O
L
E
H
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN PANCABUDI MEDAN
2015
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.
Remaja adalah waktu manusia berumur belasan tahun. Pada masa remaja manusia
tidak dapat disebut sudah dewasa tetapi tidak dapat pula disebut anak-anak. Masa remaja
adalah masa peralihan manusia dari anak-anak menuju dewasa.
Remaja merupakan masa peralihan antara masa anak dan masa dewasa yang berjalan antara
umur 13 tahun sampai 18 tahun.
Kenakalan remaja adalah gejala alami yang dimiliki setiap manusia, hal ini
disebabkan karena manusia memiliki sifat hendonisme yaitu suka pada kesenangan. Senada
dengan pendapatnya Huizinga (1990:34) yang mengatakan bahwa pada hakekatnya manusia
adalah homo ludes (mahkluk bermain) dan homo esparans (mahkluk yang selalu berharap).
Hakekat dan sifat dasar manusia itu kalau tidak diimbangi dengan aturan main (ketaatan
hukum) dan pemahaman nilai-nilai agama yang baik maka akan cenderung menjadi perilaku
yang negatif (nakal).
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia 1996, kenakalan dengan kata dasar nakal adalah
suka berbuat tidak baik, suka mengganggu, dan suka tidak menurut. Sedangkan kenakalan adalah
perbuatan nakal, perbuatan tidak baik dan bersifat mengganggu ketenangan orang lain; tingkah
laku yang melanggar norma kehidupan masyarakat.
Masa remaja bermula pada perubahan fisik yang cepat, pertambahan berat dan tinggi
badan yang dramatis, perubahan bentuk tubuh, dan perkembangan karakteristik seksual
seperti pembesaran buah dada, perkembangan pinggang dan kumis, dan dalamnya suara.
Pada perkembangan ini, pencapaian kemandirian dan identitas sangat menonjol (pemikiran
semakin logis, abstrak, dan idealistis) dan semakin banyak menghabiskan waktu di luar
keluarga.
Masa remaja merupakan masa dimana dianggap sebagai masa topan badai dan stress
(Storm and Stress). Karena mereka telah memiliki keinginan bebas untuk menentukan
nasib sendiri, jika terarah dengan baik maka ia akan menjadi seorang individu yang
memiliki rasa tanggungjawab, tetapi jika tidak terarah dan terbimbing maka dapat menjadi
seorang yang tak memiliki masa depan dengan baik. Seperti halnya dengan semua periode
yang penting selama rentang kehidupan, masa remaja mempunyai ciri-ciri tertentu yang
membedakannya dengan periode sebelum dan sesudahnya. Masa pubertas berada di usia
remaja. Pubertas adalah masa ketika seorang anak mengalami perubahan fisik, psikis,
dan pematangan fungsi seksual. Masa pubertas dalam kehidupan kita biasanya dimulai
saat berumur 8 hingga 10 tahun dan berakhir lebih kurang di usia 15 hingga 16 tahun.
Perkembangan perilaku remaja pada masa pubertas ditandai dengan perubahan-perubahan
akibat pubertas yaitu perubahan pada perkembangan perilaku kognitif, sosioemosional, dan
seksual.
Pada
masa
pubertas
itulah
perkembangan
remaja
perlu
adanya
Remaja cenderung untuk menganggap diri mereka sangat unik dan bahkan
percaya
Remaja
putri akan bersolek berjam-jam di hadapan cermin karena ia percaya orang akan
melirik dan tertarik pada kecantikannya, sedang remaja putra akan membayangkan
dirinya dikagumi lawan jenisnya jika ia terlihat unik dan hebat.
Para remaja juga sering menganggap diri mereka serba mampu, sehingga seringkali
mereka terlihat tidak memikirkan akibat dari perbuatan mereka. Tindakan impulsif
sering
dilakukan;
sebagian
karena
mereka
tidak
sadar
dan
belum
biasa
Rumusan Masalah
1978). Intinya kenakalan remaja adalah perilaku menyimpang dari atau melanggar hukum
(Sarwono, 2002:207), dan perilaku melanggar hukum yang dilakukan oleh orang muda yang
biasanya dibawah umur 16-18 tahun ( Musen,dkk, 1994:557).
Menurut jansen( dalam Sarwono, 2002:207) kenakalan remaja dibagi menjadi 4 jenis,
yaitu:
a. Kenakalan yang menimbulkan korban fisik pada orang lain, misalnya: perkelahian,
perkosaan, perampokan, pembunuhan dan lain-lain.
b. Kenakalan yang menimbulkan korban materi, misal : perusakan, pencurian, pencopetan,
pemerasan, perampokan dan lain-lain.
c. Kenakalan sosial yang tidak menimbulkan korban di pihak lain, misal : pelacuran,
penyalahgunaan obat.
d. Kenakalan yang melawan status, misal : membolos, minggat dari rumah.
Menurut bentuknya, Sunarwiyati S (1985) membagi kenakalan remaja kedalam tiga
tingkatan :
1. kenakalan biasa, seperti suka berkelahi, suka keluyuran, membolos sekolah, pergi dari
rumah tanpa pamit
2. kenakalan yang menjurus pada pelanggaran dan kejahatan seperti mengendarai mobil
tanpa SIM, mengambil barang orang tua tanpa izin
3. kenakalan khusus seperti penyalahgunaan narkotika, hubungan seks diluar nikah,
pemerkosaan dll.
f.
f.
a. Narkotika Golongan I bagi dirinya sendiri, dipidana dengan pidana penjara paling
lama 4 (empat) tahun;
b. Narkotika Golongan II bagi dirinya sendiri, dipidana dengan pidana penjara paling
lama 2 (dua) tahun;
c. Narkotika Golongan III bagi dirinya sendiri, dipidana dengan pidana penjara paling
lama 1 (satu) tahun
Seks bebas, karena masa remaja adalah masa yang selalu ingin coba-coba, maka banyak
pula remaja yang terlibat dengan sek bebas.
Dampak negatif seks bebas, diantaranya:
a. Dapat kena berbagai macam penyakit; HIV/Aids, Sepilis dan penyakit kelamin lainnya
b. Hamil diluar nikah: usia yang belum memadai untuk hamil, orang tersebut belum siap
untuk menikah, tidak mau diakui oleh laki-lakinya, tidak mendapat persetujuan orang
tua dan lain-lain.
3. Kenakalan dalam pendidikan seperti: membolos sekolah, tidak mau mendengar guru,dll
D. Faktor penyebab kenakalan remaja dapat dikelompokkan menjadi 2, yaitu:
a. Faktor Internal
1. Krisis Identitas
Perubahan biologis dan sosiologis pada diri remaja memungkinkan terjadinya dua
bentuk
integrasi.
Pertama,
terbentuknya
perasaan
akan
konsistensi
dalam
mengembangkan
control
diri
untuk
bertingkah
laku
sesuai
dengan
pengetahuannya. Contoh penyebab control diri lemah adalah orang yang selalu
memendam masalah dalam dirinya/tidak terbuka.
b. Faktor Eksternal
1. Keluarga
Perceraian orang tua, Broken Home, tidak adanya komunikasi antar anggota keluarga,
atau perselisihan antar anggota keluarga bisa memicu perilaku negatif pada remaja.
Pendidikan yang salah di keluarga pun, seperti terlalu memanjakan anak, terlalu keras
terhadap anak, kurangnya kasih sayang orang tua, kurangnya pengawasan dari orang
tua, tidak memberikan pendidikan agama, bisa menyebabkan terjadinya kenakalan
remaja
2. Pengaruh teman sepermainan; teman sebaya yang kurang baik, pergaulan dengan
teman yang tidak sebaya atau tidak selepel, berteman dengan anak nakal, dll
3. Pengaruh lingkungan atau komunitas yang kurang baik; dampak negatif IPTEK,
tidak adanya media penyalur bakat dan hobinya,
E. Pihak pihak yang terkait dengan penanganan kenakalan remaja
Ada beberapa pihak yang terkait dengan penanganan masalah kenakalan remaja.
Kenakalan biasanya ditangani langsung oleh orang yang berkepentingan atau pihak yang
bersangkutan.
a) Pihak sekolah, misalnya membolos ditangani oleh pihak sekolah.
b)
Orang tua / keluarga, misalnya kabur dari rumah dan bergaul dengan orang yang
bertindak disetujui oleh orang tua.
barang dan harta kita apabila kita lengah, memberikan perlindungan apabila kita berada
dalam bahaya, tidak pergi meninggalkan kita apabila kita sedang dalam bahaya dan
kesulitan, dan membantu sanak keluarga kita.
5. Remaja membentuk ketahanan diri agar tidak mudah terpengaruh jika ternyata teman
sebaya atau komunitas yang ada tidak sesuai dengan harapan.
6. Di kalangan remaja, memiliki banyak kawan adalah merupakan satu bentuk prestasi
tersendiri. Makin banyak kawan, makin tinggi nilai mereka di mata temen-temannya.
Untuk menghindari masalah yang akan tmbul akibat pergaulan, selain mengarahkan untuk
mempunyai teman bergaul yang sesuai, orang tua hendaknya juga memberikan
kesibukan dan kepercayaan sebagian tanggung jawab rumah tangga kepada si
remaja yang sifatnya tidak memaksa maupun mengada-ada.
7. Memberikan Pendidikan agama untuk meletakkan dasar moral yang baik dan berguna.
Penyaluran bakat si anak ke arah pekerjaan yang berguna dan produktif. Rekreasi yang
sehat sesuai dengan kebutuhan jiwa anak. Pengawasan atas lingkungan pergaulan anak
sebaik-baiknya.
B. Tindakan Refresif
Usaha menindakpelanggaran norma-norma sosial dan moral dapat dilakukan dengan
mengadakan hukuman terhadap setiap pelanggaran.
1. Di rumah dan dalam lingkungan keluarga, remaja harus menaati peraturan dan tata cara
yang berlaku. Disamping peraturan tentu perlu adanya semacam hukuman yang dibuat
orang tua terhadap pelanggaran tata tertib dan tata cara keluarga. Dalam hal ini perlu
diperhatikan bahwa pelaksanaan tata tertib dan tata cara keluarga harus dilakukan dengan
konsisten. Setiap pelanggaran yang sama harus dikenakan sanksi yang sama. Sedangkan
hak dan kewajiban anggota mengalami perubahan sesuai dengan perkembangan dan umur.
Seorang anak yang berumur 7 tahun sudah harus berada di dalam rumah sebelum maghrib.
Seorang remaja mungkin saja pada waktu senja masih berada dalam perjalanan pulang ke
rumah setelah mengikuti aktivitas ekstrakurikuler. Sedangkan seorang remaja lanjut pada
waktu senja masih dalam perjalanan menuju kursus bahasa misalnya.
2. Di sekolah dan lingkungan sekolah, maka kepala sekolah dan guru yang berwenang dalam
melaksanakan hukuman terhadap pelanggaran tata tertib sekolah. Misalnya : Dalam
pelanggaran tata tertib kelas dan peraturan yang berlaku untuk pengendalian suasana pada
waktu ulangan atau ujian. Akan tetapi hukuman yang berat seperti skorsing maupun
pengeluaran dari sekolah merupakan wewenang kepala sekolah. Guru dan staf
pembimbing bertugas menyampaikan data mengenai pelanggaran maupun akibatnya. Pada
umumnya tindakan represif diberikan dalam bentuk memberikan peringatan secara lisan
maupun tertulis kepada pelajar maupun orang tua, melakukan pengawasan khusus oleh
kepala sekolah dan tim guru atau pembimbing dan melarang bersekolah untuk sementara
atau seterusnya tergantung dari macam pelanggran tata tertib sekolah yang telah
digariskan.
c. Tindakan Kuratif dan Rehabilitasi
Tindakan kuratif dan rehabilitasi, dilakukan setelah tindakan pencegahan lainnya
dilaksanakan dan dianggap mengubah tingkah laku si pelanggar remaja itu dengan
memberikan pendidikan lagi. Pendidikan diulangi melalui pembinaan secara khusus, hal
mana sering ditanggulangi oleh lembaga khusus meupun perorangan yang ahli dalam
bidang ini.
Dari pembahasan mengenai penanggulangan masalah kenakalan remaja ini perlu
ditekankan bahwa segala usaha harus ditujukan ke arah tercapainya kepribadian yang
mantap, serasi dan dewasa. Remaja diharapkan akan menjadi orang dewasa yang
berkepribadi kuat, sehat badani dan rohani, teguh dalam kepercayaan dan iman sebagai
anggota masyarakat, bangsa dan tanah air.
PENUTUP
Kesimpulan
Berdasarkan isi makalah, maka dapat disimpulkan bahwa: Kenakalan remaja adalah
perbuatan atau tingkahlaku yang dilakukan oleh seorang remaja baik secara sendirian
maupun secara kelompok yang bersifat melanggar ketentuan-ketentuan hukum, moral, dan
sosial yang berlaku di lingkungan masyarakatnya. Tingkah laku yang termasuk kenakalan
remaja dapat berpengaruh negatif terhadap diri remaja, keluarganya, maupun masyarakatnya.
Bentuk-bentuk kenakalan remaja dapat dilihat dengan adanya gejala: berbohong,
membolos, kabur, keluyuran, bersenjata tajam, pergaulan buruk, begal, suka hura-hura, pesta
pora yang sia-sia, membaca pornografi, mengkompas, melacurkan diri, dan bentuk-bentuk
kenakalan remaja yang menjurus pada tindak kejahatan. Bentuk kenakalan remaja yang
termasuk dalam tindak kejahatan diselesaikan sesuai dengan prosedur hukum yang berlaku.
Faktor faktor penyebab terjadinya kenakalan remaja dikelompokkan menjadi dua yaitu,
pertama: faktor internal, yakni faktor penyebab dari dalam diri remaja. Kedua: faktor
eksternal, yakni faktor penyebab yang berasal dari luar remaja, seperti: lingkungan keluarga,
lingkungan sekolah, dan lingkungan masyarakat.
Saran
1. Remaja memerlukan bimbingan baik dari keluarga atau lingkungannya, remaja yang
mengalami masa pubertas akan terus mencari identitas diri mereka hingga mereka
menemukan identitas diri mereka yang sebenarnya, pencarian identitas diri tersebut yang
memerlukan bimbingan agar mereka dapat menemukan identitas diri yang sesuai dengan
dirinya dan norma yang ada. Identitas diri tersebut yang nantinya akan menentukan
bagaiman perilaku mereka. Pencarian identitas diri pada remaja dapat di bimbing oleh
keluarga atau lingkungan, baik itu lingkungan sekolah atau lingkungan di luar sekolah.
Hendaknya bimbingan oleh keluarga dilakukan dengan memberitahukan batasan-batasan
norma yang berlaku di agama ataupun masyarakat, pemberitahuan tentang norma tersebut
diharapkan agar remaja dapat berprilaku sesuai dengan norma yang ada. Sedangkan
bimbingan yang dilakukan di sekolah dengan cara memberikan pelajaran tentang moral,
norma dan masa pubertas. Lingkungan di luar sekolah juga dapat mempengaruhi perilaku
remaja, karena lingkungan yang baik tentunya juga akan memberikan contoh perilaku
yang baik bagi remaja yang ada di lingkungannya.
2. Sebagai remaja sebaiknya janganlah melanggar ketentuan- ketentuan hukum, moral, dan
sosial yang berlaku di lingkungan masyarakatnya
DAFTAR PUSTAKA
Hurlock, E. B. 1980. Psikologi Perkembangan. Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang
Kehidupan. Jakarta : Erlangga
Monks, Knoers, Hadiyanto, S. R. 1982. Psikologi Perkembangan Pengantar dalam berbagai
bagiannya. Yogjakarta : UGM Press.
Noviasari, E., Saputri, K. N., Masrurroh, I. N. Mata Pelajaran Pendidikan Reproduksi
Remaja dalam Kurikulum SMP untuk Menghindarkan Remaja dari Tindak Aborsi
Akibat Free Seks. 2010. Available from : URL:http://kemahasiswaan.um.ac.id
Santrock, J. W. 2002. Life Span Development. Jakarta : Erlangga
Sarwono, S.W. 2002. Psikologi Remaja. Edisi Revisi. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Soeparwoto, dkk. 2004. Psikologi Perkembangan. Semarang: UNNES PRESS.
Topo Santoso dan Eva Achajani. 2003. Kriminologi. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada
Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP)
Undang-undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak
AnneAhira. Com. Kenakalan Remaja.