Anda di halaman 1dari 6

BAB 2

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Kenakalan Remaja


Kenakalan remaja dalam bahasa Inggris disebut dengan istilah juvenile delinquency. Kata
juvenile berasal dari bahasa Latin yaitu juvenilis delinquere. Kata juvenilis artinya anak-anak,
anak muda, ciri karakteristik pada masa muda atau sifat-sifat khas pada periode remaja.
Sedangkan delinquent artinya terabaikan, mengabaikan, jahat, kriminal, pelanggar aturan,
pembuat ribut, pengacau, penteror, tidak dapat diperbaiki lagi, durjana dan dursila (Kartono,
1998).
Menurut Amin (2010), kenakalan remaja adalah tingkah laku atau perbuatan yang
berlawanan dengan hukum yang berlaku yang dilakukan oleh anak-anak antara umur 10 tahun
sampai umur 18 tahun. Perbuatan yang dilakukan oleh anak-anak di bawah usia 10 tahun dan
dibawah usia 18 tahun, dengan sendirinya tidak dikategorikan dalam apa yang disebut kenakalan.
Kartono (2017), menyatakan kenakalan remaja adalah perilaku jahat (dursila), atau
kejahatan/kenakalan anak-anak muda; merupakan gejala sakit (patologis) secara sosial pada
anak-anak dan remaja yang disebabkan oleh suatu bentuk pengabdian sosial, sehingga mereka itu
mengembangkan bentuk tingkah laku yang menyimpang.
Gunawan (2011), mendefinisikan kenakalan remaja adalah perilaku yang melanggar hukum
atau kejahatan yang biasanya dilakukan oleh remaja berusia 16-18 tahun, jika perbuatan ini
dilakukan oleh orang dewasa maka akan mendapatkan sangsi hukum.
Sumiati (2009), mempaparkan kenakalan remaja adalah suatu perilaku yang dilakukan oleh
remaja dengan mengabaikan nilai-nilai sosial yang berlaku di dalam masyarakat. Kenakalan
remaja meliputi semua perilaku yang menyimpang dari norma-norma dan hukum yang dilakukan
oleh remaja. Perilaku ini dapat merugikan dirinya sendiri dan orang-orang sekitarnya.
Menurut Willis (1995), kenakalan anak dan remaja adalah tingkah laku individu yang
bertentangan dengan syarat-syarat dan pendapat umum yang dianggap sebagai akseptabel dan
baik oleh suatu lingkungan atau hukum yang berlaku di suatu masyarakat yang berkebudayaan.
Dari pandangan para ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa kenakalan remaja merupakan
suatu perbuatan yang melanggar norma, aturan, atau hokum dalam masyarakat yang dilakukan
pada usia remaja atau transisi masa anak- anak ke dewasa. Contoh kenakalan remaja ini seperti
penindasan (bullying), tawuran, bolos sekolah, mengonsumsi zat terlarang, balapan liar,
perkelahian dan lain sebagainya.

2.2 Bentuk Kenakalan Remaja


Menurut Basri (1995), kenakalan remaja terdiri dari beberapa bentuk, yaitu sebagai berikut:
a. Neurotic delinquency
Neurotic delinquency merupakan kenakalan seorang remaja ataupun siswa sifatnya
pemalu, terlalu perasa, suka menyendiri, gelisah dan mengalami perasaan rendah diri.
Mereka mempunyai dorongan yang kuat untuk berbuat suatu kenakalan, seperti: mencuri
sendirian dan melakukan tindakan agresif secara tiba-tiba tanpa alasan karena dikuasai
oleh khayalan dan fantasinya sendiri.
b. Unsocialized delinquent
Unsocialized delinquent merupakan suatu sikap kenakalan seorang remaja ataupun siswa
yang suka melawan kekuasaan seseorang, rasa permusuhan dan pendendam.hukuman dan
pujian tidak berguna bagi mereka tidak pernah merasa bersalah dan tidak pula menyesali
perbuatan yang telah dilakukannya. Sering melempar kesalahan dan tanggung jawab
kepada orang lain. Untuk mendapatkan keseganan dan ketakutan dari orang lain sering
kali melakukan tindakan-tindakan yang penuh keberanian, kehebatan dan di luar dugaan.
c. Pseudo social delinquent
Pseudo social delinquent merupakan kenakalan remaja atau pemuda yang mempunyai
loyalitas yang tinggi terhadap kelompok atau “geng” sehingga tampaknya patuh, setia dan
kesetiakawanan yang baik. Jika melakukan tindakan kenakalan bukan atas dasar
kesadaran diri sendiri yang baik tetapi karena didasari anggapan bahwa ia harus
melaksanakan sesuatu kewajiban kelompok yang telah digariskan. Kelompok
memberikan rasa aman kepada dirinya oleh karena itu ia selalu siap sedia memenuhi
kewajiban yang diletakkan atau ditugaskan oleh kelompoknya, meskipun kelompoknya
itu tidak dapat diterima dengan baik oleh masyarakat karena tindakan dan kegiatannya
sering meresahkan masyarakat.

Selain itu, menurut Kartono (2017) kenakalan remaja dibagi berdasarkan 4 bentuk, yaitu :
a. Kenakalan Remaja Terisolir (Delinkuensi Terisolir)
Kelompok ini merupakan jumlah terbesar dari kenakalan remaja. Pada umumnya mereka
tidak menderita kerusakan psikologis. Kenakalan remaja ini disebabkan karena faktor
lingkungan terutama tidak adanya pendidikan kepada anak, sehingga anak cenderung bebas
untuk melakukan sesuatu sesuai kehendaknya. Perbuatan nakal mereka didorong oleh faktor-
faktor berikut:
1. Keinginan meniru dan ingin konform dengan gangnya, jadi tidak ada motivasi,
kecemasan atau konflik batin yang tidak dapat diselesaikan.
2. Kebanyakan berasal dari daerah kota yang transisional sifat yang memiliki subkultur
kriminal.
3. Pada umumnya remaja berasal dari keluarga berantakan, tidak harmonis, dan
mengalami banyak frustasi.
4. Remaja dibesarkan dalam keluarga tanpa atau sedikit sekali mendapatkan supervisi
dan latihan kedisiplinan yang teratur, sebagai akibatnya dia tidak sanggup
menginternalisasikan norma hidup normal.
b. Kenakalan Remaja Neurotik (Delinkuensi Neurotik)
Pada umumnya, kenakalan remaja tipe ini menderita gangguan kejiwaan yang cukup serius,
antara lain berupa kecemasan, merasa selalu tidak aman, merasa bersalah dan berdosa dan lain
sebagainya. Ciri-ciri perilakunya adalah:
1. Perilaku nakalnya bersumber dari sebab-sebab psikologis yang sangat dalam, dan
bukan hanya berupa adaptasi pasif menerima norma, dan nilai subkultur gang yang
kriminal itu saja.
2. Perilaku kriminal mereka merupakan ekspresi dari konflik batin yang belum
terselesaikan.
3. Biasanya remaja ini melakukan kejahatan seorang diri, dan mempraktekkan jenis
kejahatan tertentu. Remaja nakal ini banyak yang berasal dari kalangan menengah.
4. Remaja memiliki ego yang lemah, dan cenderung mengisolir diri dari lingkungan.
5. Motif kejahatannya berbeda-beda.
6. Perilakunya menunjukkan kualitas kompulsif (paksaan).
c. Kenakalan remaja psikotik (delinkuensi psikopatik)
Delinkuensi psikopatik ini sedikit jumlahnya, akan tetapi dilihat dari kepentingan umum, dan
segi keamanan, kenakalan remaja ini merupakan oknum kriminal yang paling berbahaya.
Kenakalan remaja ini pada tahap yang serius karena mengarah ke kriminal, dan sadisme.
Kenakalan ini dipicu adanya perilaku turunan atau tingkah laku dari keluarga (orang tua) yang
berbuat sadis, sehingga anaknya cenderung untuk meniru. Ciri tingkah laku mereka adalah:
1. Hampir seluruh remaja delinkuen psikopatik ini berasal dan dibesarkan dalam
lingkungan keluarga yang ekstrim, brutal, diliputi banyak pertikaian keluarga.
2. Mereka tidak mampu menyadari arti bersalah, berdosa, atau melakukan pelanggaran.
3. Bentuk kejahatannya majemuk, tergantung pada suasana hatinya yang kacau, dan
tidak dapat diduga.
4. Kebanyakan dari mereka juga menderita gangguan neurologis, sehingga mengurangi
kemampuan untuk mengendalikan diri sendiri.

d. Kenakalan remaja defek moral (delinkuensi defek moral)


Defek (defect, defectus) artinya rusak, tidak lengkap, salah, cedera, cacat, kurang. Kenakalan
remaja defek moral mempunyai ciri-ciri: selalu melakukan tindakan anti sosial, walaupun
pada dirinya tidak terdapat penyimpangan, namun ada disfungsi pada inteligensinya.
Kelemahan remaja delinkuen tipe ini adalah mereka tidak mampu mengenal dan memahami
tingkah lakunya yang jahat, juga tidak mampu mengendalikan dan mengaturnya, mereka
selalu ingin melakukan perbuatan kekerasan, penyerangan dan kejahatan, rasa
kemanusiaannya sangat terganggu, sikapnya sangat dingin tanpa afeksi jadi ada kemiskinan
afektif, dan sterilitas emosional.

2.3 Faktor Penyebab Kenakalan Remaja


Nakalnya seorang remaja tidak terjadi begitu saja, melainkan terdapat beberapa faktor
penyebab yang membuat remaja melakukan perbuatan yang melanggar norma dalam
masyarakat. Menurut Santrock (2013) , kenakalan remaja terbagi dua, yaitu faktor internal dan
faktor eksternal.
1. Faktor Internal
Faktor internal yaitu faktor yang berpangkal pada remaja itu sendiri, antara lain:
a) Kekurangan penampungan sosial
b) Kelemahan dalam mengendalikan dorongan-dorongan dan
kecenderungankecenderungannya
c) Kegagalan prestasi sekolah atau pergaulan.
d) Dasar-dasar agama yang kurang. Hal ini terkadang tidak terlalu diperhatikan oleh
orang tua yang sibuk dengan segala usaha dan kegiatan mereka dan juga oleh pihak
sekolah terkadang kurang memperhatikan hal ini. karena jika remaja tidak mendapat
pendidikan agama yang baik mereka akan jauh dari Tuhan dan pasti tingkah laku mereka
akan sembarangan.
2. Faktor Eksternal
Faktor eksternal yaitu faktor yang berasal dari luar diri remaja atau berasal dari
lingkungannya. Yang termasuk dalam faktor eksternal antara lain :
a) Lingkungan Keluarga
Kenakalan remaja dapat terjadi karena salah satunya dalah faktor keluarga karena
kurangnya perhatian dari orang tua atau keluarga terhadap pendidikan dan pergaulan
anak. Pola asuh dan pendidikan yang diberikan dan diterapkan oleh keluarga akan
direspon oleh anak dengan respon yang bermacam macam. Menanggapi respon yang
dilakukan oleh anak, orang tua terkadang memberikan respon balik terhadap anak
dengan respon yang negatif, meskipun hal ini terkadang dilakukan orang tua tanpa
mereka sadari respon tersebut terkadang berupa julukan atau label.
b) Lingkungan Masyarakat
Masyarakat merupakan tempat atau perantara ketiga setelah keluarga dan sekolah
dalam pelaksanaan pendidikan bagi anak.Lingkungan masyarakat sangat berperan
dalam pembentukan mental maupun spiritual anak.
c) Lingkungan Sekolah.
Bagi anak-anak ternyata lingkungan sekolah merupakan lingkungan yang penting dan
berpengaruh, sehingga kalau lingkungan sekolah kurang menguntungkan dan tidak
menarik bagi siswa maka dapat menimbulkan ulah atau perilaku siswa yang tidak
diinginkan
d) Perkembangan Teknologi
Teknologi dapat menimbulkan kegoncangan pada remaja yang belum memiliki
kekuatan mental untuk menerima perubahan-perubahan baru.
e) Faktor-Faktor Sosial Politik
Mobilisasi-mobilisasi sesuai dengan kondisi secara keseluruhan atau kondisi-kondisi
setempat seperti dikota-kota besar dengan ciri khasnya dapat mempengaruhi kenakalan
pada remaja.
f) Media Komunikasi Massa
Media komunikasi massa seperti TV, radio, surat kabar, majalah dan film merupakan
media informasi atau pemindahan buah pikiran ataupun perasaan seseorang kepada
orang lain. Dengan demikian media komunikasi massa ini disamping memberikan
manfaat juga dapat menimbulkan hal-hal yang kurang menguntungkan bagi perilaku
anak.
g) Lingkungan Sosial Budaya
Manusia merupakan mahkluk sosial oleh karena itu tidak bisa terlepas dari kehidupan
sosial budaya yang terbentuk dalam masyarakatnya karena anak dibesarkan dan
jiwanya tumbuh dalam lingkungan masyarakat, maka lingkungan sosial budaya sangat
berpengaruh dalam perilaku dan sikap anak sehari-hari.

Berdasarkan hasil observasi lapangan, terdapat beberapa pendapat dari narasumber mengenai
faktor penyebab terjadinya kenakalan remaja :
 Menurut guru mata pelajaran Sosiologi, Mustakim berpendapat bahwa faktor mendasar
terjadinya penindasan atau bullying yakni pelaku dari kenakalan remaja ini menganggap
bahwa dirinya lebih baik atau hebat dibandingkan korban terjadinya penindasan.
 Herman selaku ketua OSIS sekolah SMAN 1 Sidrap periode 2021/2022 mengemukakan
pendapatnya mengenai kenakalan remaja yang paling sering dijumpai yakni penindasan
atau bullying. Ia berpendapat bahwa seseorang menjadi pelaku tindakan penindasan
karena korban memiliki mental yang lemah sehingga memudahkan pelaku melakukan
bullying atau penindasan.
 Ketua dan wakil ketua OSIS SMAN 1 Sidrap 2022/ 2023, mengatakan bahwa penyebab
terjadinya penindasan disebabkan oleh kelainan yang dimiliki pada diri korban bullying.

2.4 Dampak Kenakalan Remaja


Kenakalan remaja merupakan masalah yang mendalam yang berdampak pada diri pelaku
sendiri dan terutama pada korban kenakalan remaja. Bisa dibilang, kenakalan remaja selalu
berdampak negatif atau buruk.
A. Dampak Terhadap Pelaku
Hasil wawancara yang kami dapatkan dari dua mahasiswa Psikolog mengenai dampak
psikolog dan dampak sosial yang didapatkan pada diri pelaku kenakalan remaja :
 Farhan (2022), mengungkapkan pendapat yakni dampak kenakalan remaja pada
remaja tersebut yaitu akan mengalami gangguan kejiwaan bukan berarti menjadi gila,
tetapi remaja tersebut merasa terkucilkan atau terisolasi dari masyarakat dalam hal
sosialisasi, merasa sangat sedih, atau bahkan membenci orang-orang yang ada di
sekitarnya.
 Menurut Arya (2022), Secara umum, pelaku kenakalan remaja akan tumbuh menjadi
pribadi yang buruk serta dipandang tidak baik oleh masyarakat dan dapat dikucilkan.

B. Dampak Terhadap Korban


Berdasarkan hasil pengamatan langsung, dampak kenakalan remaja terhadap korban atau
sasaran dapat timbul di saat itu juga maupun berpuluh-puluh tahun setelahnya.
Contohnya saja, korban perilaku penindasan dapat mengalami gangguan psikologis
seperti depresi serta gangguan kecemasan, gangguan tdur, pikiran untuk bunuh diri,
gangguan prestasi dan sulit melakukan interaksi sosial. Tidak hanya itu, kenakalan
remaja seperti perkelahian dan tawuran dapat menyebabkan trauma yang berkepanjangan
kepada masyarakat yang menjadi korban. Dalam beberapa kasus, korban juga mengalami
luka fisik bahkan korban pembunuhan.

2.5 Solusi Kenakalan Remaja


Kenakalan remaja adalah gejala sosial yang sangat perlu disikapi dengan benar dan tepat
melalui berbagai solusi. Usaha pencegahan dan solusi kenakalan remaja secara umum dapat
dilakukan melalui cara berikut:
1.Pendekatan Agama
Agama mengajarkan mengenai kasih saying dan kebaikan. Sehingga, untuk remaja yang
telah terjerumus ke dalam perilaku yang melanggar norma-norma dalam masyarakat dapat
kembali menjadi pribadi yang sadar melalui pendekatan agama.
2.Bimbingan yang Baik
Orang tua berperan penting sebagai pendidik, memberi bimbingan, mengawasi dan
mengontrol perbuatan anaknya sehingga anak tidak terjerumus ke dalam hal-hal atau
perbuatan negative.
3.Edukasi Kenakalan Remaja
Edukasi merupakan hal yang sangat penting dalam menangani dan mencegah kenakalan
pada diri seorang remaja. Pemberian edukasi memberikan dampak yang sangat besar. Oleh
karena itu, dalam hal ini lembaga pendidikan berkontribusi besar menanamkan sikap yang
baik pada diri remaja melalui edukasi.

Anda mungkin juga menyukai