Anda di halaman 1dari 8

PENDIDIK SEBAYA & KONSELOR SEBAYA (part 1)

 Pendidik Sebaya
adalah Individu yang memiliki motivasi untuk menjadi  Narasumber / pemberi informasi  dengan
menggunakan modul dan kurikulum yang sudah ada.
 Konselor Sebaya
adalah Pendidik sebaya yang yang memberikan konseling bagi teman sebayanya.
 Kenapa perlu PS dan KS?
Dikarenakan Karakteristik remaja :
1. Tidak mau digurui → remaja itu lebih suka menuangkan ide-ide sendiri dan paling tidak suka
kalau diatur (digurui).
2. Lebih suka berbincang-bincang dengan teman sebaya → remaja itu lebih suka ngobrol sama
temen sebayanya, karena ia menganggap bahwa temen sebaya dapat lebih mengerti
perasaan yang sedang dihadapi dan gak usah ngomong pake bahasa yang sangat sopan
(seperti berbicara kepada orang yang lebih tua).
3. Tidak suka dengan hal-hal yang serius → namanya juga remaja, paling suka dengan hal-hal
yang menngandung kata “humor”, mereka masih dalam proses beradaptasi untuk menjadi
dewasa, Jadi ya kalo konsentrasi ga bias sampai 100%.
4. Lebih terbuka dengan teman → pasti kalian para remaja demikian, karena jika dengan orang
yang lebih tua(missal: orangtua) kalian akan merasa “diceramahi” or merasa terlalu protektif.

 Bagaimana menjadi PS?


1. Aktif dalam kegiatan sosial → untuk menjadi PS dibutuhkan jiwa sosial yang tinggi, karena
sesuai dengan singkatannya “Pendidik Sebaya”.
2. Motivasi tinggi → motivasi itu perlu untuk seorang PS untuk menghilangkan prasangka-
prasangka negative yang sedang dihadapi.
3. Komunikasi bagus → pendidik itu harus dapat berkomunikasi kepada didikannya, agar terjadi
hubungan timbal-balik antar ke-duanya.
4. Berfikiran terbuka → jika seorang PS berfikiran tertutup, biasanya dia kesulitan dalam
menanggapi pertanyaan/permasalahan dari didikannya.

 Bagaimana menjadi KS?


1. Berpengalaman menjadi PS → sesuai dengan tahapannya, sebelum menjadi seorang KS kita
harus berpengalaman dalam PS
2. Telah mengikuti pelatihan → untuk menjadi seorang KS harus melewati pelatihan agar dia
tidak “nervous” dalam hal prakteknya.
3. Empati → seorang KS harus dapat merasakan apa yang dihadapi oleh “client”-nya baik
senang, sedih, gelisah, dll agar dapat mengetahui inti dari permasalahan.
4. Kontrol diri → seorang KS harus dapat mengontrol jiwa-raganya agar “client” merasa nyaman
dalam melakukan konseling.
5. Berpengetahuan luas → seorang KS harus memiliki wawasan ilmu pengetahuan yang luas,
baik dari pengalaman sendiri, ataupun dari refrensi sumber-sumber lainnya. Tujuannya adalah
agar kita mampu menjawab ataupun memecahkan problem yang dihadapi oleh “client”.

 Apa sih Peran PS dan KS?


1. Sebagai “TUKANG POS”
2. Sebagai Penyampai informasi kepada teman sebaya
3. Sebagai “TEMPAT SAMPAH”
4. Sebagai tempat penampung masalah
5. Sebagai “PERAWAT”
6. Sebagai pendamping untuk teman sebayanya
7. Sebagai “DOKTER”
8. Sebagai pemberi solusi terhadap permasalahan teman sebaya
Materi Genre Pendidik Sebaya
Pendidik Sebaya
I.    Pendahuluan
Remaja/mahasiswa merasa lebih nyaman untuk bertanya tentang hal-hal yang sensitif seperti
seksualitas, HIV dan AIDS serta napzapada teman sebayanya. Dengan memanfaatkan bahan
pembelajaran ini, diharapkan Pendidik Sebaya mampu menyebarkan informasi secara kreatif sehingga
dapat menarik perhatian dan minat teman-teman sebayanya.
Untuk mengoptimalkan keterampilannya, Pendidik Sebaya seyogyanya melatih diri dengan
menyebarkan informasi kesehatan reproduksi dalam kelompok kecil (tidak lebih dari 12 orang). Setelah
terbiasa dan menguasai materi secara mendalam, para Pendidik Sebaya dapat meningkatkan
kemampuannya dalam kelompok besar (+ 50 orang) untuk kegiatan ceramah.
Pendidik Sebaya adalah remaja/mahasiswa yang mempunyai komitmen dan motivasi yang tinggi
sebagai nara sumber bagi kelompok remaja/mahasiswa dan telah mengikuti pelatihan Pendidik Sebaya
dengan mempergunakan modul dan kurikulum standar yang telah disusun.

II.    Tujuan
A. Tujuan Pembelajaran Umum
Meningkatkan pemahaman tentang Pendidik Sebaya

B. Tujuan Pembelajaran Khusus


Setelah mempelajari modul ini peserta diharapkan dapat :
1. Menjelaskan pengertian Pendidik Sebaya
2. Menjelaskan persyaratan PendidikSebaya
3. Menjelaskan uraian tugas Pendidik Sebaya
4. Menjelaskan persiapan penyuluhan oleh Pendidik Sebaya
5. Melaksanakan penyuluhan Pendidik Sebaya
6. Menjelaskan materi program PKBR oleh Pendidik Sebaya dalam kelompok kecil atau besar.

III.   Syarat Pendidik Sebaya


Remaja/mahasiswa yang aktif dalam kegiatan sosial dilingkungannya. Misalnya: Karang Taruna,
Pramuka, OSIS, Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM), organisasi kepemudaan, organisasi keagamaan
pemuda.
IV.  Uraian Tugas Pendidik Sebaya
Dalam melakukan penyuluhan kepada remaja/mahasiswa, Pendidik Sebaya hendaknya
memperhatikan hal-hal sebagai berikut :
1. Menggunakan bahasa yang sama sehingga informasi mudah dipahami oleh sebayanya.
2. Teman sebaya mudah untuk mengemukakan pikiran dan perasaannya di hadapan pendidik
sebayanya.
3. Pesan-pesan sensitif dapat disampaikan secara lebih terbuka dan santai.
4. Syarat-syarat Pendidik Sebaya
a. Aktif dalam kegiatan sosial di lingkungan remaja/mahasiswa;
b. Berminat menyebarluaskan informasi program PKBR;
c. Memiliki ciri-ciri kepribadian, antara lain: ramah, lancar dalam mengemukakan pendapat,
luwes dalam pergaulan, berinisiatif dan kreatif, tidak mudah tersinggung, terbuka untuk hal-hal
baru, mau belajar serta senang menolong;
5. Uraian Tugas Pendidik Sebaya
a. Menyampaikan informasi substansi program PKBR
b. Melaksanakan advokasi dan KIE tentang PIK Remaja/Mahasiswa
c. Melakukan kegiatan-kegiatan yang menarik minat remaja untuk datang ke PIK
Remaja/Mahasiswa
d. Melakukan pencatatan dan pelaporan
6. Pengetahuan yang perlu dimiliki Pendidik Sebaya
a. Pengetahuan tentang program PKBR yang didalamnya memiliki subtansi : 8 fungsi keluarga,
Pendewasaan Usia Perkawinan, TRIAD KRR (Seksualitas, HIV dan AIDS, NAPZA), Life Skills.
b. Pengetahuan umum mengenai hukum, agama, dan isu terkini lainnya.
7. Keterampilan yang perlu dimiliki Pendidik Sebaya adalah keterampilan komunikasi interpersonal
yang bercirikan:
a. Komunikasi dua arah
Komunikasi dua arah memungkinkan kedua belah pihak sama-sama berkesempatan untuk
mengajukan pertanyaan, pendapat dan perasaan.
b. Komunikasi Verbal dan Non-Verbal.
Komunikasi verbal adalah bentuk komunikasi dengan menggunakan kata-kata.
Pendidik Sebaya hendaknya:
 Menggunakan kata-kata yang sederhana dan mudah dipahami kelompok.
 Menghindari istilah yang sulit dimengerti.
 Menghindari kata-kata yang bisa menyinggung perasaan orang lain.
Komunikasi non-verbal adalah komunikasi yang tampil dalam bentuk nada suara, ekspresi
wajah-wajah dan gerakan anggota tubuh tertentu, seperti kontak mata dengan lawan bicara,
menggunakan nada suara yang ramah dan bersahabat.
c. Cara Bertanya :
Ada dua macam cara bertanya, yaitu pertanyaan tertutup dan pertanyaan terbuka.
Pertanyaan Tertutup :
 pertanyaan yang memerlukan jawaban yang singkat. Bisa dijawab dengan”Ya “ dan “Tidak.
 Biasanya digunakan di awal pembicaraan untuk menggali informasi dasar.
 Tidak memberi kesempatan peserta untuk menjelaskan perasaan/pendapatnya.
Contoh:
a. “Berapa usiamu?”
b. “Apakah kamu pernah mengikuti kegiatan semacam ini?”
Pertanyaan Terbuka :
 Mampu mendorong orang untuk mengekspresikan perasaan dan pikiran.
 Bisa memancing jawaban yang panjang.
 Memungkinkan lawan bicara untuk mengungkapkan diriapa adanya.
Contoh :
a) “Apa yang kau ketahui tentang IMS?”
b) “Bagaimana rasanya waktu mengalami haid pertama?”
d. Mendengar efektif
Dalam melaksanakan pendidikan sebaya, mendengar efektif dapat dilakukan dengan cara:
 Menunjukkan minat mendengar
 Memandang lawan bicara
 Tidak memotong pembicaraan
 Menunjukkan perhatian dengan cara bertanya
 Mendorong teman sebaya untuk terus bicara, baik dengan komentar kecil (misal: mm...,
ya...), atau ekspresi wajah tertentu (misalnya menganggukkan kepala).

V.  Persiapan Penyuluhan oleh Pendidik Sebaya


Persiapan yang harus dilakukan oleh Pendidik Sebaya sebelum melakukan penyuluhan:
1. Membaca kembali topik yang akan disajikan, baik dari buku panduan yang telah dimiliki maupun
bacaan lainnya;
2. Menyiapkan alat bantu sesuai topik yang akan dibicarakan, misalnya alat peraga, contoh-contoh
kasus, kliping koran, dan lain-lain
3. Tempat pendidikan sebaya dapat dilakukan dimana saja asalkan nyaman buat Pendidik Sebaya
dan kelompoknya. Kegiatan tidak harus dilakukan di ruangan khusus. Bisa dilakukan di teras
masjid, di bawah pohon yang rindang, diruang kelas yang sedang tidak dipakai, di aula gereja, dan
sebagainya. Tempat pendidikan sebaya sebaiknya tidak ada orang lalu-lalang dan jauh dari
kebisingan sehingga diskusi bisa berlangsung tanpa gangguan.

VI.  Penyelenggaraan Penyuluhan oleh Pendidik Sebaya


1. Jumlah ideal remaja/mahasiswa pada kegiatan penyuluhan sebaya diikuti oleh tidak lebih dari 12
peserta agar setiap peserta mempunyai kesempatan bertanya. Bila peserta terlalu banyak, tanya
jawab menjadi kurang efektif, dan remaja/mahasiswa tidak akan mendapatkan pemahaman serta
pengetahuan yang cukup memadai
2. Pendidik Sebaya (PS) mencari teman sebaya yang berminat terhadap kesehatan reproduksi. Hindari
cara-cara pemaksaan. Para peserta harus bersedia mengikuti seluruh pertemuan yang telah
disepakati.
3. Untuk dapat memahami keseluruhan materi program PKBR, paket pertemuan sekurang-kurangnya 8
kali. Setiap kali pertemuan berlangsung antara 2- 2½ jam.
4. Tempat dan waktu pertemuan ditentukan bersama antara Pendidik Sebaya (PS)
danremaja/mahasiswa.
5. Penyuluhan diberikan oleh dua orang Pendidik Sebaya. Satu pendidik menyampaikan dan memandu
diskusi. Satu pendidik lainnya melakukan pencatatan terhadap pertanyaan yang diajukan peserta,
observasi tentang proses diskusi, serta membantu menjawab pertanyaan yang tidak bisa dijawab
oleh Pendidik Sebaya pertama. Peran Pendidik Sebaya dilakukan bergantian dengan tujuan agar
setiap pendidik mempunyai kesempatan untuk menyampaikan informasi dan memandu diskusi.
Selain itu mereka juga bisa saling memberikan umpan balik selama menjadi pemandu.
6. Pendidik Sebaya memulai acara dengan menyampaikan materi selama tidak lebih dari setengah jam,
waktu selebihnya digunakan untuk diskusi dan menampung pertanyaan.
7. Bila ada pertanyaan yang tidak bisa dijawab, jawaban bisa ditunda untuk ditanyakan kepada mereka
yang lebih ahli, bisa dokter/paramedis, tokoh masyarakat atau tokoh agama, dan lain-lain.
8. Topik-topik yang perlu dibahas antara lain:
a. 8 fungsi keluarga
b. Pendewasaan Usia Perkawinan
c. Triad KRR
d. Life Skills
VII.  Penyampaian Materi PKBR oleh Pendidik Sebaya Dalam Kelompok Besar
Pendidik Sebaya yang telah terlatih untuk memberikan atau menyampaikan informasi program PKBR
dalam kelompok yang kecil dapat meningkatkan kemampuannya pada kelompok yang lebih besar.
Disebut kelompok besar bila jumlah peserta lebih dari 50 orang. Kegiatan ini sering disebut dengan
penyuluhan. Contoh kegiatan ini adalah:
1. Ceramah di sekolah;
2. Ceramah pada peringatan hari-hari khusus, misalnya acara Tujuh Belas Agustus, Hari Kartini, Hari
Pendidikan Nasional, dan sebagainya;
3. Penyuluhan kader di desa/kelurahan;
4. Penyuluhan pada organisasi kemasyarakatan, misalnya: pramuka, karang taruna, pengajian, remaja
gereja, dan sebagainya.
Dalam menghadapi kelompok besar, hal-hal yang harus diperhatikan oleh Pendidik Sebaya sebelum
penyuluhan, adalah sebagai berikut:
1. Kesiapan Pribadi
a. Membaca materi yang akan disampaikan;
b. Cari informasi mengenai peserta penyuluhan;
c. Bahasa dan alat bantu yang akan digunakan perlu disesuaikan dengan keadaan peserta
penyuluhan;
d. Rencanakan skenario alokasi waktu dan melatih diri untuk kegiatan ceramah;
2. Pengaturan Tempat
a. Meskipun jumlah peserta banyak, jika ruangan memungkinkan atur kursi/tempat duduk yang
memudahkan interaksi antara pendidik dan peserta.
b. Hindari bentuk susunan tempat duduk berderet kebelakang seperti di kelas/sekolah. Idealnya
kursi tersusun membentuk huruf “U “.
c. Alat Bantu
a. Pastikan ketersediaan fasilitas alat bantu, misalnya: LCD, laptop, pengeras suara (microphone),
jaringan listrik, dan sebagainya. Perhatikan apakah alat-alat tersebut dapat berfungsi dengan baik.
b.   Pastikan bahwa alat bantu (termasuk gambar) yang digunakan dapat dilihat oleh semua peserta
dengan mudah.
c.   Jika menggunakan lembar transparan, perhatikan jumlah baris kalimat dalam setiap tampilan tidak
lebih dari 7 baris ke bawah.
d.   Jika menggunakan tulisan tangan, gunakan huruf besar yang jelas
       agar mudah terbaca.
4.    Tiba di tempat penyuluhan lebih awal (+ 15-30 menit) untuk memeriksa fasilitas alat bantu.
Pada saat penyuluhan, seorang Pendidik Sebaya harus memperhatikan hal-hal sebagai berikut:
a.      Perkenalkan diri sebelum memulai penyuluhan.
b.      Secara singkat, jelaskan tujuan dari topik yang akan disampaikan.
c.      Sampaikan informasi secara menarik, berbicara singkat dan mudah dimengerti. Sisipkan humor-
humor segar.
d.      Pastikan suara dapat didengar dengan jelas oleh seluruh peserta. Hindari nada suara yang datar.
Jangan bicara terlalu cepat.
e.      Kemukakan hal-hal yang penting terlebih dahulu.
f.       Tekankan hal-hal yang perlu diingat.
g.      Hindari istilah tehnis medis atau istilah asing, misalnya: discharge, ovum, dan lain-lain.
h.     Pada awal penyampaian dan setiap pergantian topik, jangan lupa gali pengetahuan peserta
dengan cara memberikan 1 – 2 pertanyaan terkait. Hal ini dimaksudkan untuk menghindari terjadinya
komunikasi satu arah.

VIII.       Kiat-kiat Sukses Menjadi Pendidik Sebaya


1.    Mau terus belajar dan memperluas wawasan.
2.    Rajin mencari informasi tambahan.
3.    Menyisipkan humor dalam pemberian materi.
4.    Kreatif mencari alat bantu untuk menghidupkan suasana pembelajaran.
5.    Terbuka akan kritik dari peserta
6.    Pendidik Sebaya harus melakukan hal-hal berikut:
a.      Membuat persiapan sebelum kegiatan pembelajaran;
b.      Menguasai materi;
c.      Melibatkan semua peserta dalam kegiatan pembelajaran;
d.      Menggunakan alat bantu;
e.      Berbicara dengan jelas dan lantang;
f.       Memancing pertanyaan dari peserta pertemuan;
g.      Mengatur waktu dengan cermat;
h.     Duduk dalam lingkaran agar bisa memandang satu sama lain;
i.       Menjaga kontak mata dalam bicara;
j.       Memperhatikan bahasa tubuh peserta;
k.      Periksa apakah informasi sudah dimengerti peserta;
l.       Bersikap sabar tapi percaya diri.
7.    Pendidik Sebaya jangan melakukan hal-hal berikut:
a.      Membelakangi peserta;
b.      Meremehkan komentar dan pendapat peserta;
c.      Membaca materi-materi, sebaiknya materi sudah dipahami;
d.      Berbicara dengan nada keras kepada peserta;
e.      Menggurui;
f.       Hanya melihat pada satu atau dua peserta saja, sebaiknya memandang kepada keseluruhan
secara bergantian;
g.      Menghakimi.

IX.  Contoh-Contoh Penyampaian Materi oleh Pendidik Sebaya


A.   Contoh 1: Alat Reproduksi Manusia dan Fungsinya
1.    Katakan kepada peserta bahwa sekarang kita akan membahas mengenai alat alat reproduksi
manusia.
2.    Bagikan gambar peta buta alat reproduksi perempuan dan laki-laki, minta peserta untuk
menuliskan nama-nama dari alat reproduksi yang telah ditentukan. Minta beberapa peserta untuk
mengemukakan jawaban mereka.
3.    Tayangkan lembar transparan bergambar alat reproduksi perempuan dan laki-laki yang telah
dilengkapi dengan nama masing-masing bagian alat reproduksi tersebut. Bahas bersama peserta
nama lain yang biasa digunakan di daerah masing-masing.
4.    Terangkan fungsi masing-masing alat, misalnya “indung telur adalah tempat sel telur diproduksi.”
Beri kesempatan peserta untuk mengemukakan pengetahuan mereka dan mengajukan pertanyaan.
5.    Rangkum berbagai hal penting mengenai alat reproduksi dan fungsinya.

B.   Contoh 2 : Remaja dan Perkembangannya


1.    Ajak peserta untuk mengingat kembali masa ketika mereka memasuki masa akil baligh. Tanyakan
kepada mereka tanda-tanda dan perubahan apa yang mereka rasakan, baik fisik maupun perasaan.
Bahas pula mengenai isu-isu yang terkait, misalnya mengenai mimpi basah dan masturbasi pada
remaja laki-laki, serta menstruasi pada remaja perempuan. Tanyakan pengalaman dan penghayatan
peserta ketika mengalami perubahan dan berbagai tanda tadi. Tekankan kepada peserta bahwa
semua hal tersebut wajar terjadi pada seorang remaja.
2.    Berikan kesempatan kepada peserta untuk bertanya dan mendiskusikan pengalaman-
pengalamannya.

C.   Contoh 3 : Seksualitas dan Jender


1.    Lakukan permainan mengenai kelahiran bayi. Minta seorang peserta perempuan berperan sebagai
ibu yang baru melahirkan. Minta peserta tersebut duduk sambilmenggendong bayinya (boneka),
disebelahnya peserta lain diminta berperan sebagai suaminya.Beberapa peserta diminta menjadi tamu
dan menanyakan berbagai hal sehubungan dengan kelahiran bayi. Misalnya, “bayimu laki-laki atau
perempuan?” jika besar nanti, kamu ingin anakmu menjadi apa?” dsb. Para tamu diminta pula untuk
mengomentari jawaban pasangan suami istri tersebut.
2.    Tanyakan kepada peserta apa yang bisa kita pelajari dari permainan tadi. Kemudian pelatih
menjelaskan beda antara “seks” dan “jender.” Gunakan lembar transparan bertuliskan definisi kedua
kata tersebut. Jelaskan pula mengenai konsep seksualitas. Tambahkan penjelasan mengenai konsep
lain yang terkait, seperti: kesehatan seksual, hakhak reproduksi, dll. Berikan contoh-contoh kongkrit
sebanyak mungkin. Kaitkan dengan perkembangan seksual remaja dan ketimpangan jender yang ada.
Jangan lupa memberikan kesempatan kepada peserta untuk bertanya. Pertanyaan peserta mungkin
meluas hingga keaspek perilaku seksual suatu daerah tertentu, misalnya “Sifon” di Nusa Tenggara
Timur (mengenai tradisi melakukan hubungan seksual setelah seorang laki-laki di khitan) atau budaya
penggunaan “tongkat Madura” (semacam batang kayu yang dimasukkan ke dalam vagina untuk
menyerap cairan vagina).

D.   Contoh 4 : Hubungan Seksual, Kehamilan dan Pencegahannya, Aborsi


1.    Katakan pada peserta bahwa topik bahasan selanjutnya adalah hubungan seksual, kehamilan dan
pencegahannya, serta aborsi.
2.    Lakukan curah pendapat tentang apa yang dimaksud dengan hubungan seksual. Lengkapi
jawaban dengan penjelasan bahwa hubungan seksual dalam bahasan ini merujuk kepada
ekspresi/tindakan seksual yang berpeluang besar untuk terjadinya kehamilan. Misalnya dengan
mendekatkan, menggesekkan, memasukkan sebagian atau seluruh penis ke dalam vagina
memungkinkan masuknya sperma ke dalam vagina.
3.    Ajak peserta untuk membahas tentang kehamilan. Bagi peserta menjadi beberapa kelompok kecil
masing-masing 4-5 orang. Minta kelompok untuk membahas proses terjadinya suatu kehamilan. Beri
peserta waktu 15 menit untuk mendiskusikan dan menyiapkan hasil diskusi kelompoknya untuk
dipresentasikan.
4.    Lengkapi presentasi kelompok dengan menayangkan lembar balik transparan tentang proses
kehamilan.
5.    Selanjutnya, katakan kepada peserta bahwa kita akan beralih pada pembahasan mengenai
pencegahan kehamilan. Lakukan curah pendapat mengenai berbagai metode/cara untuk mencegah
kehamilan. Ajak peserta untuk aktif menyumbangkan pendapat mengenai hal ini. Pelatih perlu
menjelaskan bahwa cara pencegahan kehamilan terbagi dalam cara alami (misalnya, metode
kalendar/pantang berkala, senggama terputus, pemeriksaan lendir pada vagina) dan cara modern
(kondom, AKDR/IDU/Spiral, pil, suntik, susuk, PKPK/pil kontrasepsi pencegah kehamilan, sterilisasi).
Gunakan buku Pedoman Kesehatan Reproduksi sebagai rujukan. Lakukan tanya jawab.
6.    Katakan kepada peserta bahwa sekarang akan dibahas mengenai kehamilan yang tidak
diinginkan. Lontarkan pertanyaan: “Kondisi dan alasan apa saja yang membuat suatu kehamilan tidak
diinginkan?” Lakukan pembahasan dengan merujuk buku Pedoman Kesehatan Reproduksi mengenai
kehamilan yang tidak diinginkan. Minta peserta untuk memberikan contoh-contoh yang ada di
lingkungan sekitar tempat tinggal.
7.    Sampaikan bahwa aborsi merupakan topik terakhir dalam pembicaraan ini, lakukan permainan
pendahuluan “jaring laba-laba.”Minta enam peserta untuk menjadi relawan. Satu peserta diminta
berperan sebagai Remaja Putri yang mengalami kehamilan yang tidak diinginkan, karenanya ingin
menggugurkan kandungannya. Lima peserta lainnya berdiri mengelilinginya. Peserta lain diminta
menjadi observer. Pelatih menceritakan dengan singkat riwayat Remaja Putri tersebut. Katakan bahwa
Remaja Putri adalah murid SMU kelas 2 yang dihamili dan ditinggal pergi oleh pacar. Pelatih
menanyakan pertanyaan sebagai berikut: “Mengapa Remaja Putri memutuskan untuk menghentikan
kehamilannya?”
8.    Minta peserta untuk memberikan kemungkinan jawaban. Untuk setiap jawaban yang dampaknya
memberatkan Remaja Putri, minta para peserta yang mengelilingi untuk menjeratkan tali secara
bergiliran pada tubuh Remaja Putri. Semakin banyak jawaban yang memberatkan Remaja Putri
semakin banyak jeratan pada tubuhnya. Kemudian pancing pendapat peserta bagaimana mencegah
terjadinya kehamilan yang tidak diinginkan. Setiap jawaban yang memberikan pemecahan persoalan,
membuka jeratan yang melingkar di tubuh Remaja Putri. Setelah permainan selesai, ajak peserta untuk
merenungkan dan memberikan pendapat mengenai makna dari permainan tadi. Terangkan bahwa ada
dua jenis aborsi, yaitu aborsi spontan dan aborsi yang disengaja.
9.    Lengkapi pembahasan dengan menerangkan mengenai aborsi aman dan aborsi tidak aman.
Terangkan mengenai macam-macam aborsi yang tidak aman, seperti pijatan, minum jamu atau obat-
obatan, loncat-loncat, dll. Jelaskan pula bahwa aborsi yang aman dilakukan oleh petugas medis karena
alasan keselamatan ibu. Berikan kesempatan pada peserta untuk mengemukakan pendapatnya.

E.   Contoh 5: Topik Infeksi Menular Seksual (IMS)


1.  Katakan kepada peserta bahwa kita akan beralih kepada topik IMS. Bagi peserta ke dalam
kelompok kecil masing-masing 4 orang. Minta setiap kelompok untuk membahas macam-macam IMS
yang mereka ketahui dan cara pengobatan yang biasa dilakukan di daerah masing-masing. Setelah 10
menit, minta salah seorang wakil setiap kelompok untuk mempresentasikan hasil diskusi mereka.
2.  Lengkapi jawaban hasil diskusi kelompok dengan menjelaskan dan menayangkan lembar
transparan berisi mengenai macam-macam IMS, gejala, masa inkubasi, efeknya dan cara pengobatan.
Gunakan pula rujukan dari Panduan Kesehatan Reproduksi. Berikan kesempatan kepada peserta
untuk bertanya dan mengemukakan pendapatnya.

Anda mungkin juga menyukai