DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 11
DaniellaPrecylia(16-050)
PebyOctora (16-085)
CahayaMendrofa (16-090)
RH Debora S (16-097)
Brian Tarigan (16-159)
Megawati (16-179)
PSIKOLOGI SEKOLAH
KELAS B
PujisyukurkehadiratTuhan Yang
MahaEsaatassegalarahmatNyasehinggamakalahinidapattersusunhinggaselesai.Harapan kami
semogamakalahinidapatmenambahpengetahuanbagiparapembaca,
untukkedepannyadapatmemperbaikibentukmaupunmenambahisimakalah agar
menjadilebihbaiklagi.Karenaketerbatasanpengetahuanmaupunpengalaman kami, kami
yakinmasihbanyakkekurangandalammakalahini, Olehkarenaitu kami sangatmengharapkan saran
dankritik yang membangundaripembaca demi kesempurnaanmakalahini.
Medan,September 2017
Kelompok 11
DAFTAR ISI
BAB I.........................................................................................................................................................4
PENDAHULUAN.....................................................................................................................................4
1.1. Latar Belakang Masalah..................................................................................................................4
1.2. Rumusan masalah............................................................................................................................4
1.3. Tujuan..............................................................................................................................................4
BAB II PEMBAHASAN...........................................................................................................................5
2.1 Filosofi Dasar Pendidikan ...............................................................................................................5
2.2 Standar Proses Pendidikan...............................................................................................................7
2.3 Perencanaan Dan Instruksi Pelajaran Teacher Centered dan Paradigmanya...................................7
2.4 Strategi Instruksional Teacher-Centered .........................................................................................9
2.5 Prinsip Learer-Centered.................................................................................................................11
BAB III....................................................................................................................................................15
PENUTUP................................................................................................................................................15
3.1 Kesimpulan.....................................................................................................................................15
3.2 Daftar Pustaka................................................................................................................................15
BAB I
PENDAHULUAN
Salah satu masalah yang dihadapi di dunia pendidikan kita adalah masalah lemahnya proses
pembelajaran. Dalam proses pembelajaran, siswa kurandg didorong untuk mengembangkan
kemampuan mereka untuk berpikir. Proses pembelajaran di kelas lebih menekankan siswa untuk
menghafal informasi sehingga otak anak dipaksa untuk mengingat dan menimbun berbagai
informasi tanpa dituntut untuk memahami informasi yang diingatnya itu agar menghubungkan
dengan kehidupan sehari-hari. Akibatnya? Ketika anak didik lulus dari sekolah,mereka pintar
secara teoritis,tetapi mereka miskan aplikasi.
Seharusnya, dalam memberi pengajaran kepada siswa, seorang guru harus berupaya
mengaktifkan siswa belajar dan memberi pengajaran cara mengaplikasikan apa yang dipelajari di
kelas dapat dilakukan di dalam kehidupan sehari-hari. Dengan demikian, di dalam proses
pembelajaran, guru menggunakan strategi dan media apapun, semata-mata supaya siswa belajar.
Seperti diungkapkan oleh Gagne (1984), bahwa belajar adalah suatu proses di mana suatu
organisma berubah perilakunya sebagai akibat dari pengalaman. Dari pengertian belajar tersebut,
terdapat tiga atribut pokok (ciri utama) belajar, yaitu : proses,perubahan perilaku, dan
pengalaman (Drs. H. Udin S. Winataputra, M.A.,dkk., 2001). Belajar sebagai proses mental dan
emosional,proses berfikir dan merasakan. Hasil belajar berupa perubahan perilaku atau tingkah
laku. Seseorang yang belajar akan berubah atau bertambah perilakunya ,baik yang berupa
pengetahuan, keterampilan motoric, atau penguasaan nilai-nilai (sikap). Dan yang terakhir,
belajar adalah mengalami, dalam arti belajar terjadi di dalam interaksi antara individu dengan
lingkungan, baik lingkungan fisik maupun lingkungan social.
Standar proses pendidikan sangat perlu agar arti belajar yang sesungguhnya
dapat diterima siswa dengan baik. Undang-undang No.20 tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional menyatakan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan
terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta
didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan
spiritual,keagamaan,pengendalian diri,kepribadian,kecerdasan,akhlak mulia, serta
keterampilan yang diperlukan dirinya,masyarakat,bangsa dan Negara.
Terdapat beberapa hal yang sangat penting untuk kita kritisi dari konsep
pendidikan menurut undang- undang tersebut ( (Dr. Wina Sanjaya, 2014).
1. Pendidikan adalah usaha sadar yang terencana, hal ini berarti proses pendidikan di
sekolah bukanlah proses yang dilaksanakan secara asal-asalan dan untung-
untungan, akan tetapi proses yang bertujuan sehingga segala sesuatu yang
dilakukan guru dan siswa diarahkan pada pencapaian tujuan.
2. Proses pendidikan yang terencana itu diarahkan untuk mewujudkan suasana
belajar dan proses pembelajaran, hal ini berarti pendidikan tidak
mengesampingkan proes belajar. Pendidikan tidak semata-semata berusah untuk
mencapai hasil belajar, akan tetapi bagaimana memperoleh hasil atau proses
belajar yang terjadi pada diri anak. Dengan demikian, dalam pendidikan antara
proses dan hasil belajar harus berjalan seimbang. Pendidikan yang hanya
mementingkan salah satu diantaranya tidak akan dapat membentuk manusia
yang berkembang secara utuh.
3. Suasana belajar dan pembelajaran itu diarahkan agar peserta didik dapat
mengembangkan potensi dirinya, ini berarti proses pendidikan itu harus
berorientasi kepada siswa (student active learning). Pendidikan adalah upaya
pengembangan potensi anak didik. Dengan demikian, anak harus dipandang
sebagai organisme yang sedang berkembang dan memiliki potensi. Tugas
pendidikan adalah mengembangkan potensi yang dimiliki anak didik, bukan
menjejalkan materi pelajaran atau memaksa anak agar dapat menghafal data dan
fakta.
4. Akhir dari proses pendidikan adalah kemampuan anak memiliki kekuatan
spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia,
serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara. Hal
ini berarti proses pendidikan berujung pada pembentukan sikap, pengembangan
kecerdasan atau intelektual,serta pengembangan keterampilan anak sesuai
dengan kebutuhan.
Tetapi, tampaknya pelaksanaan pendidikan kita belum sesuai dengan harapan diatas. Para
guru belum memberikan kontribusi yang maksimal dalam pengajaran yang sesuai standar. Para
guru di sekolah masih bekerja sendiri-sendiri sesuai sesuai dengan mata pelajaran yang
diberikannya, seakan-akan mata pelajaran satu terlepas dari mata pelajaran lainnya. Mengapa
demikian? Karena selama ini belum ada standar yang mengatur pelaksanaan proses pendidikan.
Artinya, belum ada pedoman yang bisa dijadikan rujukan bagaimana seharusnya proses
pendidikan berlangsung. Sehingga, inilah mengapa standar proses pendidikan itu perlu.
Standar proses pendidikan adalah standar nasional pendidikan yang berkaitan dengan
pelaksanaan pembelajaran pada satu satuan pendidikan untuk mencapai standar kompetensi
lulusan ( Peraturan Pemerintah No.19 Tahun 2005 Bab 1 Pasal 1 Ayat 6).Ada beberapa hal yang
perlu digarisbawahi. Pertama, standar proses pendidikan adalah standar nasional pendidikan,
yang berarti standar proses pendidikan dimaksud berlaku untuk setiap lembaga pendidikan
formal pada jenjang pendidikan tertentu di mana pun lembaga pendidikan itu berada secara
nasional. Kedua, standar proses pendidikan berkaitan dengan pelaksanaan pembelajaran, yang
berarti dalam standar proses pendidikan berisi tentang bagaimana seharusnya prosses
pembelajaran berlangsung. Dengan demikian, standar proses pendidikan dimaksud dapat
dijadikan pedoman bagi guru dalam pengelolaan pembelajaran. Ketiga, standar proses
pendidikan diarahkan untuk mencapai standar kompetensi lulusan. Dengan demikian, standar
kompetensi lulusan merupakan sumber atau rujukan utama dalam menentukan standar proses
pendidikan. Karena itu, sebenarnya standar proses pendidikan bias dirumuskan dan diterapkan
manakala telah tersusun standar kompetensi lulusan.
Lemahnya, proses pembelajaran yang dikembangkan guru dewasa ini seperti yang telah
dijelaskan , merupakan salah satu msalah yang dihadapi dunia pendidikan kita. Proses
pembelajaran yang terjadi di dalam kelas dilaksanakan sesuai dengan kemampuan dan selera
guru. Padahal pada kenyataannya kemampuan guru dalam pengolahan pembelajaran tidak
merata sesuai dengan latar belakang pendidikan guru serta motivasi dan kecintaan mereka
terhadap profesinya. Melalui standar proes pendidikan setiap guru dapat mengembangkan proses
pembelajaran sesuai dengan rambu-rambu yang ditentukan.
Dalam peraturan pemerintahan Republik Indonesia No. 19 Tahun 2005 tentang Standar
Pendidikan Nasional diatakan bahwa standar nasional pendidikan adalah kriteria minimal tentang
sistem pendidikan di seluruh wilayah hukum NKRI ( PP NO. 19 TAHUN 2005 bab 1 pasal 1
ayat 1 ). Selanjutnya, selain standar proses pendidikan ada beberapa standar lain yang di tetapkan
dalam standar nasional itu, yaitu :
Standar kompetensi lulusan (SKL) menurut PP No.19 tahun 2005 ayat 4 adalah kualifikasi
kemampuan lulusan yang mencakup sikap, pengetahuan, dan keterampilan. Standar kompetensi
lulusan meliputi semua jenjang pendidikan. SKL merupakan sumber perumusan standar-standar
lainnya, sebab apa yang harus di lakukan, bagaimana cara melakukannya, akan sangat tergantung
kepada lulusan yang bagaimana yang harus di ciptakan.
Standar isi adalah ruang lingkup materi dan tingkat kompetensi yang di tuangkan dalam kriteria
tentang kompetensi tamatan, kompetensi bahan kajian, kompetensi mata pelajaran, dan silabus
pembelajaran yang harus dipenuhi oleh peserta didik pada jenjang dan jenis pendidikan tertentu
(PP No.19 Tahun 2005 bab 1 pasal 1 ayat 5). Standar isi disusun sesuai SKL.
Standar proses adalah standar nasional pendidikan yang berkaitan dengan pelaksanaan
pembelajaran pada satu satuan pendidikan untuk mencapai standar kompetensi lulusan (PP
No.19 tahun 2005 Bab 1 Pasal 1 Ayat 6). Melalui standar proses inilah setiap satuan pendidikan
di atur bagaimana seharusnya proses pendidikan ini berlangsung. Standar proses dijadikan
pedoman guru dalam melaksakan tugas mengajarnya.
Standar pendidik dan tenaga kependidikan adalah kriteria pendidikan pra jabatan dan kelayakan
fisik maupun mental, serta pendidikan dalam jabatan (PP No. 19 tahun 2005 Bab 1 Pasal 1 Ayat
7). Standar pendidik akan menentukan kualifikasi setiap guru sebagai tenaga profesional yang
dapat menujang keberhasilan pencapaian tujuan pendidikan.
Standar sarana dan prasarana adalah standar nasional pendidikan yang berkaitan dengan kriteria
minimal tentang ruang blajar, tempat berolahraga, beribadah, perpustakaan, laboratorium,
bengkel kerja, tempat bermain, tempat berekreasi, serta sumber belajar lain untuk menunjang
proses pembelajaran, termasuk tegnologi informasi dan komunikasi ( PP No.19 tahun 2005 Bab
1 Pasal 1 Ayat 8). Standa sarana merupakan standar yang penting karna hanya dapat dilakukan
manakala ada standar sarana yang memaadai.
Standar pengelolaan adalah standar nasional pendidikan yang berkaitan dengan perencanaan,
pelaksanaan, dan pengawasan kegiatan pendidikan pada tingkat satuan pendidikan kabupaten
atau kota, provinsi, atau nasional agar tercapai efisiensi dan efektivitas penyelenggaraan
pendidikan( PP No. 19 Tahun 2005 Bab 1 Pasal 1 Ayat 9).
Standar pembiayaan adalah standar nasional yang mengatur komponen dan besarnya biaya
operasi satuan pendidikan yang berlaku selama 1 tahun ( PP no.19 Tahun 2005 Bab 1 Pasal 1
Ayat 10).
Standar penilaian pendidikan adalah standar nasional pendidikan yang berkaitan dengan
mekanisme, prosedur, dan instrumen penilaian hasil belajar peserta didik (PP no.19 tahun 2005
Bab 1 Pasal 1 Ayat 11).
Standar proses pendidikan sebagai standar pelaksanaan pembelajaran dapat dipengaruhi dan
berhubungan dengan standar-standar lainnya. Hubungan standar proses dengan standar lainnya
digambarkan pada bagan 1/1
Gambar
Satandar Standar
Standa Pengelolaan Pendidikan
r & Tenaga
Kualita Kependidk
s STANDA an
Lulusa R Standa
n PROSES r
PENDIDI Penilai
KAN Standar an
Sarana
Standar Isi
dan
Prasaran
a
Standar
Pembiayaan
Dari uraian di atas, maka tampak standar proses pendidikan (SPP) merupakan jantungnya dalam
sistem pendidikan. Bagaimana pun bagus dan idealnya standar kompetensi lulusan serta
lengkapnya standar isi, namun tanpa di implementasikan ke dalam proses pendidikan, maka
semuanya tidak akan berarti apa apa.
Intruksi dan perencanaan pada Learner centered pada siswa,bukan guru.berikut faktor yang
dikalsifikasikan menurut APA :
1. Sifat proses pembelajaran. Pembelajaran subjek materi yang kompleks akan sangat
efektif jika dilakukan dengan melalui proses pengkontruksian makna dari informasi dan
pengalaman.
2. Tujuan proses pembelajaran. Pelajar yang sukses, dengan bantuan dan pedoman
instruksional, dapat enciptakan representasi pengetahuan yang bermakna dan koheren.
3. Kontruksi pengetahuan. Pelajar yang sukses bias menghubungkan inormasi baru engan
pengetahuan yang sudah dimilikinya dengan cara yang mengandung makna tertentu.
4. Pemikiran strategis. Pelajar yang sukse dapat menciptakan dan menggunakan berbagai
strategi pemikiran dan penalaran untuk mencapai tujuan pembelajaran.
5. Memikirkan tentang pemikiran. Pelajar yang sukses adalah pelajar metakognitif. Mereka
merenungkan cara mereka belajar dan berfikir, menentukan tujuan pembelajaran yang
reaspnable, memilih strategi yang tepat, dan memantau kemajuan mereka menuju tujuan
pembelajaran.
6. Konteks pembelajaran. Pembelajaran tidak terjadi di ruang hampa. Pembelajaran
dipengaruhi oleh factor-faktor lingkungan seperti kultur, teknologi, dan praktik
intruksional.
Motivasi dan emosi adalah aspek penting dari pembelajaran, yang akan kita deskripsikan dalam
dua prinsip learner-centered
7. Pengaruh motivasi dan emosi terhadap pembelajaran. Keyakinan dan ekspektasi pelajar dapat
memperkuat atau melemahkan kualitas pemikiran dan pemrosesan imformasi pelajar. Emosi
positif, seperti rasa ingin tahu, biasanya akan membantu melancarkan proses belajar. Kecemasan
yang moderat sering kali bias memperbaiki pembelajaran. Namun, emosi negative yang parah,
seperti kecemasan yang besar, panic, kemarahan, dan pemikiran yang terkait dengan emosi
negative, seperti takut berlebihan, takut gagal, dan takut hukuman, dapat melemahkan
pembelajaran.
8. Motivasi intristik untuk belajar. Motivasi intristik adalah motivasi dari diri sendiri. Rasa ingin
tahu, pemikiran mendalam, dan kreativitas adalah indicator yang baik dari motivasi intristik anak
untuk belajar. Motivasi intristik dapat menguat jika anak menganggap tugas sebagai suatu yang
menarik, relevan secara personal, bermakna dan pada level yang sesuai dengan kemampuan anak
sehingga mereka beranggapan dapat berhasil dalam menyelesaikan tugas ini. Motivasi intristik
juga menguat jika tugas dihubungkan dengan dunia nyata dan anak punya pilihan dan kendali
atas tugas itu. Guru mendukung motivasi intristik ank dengan mendukung rasa ingin tahu mereka
dan peka terhadap perbedaan individual dalam motivasi anak-anak.
9. Efek motivasi terhadap usaha. Usaha adalah aspek penting dari motivasi untuk belajar.
10. Pengaruh perkembangan pada pembelajaran. Individu akan belajar dengan baik apabila
pembelajarannya sesuai dengan tingkat perkembangan anak. Karena perkembangan fisik,
kognitif dan domain sosioemosional individu itu bervariasi, maka prestasi dalam domain ini juga
bervariasi.
11. Pengaruh social terhadap pembelajaran. Pembelajaran dipengaruhi oleh interaksi social,
hubungan interpersonal, dan komunikasi dengan orang lain. Pembelajaran sering kali membaik
bila anak punya kesempatan untuk berinteraksi dan bekerja sama dengan orang lain dalam
menangani tugas-tugas instruksional.
Faktor Perbedaan Individual
12. Perbedaan individual dalam pembelajaran. Perbedaan ini adalah akibat dari pengalaman dan
hereditas. Anak dilahirkan dengan kemampuan dan bakat yang bias dikembangkan. Dan, melalui
pengalaman, mereka akan memilih sendiri cara untuk belajar dan langkah yang diambil dalam
belajar. Akan tetapi, preferensi ini tidak selalu bermanfaat bagi anak untuk mencapai tujuan
pembelajaraan mereka.
13. Pembelajaraan dan diversitas. Pembelajaran akan lebih efektif jika perbedaan bahasa,
kultural, dan latar belakang social murid ikut depertimbangkan. Prinsip dasar yang sama dari
pembelajaran, motivasi, dan instruksi berlaku untuk semua anak.
14. Standard an Penilaian. Menentukan standar yang tinggi dan menantang, dan menilai
kemajuan pembelajaran dan siswa, adalah bagian integral dari proses pembelajaran.
Pembelajaran yang efektif terjadi ketika murid ditantang untuk bekerja meraih tujuan yang tinggi
dan tepat. Jadi, penilaian kekuatan dan kelemahan kognitif anak, dan pengetahuan serta
keterampilannya, adalah aspek penting dalam memilih materi instruksional yang optimal.
Pembelajaran Penemuan
Pembelajaran penemuan (discovery learning) adalah pembelajaran dimana murid menyusun pemahaman
sendiri. Pembelajaran penemuan berbeda dengan pendekatan instruksi langsung, dimana guru menjelaskan
secara langsung informasi kepada murid. Dalam pembelajaran penemuan, murid harus mencari tau sendiri.
Pembelajaran penemuan ini berhubungan dengan ide Piaget yang pernah mengatakan bahwa setiap kali anda
memberi tahu murid, maka murid tidak akan belajar.
Pertanyaan Esensial
Pertanyaan esensial merupakan pertanyaan yang merefleksikan kurikulum, hal paling penting yang harus di
eksplorasikan dan dipelajari oleh murid. Misalnya, dalam suatu pelajaran pertanyaan esensial adalah “apa arti
dari terbang?” Murid mengeksplorasikan pertanyaan ini dengan memeriksa hewan dari mulai burung, tawon,
ikan, dan pesawat bahkan sampai gagasan bahwa waktu itu “terbang” dan ide juga bisa “terbang”.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
DAFTAR PUSTAKA
Dr. Wina Sanjaya, M. (2014). Strategi Pembelajaran. Jakarta: Kencana Prenada Media.