Anda di halaman 1dari 30

ANALISIS PENGEMBANGAN ORGANISASI

KEMENTRIAN PENDIDIKAN DAN


KEBUDAYAAN
Analisis Pengembangan Organisasi Berdasarkan Teori Organization
Development Process dari Gary N McLean (2006)
Oleh:
ASEP FADILLAH HM
NPM. 170110170035
Ditulis Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah:
PENGEMBANGAN ORGANISASI
Dosen: DR. DEDI SUKARNO, S.IP., M.SI.

UNIVERSITAS PADJADJARAN
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
PROGRAM STUDI SARJANA (S1) ADMINISTRASI
PUBLIK
JATINANGOR – SUMEDANG
2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis atas kehadirat Allah SWT karena atas rahmat dan hidayatnya
penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul ”Analisis Pengembangan Organisasi
Pada Kementrian Pendidikan dan Budaya Republik Indonesia”.

Penulis juga ingin mengungkapkan rasa terimakasihnya kepada dosen Administrasi


Publik yang telah membimbing dan menyampaikan materi-materi Pengembangan
Organisasi seperti setiap minggunya sehingga penulis mengetahui pokok materi yang akan
disampaikan didalam makalah ini.

Penulis menyadari bahwa makalah ini belum sempurna, namun penulis berharap
agar makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca untuk memperluas pengetahuannya
mengenai bagaimana pengembangan organisasi di Kementrian Pendidikan dan Budaya
Republik Indonesia. Setiap kritik dan saran sangat dianjurkan untuk membuat makalah ini
menjadi lebih baik.

i
DAFTAR ISI

Kata Pengantar………..……………………………………………………………….…………………………… i

Daftar Isi………..………………………………………………………………...…………………...……....…… ii

Bab I Pendahuluan…..…………………………………………………………...……….…………...……... 1

1.1 Latar Belakang Masalah..………..…………………………… …………………………………………… 1

1.2 Rumusan Masalah……………………………………………………………………..……………………... 4

1.3 Tujuan dan Manfaat………...……………………………………………………………………………….. 4

Bab II Tinjauan Pustaka…………….……………………………………..……...…………………………. 5

2.1 Pengertian Organisasi ……………………….……………………………..…………………..…………… 5

2.2 Pengertian Pengembangan Organisasi ……………………………………….………...…………... 7

2.3 Model dalam Pengembangan Organisasi ………………………………..…………………..……… 9

2.4 Profil Kementrian Pendidikan dan Budaya Republik Indonesia ………………..………….. 12

Bab III Pembahasan.…………………….……………………………………… …….…………………………. 14

3.1 Pembahasan...………………………………………………………….……………………….. …….………… 14

Bab IV Kesimpulan dan Saran.……………………..……………… ………….……………………………. 25

4.1 Kesimpulan...…………………………………………………………. …….………………….…….…………… 25

4.2 Saran………………………………………………………………….………………….………………….…………. 25

Daftar Pustaka

i
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Pendidikan sebagai salah satu hal yang paling penting dan mendasar bagi setiap
individu masyarakat sebagai bekal untuk kehidupan yang lebih layak. Dengan pendidikan
setiap individu akan memiliki ilmu yang bisa mengantarkan individu kepada hidup yang
berkualitas serta dapat bermanfaat bagi masyarakat. Individu yang berkualitas akan dapat
berguna bagi masyarakat karena dapat mendorong kehidupan masyarakat pada kehidupan
bermasyarakat yang rukun dengan ikut serta membimbing dan mengajarkan dalam proses
pengembangan diri untuk masyarakat

Negara yang akan berjalan kepada pertumbuhan membutuhkan tenaga kerja


berkualitas yang hadir pada masyarakat dengan kualitas yang baik disertai dengan semangat
loyalitas yang tinggi. Negara didorong untuk bisa menyediakan pendidikan yang layak bagi
masyarakat nya guna mewujudkan cita-cita bangsa yang tertulis dalam pembukaan UUD
1945 yaitu ”Mencerdaskan kehidupan bangsa”. Maju atau tidaknya suatu negara dapat
dilihat dari sumber daya manusia yang ada sehingga harus dipersiapkan dengan sebaik-
baiknya guna melanjutkan eksistensi negara. Masyarakat harus disadarkan untuk segera
mengabdikan dirinya pada negaranya, bersatu padu dalam rasa yang sama untuk
menghadapi krisis budaya, kepercayaaan, moral dan lain-lain. Negara harus
menggambarkan image pada masyarakat agar timbul rasa bangga dan keinginan untuk
melindungi serta mempertahankan Negara kita.

Pemerintah memegang peranan penting dan vital dalam pendidikan di indonesia


sebagai pemegang tanggung guna memberikan pendidikan yang layak kepada masyarakat,
pendidikan di Indonesia masih sangat kurang dari kata mumpuni masih harus banyak
perbaikan di beberapa segi. Hal ini menjadi tugas kita semua khususnya pemerintah dalam
hal ini adalah menteri pendidikan dan kebudayaan yang punya wewenang untuk mengatur
pendidikan di Indonesia. Permasalahan yang di hadapi salah satunya yaitu dalam hal
kapasitas dan kuantitas tenaga pengajar yang harus di optimalkan kualitas nya.

1
Profesionalisme guru dipengaruhi oleh regulasi, ruang kelas, komunitas sekolah, dan
proses pembelajaran di fakultas keguruan. Perbaikan harus terus dilakukan pada tenaga
pengajar karena tenaga pengajar adalah salah satu elemen yang bersentuhan langsung
dengan peserta didik sehingga memiliki peranan penting dalam sistem pendidikan di
indonesia. Berbagai permasalahan yang dialami tenaga pengajar adalah gaji yang
didapatkan relatif kecil, ketimpangan pemerataan jumlah tenaga pengajar berbeda tiap
daerah sampai kualitas tenaga pengajar yang belum mumpuni.

Hasil Uji Kompetensi Guru (UKG) beberapa tahun terakhir menunjukkan kompetensi
guru Indonesia rendah. Peringkat rendah Indonesia dalam beberapa pemeringkatan dunia
tentang kemampuan siswa dalam bidang membaca, Matematika, dan Sains juga secara tidak
langsung menunjukkan kelemahan kompetensi guru. Rata-rata nasional hasil UKG 2015
bidang pedagogik dan profesional adalah 53,02. Untuk kompetensi bidang pedagogik saja,
rata-rata nasionalnya hanya 48,94, yakni berada di bawah standar kompetensi minimal
(SKM), yaitu 55 (Maulipaksi, 2016).
Kualitas tenaga pengajar sangatlah penting karena dapat memengaruhi kualitas anak
didiknya, tenaga pengajar berkualitas akan menghasilkan anak didik yang berkualitas pula
dengan demikian tenga pengajar harus senantiasa diperhatikan dan dikembangkan setiap
waktu sehingga sumber daya manusia yang menjadi investasi panjang negara yaitu remaja
dapat meneruskan perjuangan untuk menjaga bangsa ini.
Deputi Kelembagaan dan Tata Laksana Kementerian Pendayagunaan Aparatur
Negara dan Reformasi Birokrasi (KemenPAN-RB) Rini Widyantini mengatakan, perubahan
nomenklatur kementerian di Kabinet Indonesia Maju akan diberlakukan awal tahun depan.
Saat ini, masih menggunakan nomenklatur lama karena berkaitan dengan tahun anggaran.
erubahan nomenklatur merupakan hak prerogatif presiden sesuai dengan visi misinya.
Dengan perubahan fungsi pemerintahan, otomatis pegawainya pindah.
Sebelumnya, di awal pemerintahan Presiden Joko Widodo tahun 2014 sempat
dilakukan perubahan dalam Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud)
dengan pemindahan Ditjen Pendidikan Tinggi ke Kementerian Riset dan Teknologi menjadi
Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Kemenristekdikti) Anies Baswedan
sempat menjabat menjadi Mendikbud kala itu kemudian digantikan Muhadjir Effendy
hingga

2
akhir periode pemerintahan Presiden Jokowi.
Sedangkan Kemenristekdikti dipegang oleh Mohamad Nasir hingga akhir jabatan
periode. Kala itu, pemisahan antara pendidikan dasar dan tinggi ingin menunjukan fokus
pemerintah terhadap dunia pendidikan adalah hal yang utama. Pemisahan tersebut
diharapkan mampu meningkatan pemerataan sumber daya manusia, tidak hanya di kota
besar, tetapi juga di pelosok daerah terpencil. Presiden Joko Widodo memindahkan Ditjen
Pendidikan Tinggi ke dalam Kementerian Riset dan Teknologi. Adapun Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan, yang sebelumnya diusulkan menjadi Kementerian Kebudayaan
dan Pendidikan Dasar dan Menengah, tidak mengalami perubahan nama kementerian, atau
nomenklatur yang dijabat oleh Nadiem Makarim.
Menjabat sebagai Mendikbud, Nadiem mendapatkan alokasi anggaran belanja
sebesar Rp 35,7 triliun untuk tahun depan. Adapun anggaran untuk Kemendikbud turun
setiap tahunnya akibat perubahan nomenklatur organisasi di Kemendikbud, di mana
Program Pendidikan Tinggi beralih ke Kementerian Riset dan Teknologi. Anggaran tahun
depan ini sebagian besar bersumber dari rupiah murni (99,97%) dan Penerimaan Negara
Bukan Pajak (0,03%). Dari total anggaran tersebut 24,9% untuk belanja pegawai, antara lain
untuk gaji pegawai Kemendikbud serta pembayaran TPG Non PNS dan sebanyak 31,5%
untuk belanja barang antara lain bantuan pemerintah yang digunakan untuk perbaikan
sarana dan prasarana pendidikan.Selanjutnya, sebanyak 4,1% untuk belanja modal dan
sebanyak 39,5% untuk belanjabantuan sosial antara lain untuk Program
Indonesia Pintar. Selain itu, dengan pagu sebesar Rp 35,7 triliun tersebut, Kemendikbud
akan melanjutkan kegiatan prioritas dan strategis dalam rangka meningkatkan kualitas dan
mutu pendidikan serta kompetensi murid. Adapun kegiatan prioritas antara lain:
 Program Indonesia Pintar (PIP) Rp 17,9 T
 Sarana pendidikan antara lain untuk revitalisasi SMK dengan menggunakan
pendekatan baru "Multiple Treatments" yang dinamakan Paket Program Revitalisasi
SMK Rp 3,6 M
 TPG Non PNS Rp 212,3 M
 Sertifikasi guru Rp 40 M
 Penyelenggaraan Ujian Nasional Rp 8,4 T
 Akreditasi satuan pendidikan Rp 85 M
3
 Peningkatan sarana PAUD Rp 720 juta
 Pendidikan Kecakapan Kerja (PKK) Rp 60 M
 Pendidikan Kecakapan Wirausaha (PKW) Rp 60 M
 Beasiswa darmasiswa Rp 650 juta
 Beasiswa unggulan, dan Sekolah Indonesia di Luar Negeri Rp 7,5 M
Di samping itu, Kemdikbud juga menyelenggarakan pendidikan keaksaraan dan
kesetaraan (paket A, B dan C), sensor dan pengembangan perfilman, pengembangan
kurikulum, pendidikan keluarga, pelatihan guru, serta menyelenggarakan pendidikan jarak
jauh berbasis teknologi informasi seperti rumah belajar, tv dan radio edukasi.
Perubahan nomenklatur nyatanya tidak berdampak cukup signifikan seperti di era
Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) sebelum melebur antara pendidikan dan
kebudayaan di era Jokowi. Nomenklatur tak masalah, asalkan pemerintah punya cetak biru
dan peta jalan program pendidikan Tanah Air. Berdasarkan uraian latar belakang di atas,
maka penulis tertarik untuk menulis penelitian tentang “Analisis Pengembangan
Organisasi Pada Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan”.

1.2 Rumusan Masalah


1.2.1 Bagaimana proses pengembangan organisasi di Kementrian Pendidikan dan Budaya
Republik Indonesia?

1.3 Tujuan dan Manfaat

1.3.1 Tujuan Penelitian

Penelitian ini memiliki tujuan untuk menganalisa pengembangan Kementrian pendidikan


dan kebudayaan

1.1 Manfaat Penelitian


1.1.1 Manfaat Akademis

4
1. Untuk menambah wawasan dan pengetahuan peneliti baik secara teoritis maupun
praktis dalam menganalisa fenomena yang ada mengenai pengembangan
Kementrian pendidikan dan kebudayaan
2. Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi pengembangan ilmu administrasi,
khususnya mengenai proses pengembangan Kementrian pendidikan dan kebudayaan

1.1.2 Manfaat Praktis


Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai masukan bagi pihak-pihak
yang berkepentingan khususnya Kementrian pendidikan dan kebudayaan terhadap
pendapatan desa.

5
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Organisasi

2.1.1 Menurut Definisi Formal dan Informal

Menurut pengertian di dalam kamus amerika (Kamus Warisan Amerika untuk Bahasa
Inggris, 2000), menjelaskan definisi dari organisasi yaitu:

a) tindakan atau proses pengorganisasian; negara atau cara diorganisasikan: organisasi


tingkat tinggi;

b) sesuatu yang telah diorganisir atau dibuat menjadi satu kesatuan yang teratur;

c) sesuatu yang dibuat elemen-elemen dengan fungsi beragam yang berkontribusi pada
keseluruhan dan fungsi kolektif; suatu organisme;

d) sekelompok orang yang diorganisasi untuk tujuan tertentu; sebuah asosiasi: organisasi
yang penuh kebajikan;

e) struktur di mana individu bekerja sama secara sistematis untuk melakukan bisnis; personil
administrasi dari struktur seperti itu.

Definisi yang lebih informal dapat mencakup situasi apa pun di mana dua orang atau
lebih terlibat dalam upaya atau tujuan bersama. Mengingat definisi organisasi yang luas dan
mencakup semuanya, mudah untuk memahami kompleksitas OD dan sejumlah besar situasi
di mana ia dapat diterapkan.

2.1.2 Menurut Definisi Para Ahli

Barnard mendefinisikan organisasi sebagai kumpulan individu yang terkoordinasi


secara sadar sehingga bisa juga dinyatakan sebagai suatu sistem yang terdiri dari berbagai
kegiatan yang saling berhubungan.

6
Davis mendefinisikan organisasi sebagai kelompok individu, yang bekerja sama di
bawah seorang pimpinan, untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Definisi Davis berbeda dari
definisi sebelumnya, yaitu memberikan penekanan khusus mengenai adanya “tujuan” suatu
organisasi. Hampir semua literatur memberikan definisi yang berlainan, baik karena adanya
penggunaan kata-kata yang berbeda maupun karena adanya penekanan khusus pada aspek-
aspek tertentu, seperti pada definisi Davis.

Perkembangan selanjutnya menekankan keterkaitan organisasi terhadap aspek


sosial, yaitu sebagai akibat dari adanya interaksi kelompok-kelompok manusia yang terdapat
dalam organisasi. Perkembangan lainnya memberikan perhatian khusus akan adanya
hubungan organisasi dengan lingkungannya.

Dari keseluruhan perkembangan tersebut akhirnya ditarik kesimpulan bahwa


organisasi dapat didefinisikan sebagai Suatu kesatuan sosial dari sekelompok individu
(orang), yang saling berinteraksi menurut suatu pola yang terstruktur dengan cara tertentu
sehingga setiap anggota organisasi mempunyai tugas dan fungsinya masing-masing, dan
sebagai suatu kesatuan mempunyai tujuan tertentu, dan juga mempunyai batas-batas yang
jelas sehingga Organisasi dapat dipisahkan secara tegas dari lingkungannya.

2.2 Pengertian Pengembangan Organisasi

Cummings dan Worley (2009) berargumen bahwa OD tidak sama atau dapat
dipertukargunakan untuk mendefinisikan kegiatan perbaikan organisasi semata. Definisi OD
menurut Cummings dan Worley memiliki nilai orientasi berbeda dengan change
management dan organization change. Definisi OD tersebut memiliki setidaknya tiga elemen
utama, berikut: (i) OD diaplikasikan untuk perubahan terencana strategi, struktur, dan
proses dalam suatu keseluruhan sistem; (ii) OD didasarkan pada aplikasi dan transfer
pengetahuan dan praktis ilmu tingkah laku; (iii) OD merupakan sebuah proses yang adaptif.
Lebih lanjut, Cummings dan Worley (2009) berargumen bahwa OD dalam hal ini dianggap
lebih mampu memberikan konseptualisasi mengenai OD dan memberikan batasan jelas
perbedaan OD dengan usaha perubahan organisasi dan sejenisnya.

7
Bidang OD sangat besar dan kompleks; dengan demikian, para profesional OD akan
menemukan diri mereka dalam banyak konteks yang berbeda menggunakan berbagai
metode dan proses untuk menghasilkan hasil yang diinginkan dalam organisasi. Masyarakat
Amerika untuk Pelatihan dan Pengembangan Area Praktek Profesional OD berusaha
memberikan sintesis berbagai definisi dengan memberikan poin-poin kunci yang dilihatnya
dalam berbagai definisi yang tersedia:

■ Harus sejalan dengan tujuan organisasi dan bisnis;

■ Berakar dalam ilmu perilaku;

■ Jangka panjang dan berkelanjutan;

■ Menekankan orientasi proses untuk mencapai hasil;

■ Didasarkan pada kolaborasi;

■ Berorientasi sistem.

Kesimpulan berikut dapat ditarik tentang karakteristik inti dari OD:

■ OD adalah ilmu interdisipliner dan terutama perilaku pendekatan yang diambil dari
bidang- bidang seperti perilaku organisasi, manajemen, bisnis, psikologi, sosiologi,
antropologi, ekonomi, pendidikan, konseling, dan administrasi publik.

■ Tujuan utama, meskipun tidak eksklusif, tujuan OD adalah untuk meningkatkan efektivitas
organisasi.

■ Target dari upaya perubahan adalah seluruh organisasi, departemen, kelompok kerja,
atau individu dalam organisasi dan, sebagaimana disebutkan sebelumnya, dapat mencakup
untuk mencakup komunitas, bangsa, atau wilayah.

■ OD mengakui pentingnya komitmen manajemen puncak, dukungan, dan keterlibatan. Ini


juga menegaskan bottom-up pendekatan ketika budaya organisasi mendukungnya upaya
untuk meningkatkan organisasi.

8
■ Ini adalah strategi terencana dan jangka panjang untuk mengelola perubahan, sementara
juga mengakui bahwa lingkungan yang dinamis di mana kita hidup membutuhkan
kemampuan untuk merespons perubahan dengan cepat keadaan.

■ Fokus utama OD adalah pada sistem total dan saling tergantung bagian.

■ OD menggunakan pendekatan kolaboratif yang melibatkan mereka yang terkena dampak


oleh perubahan dalam proses perubahan.

2.3 Model dalam Pengembangan Organisasi

Model adalah representasi dari hal yang nyata dan dimaksudkan untuk memberikan
panduan umum dan saran tentang bagaimana seseorang dapat melanjutkan. Meskipun
model ini bukan OD, model OD memiliki kemampuan untuk menggambarkan dan
meletakkan dasar bagi pekerjaan yang harus dilakukan. Meskipun mungkin bermanfaat
dalam membangun pemahaman kita tentang suatu fenomena tertentu, sebuah model tidak
dapat mereplikasi sebuah fenomena, meletakkan fondasi sebagai gantinya. Praktisi dan
bahkan ahli teori kadang-kadang lupa akan perbedaan antara model dan kenyataan. Jadi,
ketika Anda menemukan model di seluruh buku ini, perlu diingat bahwa mereka disajikan
untuk membantu Anda memahami suatu fenomena, tetapi tidak untuk menggambarkannya
sepenuhnya.

Sejak awal OD, model penelitian tindakan (ARM) telah menjadi pendekatan
pengorganisasian untuk melakukan OD. Itu tetap tertanam kuat dalam praktik OD, dan
suatu bentuknya akan menjadi penyelenggara untuk sisa buku ini. Kurt Lewin, salah satu
yang dikenal luas pendiri bidang OD, juga dikreditkan dengan meneruskan konsep ARM
pada pertengahan 1940-an dengan pernyataannya yang terkenal, “Tidak ada penelitian
tanpa tindakan; tidak ada tindakan tanpa penelitian. ”Prekursor ARM adalah siklus PDCA
Shewhart, yang dikembangkan pada 1920-an sebagai model untuk menjelaskan perlunya
perbaikan organisasi yang sedang berlangsung dan proses melalui mana perbaikan
berkelanjutan seperti itu akan terjadi.

9
Gambar 1. Siklus Shewhart PDCA

Dalam banyak hal, model penelitian tindakan mencerminkan komitmen yang mirip
dengan peningkatan berkelanjutan. Model sebelumnya (McLean & Sullivan, 1989)
menyarankan model siklis tetapi berurutan, mirip dengan model PDCA. Jenis model ini,
bagaimanapun, telah dikritik pada sejumlah hal. Sebagai contoh, meskipun model
tampaknya bersifat siklis, panah searah masih menyarankan model linier. Selain itu, tidak
ada indikasi tumpang tindih antara keduanya fase, atau saran yang mungkin ada gerakan
bolak-balik di antara fase. Akibatnya, modifikasi model ini digunakan, yang disebut model
proses pengembangan organisasi (ODP).

Model ODP terdiri dari delapan komponen atau fase dengan interaktivitas di antara
fase, yang masing-masing akan menjadi satu (atau lebih) bab dari buku ini. Masing-masing
fase ini berlaku atau tidak OD profesional adalah konsultan internal atau eksternal. Perlu
diingat bahwa OD dapat diterapkan pada tingkat kedalaman yang berbeda, beberapa fase
ini akan sangat singkat dan dangkal, sementara upaya OD yang lebih mendalam akan
membutuhkan lebih banyak waktu, sumber daya, dan upaya. Secara singkat, tujuan masing-
masing komponen adalah sebagai berikut:

1
Gambar 2. Model Proses Pengembangan Organisasi

ODP ini terdiri dari delapan komponen atau fase, antara lain:

(1) Entry;

(2) Start-up;

(3)Assessment dan Feedback;

(4) Action plan;

(5) Implementation (intervention);

(6)Evaluation;

(7) Adoption;

(8) Separation (McLean, 2006: 21-22).

1
Terdapat banyak kritik terhadap fase tradisional OD tersebut, seperti diungkapkan
oleh McLean (2006) bahwa “…phases need to be combined or even skipped because of the
demands of the marketplace.” (McLean, 2006:22). Sejalan dengan argument McLean (2006)
terhadap tahapan tradisional OD, Cummings dan Worley (2009) juga memaparkan bahwa
tahapan perubahan terncana dapat dideskripsikan ke dalam empat tahapan umum
perubahan terencana, antara lain:

(i) Entering dan Contracting;


(ii) Diagnosing;
(iii) Planning dan Implementing;
(iv) Evaluating dan Institutionalizing Cummings dan Worley (2009:29-31).

2.4 Profil Kementrian Pendidikan dan Budaya Republik Indonesia

Berdasarkan Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2015 Tentang


Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, tugas dan fungsi Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan adalah bertugas menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang pendidikan
anak usia dini, pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan masyarakat, serta
pengelolaan kebudayaan untuk membantu Presiden dalam menyelenggarakan
pemerintahan negara. Serta memiliki fungsi sebagai berikut

a. Perumusan dan penetapan kebijakan di bidang pendidikan anak usia dini, pendidikan
dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan masyarakat, serta pengelolaan
kebudayaan;

b. Pelaksanaan fasilitasi penyelenggaraan pendidikan anak usia dini, pendidikan dasar,


pendidikan menengah, dan pendidikan masyarakat, serta pengelolaan kebudayaan;
c. Pelaksanaan kebijakan di bidang peningkatan mutu dan kesejahteraan guru dan
pendidik lainnya, serta tenaga kependidikan;
d. Koordinasi pelaksanaan tugas, pembinaan, dan pemberian dukungan administrasi
kepada seluruh unsur organisasi di lingkungan Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan;

1
e. Pengelolaan barang milik/kekayaan negara yang menjadi tanggung jawab
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan;
f. Pengawasan atas pelaksanaan tugas di lingkungan Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan;
g. Pelaksanaan bimbingan teknis dan supervisi atas pelaksanaan urusan Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan di daerah;
h. Pelaksanaan pengembangan, pembinaan, dan pelindungan bahasa dan sastra;
i. Pelaksanaan penelitian dan pengembangan di bidang pendidikan anak usia dini,
pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan masyarakat, serta
kebudayaan; dan
j. Pelaksanaan dukungan substantif kepada seluruh unsur organisasi di lingkungan
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.

1
BAB III
PEMBAHASAN

3.1 Pembahasan

Pengembangan Organisasi di Kementrian Pendidikan dan Budaya Republik Indonesia

a. Profil Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan

Perpres 72 Tahun 2019 menjelaskan bahwa Kemendikbud mempunyai tugas


menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang pendidikan anak usia dini, pendidikan
dasar, pendidikan menengah, pendidikan tinggi, dan pendidikan masyarakat, serta
pengelolaan kebudayaan untuk membantu Presiden dalam menyelenggarakan
pemerintahan negara.

Struktur Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan

1
Tugas dan fungsi unit kerja eselon I di lingkungan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
adalah sebagai berikut:

1. Sekretariat Jenderal

Tugas:

Menyelenggarakan koordinasi pelaksanaan tugas, pembinaan, dan pemberian dukungan


administrasi kepada seluruh unit organisasi di Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
Fungsi :

a. Koordinasi kegiatan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan;

b. Koordinasi dan penyusunan rencana, program, dan anggaran Kementerian


Pendidikan dan Kebudayaan;

c. Pembinaan dan pemberian dukungan administrasi yang meliputi ketatausahaan,


kepegawaian, keuangan, kerumahtanggaan, kerja sama, hubungan masyarakat,
arsip, dan dokumentasi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan;

d. Pembinaan dan penataan organisasi dan tata laksana;

e. Koordinasi dan penyusunan peraturan perundangundangan serta pelaksanaan


advokasi hukum;

f. Penyelenggaraan pengelolaan barang milik/kekayaan negara dan layanan pengadaan


barang/jasa; dan

g. Pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh Menteri.

2. Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan

Tugas :

Menyelenggarakan perumusan dan pelaksanaan kebijakan di bidang pembinaan guru dan


pendidik lainnya, serta tenaga kependidikan.

1
Fungsi :

a. Perumusan kebijakan di bidang pembinaan guru dan pendidik lainnya serta tenaga
kependidikan;

b. Pelaksanaan kebijakan di bidang penyusunan rencana kebutuhan dan pengendalian


formasi, pengembangan karir, peningkatan kualifikasi dan kompetensi, pemindahan,
dan peningkatan kesejahteraan guru dan pendidik lainnya;

c. Pelaksanaan kebijakan di bidang penyusunan rencana kebutuhan, peningkatan


kualifikasi dan kompetensi, pemindahan lintas daerah provinsi, dan peningkatan
kesejahteraan tenaga kependidikan;

d. Penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria di bidang pembinaan guru dan
pendidik lainnya serta tenaga kependidikan;

e. Pemberian bimbingan teknis dan supervisi di bidang pembinaan guru dan pendidik
lainnya serta tenaga kependidikan;

f. Pelaksanaan evaluasi dan pelaporan di bidang pembinaan guru dan pendidik lainnya
serta tenaga kependidikan;

g. Pelaksanaan administrasi Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan; dan

h. Pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh Menteri.

3. Direktorat Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini dan Pendidikan Masyarakat


Tugas :
Menyelenggarakan perumusan dan pelaksanaan kebijakan di bidang pendidikan anak
usia dini dan pendidikan masyarakat
Fungsi :

a. Perumusan kebijakan di bidang kurikulum, peserta didik,sarana dan prasarana,


pendanaan, dan tata kelola pendidikan anak usia dini dan pendidikan masyarakat;

1
b. Pelaksanaan kebijakan di bidang peningkatan kualitas pendidikan karakter peserta
didik, fasilitasi sumber daya, pemberian izin dan kerja sama penyelenggaraan satuan
dan/atau program yang diselenggarakan perwakilan negara asing atau lembaga
asing, dan penjaminan mutu pendidikan anak usia dini dan pendidikan masyarakat;

c. Penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria di bidang kurikulum, peserta


didik, sarana dan prasarana, pendanaan, dan tata kelola pendidikan anak usia dini
dan pendidikan masyarakat;

d. Pemberian bimbingan teknis dan supervisi di bidang pendidikan anak usia dini dan
pendidikan masyarakat;

e. Pelaksanaan evaluasi dan pelaporan di bidang pendidikan anak usia dini dan
pendidikan masyarakat;

f. pelaksanaan administrasi Direktorat Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini dan


Pendidikan Masyarakat; dan

g. Pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh Menteri.

4. Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah


Tugas :
Menyelenggarakan perumusan dan pelaksanaan kebijakan di bidang pendidikan dasar
dan menengah.
Fungsi :

a. Perumusan kebijakan di bidang kurikulum, peserta didik, sarana dan prasarana,


pendanaan, dan tata kelola pendidikan dasar dan menengah;

b. Pelaksanaan kebijakan di bidang peningkatan kualitas pendidikan karakter peserta


didik, fasilitasi sumber daya, pemberian izin dan kerja sama penyelenggaraan satuan
pendidikan yang diselenggarakan perwakilan negara asing atau lembaga asing,
penyelenggaraan pendidikan di daerah khusus dan daerah tertinggal (pendidikan
layanan khusus), dan penjaminan mutu pendidikan dasar dan menengah;

1
c. Fasilitasi pembangunan teaching factory dan technopark di lingkungan Sekolah
Menengah Kejuruan;

d. Penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria di bidang pendidikan dasar dan
menengah;

e. Pemberian bimbingan teknis dan supervisi di bidang pendidikan dasar dan menengah;

f. Pelaksanaan evaluasi dan pelaporan di bidang pendidikan dasar dan menengah;

g. Pelaksanaan administrasi Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah; dan

h. Pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh Menteri.

5. Direktorat Jenderal Kebudayaan


Tugas :
Menyelenggarakan perumusan dan pelaksanaan kebijakan di bidang kebudayaan,
perfilman, kesenian, tradisi, sejarah, cagar budaya, permuseuman, warisan budaya, dan
kebudayaan lainnya.
Fungsi :

a. Perumusan kebijakan di bidang kebudayaan, perfilman, kesenian, tradisi, sejarah,


cagar budaya, permuseuman, warisan budaya, dan kebudayaan lainnya;

b. Pelaksanaan kebijakan di bidang pembinaan dan pelestarian kesenian, sejarah, dan


tradisi;

c. Pelaksanaan kebijakan di bidang peningkatan pemahaman nilai-nilai kesejarahan dan


wawasan kebangsaan;

d. Pelaksanaan kebijakan di bidang pembinaan lembaga kepercayaan terhadap Tuhan


Yang Maha Esa, pengelolaan cagar budaya, warisan budaya nasional dan dunia, dan
museum nasional, pembinaan dan perizinan perfilman nasional, promosi, diplomasi,
dan pertukaran budaya antar daerah dan antar negara, serta pembinaan dan
pengembangan tenaga kebudayaan;

1
e. Penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria di bidang kebudayaan, perfilman,
kesenian, tradisi, sejarah, cagar budaya, permuseuman, warisan budaya, dan
kebudayaan lainnya;

f. Pemberian bimbingan teknis dan supervisi di bidang kebudayaan, perfilman,


kesenian, tradisi, sejarah, cagar budaya, permuseuman, warisan budaya, dan
kebudayaan lainnya;

g. Pelaksanaan evaluasi dan pelaporan di bidang kebudayaan, perfilman, kesenian,


tradisi, sejarah, cagar budaya, permuseuman, warisan budaya, dan kebudayaan
lainnya;

h. Pelaksanaan administrasi Direktorat Jenderal Kebudayaan; dan

i. Pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh Menteri.

6. Inspektorat Jenderal
Tugas :
Menyelenggarakan pengawasan intern di lingkungan Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan.
Fungsi :

a. penyusunan kebijakan teknis pengawasan intern di lingkungan Kementerian


Pendidikan dan Kebudayaan;

b. pelaksanaan pengawasan intern di lingkungan Kementerian Pendidikan dan


Kebudayaan terhadap kinerja dan keuangan melalui audit, reviu, evaluasi,
pemantauan, dan kegiatan pengawasan lainnya;

c. pelaksanaan pengawasan untuk tujuan tertentu atas penugasan Menteri;

d. penyusunan laporan hasil pengawasan di lingkungan Kementerian Pendidikan dan


Kebudayaan;

e. pelaksanaan administrasi Inspektorat Jenderal;

f. pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh Menteri.

1
7. Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa
Tugas :
Melaksanakan pengembangan, pembinaan, dan pelindungan di bidang bahasa dan
sastra.
Fungsi :

a. penyusunan kebijakan teknis, rencana, program, dan anggaran pengembangan,


pembinaan, dan pelindungan bahasa dan sastra;

b. pelaksanaan pengembangan, pembinaan, dan pelindungan bahasa dan sastra;

c. pemantauan, evaluasi, dan pelaporan pelaksanaan pengembangan, pembinaan, dan


pelindungan bahasa dan sastra;

d. pelaksanaan administrasi Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa;

e. pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh Menteri.

8. Badan Penelitian dan Pengembangan


Tugas :
Melaksanakan penelitian dan pengembangan di bidang pendidikan anak usia dini,
pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan masyarakat, serta
kebudayaan. Fungsi :

a. penyusunan kebijakan teknis, program, dan anggaran penelitian dan pengembangan


di bidang pendidikan anak usia dini, pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan
pendidikan masyarakat, serta kebudayaan;

b. pelaksanaan penelitian dan pengembangan di bidang pendidikan anak usia dini,


pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan masyarakat, serta
kebudayaan;

c. pemantauan, evaluasi, dan pelaporan pelaksanaan penelitian dan pengembangan di


bidang pendidikan anak usia dini, pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan
pendidikan masyarakat, serta kebudayaan;

2
d. pelaksanaan administrasi Badan Penelitian dan Pengembangan;

e. pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh Menteri.

Salah satu hal penting yang diatur dalam Perpres yang disahkan pada 24 Oktober
2019 ini, pada pasal 58 disebutkan untuk menjaga keberlangsungan pelaksanaan program
dan anggaran tahun 2019, susunan organisasi Kemendikbud berdasarkan Perpres ini
berlaku paling lama sampai dengan tanggal 31 Desember 2O19

Kemendikbud terdiri atas Sekretariat Jenderal, Inspektorat Jenderal, tujuh


Direktorat Jenderal, dan dua Badan. Dalam menjalankan tugas dan fungsinya, Menteri
Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) dibantu lima orang Staf Ahli.

Tujuh Direktorat Jenderal dimaksud antara adalah: 1. Direktorat Jenderal (Ditjen)


Guru dan Tenaga Kependidikan; 2. Ditjen Pendidikan Dasar dan Menengah; 3. Ditjen
Pendidikan Anak Usia Dini dan Pendidikan Masyarakat; 4. Ditjen Pembelajaran dan
Kemahasiswaan; 5. Ditjen Sumber Daya Ilmu Pengetahuan, Teknologi, dan Pendidikan
Tinggi; 6. Ditjen Kelembagaan Ilmu Pengetahuan, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi, dan; 7.
Ditjen Kebudayaan.

Sedangkan, dua Badan dimaksud adalah Badan Pengembangan Bahasa dan


Perbukuan serta Badan Penelitian dan Pengembangan. Adapun lima Staf Ahli Mendikbud
dimaksud adalah: 1. Staf Ahli Bidang Inovasi dan Daya Saing;

2. Staf Ahli Bidang Hubungan Pusat dan Daerah;

3. Staf Ahli Bidang Pembangunan Karakter;

4. Staf Ahli Bidang Regulasi Pendidikan dan Kebudayaan,

5. Staf Ahli Bidang Akademik.

Pada pasal 42 disebutkan untuk memberikan dukungan substantif di lingkungan


Kemendikbud dapat dibentuk Pusat. Pembentukan Pusat sebagaimana dimaksud haruslah
didasarkan pada analisis organisasi dan beban kerja.

2
Untuk menjalankan tata kerja organisasi yang baik, maka berdasarkan pasal 49,
Kemendikbud harus segera menyusun analisis jabatan, peta jabatan, analisis beban kerja,
dan uraian tugas terhadap seluruh jabatan di lingkungan Kemendikbud.

a. Analisis Teori Mclean

- Tahap Diagnosa

Tahap diagnosa merupakan proses awal dalam pengembangan organisasi untuk


memberikan penilaian terhadap keadaan organisasi. Proses diagnosa dilakukan pada level
individu, grup, dan organisasi untuk melihat permasalahan yang menjadi isu strategis
organisasi. Pada tahap ini terdapat suatu masalah yaitu tentang kualitas tenaga pendidik
yang ada di kemendikbud masih berada di bawah standar dapat dilihat dari hasil nilai UKG.
Hasil Uji Kompetensi Guru (UKG) beberapa tahun terakhir menunjukkan kompetensi guru
Indonesia rendah. Peringkat rendah Indonesia dalam beberapa pemeringkatan dunia
tentang kemampuan siswa dalam bidang membaca, Matematika, dan Sains juga secara tidak
langsung menunjukkan kelemahan kompetensi guru. Rata-rata nasional hasil UKG 2015
bidang pedagogik dan profesional adalah 53,02. Untuk kompetensi bidang pedagogik saja,
rata-rata nasionalnya hanya 48,94, yakni berada di bawah standar kompetensi minimal
(SKM), yaitu 55 (Maulipaksi, 2016).
Guru atau pendidik secara sederhana dapat diartikan sebagai orang yang
memberikan ilmu pengetahuan kepada anak didik. Karena tugasnya itulah, ia dapat
menambah kewibawaannya dan keberadaan guru sangat diperlukan masyarakat. Dengan
demikian, guru harus mampu menjaga kepercayaan masyarakat yang diberikan kepadanya,
dengan itu juga guru diposisikan sebagai sosok yang disebut memiliki wewenang terhadap
para muridnya.
- Tahap Intervensi
Tahap intervensi dilakukan untuk melihat level masalah dan isu organisasi yang ada
di Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan. Berdasarkan proses diangnosa, maka dapat
diketahui bahwa permasalahan di Kemendikbud berada pada level individu yaitu
menyangkut kualitas SDM. Kemudian Upaya yang dilakukan untuk mengatasi masalah
kualitas guru adalah dengan menjalin berbagai program kerja sama yang dilakukan seperti
program prodep.

2
Program prodep adalah bentuk kerja sama dengan Pemerintah Australia melalui program
kemitraan pendidikannya bekerjasama dengan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
(Kemdikbud) melaksanakan program ProDEP (Professional Development for Education
Personnel). Program ini ialah pengembangan keprofesian tenaga kependidikan yang
bertujuan membantu Pemerintah Indonesia meningkatkan kompetensi dan kinerja kepala
sekolah/madrasah, pengawas dan pejabat pendidikan tingkat kabupaten/kota dan provinsi
yang bertanggung-jawab atas manajemen dan tata kelola sekolah/madrasah.
ProDEP mendukung perancangan, pengembangan, pelaksanaan dan pengevaluasian
program-program pengembangan keprofesian (PPK) yang telah disepakati beserta kegiatan-
kegiatan pembelajaran terkait yang melibatkan 250 Kabupaten/Kota di seluruh provinsi di
Indonesia. Program-program pengembangan keprofesian yang dinaungi oleh ProDEP yaitu:
(1) Program Pengembangan Kapasitas Pendidikan Pemerintah Daerah (PPKPPD) di
Kabupaten/Kota dan Provinsi; (2) Program Penyiapan Calon Kepala Sekolah (PPCKS); (3)
Program Pendampingan Kepala Sekolah oleh Pengawas Sekolah/Madrasah (PPKSPS) dan (4)
Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan Kepala Sekolah/Madrasah (PKB KS/M).

Peningkatan kemampuan ini mencakup kegiatan-kegiatan yang bertujuan


memperbaiki kemampuan (abilities), sikap (attitude) dan keterampilan (skill). Dari kegiatan
ini diharapkan menghasilkan perubahan perilaku guru yang secara nyata berdampak pada
peningkatan kinerjanya dalam proses belajar mengajar di kelas. Pelaksanaan peningkatan
kemampuan ini menggunakan tiga moda yaitu moda tatap muka, moda dalam jejaring
penuh dan moda kombinasi keduanya.
Selain itu ada juga sertifikasi guru, program ini merupakan upaya peningkatan mutu
guru yang disertai peningkatan kesejahteraan, sehingga diharapkan dapat meningkatkan
mutu pembelajaran dan pendidikan di tanah air secara berkesinambungan. Bentuk
kesejahteraan guru adalah tunjangan profesi yang besarnya satu kali gaji dan diberikan
apabila seorang guru telah memperoleh sertifikat pendidik. Namun demikian, dalam
pelaksanaan sertifikasi guru perlu adanya pengawasan. Jika tidak dikhawatirkan akan terjadi
praktik–praktik yang tidak seharusnya dilakukan seperti KKN yang dilakukan antara institusi
yang diberi kewenangan untuk melakukan uji sertifikasi dengan para guru yang berkeinginan
sekali untuk lulus dan mendapat sertifikat pendidik.

2
- Tahap Evaluasi
Pada tahap evaluasi, Kemendikbud merencakan proses evaluasi berbasis eksternal
untuk menilai penyelenggaraan intervensi human resource management yang dalam hal ini
prodep. Evaluasi dilakukan untuk menilai progress perubahan dari intervensi yang
diselenggarakan dengan memanfaatkan hasil dari laporan monitoring. Bentuk evaluasi yang
dilakukan adalah evaluasi semesteran atau tahunan dan dilaksanakan secara bertahap yaitu
mulai dari pimpinan di setiap unit kerja sampai pada tingkat evaluasi organisasi. Proses
evaluasi dipimpin langsung oleh pimpinanterhadap seluruh prioritas program yang telah
ditetapkan.
Berkaitan dengan teori pengembangan organisasi, evaluasi terhadap Prodep
tersebut termasuk kategori evaluasi sumatif. Hal ini disebabkan karena proses evaluasi
dilaksanakan pada akhir periode diklat serta melibatkan pihak eksternal dan internal
organisasi. Selain itu, evaluasi dilakukan untuk melihat perubahan sikap para guru yang
telah mengikuti prodep. Namun demikian, pada tulisan ini belum disertai data spesifik yang
menggambarkan hasil evaluasi sumatif yang dilakukan oleh Kemendikbud terhadap
penyelenggaraan Prodep. Hal ini disebabkan karena belum ada publikasi data yang
menggambarkan hasil implementasi prodep di kemendikbud.
- Tahap Adopsi
Tahap perubahan organisasi menurut Lewin (dalam McLean, 2006) dibedakan
menjadi tiga tahap yaitu unfreeze, change, dan refreeze. Tahap adopsi termasuk ke dalam
tahap perubahan organisasi ketiga yaitu refreeze. Tahap adopsi terjadi ketika organisasi
telah melakukan perubahan dan evaluasi hasil perubahan. Kemudian, organisasi
menerapkan kembali langkah intervensi yang digunakan sebelumnya untuk mengatasi
persoalan yang muncul dalam organisasi. Implementasi tahap adopsi memerlukan joint
planning atau perencanana bersama.
Perencanaan bersama disini dimaksudkan untuk terus menjaga program ini dalam
jangka waktu panjang sehingga banyak guru yang bisa diperbaiki kualitasnya dengan begitu
dapat membantu memperbaiki system yang ada di Indnonesia.

2
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN

4.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil pembahasan, dapat diketahui bahwa masalah kualitas tenaga pengajar
merupakan isu strategis yang menjadi perhatian dari Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan (Kemendikbud). Hal ini disebabkan oleh kurangnya perhatian pemerintah yang
menyangkut isu kualitas tenaga pengajar Kemendikbud, integritas dan transparansi birokrat
dalam mengelola pendidikan dan menyelenggarakan pelayanan publik serta dalam
melaksanakan penegakan hukum. Untuk mengatasi hal ini, maka Kemendikbud melalui
menerapkan intervensi berupa program Prodep yang berbentuk performance management.
Bentuk nyata dari intervensi ini adalah pendidikan dan pelatihan (diklat) yang didasarkan
pada tiga nilai utama yakni integritas, etos kerja, dan gotong royong. Tujuan yang ingin
dicapai dengan menerapkan intervensi ini adalah adanya perubahan kualitas dari para
tenaga pengajar di lingkunga Kemendikbud terutama dalam menyelenggarakan pelayanan
publik. Kegiatan diklat ini akan dievaluasi secara sumatif oleh pimpinan dan setiap satu
semester atau satu tahun sekali. Selain itu, diklat dengan tema Prodep ini juga akan
dilanjutkan untuk meningkatkan kualitas SDM di sektor lingkungan hidup dan kehutanan
pada satuan kerja di unit pelaksana teknis di daerah. Pengembangan organisasi yang
dilakukan oleh Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan masih belum bisa dikatakan
sempurna mengingat masih ada segi lain yang harus diteliti guna pengembangan organisasi
yang lebih baik lagi

4.2 Saran

Guru sebagai salah satu elemen pentimg harus terus diperhatikan kualitasnya
mengingat masa depan negara ini bisa diciptakan dengan baik jika penerus nya pun
dipersiapkan dengan sebaik-baiknya pula. Pendidikan merupakan bekal yang baik bagi
remaja pada saat ini sehingga bisa mempersiapkan hidupnya, masyarakat, maupun negara
ke arah yang lebih baik.

Pendidikan sebagai salah satu hal yang paling penting dan mendasar bagi setiap
individu masyarakat sebagai bekal untuk kehidupan yang lebih layak. Dengan pendidikan

2
setiap individu akan memiliki ilmu yang bisa mengantarkan individu kepada hidup yang
berkualitas serta dapat bermanfaat bagi masyarakat. Individu yang berkualitas akan dapat
berguna bagi masyarakat karena dapat mendorong kehidupan masyarakat pada kehidupan
bermasyarakat yang rukun dengan ikut serta membimbing dan mengajarkan dalam proses
pengembangan diri untuk masyarakat

Negara yang akan berjalan kepada pertumbuhan membutuhkan tenaga kerja


berkualitas yang hadir pada masyarakat dengan kualitas yang baik disertai dengan semangat
loyalitas yang tinggi. Negara didorong untuk bisa menyediakan pendidikan yang layak bagi
masyarakat nya guna mewujudkan cita-cita bangsa yang tertulis dalam pembukaan UUD
1945 yaitu ”Mencerdaskan kehidupan bangsa”. Maju atau tidaknya suatu negara dapat
dilihat dari sumber daya manusia yang ada sehingga harus dipersiapkan dengan sebaik-
baiknya guna melanjutkan eksistensi negara. Masyarakat harus disadarkan untuk segera
mengabdikan dirinya pada negaranya, bersatu padu dalam rasa yang sama untuk
menghadapi krisis budaya, kepercayaaan, moral dan lain-lain. Negara harus
menggambarkan image pada masyarakat agar timbul rasa bangga dan keinginan untuk
melindungi serta mempertahankan Negara kita.

Kedepannya diharapkan pemerintah bisa lebih peka terhadap setiap perubahan dan
kebutuhan yang ada di masyarakat.

2
Daftar Pustaka
Annisa Sista Nandasari, Imas Qurhothul Ainiyah. n.d. "ANALISIS PENGEMBANGAN
ORGANISASI PADA KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN (KLHK)."

Safitri, Isma. 2016. Juli 19. Accessed Desember 19, 2019.


https://oioey.wordpress.com/2016/07/19/upaya-pemerintah-dalam-meningkatkan-
kualitas-guru-di-indonesia/.

n.d. e-ppid.kemdikbud.go.id. Accessed Desember 19, 2019. https://e-


ppid.kemdikbud.go.id/index.php?q=tugas-fungsi.

Jilan, Buya. 2018. uinjkt.ac.id. September 1. Accessed Desember 20, 2019.


https://www.uinjkt.ac.id/id/permasalahan-guru-di-indonesia/.

Diputra, Rizka. 2018. news.okezone. Juli 27. Accessed Desember 20, 2019.
https://news.okezone.com/read/2018/07/25/1/1927051/kemdikbud-gelar-
program-peningkatan-kompetensi-guru-di-indonesia-timur.

n.d. lppks.kemdikbud. Accessed Desember 20, 2019.


http://lppks.kemdikbud.go.id/id/kabar/prodep-professional-development-for-
education-personnel.

n.d. cnbcindonesia.com. Accessed Desember 20, 2019.

https://www.cnbcindonesia.com/tech/20191028150308-37-110695/anggaran-35-t-
ini-rencana-kerja-mendikbud-nadiem-makarim

Anda mungkin juga menyukai