Anda di halaman 1dari 3

Triad KRR adalah resiko yang muncul dari perkembangan tentang seksual dan seksualitas

dimana didalamnya termasuk kehamilan yang tidak diinginkan dan pubertas;


dari NAPZA atau narkoba; dari Infeksi menular seksual serta HIV/AIDS.
Pengetahuan yang kurang mengenai pentingnya menghindari resiko triad KRR ini
merupakan pangkal dari merebaknya pengguna narkoba, meningkatnya penderita HIV dan
AIDS, serta meningkatnya jumlah kehamilan yang tidak diinginkan, aborsi, IMS serta
perilaku buruk lainnya ini semua dapat menjadi sumber kejahatan dan kriminalitas di segala
lingkungan.
Triad KRR ini dapat berdampak kepada siapa saja dengan usia berapapun, tetapi yang
paling mengkhawatirkan tentu dampak buruk terhadap generasi muda yang notabene
merupakan asset dan penerus bangsa.

http://www.bkkbn.go.id/ViewArtikel.aspx?ArtikelID=76 KELUARGA ADALAH KUNCI
UTAMA PENCEGAH TRIAD KRR PADA REMAJA (tanggal akses: 13 Agustus 2014,
14.39)

Berdasarkan hasil survei Kesehatan Reproduksi Remaja Indonesia (SKRRI) tahun 2007,
didapatkan permasalahan NAPZA yang terjadi pada remaja antara lain perokok aktif hingga
saat ini 47 %, peminum alkohol aktif 19,2 %. Pengguna NAPZA sebesar 1,5 % dari
penduduk Indonesia atau 3,2 juta, dan 78 % diantaranya adalah remaja kelompok umur 20
29 tahun.

Data yang digunakan adalah Survei RPJM Remaja yang dilaksanakan oleh BKKBN tahun 2011
mencakup 21.054 responden remaja umur 15-24 tahun, yang dilaksanakan di seluruh provinsi di
Indonesia. Analisis yang dilakukan adalah analisis deskriptif dan analisis inferensia menggunakan
regresi logistik. Hasil penelitian ini adalah sebagai berikut: (1) Pengetahuan remaja tentang Triad
KRR masih rendah dimana 75,3% remaja masih menunjukkan kurang mengetahui tentang TRIAD,
(2) Program TRIAD yang paling kurang diketahui oleh remaja adalah informasi tentang HIV/AIDS,
(3) Pendapat remaja tentang perencanaan hidup berkeluarga masih rendah terutama mengenai jumlah
anak yang diinginkan ternyata masih lebih dari 2 dan jarak antara dua kelahiran dikatakan kurang dari
2 tahun masih cukup tinggi, (4) Sumber informasi bagi remaja dalam mendapatkan pengetahuan baik
Triad KRR maupun program PKBR paling banyak adalah dari TV, pengetahuan remaja tentang PIK
remaja/mahasiswa masih kurang dan keterlibatan remaja dalam PIK remaja/mahasiswa juga masih
rendah, (5) Hasil analisis inferensia memperlihatkan sumber informasi yang berpengaruh terhadap
TRIAD dan program KB pada remaja adalah TV, guru, sekolah, internet, media luar ruang, media
cetak (koran/majalah).
Leli Asih & Maria Anggraeni. Pengaruh Sumber Informasi Terhadap Pengetahuan Remaja Tentang Triad KRR dan
Penyiapan Kehidupan Berkeluarga Bagi Remaja (PKBR) (Analisa lanjut data Survei RPJM Remaja tahun 2011). Puslitbang
KB dan Keluarga Sejahtera, BKKBN. Jakarta. 2012.


Pendidikan kesehatan merupakan suatu program yang membawa perubahan dalam
pengetahuan (Rao. et al., 2008). Pengetahuan juga merupakan faktor kekuatan terjadinya
perubahan sikap(Baron. 2003). Pengetahuan dan sikap akan menjadi landasan terhadap
pembentukan moral remaja sehingga dalam diri seseorang idealnya ada keselarasan yang
terjadi antara pengetahuan dan sikap dimana sikap terbentuk setelah terjadi proses tahu
terlebih dahulu (Suryani dkk. 2006). Sekolah yang merupakan bagian dari lembaga
pendidikan didirikan untuk membina dan meningkatkan kualitas sumber daya manusia, baik
fisik, mental, moral maupun intelektual (Notoadmodjo, 2010).
Media yang digunakan, diantaranya bulletin board dan booklet yang berhubungan
dengan TRIAD KRR adapula leaflet, pamplet dan poster yang terpampang di majalah
dinding sekolah. Selain itu, tersedianya PIK-R menjadi sarana yang tepat menjadi dasar
pembentukkan pengetahuan siswa (Inandi, 2011).
Selain itu, banyaknya siswa yang masuk ke dalam kelompok kelas IPA (62,37%), sering
terpapar dengan materi-materi yang berhubungan dengan organ reproduksi dan HIV/AIDS,
yang masuk ke dalam bidang studi biologi serta di dukung oleh kemampuan daya tangkap
dan pola pikir siswa yang masih baik sesuai dengan usianya.
Pengetahuan dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya tingkat pendidikan.
Pendidikan kesehatan membawa perubahan pada pengetahuan (Rao. et al., 2008). Menurut
Tarigan (2010), metode diskusi kelompok lebih efektif dalam meningkatkan pengetahuan
tentang kesehatan reproduksi pada remaja diabnding dengan metode ceramah. Menurut
Porter dan Kemacki dalam Suryani (2006) juga menyatakan bahwa kemampuan individu
menyerap informasi melalui indera pendengaran sangat terbatas.
Menurut Mevsim (2009) peer educator adalah suatu alat pendidikan yang paling efektif
untuk remaja. Hasil penelitian Parwej (2005) menyatakan bahwa peer educator adalah
strategi konvensional yang efektif dalam peningkatan pengetahuan kesehatan reproduksi
remaja. Peer educator bermanfaat untuk mengurangi rasa malu dan segan yang ada dalam
diri remaja dan mampu mengubah sikap remaja yang rendah terhadap hal-hal yang
berhubungan dengan seksualitas, HIV/AIDS dan napza (Suzuki, S., et al 2006).
Pendidikan sebaya (peer education) adalah sebuah konsep populer yang mengacu pada
berbagai pendekatan seperti saluran komunikasi, metodologi, filosofi, dan strategi. Model
pembelajaran yang diterapkan dalam pendidikan sebaya adalah komunikasi, informasi, dan
edukasi (KIE). Dalam prakteknya, pendidikan sebaya telah diambil pada berbagai definisi
dan interpretasi tentang siapa yang kelompok sebaya/peer dan apa yang disebut sebagai
pendidikannya (misalnya advokasi, konseling, memfasilitasi diskusi, drama, ceramah,
mendistribusikan bahan, membuat rujukan ke layanan, memberikan dukungan, dan
sebagainya).
http://pratiwikalit.blogspot.com/2011/02/peer-education.html

Anda mungkin juga menyukai