Anda di halaman 1dari 14

PERMASALAHAN YANG TERJADI PADA MASA REMAJA

“CUTTING DAN INSCURITY”

Disusun Oleh:
Kelompok 4
Dwi Maryani (18109010
Esti Fitriani (1810901019)
Pasa Tiara (1810901037)

Mata Kuliah: Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja


Dosen Pengampu: FAJAR TRI UTAMI, M.Si

FAKULTAS PSIKOLOGI
PROGRAM STUDI PSIKOLOGI ISLAM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN FATAH PALEMBANG
2019
A. Masa Remaja
1. Pengertian masa remaja
Masa remaja merupakan suatu periode tertentu di kehidupan manusia.
Istilah remaja sering dikenal dengan “adolescence” yang berasal dari bahasa latin
“adolescere” (kata bendanya adolescentia = remaja. Rentang waktu usia remaja di
bedakan menjadi tiga yaitu: 12-15 tahun = masa remaja awal, 15- 18 tahun = masa
remaja pertengahan, dan 18 – 21 tahun = masa remaja akhir. Tetapi Hurlock
(1990) membagi masa remaja menjadi dua, yaitu masa remaja awal (11/12-16/17
tahun) dan remaja akhir (16/17/18). Dimana pada masa remaja akhir, individu
sudah mencapai transisi perkembangan yang lebih mendekatimasa dewasa. Masa
remaja merupakan suatu periode penting, suatu periode transisional,masa
perubahan, masa usia bermasalah, masa dimana individu mencari identitas diri,
usia menyeramkan (dreaded), masa unrealism, dan ambang menuju kedewasaan
(Krori, 2011).

2. Tugas-Tugas Perkembangan Remaja


Havighurst, menyebutkan tugas perkembangan remaja, antara lain:
mencapai hubungan sosial yang lebih matang dengan teman sebayanya, dapat
menjalankan peranan sosial sesuai dengan jenis kelaminnya masing-masing,
menerima kenyataan jasmaniah dan serta menggunakan seefektifnya dengan
perasaan puas, mencapai kebebasan emosional dari orang tua atau orang dewasa
lainnya dengan membebaskan diri dari ketergantungannya, mencapai kebebasan
ekonomi, memilih dan mempersiapkan diri untuk pekerjaan atau jabatan yang
sesuai dengan bakat dan kemampuannya, mempersiapkan diri untuk melakukan
perkawinan dan hidup rumah tangga, mengembangkan kecakapan intelektual serta
konsep-konsep yang diperlukan untuk keperluan hidup bermasyarakat,
memperlihaatkan tingkah laku yang secara sosial dapat dipertangung jawabkan,
dan memperoleh sejumlah norma sebagai pedoman dalam tindakan dan sebagai
pandangan hidup.
3. Perkembangan masa remaja
Remaja adalah individu yang tidak lepas dari perkembangan dan
pertumbuhan, tetapi bila tugas-tugas perkembangan ada yang terganggu, maka
remaja tidak akan mampu mengembangkan kemampuannya secara optimal seperti
yang di harapkan.
a. Perkembangan emosi, suatu masa dimana ketegangan emosi meninggi
sebagai akibat dari perubahan fisik dan kelenjar. Remaja tidak
mengungkap amarahnya melainkan menggerutu, tidak mau bicara dengan
keras mengritik orang-orang yang menyebabkan amarah untuk mencapai
kematangan emosi, mengalami ketidak stabilan keadaan perasaan dan
emosi sehingga sering mengalami konflik dengan orang tua dan tidak
memahami mereka, juga kegelisahan keadaan tidak tenang menguasai diri
remaja karena mengalami pertentangan dalam diri sendiri.
b. Perkembangan sosial, tugas perkembangan masa remaja yang sulit adalah
berhububngan dengan penyesuaian social. Remaja harus menyesuaikan
diri dengan teman sebaya khususnya lawan jenis, orang dewasa diluar
keluarga dan sekolah. Ada 2 (dua) faktor penyebab, pertama; sebagian
remaja ingin menjadi individu yang berdiri diatas kaki sendiri dan ingin
dikenal sebagai individu yang mandiri. Faktor kedua; akibat pemilihan
sahabat dengan demikian remaja memiliki kepercayaan diri melalui sikap
yang tenang dan seimbang dalam situasi sosial.
c. Perkembangan Moral, remaja diharapkan mengganti konsep moral yang
berlaku umum dan merumuskan dalam kode moral yang akan berfungsi
sebagai pedoman bagi perilakunya. Dan hubungan remaja dengan orang
tuanya di masa anak sangat berperan dalam perkembangan moral.
d. Perkembangan fisik, Perubahan-perubahan fisik merupakan gejala primer
dalam pertumbuhan masa remaja, yang berdampak terhadap perubahan-
perubahan psikologis. Petumbuhan cepat bagi anak perempuan terjadi 2
tahun lebih awal dari anak laki-laki dan berlangsung selama kira-kira 2
tahun. Ciri-ciri seks primer menunjuk pada organ tubuh yang secara
langsung berhubungan dengan proses reproduksi. Pada wanita datang
menstruasi sedang laki-laki mengalami mimpi basah. Ciri-ciri seks
sekunder adalah tanda-tanda jasmaniah yang tidak langsung berhubungan
dengan proses reproduksi, namun merupakan tanda-tanda yang
membedakan antara laki-laki dan perempuan.
e. Perkembangan kognitif
Perkembangan kognitif remaja adalah perkembangan yang berhubungan
dengan intelegensi dan cara berfikir remaja. Dimana cara berfikirnya
secara sistematis dan mencakup logika yang komplek.

B. Permasalahan Yang Terjadi Pada Masa Remaja


Banyak sekali permasalahan yang terjadi pada masa remaja ini, karena
sebagai masa peralihan, masa yang kritis dan masa pencarian identitas. Adapun
permasalahan yang terjadi pada masa remaja diantaranya adalah Self Injury dan
Insecurity.
Self Injury
1. Pengertian Self Injury
Self Injury atau Self Cutting merupakan perilaku menyakiti diri sendiri
untuk mendapatkan rasa sakit atau luka dengan sengaja sebagai ungkapan ekspresi
perasaan yang tidak menyenangkan, tanpa maksud bunuh diri. Orang-orang
mulai melakukan cutting biasanya saat mereka beranjak dewasa ataupun saat
remaja. Para pelaku self cutting membuat goresan luka di pergelangan tangan,
lengan, kaki, dan perut, namun akhir akhir ini sudah mulai beranjak hingga
keseluruh badan, seperti leher, paha, punggung dan beberapa tempat lainnya.
Tetapi ada juga yang melukai diri sendiri dengan membakar kulit mereka dengan
rokok ataupun korek api. Ketika luka atau luka bakar mereka sembuh, luka
tersebut akan meninggalkan bekas yang sering kali ditutup-tutupi oleh mereka
sendiri. Tetapi orang yang melukai diri sendiri tidak bisa di bedakan dari orang
orang lainnnya dalam sekilas saja. Bahkan orang yang sudah melakukannya
selama bertahun tahun bisa menyembunyikannya. Jika kasus bunuh diri sudah
banyak di beritakan, kasus melukai diri sendiri belum terlalu mendapat perhatian
dalam masyarakat. Karena bunuh diri berakibat langsung nampak yaitu kematian,
kecacatan, atau cedera serius. Sementara itu akibat dari melukai diri sendiri atau
self injury atau self cutting biasanya di tutup tutupi contohnya jika mereka
menyayat pergelangan tangan mereka, mereka menutupinnya dengan memakai
baju lengan panjang dan lain sebagainya sehingga sangat sulit untuk di ketahui
secara sekilas saja.

2. Sebab dan Akibat Dari Self Injury atau Self Cutting


Berdasarkan penelitian Maidah (2013) disebutkan bahwa faktor-faktor yang
berpengaruh terhadap munculnya Self Injury dapat dikelompokkan menjadi dua
faktor, yaitu:
a. Faktor keluarga, seperti tumbuh di dalam keluarga yang kacau, kurang kasih,,
pernah mengalami kekerasan, adanya komunikasi yang kurang baik dan todak
dianggap keberadaannya atau diremehkan.
b. Faktor individu, seperti pengaruh biokimia, faktor psikologis, dan faktor
kepribadian.
Penyebab bisa terjadinya self injury
1. Penyebab dari self injury biasanya dilakukan sebagai bentuk penyaluran emosi
yang terlalu menyakitkan untuk diungkapkan dengan kata-kata
2. Kesepian, karena ketika remaja merasa kesepian ia akan merasa bahwa ia
sendirian dan tidak memiliki orang untuk berbagi atau membantunya untuk
mencari jalan keluar pada masalahnya.
3. Takut dengan agama, budaya dan lingkungan sekitarnya.
Biasanya seorang remaja yang melakukan self injury ini yaitu adanya
ketidaknyaman secara psikologis yang dirasakan karena adanya kekurangan
dalam hubungan sosial baik dari kualitas dan kuantitas. Remaja atau seseorang
yang melakukan ini biasanya merahasiakan perilaku yang melukai dirinya sendiri
karena malu dan takut atas tanggapan orang lain terhadap dirinya.

Bisa jadi, keinginan melukai diri juga berhubungan dengan anteseden


perilaku tersebut. Walsh (2006) mengemukakan Model Biopsikososial untuk
menjelaskan antesenden perilaku melukai diri sendiri. Ada lima dimensi yang
terdapat dalam model ini yaitu:
a. Dimensi lingkungan yang meliputi kehilangan hubungan, konflik interpersonal,
tekanan performance, rasa frustrasi, isolasi sosial dan peristiwa-peristiwa yang
dapat men jadi trigger trauma.
b. Dimensi biologis yang menyatakan bahwa mungkin, mereka yang melukai
dirinya memiliki kelainan dalam otak mereka sehingga mereka cenderung
mencari kepuasan dengan melukai dirinya. Hal ini dapat merujuk kepada
kelainan pada sistem limbic yang mengatur regulasi afektif mereka sehingga
sering mengalami disregulasi emosi, atau kepada terlepasnya hormon opioid
setelah melukai diri sehingga kehilangan sensitivitas pada rasa sakit secara
fisik.
c. Dimensi kognitif, yaitu pemikiran dan kepercayaan yang dapat menjadi trigger
perilaku melukai diri; meliputi interpretasi terhadap peristiwa yang terjadi,
pemikiran-pemikiran yang secara otomatis menjadi trigger, dan kognisi yang
berhubungan dengan trauma yang pernah dialami.
d. Dimensi perilaku, yang merujuk kepada tindakan yang dianggap dapat menjadi
trigger untuk melukai diri. Biasanya, perilaku yang dapat menjadi trigger
adalah hal yang bisa membuat individu menjadi malu dan layak mendapatkan
hukuman.
e. Dimensi afektif yang meliputi kecemasan, rasa tertekan dan panik, kemarahan,
depresi, malu, rasa bersalah, dan kebencian.
Pada beberapa subjek yang diteliti Ramli (2010), ditemukan bahwa sejak
kecil, individu yang melukai dirinya biasanya telah mengalami kekerasan fisik
sehingga mereka tidak mampu belajar menemukan problem solving yang baik.
Problem solving yang mereka ketahui hanyalah kekerasan fisik sehingga mereka
memiliki hambatan dalam mengekspresikan emosi mereka dengan benar. Alasan-
alasan yang membuat perilaku itu berulang diantaranya adalah karena adanya
penguatan positif pada perilaku tersebut. Karena terluka, orang disekitar mereka
akan lebih memperhatikan mereka. Mereka juga merasa lebih puas karena bisa
menyalurkan emosinya yang terpendam. Selain itu, dengan melukai diri, mereka
bisa melenyapkan kondisi emosi tidak menyenangkan yang mereka rasakan.
Penelitian Marshall dan Yazdani (1999) terhadap beberapa wanita Asia
yang melukai dirinya sendiri menunjukkan bahwa mereka melukai dirinya sebagai
tanda bahwa tubuh tersebut dimiliki oleh mereka, bukan milik keluarganya.
Mereka melakukan itu untuk menunjukkan rasa kesal karena diharuskan untuk
memenuhi harapan keluarga agar keluarga dapat dipandang secara positif dalam
masyarakat karena di Asia, kebanyakan individu hidup dengan keluarga sebagai
fokus utamanya.
Individu yang melukai diri biasanya merahasiakan perilaku melukai diri
yang mereka lakukan karena mereka malu dan takut atas anggapan orang lain
yang akan menilai mereka bodoh serta takut orang-orang di sekitarnya akan
menjauhi mereka (Maidah, 2013). Hal ini pula yang mungkin menyebabkan
individu yang melukai diri di Indonesia akan menyembunyikan perilakunya
sehingga sulit untuk diketahui dan bisa mendapatkan bantuan. Selain itu, nilai
religiusitas kuat yang terdapat pada budaya Asia juga akan mempengaruhi
bagaimana seseorang menjalankan kehidupannya. Ada sebuah pernyataan umum
bahwa “kita tidak boleh berbuat apapun yang melanggar agama kita” dalam
budaya Asia. Kepercayaan tersebut akan sangat mempengaruhi kehidupan mereka
karena akan diartikan dengan cara yang berbeda oleh setiap individu (Marshall
dan Yazdani, 1999).
Penting untuk meneliti fenomena melukai diri sendiri karena fenomena
bunuh diri yang semakin meningkat di Indonesia tersebut bisa saja diawali dari
melukai dirinya sendiri. Keinginan untuk melakukan bunuh diri pada remaja
sudah dibuktikan ada hubungannya dengan kesepian, yaitu ketidaknyamanan
secara psikologis yang dirasakan karena adanya kekurangan dalam hubungan
sosial seseorang, baik dari kualitas dan kuantitas hubungan tersebut. Semakin
seseorang merasa kesepian, maka semakin besar pula resiko untuk memiliki
keinginan bunuh diri.
3. Cara Mengatasi Masalah Self Injury
Cara mengatasainya :
1. Dalam lingkungan keluarga dan lingkungan sekolah organisasi, teman dan
orang tua berperan penting untuh bisa membantu mengurangi perilaku self
injury ini.
2. Kemungkinan seseorang yang mempunyai perilaku ini sebisa mungkin untuk
bisa mengontrol emosinya, sehingga emosi yang negatif menjadi emosi yang
positif.
3. Seseorang yang mempunyai perilaku ini sebisa mungkin harus mencoba untuk
membuka diri kepada lingkungan, agama dan budaya. Ketika ia mencoba
membuka diri kepada lingkungan, ketika ia mencoba membuka diri dan sadar
akan agamanya maka akan timbul rasa damai dan tenang ketika ia merasakan
bahwa ada sang-Pencipta yang selalu bersamanya dan ketika ia mencoba
terbuka kepada budayanya itu memungkinkan bahwa ia akan menemui hal
yang indah untuk dirinya, kembali lagi ia harus berdamai pada dirinya dan
lingkungannya.

Cara mengatasasi Self Injury:


a. Menjauhkan anak dari benda-benda yang bisa melukai diri.
b. Melakukan perawatan medis apabila pelaku self injury mengalami luka atau
masalah kesehatan lain.
c. Terapi dan konseling
d. Tidak menyendiri, memberi dukungan sosial dan psikologis terhadap pelaku
self injury.
e. Bergabung dengan kegiatan-kegiatan positif
f. Mendalami hobi
g. Mengalihkan perhatian ketika ada keinginan untuk melakukan self injury
Insecurity
1. Pengertian Insecurity
Insecurity merupakan permasalahan yang sering terjadi baik pada remaja
maupun orang dewasa. Insecurity merupakan emosi yang terjadi ketika kita
menilai diri kita inferior dari orang lain, mengenai suatu aspek tertentu dalam
kehidupan kita yang kita anggap relevan, dan penilaian ini menimbulkan valensi
negatif dalam perasaan kita karena kita menganggap inferioritas tersebut membuat
kita tidak mampu menghadapi suatu tantangan yang kita anggap penting dan kita
merasakan kita akan di anggap tidak sesuai standar tertentu oleh orang lain atau
diri kita sendiri. Insecurity merupakan perasaan tidak sanggup menanggulangi
sesuatu, perasaan tidak aman, merasa terancam, atau merasa khawatir
(Chaplin,2014).

2. Sebab dan Akibat Dari Insecurity


Penyebab-penyebab dari Insecurity yaitu:
a. Membanding-bandingkan diri dengan orang lain
Saat kita membandingkan diri dengan orang lain maka kita akan melihat
berbagai kelebihan yang ada pada orang lain dan yang tidak dimiliki oleh
kita. Hal ini bisa menyebabkan kita menjadi insecure dan tidak percaya diri.
b. Menoleh ke masa lalu
Ketika kita memiliki masa lalu yang gelap dan itu membuat kita menjadi
tidak nyaman dan merasa tidak layak untuk hidup, maka kita harus membuat
dan meyakinkan diri kita dengan berfikiran positif terkait masa depan kita.
Karena masa depan itu tidak di tentukan oleh apa yang kamu lakukan
kemarin tetapi berdasarkan apa yang kamu lakukan hari ini. Jangan biarkan
masa lalumu menyuramkan masa depanmu.
c. Terlalu banyak melihat sosial media
Terdapat banyak hal positif dan negatif yang didapat dari sosial media. Tetapi
ketika kita melihat sosial media orang lain terlalu sering maka dapat
menyebabkan kamu ingin memiliki apa yang mereka miliki sehingga
terkatang kita tidak mensyukuri apa yang telah kita miliki.
d. Overthinking
Terlalu banyak berfikir tidak baik untuk kesehatan seseorang. Tetapi bukan
berarti kita harus mencadi orang yang cuek, namun jangan terlalu keras pada
dirimu sendiri. Jangan selalu berfikir bahwa kamu tidak berharga, kamu tidak
menarik, dan kamu tidak pintar. Karena sebaiknya kita berfikir positif tentang
diri kita sehingga kita dapat merasakan kebahagiaan pada diri kita.
e. Perkataan negatif dari orang lain
Memang kita tidak bisa mengontrol perkataan orang lain. Namun, kita bisa
memilih perkataan siapa yang kita percayai. Apabila terdapat seseorang yang
mengatakan hal negatif tentang dirimu, maka jangan simpan perkataan itu
didalam hati, Karena identitas dirimu bukan di tentukan dari apa yang
dikatakan orang lain. Maka dari itu berkumpulah dengan orang-orang yang
berkata positif dan dapat berpengaruh positif untukmu serta percaya pada
kemampuannmu.

3. Cara Mengatasi Masalah Insecurity


a. Menulis kata-kata positif
Pada saat kita merasa insecure, maka yang dirikita butuhkan adalah kata-
kata positif untuk melawan insecurity didalam diri tersebut. Salah satu
cara yang dapat dilakukan adalah menulis kata-kata positif dan
b. membacakannya keras-keras atau terus ulangi kata-kat itu di dalam hati.
Kelilingi dirimu dengan orang-orang yang suportif
Semua orang pasti membutuhkan sosok orang yang bisa mendukung
dirinya saat mereka sedang tidak percaya diri. Baik itu teman, sahabat
maupun keluarga. Maka ketika kita merasa insecure, hendaknya kita
meminta bantuan kepada orang lain seperti teman atau sahabat untuk
meminta mereka mengingatakanmu tentang hal positif yang kamu miliki
sehingga dapat membuatmu merasa semangat dan percaya diri.
c. Kurangi penggunaan sosial media
Cerdas dalam bersosial media itu perlu diterapkan karena sosial media bisa
menjadi salah satu penyebab insecurity, karena dapat membanding-
bandingkankan hidup kita dengan orang lain. Maka dari itu insecurity
dapat di atasi dengan mengurangi penggunaan sosial media.
d. Mendengarkan lagu-lagu yang sifatnya membangun
Banyak mendengarkan lagu-lagu yang positif dan bersifat membangun
dapat meningkatkan kepercayaan diri kita bertambah sehingga kita merasa
yakin dengan kemampuan yang kita miliki. Maka hal ini dapat mengatasi
permasalahan insecurity yang banyak di alami tersebut.
e. Melakukan hal-hal positif
Banyak hal yang dapat dilakukan untuk membuat diri kita tidak insecure
yaitu salah satunya dengan melakukan berabagai kegiatan yang
bermanfaat. Ketika kita melakukan berbagai kegiatan yang bermanfaat dan
kita sukai maka kita akan merasa hidup kita bermakna dan kebahagian
akan kita dapatkan. Olehkarena itu temukan hal-hal yang kamu sukai dan
yang bermanfaat bagi diri kita dan orang banyak.
Kesimpulan
Semakin berkembangnya zaman maka semakin berkembang gangguan
psikis yang terjadi pada anak misalnya self injury atau self cutting dan Insecurity.
Self injury adalah salah satu bentuk gangguan perilaku yang mana pelakunya
melukai dan menyayat dirinya sendiri, perilaku self injury atau self cutting ini
terjadi oleh berbagai faktor, baik itu faktor dari keluarga ataupun faktor dari diri
pelaku sendiri.
Selain itu ada juga istilah Insecurity, insecurity terjadi ketika manusiia
cenderung kurang bisa menyadari kelebihan dirinya sendiri dibandingkan orang
lain. Orang yang mengalami insecure menilai bahwa diri mereka tidak lebih baik
dari orang lain.
DAFTAR PUSTAKA

Cunarsa, Yulia,1995. Psikologi Perawatan. Jakarta: BPK Gunung Mulia.

Sarlito Wirawan Sarwono,2002. Psikologi Remaja. Jakarta: PT. Raja Grafindo


Persada.

Sri rumini, Siti Sundari, 2004. Perkembangan Anak Dan Remaja. jakarta: PT.
Rineka Cipta.

Elda Nabiela Muthia, Diana Savitri Hidayati,2015. Kesepian dan Keinginan


Melukai Diri Sendiri Remaja. Psympathic, Jurnal Ilmiah Psikologi.Vol. 2, No. 2,
Hal: 185 – 198.

Desmita,2016. Psikologi Perkembangan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Marliani,Rosleny,2016. Psikologi Perkembangan Anak Dan Remaja. Bandung:


CV Pustaka Setia.

Hurlock, E.B. 1980. Psikologi Perkembangan: Suatu Pengantar Sepanjang


Rentang Kehidupan (Edisi Kelima). Jakarta: Erlangga.

Syamsu, Yusuf, 2015. Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Bandung: PT.
Remaja Rosdakarya.

J.P. Chaplin,2014. Kamus Lengkap Psikologi. Jakarta : Rajawali Pers.


Maidah,Destiana (2013), Self injury pada mahasiswa (studi kasus pada
mahasiswa pelaku self injury. Skripsi, Fakultas Psikologi Universita
Negeri Semarang, Semarang
Muthia, Elda Nabiela & Diana Savitri Hidayati ( 2015 ), Kesepian dan keinginan
melukai diri sendiri remaja. Vol.2 No.2, Juni : Psympathic

Anda mungkin juga menyukai