproduksi. Kemungkinan terkena infeksi
menular seksual, termasuk HIV/AIDS, menambah risiko yang akan dihadapi oleh
perempuan: ketidakadilan gender sering menghilangkan kemampuan perempuan untuk
menolak praktek-praktek berisiko kekerasan seksual dan perilaku seksual, membuat
perempuan tidak mendapat informasi mengenai pencegahan dan menempatkan mereka di
urutan terakhir dalam pelayanan dan tindakan untuk menyelamatkan kehidupan.

B. Saran

Dari permasalahan di atas maka perlu dilakukan perubahan dan pendekatan dalam
menangani masalah kebijakan dalam bidang kesehatan reproduksi ini diantaranya :
1. Peningkatan kondisi kesehatan perempuan dan peningkatan kesempatan kerja Hal ini
dilakukan dalam upaya untuk meningkatkan usia kawin dan melahirkan, sehingga
resiko selama kehamilan akan menurun.
2. Pendekatan target pada program KB harus disertai dengan adanya tenaga dan
peralatan medis yang cukup. Hal ini untuk mencegah terjadinya mal praktek karena
keinginan untuk mencapai target.
3. Peningkatan partisipasi laki-alaki dalam menurunkan angka kelahiran. Tidak hanya
perempuan yang dituntut untuk mencegah kehamilan, tetapi juga laki-laki, karena
pada saat ini sudah tersedia beberapa alat kontrasepsi untuk laki-laki. Penyadaran
akan kesetaraan dalam menentukan hubungan seksual dengan laki-laki. Penyadaran
bahwa perempuan berhak menolak berhubungan seksual dengan laki-laki, meskipun
laki-laki tersebut suaminya, bila hal itu membahayakan kesehatan reproduksinya
(misalnya laki-laki tersebut mengidap HIV/AIDS).
4. Penyuluhan tentang jenis, guna, dan resiko penggunaan alat kontrasepsi Baik alat
kontrasepsi modern maupun tradisional perlu diperkenalkan guna dan resikonya
kepada perempuan. Dengan demikian perempuan dapat menentukan alat kontrasepsi
mana yang terbaik untuk dirinya.
5. Penyuluhan tentang HIV/AIDS dan PMS (penyakit menular seksual) kepada
perempuan.
6. Pendidikan seks pada remaja perempuan dan laki-laki.

DAFTAR PUSTAKA

Anonemous, Bias Gender dalam Kebijakan Kesehatan Reproduksi di Indonesia.


www.duniaesai.com, tanggal akses 10 Juli 2012.

Susilowati, N. 2008. Gender dalam Kesehatan Reproduksi, Pusat Pelatihan Gender dan
Peningkatan Kualitas Perempuan, BKKBN Pusat, Jakarta.

Ahmad Fauzi. 2002. Ketidakadilan Jender menimbulkan Halangan yang Besar terhadap
Pembangunan.

Anda mungkin juga menyukai