Anda di halaman 1dari 7

ISU DAN PERMASALAHAN REMAJA SEETA IMPLIKASINYA TERHADAP PENDIDIKAN

1 Pengertian Remaja

Berasal dari kata latin adolensence yang berarti tumbuh atau tumbuh menjadi dewasa. Istilah
adolensence mempunyai arti yang lebih luas lagi yang mencakup kematangan mental, emosional sosial
dan fisik (Hurlock, 1992). Masa-masa ini sebenarnya tidak mempunyai tempat yang jelas karena tidak
termasuk golongan anak tetapi tidak juga golongan dewasa atau tua.

Seperti yang dikemukakan oleh Calon (dalam Monks, dkk 1994) bahwa masa remaja menunjukkan
dengan jelas sifat transisi atau peralihan karena remaja belum memperoleh status dewasa dan tidak lagi
memiliki status anak. Menurut Sri Rumini & Siti Sundari (2004) masa remaja adalah peralihan dari masa
anak dengan masa dewasa yang mengalami perkembangan semua aspek/ fungsi untuk memasuki masa
dewasa. Masa remaja berlangsung antara umur 12 tahun sampai dengan 21 tahun bagi wanita dan 13
tahun sampai dengan 22 tahun bagi pria. (Zakiah Darajat, 1990). Menurut World Health Organization
(WHO), remaja adalah laki-laki dan perempuan berusia 10-19 tahun, dimana usia 12 tahun merupakan
batas usia pubertas pada umumnya yaitu ketika secara biologis sudah mengalami kematangan seksual
dan usia 20 tahun adalah usia ketika mereka pada umumnya secara sosial dan pisikologis mampu
mandiri.

Jadi dari pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa remaja adalah masa di mana seseorang yang masih
berusia antara 12 tahun sampai dengan 22 tahun di mana pada masa ini Dapat dikatakan bahwa sikap
remaja saat ini masih dalam tahap mencari jati diri atau mencari identitas dari dirinya karna masih
dalam masa perubahan menuju ke dewasa.

2 Permasalahan yang Timbul Pada Masa Remaja

Gunarsa (1989) merangkum beberapa karakteristik remaja yang dapat menimbulkan berbagai
permasalahan pada diri remaja, yaitu:

A. Kecanggungan dalam pergaulan dan kekakuan dalam gerakan.

B. Ketidakstabilan emosi.

C. Adanya perasaan kosong akibat perombakan pandangan dan petunjuk hidup.

D. Adanya sikap menentang dan menantang orang tua.

E. Pertentangan di dalam dirinya sering menjadi pangkal penyebab pertentangan-pertentang dengan


orang tua.

F. Kegelisahan karena banyak hal diinginkan tetapi remaja tidak sanggup memenuhi semuanya.

G. Senang bereksperimentasi.
H. Senang bereksplorasi.

I. Mempunyai banyak fantasi, khayalan, dan bualan.

J. Kecenderungan membentuk kelompok dan kecenderungan kegiatan berkelompok.

(Fagan, 2006) Berdasarkan tinjauan teori perkembangan, usia remaja adalah masa saat terjadinya
perubahan-perubahan yang cepat, termasuk perubahan fundamental dalam aspek kognitif, emosi, sosial
dan pencapaian Sebagian remaja mampu mengatasi transisi ini dengan baik, namun beberapa remaja
bisa jadi mengalami penurunan pada kondisi psikis, fisiologis, dan sosial. Beberapa permasalahan remaja
yang muncul biasanya banyak berhubungan dengan karakteristik yang ada pada diri remaja.

Sarwono (1994) faktor yang mempengaruhi perilaku remaja dibagi menjadi dua yaitu :

A. Faktor pribadi, meliputi:

1) Faktor bakat yang mempengaruhi temperamen (menjadi pemarah)

2) Cacat tubuh

3) Ketidakmampuan menyesuaikan diri.

B. Faktor lingkungan, meliputi.

4) Malnutrisi (Kekurangan gizi)

5) Kemiskinan di kota-kota besar

6) Gangguan lingkungan (polusi, bencana alam, kecelakaan lalulintas)

7) Migrasi (urbanisasi, pengungsi karena perang)

8) Faktor sekolah ( kesalahan pendidikan, faktor kurikulum)

9) Keluarga yang tercerai berai (perceraian, perpisahan yang terlalu lama)

10) Gangguan dalam pengasuhan oleh keluarga (kematian orangtua, orangtua sakit, atau orangtua yang
tidak harmonis)

3 Bentuk-Bentuk Perilaku Menyimpang Remaja

Gunarsa (1986) prilaku menyimpang terbagi menjadi 2 jenis yaitu:


A. Penyimpangan bersifat amoral dan asosial yang tidak diatur dalam Undang-undang (tidak termasuk
pelanggaran hukum),misalnya: membolos, kabur dari rumah, pakaian Tidak senonoh, dll.

B. Penyimpangan yang bersifat melanggar hukum dengan penyelesaian sesuai dengan undang-undang
dan hukum kenakalan ( remaja / delequensi) misalnya: pembunuhan, judi, memperkosa.

Contoh perilaku menyimpang yang sering terjadi pada remaja :

1) Suka bolos sekolah

2) Tidak suka bergaul

3) Berbohong

4) Suka berkelahi/mengganggu teman

5) Suka merusak fasilitas

6) Sering mencuri barang orang lain

7) Suka mencari perhatian

8) Ugal-ugalan/kebut-kebutan di jalan

Berdasarkan permasalahan remaja yang telah dipaparkan sebelumnya, maka dapat dispesifikasikan
bentuk- bentuk perilaku menyimpang atau kenakalan remaja yang dibagi menjadi empat kelompok
besar, yaitu:

A. Delikuensi Individual

Adalah perilaku menyimpang yang berupa tingkah laku kriminal yang merupakan gejala personal dengan
ciri khas “jahat“ yang disebabkan oleh prodisposisi dan kecenderungan penyimpangan tingkah laku
psikopat, neourotis, dan antisosial. Penyimpangan perilaku ini dapat diperhebat dengan stimuli sosial
yang buruk, teman bergaul yang tidak tepat dan kodisi kultural yang kurang menguntungkan. Perilaku
menyimpang pada tipe ini seringkali bersifat simptomatik karena muncul dengan disertai banyaknya
konflik-konflik intra psikis yang bersifat kronis dan disintegrasi pribadi.

B. Delinkuensi Situasional

Bentuk penyimpangan perilaku tipe ini pada umumnya dilakukan oleh anak-anak dalam klasifikasi
normal yang dapat dipegaruhi oleh berbagai kekuatan situasional baik situasi yang berupa stimuli sosial
maupun kekuatan tekanan lingkungan teman sebaya yang semuanya memberikan pengaruh yang
“menekan dan memaksa“ pada pembentukan perilaku menyimpang. Penyimpangan perilaku dalam
bentuk ini seringkali muncul sebagai akibat transformasi kondisi psikologis dan reaksi terhadap
pengaruh eksternal yang bersifat memaksa. Dalam kehidupa remaja situasi sosial eksternal yang
menekan, terutama dari kelompok sebaya dapat dengan mudah mengalahkan unsure internal yang
berupa pikiran sehat, peraaan dan hati nurani sehingga memunculkan tingkah laku delinkuen
situasional.

C. Delinkuensi Sistematik

Perbuatan menyimpang dan kriminal pada anak-anak remaja dapat berkembang menjadi perilaku
menyimpang yang disestematisir, dalam bentuk suatu organisasi kelompok sebaya yang berperilaku
seragam dalam penyimpangan. Kumpulan tingkah laku yang menyimpang yang disestematisir dalam
pengaturan status, norma dan peranan tertentu kan memunculkan sikap moral yang salah dan justru
muncul rasa kebanggaan terhadap perbedaan-perbedaan dengan norma umum yang berlaku.

Semua perilaku menyimpang yang seragam dilakukan oleh anggota kelompok ini kemudian dirasionalisir
dan dilakukan pembenaran sendiri oleh seluruh anggota kelompok, sehingga perilaku menyimpang yang
dilakukan menjadi terorganisir dan sistematis sifatnya. Dorongan berperilaku menyimpang pada
kelompok remaja terutama muncul pada saat kelompok remaja ini dalam kondisi tidak sadar atau
setengah sadar, karena berbagai sebab dan berada dalam situasi yang tidak terawasi oleh kontrol diri
dan kontrol sosial. Lama kelamaan perilaku menyimpang ini diulang dan diulang kembali, dan kemudian
dirasakan enak dan menyenangkan yang kemudian diprofesionalisasikan yang pada akhirnya kemudian
digunakan untuk menegakkan gengsi diri secara tidak wajar.

D. Delinkuensi Komulatif

Pada hakekatnya bentuk delikuensi ini merupakan produk dari konflik budaya yang merupakan hasil dari
banyak konflik kultural yang kontroversial dalam iklim yang penuh konflik.

Perilaku menyimpang tipe ini memiliki ciri utama, yaitu:

1) Mengandung banyak dimensi ketegangan syaraf, kegelisahan batin, dan keresahan hati pada
remaja, yang kemudian disalurkan dan dikompensasikan secara negatif pada tindak kejahatan dan
agresif tak terkendali.

2) Merupakan pemberontakan kelompok remaja terhadap kekuasaan dan kewibawaan orang dewasa
yang dirasa berlebihan. Untuk dapat menemukan identitas diri lewat perilaku yang melanggar norma
sosial dan hukum.

3) Diketemukan adanya banyak penyimpangan seksual yang disebabkan oleh penundaan usia
perkawinan, jauh sesudah kematangan biologis tercapai dan tidak disertai oleh kontrol diri yang kuat,
hal ini bisa terjadi karena sulitnya lapangan pekerjaan ataupun sebab-sebab yang lain.

4) Banyak diketemukan munculnya tindak ekstrem radikal yang dilakukan oleh kelompok remaja,
yang mengganggu dan merugikan kehidupan masyarakat, yaitu cara untuk memenuhi kebutuhan yang
dilakukan dengan menggunakan cara-cara kekerasan, penculikan, penyadaran dan sebagainya.

Dengan mencermati bentuk perilaku menyimpang yang dilihat dari dimensi penyebabnya, maka secara
fisik wujud dari perilaku menyimpang dapat berupa perilaku sebagai berikut :
A. Main kebut-kebutan di jalan perhitungan bahwa hal tersebut mengganggu keamanan, keselamatan
dan membahayakan jiwa diri sendiri maupun orang lain.

B. Perilaku ugal-ugalan, berandalan, urakan dan perilaku-perilaku lain yang mengacaukan lingkungan
sekitar. Hal ini sering dilakukan sebagai akibat kelebihan energy dan dorongan primitive yang tak
terkendali, serta upaya mengisi waktu luang tanpa bimbingan orang dewasa.

C. Perkelahian antar individu, antar gang, antar kelompok, antar sekolah ataupun antar suku, yang
kesemuanya menunjukan akibat negatif.

D. Membolos sekolah dan bergelandangan sepanjang jalan atau bersembunyi di tempat terpencil
sambil melakukan berbagai eksperimen perilaku sosial.

E. Perilaku kriminalitas, yang berupa perbuatan mengancam, intimidasi memeras, merampas dan
sebagainya.

F. Berpestapora sambil mabuk-mabukan dan melakukan perbuatan seks bebas yang mengganggu
ligkungan.

G. Perkosaan dan agresifitas sosial atau pembunuhann karena motif seksual atau didorong oleh reaksi-
reaksi konpensatoris dan peranan inferior yang menuntut pengakuan diri.

H. Kecanduan dan ketagihan obat terlarang yang erat kaitannya dengan tindak kejahatan.

I. Perjudian dan bentuk-bentuk permainan dengan taruhan yang mengakibatkan ekses kriminalitas.

J. Perbuatan anti sosial dan a sosial yang disebabkan oleh gangguan kejiwaan pada anak-anak
remaja simptomatik, neourotik dan gangguan jiwa lain.

K. Penyimpangan-penyimpangan perilaku lain yang disebabkan oleh kerusakan pada karakter anak
yang menuntut kompensasi disebabkan oleh organ-organ yang inferior.

4 Implikasinya bagi Pendidikan

Memperhatikan permasalahan yang mungkin timbul dalam kehidupan masa remaja, sudah jelas kata
Conger (197:9) pemahaman dan pemecahannya harus dilakukan secara interdisipliner dan
antarlembaga. Meskipun demikian, pendekatan dan pemecahannya dari pendidikan merupakan salah
satu jalan yang paling strategis karena bagi sebagian besar remaja bersekolah dengan para pendidik,
khususnya guru, mereka itu paling banyak mempunyai kesempatan berkomunikasi dan bergaul.

Di antara usaha-usaha pembinaan, sekurang-kurangnya untuk mengurangi kemungkinan tumbuhnya


permasalahan tersebut di atas, dalam rangka kegiatan pendidikan yang dapat dilakukan para pendidik
umumnya dan para guru khususnya, ialah:
A. Untuk memahami dan mengurangi permasalahan yang berhubungan dengan perkembangan fisik
dan perilaku psikomotorik, antara lain:

1) Seyogiannya dalam program dan kegiatan pendidik tertentu, diadakan program dan perlakuan
layanan khusus bagi siswa remaja pria dan wanita (misalnya, dalam pelajaran anatomi dan fisiologi dan
pendidikan olahraga) yang diberikan pula oleh para guru yang dapat menyelenggarakan penjelasannya
dengan penuh dignity;

2) Disamping itu melalui bentuk-bentuk pendidikan secara formal tersebut, kiranya dapat pula
diadakan diskusi atau panel atau ceramah tamu tentang pendidikan jenis (sex education), bahaya-
bahaya dari perilaku menyimpang dalam pemuasan kehidupan seksual (masturbasi, onani, prostitusi,
dan sebagainya) terhadap kesehatan serta perkembangan jasmani dan rohani yang sehat;

3) Role playing, akan sangat tepat untuk mengurangi ekses sosial dari perkembangan fisik dan
perilaku psikomotorik, yang sebenarnya merupakan hal wajar (natural) terjadi tidak perlu merupakan
keanehan yang baru ditabukan secara berlebihan.

B. Untuk memahami dan mengurangi kemungkinan timbulnya permasalahan yang berhubungan


dengan perkembangan bahan perilaku kognitif, antara lain:

1) Kepada para guru bidang studi tertentu seperti bahasa asing, matematika, seni suara, dan
olahraga, tampaknya dituntut pemahaman yang mendalam dan perlakuan layanan perndidikan dan
bimbingan kebijaksanaan sehingga siswa-siswa remaja yang biasanya mengalami kesulitan dan
kelemahan tertentu dalam bidang-bidang studi yang sensitif tersebut tidak menjurus kepada situasi-
situasi frustasi yang mengandung lahirnya reaksi-reaksi mekanisme pertahanan diri atau defence
mechanism atau sikap-sikap dan tindakan-tindakan yang negatif destruktif, baik terhadap bidang
studinya maupun gurunya;

2) Penggunaan strategi belajar-mengajar yang tepat (individualize atau small group based instruction)
untuk membantu siswa-siswa yang tepat (the accelerated students), dan yang lambat (the slow leaners)
misalnya menggunakan sistem belajar modul;

3) Penjurusan atau pemilihan dan penentuan program studi seyogyanya memperhitungkan segala
aspek selengkap mungkin dengan data atau informasi secermat mungkin yang menyangkut kemampuan
dasar intelektual (iq), bakat khusus (aptitudes), di samping aspirasi atau keinginan orangtuanya dan
siswa yang bersangkutan.

C. Untuk memahami dan mengurangi kemungkinan timbulnya permasalahan yang berhubungan


dengan perkembangan perilaku social, moralitas dan kesadaran hidup atau penghayatan keagamaan,
antara lain:

1) Diusahakan terciptanya suasana dan tersedianya fasilitas yang memungkinkan terbentuknya


kelompok-kelompok perkumpulan remaja yang mempunyai tujuan-tujuan dan program-program
kegiatan yang positif konstruktif berdasarkan minat, keolahragaan, kesenian, keagamaan, hobi,
kelompok belajar atau seperti diskusi, yang diorganisasikan oleh mereka sendiri dengan guidance dari
para pendidik seperlunya;

2) Diaktifkannya rumah dengan sekolah (parent-teacher association) untuk saling mendekatkan dan
menyelaraskan system nilai yang dikembangkan dan cara pendekatan terhadap siswa remaja serta sikap
dan tindakan perlakuan layanan yang diberikan dalam pembinaannya;

3) Pertemuan dan kerja sama antarkelembagaan yang mempunyai tugas dan kepentingan yang
bersangkutan dengan kehidupan remaja secara rasional (sekolah, lembaga keagamaan, lembaga
kesehatan, lembaga keamanan, lembaga pengabdian kanak-kanak, lembaga konsultasi psikologis,
guidance and consulting centre, jawatan sosial, jawatan penempatan tenaga kerja, lembaga kesehatan
mental, dan sebagainya), tampaknya akan sangat bermanfaat dalam rangka membantu para remaja
mengembangkan program-program pembinaan minat, karier, dan aktifitas lainnya.

D. Untuk memahami dan mengurangi kemungkinan timbulnya permasalahan yang berhubungan


dengan perkembangan fungsi-fungsi konatif, afektif, dan kepribadian, antara lain:

1) Sudah barang tentu jalan yang paling strategis untuk ini ialah apabila para pendidik terutama para
orang tua dan guru dapat menampilkan pribadi-pribadinya yang dapat merupakan objek identifikasi
sebagai pribadi idola para remajanya;

2) Pemberian tugas-tugas yang dapat menumbuhkan rasa tanggung jawab, belajar menimbang,
memilih dan mengambil keputusan atau tindakan yang tepat akan sangat menunjang bagi pembinaan
kepribadiannya.

Anda mungkin juga menyukai