Anda di halaman 1dari 31

PENGEMBANGAN ORGANISASI PADA

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN


KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA
Analisis Menggunakan Teori Model Perubahan Kreitner dan Knicki (2010)

Oleh:
Noviliana Astari NPM 170110170022

Ditulis Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah :


PENGEMBANGAN ORGANISASI
Dosen : DR. DEDI SUKARNO, S.IP., M.SI.

UNIVERSITAS PADJADJARAN
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
PROGRAM SARJANA (S1) ADMINISTRASI PUBLIK
JATINANGOR – SUMEDANG 2019
Kata Pengantar

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberi kami kekuatan dan petunjuk untuk
menyelesaikan tugas makalah ini. Tanpa pertolongan-Nya penulis tidak akan bisa
mennyelesaikan makalah ini dengan baik.

Makalah ini disusun berdasarkan tugas dari proses pembelajaran yang telah didapat.
Makalah ini disusun dengan sungguh-sungguh oleh penulis. Makalah ini memuat tentang
“Pengembangan Organisasi Pada Organisasi Publik Kementerian Kebudayaan”.

Penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada Dosen yang telah banyak
memberi materi pada proses pembelajaran di kelas. Semoga makalah ini data dinilai dengan
baik dan dapat dipahami oleh pembaca. Meskipun makalah ini masih mempunyai
kekurangan, penulis bersedia untuk menerima kritik dan saran. Terima kasih.

Jatinangor, 19 Desember 2019.

Penullis

1
DAFTAR ISI

BAB 1..........................................................................................................................................3
1.1 Latar Belakang..................................................................................................................3
1.2 Identifikasi Masalah..........................................................................................................6
1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian.........................................................................................6
1.3.1 Maksud Penelitian.....................................................................................................6
1.3.2 Tujuan Penelitian.......................................................................................................7
1.4 Kegunaan Penelitian.........................................................................................................7
1.4.1 Kegunaan Akademis..................................................................................................7
1.4.2 Kegunaan Praktis.......................................................................................................7
BAB II..........................................................................................................................................8
2.1 Kerangka Teori..................................................................................................................8
2.1.2 Pengertian Organisasi................................................................................................8
2.1.3 Prinsip Organisasi......................................................................................................9
2.1.4 Strategi Pengembangan Organisasi..........................................................................9
2.1.6 Masalah-masalah yang Dapat Dipecahkan Melalui Pengembangan Organisasi...10
2.2 Tinjauan Konseptual.......................................................................................................10
2.2.1 Konsep Pengembangan Organisasi.........................................................................10
2.3 Jenis Penelitian...............................................................................................................12
2.4 Metode Pengumpulan Data...........................................................................................12

BAB III.......................................................................................................................................13
3.1 Visi Misi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan......................................................13
3.2 Sejarah Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia.......................14
3.3 Tata Nilai Budaya Kerja Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia
........................................................................................................................................ 17
3.4 Tugas Pokok dan Fungsi Unita Utama Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
Republik Indonesia...............................................................................................................20

BAB IV......................................................................................................................................27
PENUTUP..................................................................................................................................27
4.1 Kesimpulan.....................................................................................................................27
4.2 Saran...............................................................................................................................28

2
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Perubahan, dalam bentuk pembaruan organisasi dan pengembangan organisasi-


organisasi, terus menerus terjadi dan mempunya pengaruh yang sangat dominan dalam
masyarakat. Seiring dengan semakin ketatnya persaingan antar instansi pun dalam kualitas
pelayanan dan kinerja pegawai sangat diperhatikan. Maka dari itu, dibutuhkannya strategi
yang efektif dan efisien untuk menghadapi situasi yang sedang dihadapi di Indonesia.
Strategi tersebut berkaitan dengan pengembangan sumber daya manusia yang dimiliki oleh
instansi terkait. Price (2011:455) berpendapat bahwa pengembangan sumber daya manusia
merupakan pendekatan strategis untuk melakukan investasi dalam sumber daya manusia 1.
Pengembangan sumber daya manusia berisikan kerangka kerja untuk pengembangan diri,
program pelatihan dan kemajuan karir yang disesuaikan dengan kebutuhan keterampilan
dalam organisasi dimasa yang akan datang. Dibutuhkannya pengembangan sumber daya
manusia tersebut untuk meningkatkan kinerja yang optimal. Sumber daya manusia akan
optimal ketika sebuah organisasi maupun perusahaan mendukung kemajuan dari
kompetensi yang dimilikinya.

Memasuki era global saat ini seluruh negara-negara di seluruh dunia mendapati
masalah yang semakin banyak serta solusi yang harus digunakannya yang bervariasi,
terutama pada dunia kerja saat ini. Persaingan global dalam dunia kerja terutama pada
organisasi-organisasi saat ini harus mampu bersaing dengan memperhatikan sumber daya
manusia yang berkompeten. Keberhasilan suatu perusahaan pada dasarnya juga ditentukan
oleh kualitas unggul dari sumber daya manusia yang terlibat didalamnya. Keterlibatan
tersebut menyangkut peran aktif sumber daya manusia dalam menetapkan rencana, sistem,
proses dan tujuan yang ingin dicapai pada sebuah organisasi maupun perusahaan. Warren
Bennis dalam bukunya yang berjudul Organization Development: Its Nature, Origins and
Prospects, menegaskan bahwa pengembangan organisasi adalah suatu bentuk jawaban
yang mengarah terhadap perubahan, suatu strategi pendidikan yang rumit untuk mengubah

3
kepercayaan, nilai-nilai dan struktur dari suatu organisasi, sehingga suatu organisasi dapat
menyesuaikan diri dengan teknologi, pasar, dan tantangan baru, serta perputaran yang
sangat cepat dari perubahan tersebut. Oleh sebab itu, adanya peningkatan kualitas sumber
daya manusia memiliki keterkaitan erat dengan sistem pengembangan sumber daya
manusia terhadap produktivitas dan pengembangan dari organisasi melalui program
pendidikan dan pelatihan.

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia (disingkat:


Kemendikbud atau Kemdikbud) adalah suatu organisasi kementerian dalam Pemerintah
Indonesia yang menyelenggarakan urusan di bidang pendidikan anak usia dini, pendidikan
dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan masyarakat, serta pengelolaan kebudayaan.
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan berada di bawah dan bertanggung jawab kepada
Presiden. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia pun memiliki sisi
dalam pengembangan organisasi nya sendiri, dinamika yang terjadi hingga saat ini terbentuk
menjadi suatu organisasi pemerintahan yang berpengaruh besar terhadap negara Indonesia.
Pengembangan organisasi itu pun dimula dari sebelum Indonesia merdeka, pendidikan
sudah menjadi hal yang sangat penting bagi di mata pemerintah pada saat itu. Namun pada
saat itu, pendidikan di Indonesia bukanlah dipergunakan untuk mencerdaskan kaum
pribumi, namun untuk kepentingan lain yaitu mencerdaskan para kolonial penjajah.

Kementerian Pengajaran adalah salah satu organisasi kementerian Indonesia yang


bergerak dibidang pendidikan, khususnya organisasi ini dibuat untuk mengembalikan
semangat masyarakat Indonesia untuk tetap maju, mencerdaskan masyarakat Indonesia
agar terus dapat berjuang mengibarkan bendera merah putih. Organisasi kementerian
tersebut pun pada masanya masih sangat sederhana. Menteri Pengajaran yang pertama
dalam sejarah Indonesia yaitu Ki Hadjar Dewantara. Kemudian dalam Kabinet Syahrir I dan
II, Menteri Pengajaran dijabat oleh Mr. Mulia dan Mr. Soewandi. Dalam tugasnya,
terbentuklah suatu kepanitiaan yang bernama “Panitia Penyelidik Pengajaran Republik
Indonesia” mereka memiliki tujuan untuk meletakkan dasar-dasar dan susunan pengajaran
baru yang diketuai oleh Ki Hajar Dewantara.

4
Indonesia terus melakukan pengembangan terhadap pendidikan dari tiap tahun ke
tahun nya. Hal ini menyebabkan terjadinya banyak perubahan yang dialami yang
berpengaruh terhadap pengembangan organisasi itu sendiri. Peristiwa 1998 terjadi
demonstrasi besar yang memaksa Soeharto untuk menurunkan jabatannya. Pada saat itu,
kabinet pertama di era reformasi adalah kabinet hasil Pemilu 1999 yang dipimpin oleh
Abdurrahman Wahid. Departemen Pendidikan Nasional saat itu dibentuk dan dijabati oleh
Dr. Yahya Muhaimin sebagai menteri Pendidikan Nasional. Kemudian dalam pemerintahan
Susilo Bambang Yudhoyono, istilah departemen diganti menjadi kementerian dan di tahun
2012 bidang pendidikan dan kebudayaan disatukan kembali menjadi Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan. Kebijakan pendidikan di era reformasi ini adalah perubahan
IKIP menjadi universitas, reformasi undang-undang pendidikan dengan lahirnya Undang-
Undang Nomor 20 Tahun 2003, Ujian Nasional (UN), sertifikasi guru dan dosen, Bantuan
Operasional Sekolah (BOS), pendidikan karakter, dll.

Dalam upaya pengembangan pendidikan yang telah dijelaskan, sejalan dengan Pasal
31 UUD 45 dan pada UU nomor. 20 tahun 2003, tentang sistem pendidikan nasional. Pasal-
pasal tersebut menjelaskan bahawasannya pendidikan sangat penting untuk masyarakat.
Dalam mewujudkan tujuan pendidikan nasional tersebut, tentunya diperlukan kerjasama
antar komponen yang terlibat dalam pendidikan, karena diantaranya ada saling keterkaitan
dan hubungan antar komponen. Sehingga penulis rasa diperlukan adanya penyuluhan -
penyuluhan tentang tujuan pendidikan nasional tersebut ke seluruh lapisan masyarakat,
agar tujuan pendidikan nasional ini dapat terwujud. Maka dari itu, Kementerian Pendidikan
dan Kebudayaan menyusun strategi dan merancang sistem pendidikan yang baik untuk
masyarakat dan hal tersebut dapat dilihat dari pengembangan organisasi nya.

Pengembangan organisasi yang baik yaitu diisi dengan para aktor yang kuat,
memegang teguh, komitmen, dan menyepakati secara luas dalam organisasi terhadap nilai-
nilai yang ada. Di Indonesia sendiri, salah satu tantangan besar organisasi publik adalah
bekerja secara efektif dan efisien karena realita saat ini instansi pemerintah dilihat memiliki
kinerja yang lambat, rumit, dan berbelit-belit, hal itu sangat berpengaruh terhadap
pengembangan organisasi di dalamnya sehingga kecil kemungkinan untuk mewujudkan
prinsip good governance. Good governance di Indonesia merupakan salah satu syarat untuk
setiap pemerintahan demi terwujudnya asporasi-aspirasi masyarakat. Hal itu jika dapat

5
dilaksanakan akan memberi pengaruh baik kepada masyarakat. Serta masyarakat dapat
melihat bahwa pengembangan organisasi instansi tersebut berjalan dengan baik.

Upaya pengembangan organisasi yang dilakukan oleh Kementerian Pendidikan dan


Kebudayaan saat ini menimbang perlunya penetapan organisasi dan tata kerja Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan. Dalam mewujudkan kinerja yang baik, Kementerian Pendidikan
dan Kebudayaan memiliki kedudukan, tugas, fungsi, dan susunan organisasi. Maka dari ituu,
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia perlu memperhatikan kinerja
para pegawainya sesuai dengan aspek-aspek yang sudah ditentukan.

1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah penulis sampaikan, penulis mengidentifikasi masalah
dalam penelitian ini yaitu, “Bagaimana pengembangan organisasi di Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia?”

1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian

1.3.1 Maksud Penelitian

Adapun maksud dari makalah ini adalah untuk mengetahui bagaimana


Pengembangan Organisasi Pada Kementerian Pendidikan Dan Kebudayaan Republik
Indonesia dengan menggunakan dimensi kapasitas organisasi. Penelitian ini merupakan
salah satu tugas mata kuliah Pengembangan Organisasi pada Program Studi
Administrasi Publik Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Padjadjaran.

6
1.3.2 Tujuan Penelitian

Berdasarkan identifikasi masalah yang telah dipaparkan, sehingga mendorong tujuan


dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui kondisi Pengembangan Organisasi
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.

1.4 Kegunaan Penelitian

1.4.1 Kegunaan Akademis

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi pengembangan Ilmu
Administrasi Publik dan pemecahan masalah yang berkaitan dengan Ilmu Administrasi
Publik khususnya megenai objek yang berkaitan dengan pengembangan organisasi di suatu
organisasi pemerintahan.

1.4.2 Kegunaan Praktis

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan pandangan untuk pemikiran dan
informasi, serta sebagai bahan pertimbangan perbaikan secara lebih lanjut kepada para
stakeholder yang berkaitan dengan objek dalam penelitian ini.

7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Dalam bab ini penulis akan menjelaskan mengenai literatur ilmiah yang dijadikan
tinjauan pustaka oleh penulis. Kemudian akan penulis jelaskan mengenai kerangka teori
hubungan antara Pengembangan Organisasi dengan Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan sebagai organisasi pemerintahan di Indonesia.

2.1 Kerangka Teori

2.1.2 Pengertian Organisasi

Dalam perkembangannya organisasi menjadi bahasan penting dalam aspek


kehidupan karena organisasi dinilai telah terlibat kedalam kehidupan manusia yang meliputi
organisasi public maupun organisasi swasta. Organisasi adalah kumpulan dua orang atau
lebih yang bekerja sama dalam cara yang terstruktur untuk mencapai sasaran spesifik atau
sejumlah sasaran untuk mencapai tujuan bersama (Stoner, 1996) Dalam definisi tersebut
terdapat kata kunci yakni struktur, hal tersebutlah yang membedakan antara organisasi
dengan orang- orang yang hanya berkumpul.

Sejalan dengan hal tersebut Stephen P. Robbins mendefinisikan lebih mendalam


perihal orang-orang yang berkumpul membentuk organisasi dengan orang- orang yang
hanya berkumpul. Robbins menyebutkan bahwa organisasi adalah kesatuan (entity) social
yang dikoordinasikan secara sadar, dengan sebuah batasan yang relative dapat
diidentifikasi, yang bekerja atas dasar yang relative terus menerus untuk mencapai suatu
tujuan bersama atau sekelompok tujuan (Robbins, 1994). Dalam penjelasan Robbins,
ditemukan beberapa aspek yang menjadi kunci penting pada konsep organisasi yaitu
koordinasi, sebuah batasan, dan pekerjaan yang berkelanjutan.

8
Melihat konsep yang telah dijelaskan melalui pandangan beberapa ahli, maka dapat
disimpulkan mengenai konsep organisasi. Organisasi merupakan sekumpulan orang yang
terstruktur kemudian saling berinteraksi dan berkoordinasi dalam memaksimalkan sumber
daya dengan batasan-batasan tertentu yang dikerjakan secara berkelanjutan guna mencapai
suatu tujuan atau sasaran bersama yang telah ditentukan.

2.1.3 Prinsip Organisasi

Menurut Henry Fayol adapun prinsip-prinsip organisasi yang mendorong tercapainya


sasaran organisasi yang efektif dan efisien adalah;

1. Pembagian Kerja
2. Keseimbangan Wewenang dan Tanggung Jawab
3. Disiplin
4. Kesatuan Komando
5. Kesatuan Arah
6. Mengutamakan Kepentingan Organisasi Diatas Kepentingan Individu
7. Kompensasi Yang Adil
8. Sentralisasi
9. Rantai Skalar
10. Tata Tertib
11. Keadilan
12. Stabilitas Kondisi Karyawan
13. Inisiatif
14. Semangat Kesatuan

2.1.4 Strategi Pengembangan Organisasi

Strategi dalam pengembangan organisasi ditujukan untuk memecahkan masalah


yang ada pada organisasi atau pada perubahan-perubahan yang dijalan. Strategi-stragegi
organisasi salah satunya yang diungkap oleh (A., 2006)Latihan Kepekaan

9
1. Kisi Pengembangan Organisasi
2. Survei Umpan Balik
3. Konsultasi Proses
4. Pembentukan Tim
5. Transcantional Analysis (TA)
6. Intergroup Activities
7. Third-Party Peacemaking

2.1.6 Masalah-masalah yang Dapat Dipecahkan Melalui Pengembangan Organisasi

Dalam suatu organisasi pasti terdapat masalah-masalah yang dihadapi, masalah


tersebut perlu adanya pemecahan masalah agar tetap terjalinnya pengembangan
organisasi. Masalah tersebut dapat diidentifikasikan antara lain;

1. Pertentangan tujuan dalam suatu orgainsasi


2. Komunikasi yang tidak bai kantar individu dalam organisasi
3. Pertentangan yang didiamkan
4. Kerjasama yang kurang baik antar bagian dalam organisasi
5. Persaingan yang bersifat merusak
6. Pengambilan keputusan yang salah karena kurangnya sumber informasi
7. Tanggapan yang lambat terhadap suatu perubahan yang dijalani
8. Kurangnya motivasi terhadap pegawa

2.2 Tinjauan Konseptual

2.2.1 Konsep Pengembangan Organisasi

Pengembangan Organisasi menurut Wendell French merupakan suatu upaya


panjang yang dilakukan dengan bantuan konsultan yang memiliki keahlian dalam ilmu
perilaku organisasi (organizational behavioral science) baik dari pihak luar atau dari dalam
organisasi, yang sering dikenal sebagai agen perubahan, dengan tujuan untuk
meningkatkan

10
kemampuan organisasi dalam memecahkan masalah dan menanggapi pengaruh lingkungan
eksternal (Cummings & Worley, 2005) .Namun secara umum, pengertian pengembangan
dan perubahan organisasi dilihat dari prosesnya dapat diartikan sebagai: suatu perubahan
yang direncanakan (planned change) yang sengaja dilakukan untuk mencapai efektivitas
suatu organisasi. Terjadinya perubahan teori dan praktek pengembangan dan perubahan
organisasi dari masa ke masa dipengaruhi oleh adanya berbagai latar belakang yang
berbeda-beda awalnya dimulai pada tahun 1946 dengan menggunakan proses pelatihan
yang bersifat laboratorium yang sering dikenal dengan T-group sebagai suatu kelompok
informal yang bertujuan untuk saling belajar tentang kepemimpinan, dinamika kelompok
dan sebagainya. Kemudian pada masa selanjutnya konsep dibangun atas dasar penelitian
dan survei yang dipelopori oleh Kurt Lewin (Cumming & Worley, 2005) sebagai pengembang
model pertama dalam konsep perubahan organisasi. Pada era selanjutnya beberapa
pendekatan yang bersifat normatif serta aspek produktifitas dan kualitas hidup kerja (quality
of work life) juga diperkenalkan dalam proses pengembangan konsep. Namun seiring
dengan perkembangan dan perubahan akibat arus globalisasi maka pada akhir abad ini
umumnya pengembangan konsep dipengaruhi oleh adanya faktor perubahan yang bersifat
strategis. Pengembangan konsep ini memberikan perspektif baru dalam praktek
pengembangan organisasi yang prosesnya sangat menitikberatkan pada sejauhmana
organisasi tersebut dengan cepat menanggapi pengaruh lingkungan luar baik dari aspek
ekonomi, sosial, politik, dan teknologi yang semakin rumit dan kompleks.

Selain itu, Felix A. Nigro dan Lloyd G. Nigro dalam buku Modern Public Administration
, yang mengemukakan bahwa pengembangan organisasi merupakan suatu pendekatan yang
didasarkan atas ilmu sosial terhadap analisis masalah-masalah organisasi dan pengefektifan
perubahan yang diarahkan dengan menggunakan konsultan-konsultan yang terlatih atau
ahli- ahli dalam perusahaan.

11
2.3 Jenis Penelitian

Penelitian ini termasuk jenis penelitian studi literatur dengan mencari referensi teori
yang relefan dengan permasalahan perihal pengembangan organisasi yang melihat dari
aspek kinerja pegawai pada Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Referensi teori yang
diperoleh dengan jalan penelitian studi literatur dijadikan sebagai fondasi dasar dan alat
utama dalam penyusunan makalah penelitian.

2.4 Metode Pengumpulan Data

Jenis data yang digunakan penulis dalam penelitian ini adalah data sekunder yaitu
data yang diperoleh dari jurnal, website, dan dokumentasi, yang membahas mengenai
pengembangan organisasi, serta buku yang juga bertemakan tentang pengembangan
sumber daya manusia berbasis komptensi, Organization development (OD), dan juga Human
Resources (HR). Studi literatur adalah cara yang dipakai untuk menghimpun data-data atau
sumber-sumber yang berhubungan dengan topik yang diangkat dalam suatu penelitian.
Studi literatur bisa didapat dari berbagai sumber, jurnal, buku dokumentasi, internet dan
pustaka.

12
BAB III
PEMBAHASAN

Pada BAB ini, penulis menjelaskan secara rinci pengembangan organisasi pada
Kemnterian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia secara rinci dari pertama kali
instansi ini dibentuk sampai saat ini pengaruhnya kepada masyarakat Indonesia.

3.1 Visi Misi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan

Visi :

“Terbentuknya Insan serta Ekosistem Pendidikan dan Kebudayaan yang Berkarakter dengan
Berlandaskan Gotong Royong”

Misi :

1. Mewujudkan Pelaku Pendidikan dan Kebudayaan yang Kuat


2. Mewujudkan Akses yang Meluas, Merata, dan Berkeadilan
3. Mewujudkan Pembelajaran yang Bermutu
4. Mewujudkan Pelestarian dan Pemajuan Kebudayaan, serta Pengembangan Bahasa
5. Mewujudkan Penguatan Tata Kelola serta Peningkatan Efektivitas Birokrasi dan
Pelibatan Publik

Tujuan Strategis :

1. Penguatan Peran Siswa, Guru, Tenaga Kependidikan, Orang tua, dan Aparatur Institusi
Pendidikan dalam Ekosistem Pendidikan
2. Pemberdayaan Pelaku Budaya dalam Melestarikan dan Memajukan Kebudayaan
3. Peningkatan Akses Pendidikan Anak Usia Dini, Pendidikan Dasar, Pendidikan Menengah,
Pendidikan Masyarakat, dan Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus

13
4. Peningkatan Mutu dan Relevansi Pembelajaran yang Berorientasi pada Pembentukan
Karakter
5. Peningkatan Jati Diri Bangsa melalui Pelestarian Bahasa sebagai Pengantar Pendidikan
6. Peningkatan Sistem Tata Kelola yang Transparan dan Akuntabel dengan Melibatkan
Publik

3.2 Sejarah Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia

Awal Kemerdekaan (1945-1950)

Pada prakemerdekaan pendidikan bukan untuk mencerdaskan kaum pribumi,


melainkan lebih pada kepentingan kolonial penjajah. Pada bagian ini, semangat
menggeloraan ke-Indonesia-an begitu kental sebagai bagian dari membangun identitas diri
sebagai bangsa merdeka. Karena itu tidaklah berlebihan jika instruksi menteri saat itu pun
berkait dengan upaya memompa semangat perjuangan dengan mewajibkan bagi sekolah
untuk mengibarkan sang merah putih setiap hari di halaman sekolah, menyanyikan lagu
Indonesia Raya, hingga menghapuskan nyanyian Jepang Kimigayo. Organisasi kementerian
yang saat itu masih bernama Kementerian Pengajaran pun masih sangat sederhana. Tapi
kesadaran untuk menyiapkan kurikulum sudah dilakukan.

Menteri Pengajaran yang pertama dalam sejarah Republik Indonesia adalah Ki


Hadjar Dewantara. Pada Kabinet Syahrir I, Menteri Pengajaran dipercayakan kepada Mr.
Mulia. Mr. Mulia melakukan berbagai langkah seperti meneruskan kebijakan menteri
sebelumnya di bidang kurikulum berwawasan kebangsaan, memperbaiki sarana dan
prasarana pendidikan, serta menambah jumlah pengajar. Pada Kabinet Syahrir II, Menteri
Pengajaran dijabat Muhammad Sjafei sampai tanggal 2 Oktober 1946. Selanjutnya Menteri
Pengajaran dipercayakan kepada Mr. Soewandi hingga 27 Juni 1947. Pada era
kepemimpinan Mr. Soewandi ini terbentuk Panitia Penyelidik Pengajaran Republik Indonesia
yang diketuai Ki Hadjar Dewantara. Panitia ini bertujuan meletakkan dasar-dasar dan
susunan pengajaran baru.

14
Era Demokrasi Liberal (1951-1959)

Dapat dikatakan pada masa ini stabilitas politik menjadi sesuatu yang langka,
demikian halnya dengan program yang bisa dijadikan tonggak, tidak bisa dideskripsikan
dengan baik. Selama masa demokrasi liberal, sekitar sembilan tahun, telah terjadi tujuh kali
pergantian kabinet. Kabinet Natsir yang terbentuk tanggal 6 September 1950, menunjuk Dr.
Bahder Johan sebagai Menteri Pengajaran Pendidikan dan Kebudayaan (PP dan K). Mulai
bulan April 1951 Kabinet Natsir digantikan Kabinet Sukiman yang menunjuk Mr.
Wongsonegoro sebagai Menteri PP dan K. Selanjutnya Dr. Bahder Johan menjabat Menteri
PP dan K sekali lagi, kemudian digantikan Mr. Mohammad Yamin, RM. Soewandi, Ki Sarino
Mangunpranoto, dan Prof. Dr. Prijono. Pada periode ini, kebijakan pendidikan merupakan
kelanjutan kebijakan menteri periode sebelumnya. Yang menonjol pada era ini adalah
lahirnya payung hukum legal formal di bidang pendidikan yaitu UU Pokok Pendidikan Nomor
4 Tahun 1950.

Era Demokrasi Terpimpin (1959-1966)

Dekrit Presiden 5 Juli 1959 mengakhiri era demokrasi parlementer, digantikan era
demokrasi terpimpin. Di era demokrasi terpimpin banyak ujian yang menimpa bangsa
Indonesia. Konfrontasi dengan Belanda dalam masalah Irian Barat, sampai peristiwa
G30S/PKI menjadi ujian berat bagi bangsa Indonesia. Dalam Kabinet Kerja I, 10 Juli 1959 – 18
Februari 1960, status kementerian diubah menjadi menteri muda. Kementerian yang
mengurusi pendidikan dibagi menjadi tiga menteri muda. Menteri Muda Bidang Sosial
Kulturil dipegang Dr. Prijono, Menteri Muda PP dan K dipegang Sudibjo, dan Menteri Muda
Urusan Pengerahan Tenaga Rakyat dipegang Sujono.

Era Orde Baru (1966-1998)

Setelah Pemberontakan G30S/PKI berhasil dipadamkan, terjadilah peralihan dari


demokrasi terpimpin ke demokrasi Pancasila. Era tersebut dikenal dengan nama Orde Baru
yang dipimpin Presiden Soeharto. Kebijakan di bidang pendidikan di era Orde Baru cukup
banyak dan beragam mengingat orde ini memegang kekuasaan cukup lama yaitu 32 tahun.

15
Kebijakan-kebijakan tersebut antara lain kewajiban penataran P4 bagi peserta didik,
normalisasi kehidupan kampus, bina siswa melalui OSIS, ejaan Bahasa Indonesia yang
disempurnakan atau EYD, kuliah kerja nyata (KKN) bagi mahasiswa, merintis sekolah
pembangunan, dan lain-lain. Pada era ini tepatnya tahun 1978 tahun ajaran baru digeser ke
bulan Juni. Pembangunan infrastruktur pendidikan juga berkembang pesat pada era Orde
Baru tersebut. Menteri pendidikan dan kebudayaan di era Orde Baru antara lain Dr. Daud
Joesoef, Prof. Dr. Nugroho Notosusanto, Prof. Dr. Faud Hassan, Prof. Dr. Ing. Wardiman
Djojonegoro, dan Prof. Dr. Wiranto Aris Munandar.

Era Reformasi (1998-2011)

Setelah berjaya memenangkan enam kali Pemilu, Orde Baru pada akhirnya sampai
pada akhir perjalanannya. Pada tahun 1998 Indonesia diterpa krisis politik dan ekonomi.
Demonstrasi besar-besaran di tahun tersebut berhasil memaksa Presiden Soeharto
meletakkan jabatannya. Kabinet pertama di era reformasi adalah kabinet hasil Pemilu 1999
yang dipimpin Presiden Abdurrahman Wahid. Pada masa ini Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan diubah menjadi Departemen Pendidikan Nasional dengan menunjuk Dr. Yahya
Muhaimin sebagai Menteri Pendidikan Nasional. Pada tahun 2001 MPR menurunkan
Presiden Abdurrahman Wahid dalam sidang istimewa MPR dan mengangkat Megawati
Soekarnoputri sebagai presiden.

Di era pemerintahan Presiden Megawati, Mendiknas dijabat Prof. Drs. A. Malik


Fadjar, M.Sc. Pemilihan Umum 2004 dan 2009 rakyat Indonesia memilih presiden secara
langsung. Pada dua pemilu tersebut Susilo Bambang Yudhoyono berhasil terpilih menjadi
presiden. Selama kepemimpinan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, Mendiknas dijabat
Prof. Dr. Bambang Sudibyo, MBA. Dan Prof. Dr. Ir. Mohammad Nuh. Pada tahun 2011 istilah
departemen diganti menjadi kementerian dan pada tahun 2012 bidang pendidikan dan
kebudayaan disatukan kembali menjadi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
Kebijakan pendidikan di era reformasi antara lain perubahan IKIP menjadi universitas,
reformasi undang-undang pendidikan dengan lahirnya Undang-Undang Nomor 20 Tahun
2003, Ujian

16
Nasional (UN), sertifikasi guru dan dosen, Bantuan Operasional Sekolah (BOS), pendidikan
karakter, dan lain-lain.

3.3 Tata Nilai Budaya Kerja Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia

Dalam melaksanakan suatu organisasi pemerintahan, Kementerian Pendidikan dan


Kebudayaan Republik Indonesia memiliki tata nilai budaya kerja untuk tercapainya suatu
organisasi yang memiliki integritas yang baik, efisien dan efektif dalam pelaksanaan tugas
dan fungsinya, serta menjunjung tinggi bangsa Indonesia. Berdasarkan yang disampaikan
oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan lewat situs resminya, ada 7 pokok poin yang
disampaikan, yaitu:

1. Memiliki Integritas

Keselarasan antara pikiran, perkataan, dan perbuatan. Indikator positifnya


yaitu Konsisten dan teguh dalam menjungjung tinggi nilai-nilai kebenaran; Jujur
dalam segala tindakan; Menghindari benturan kepentingan; Berpikir positif, arif, dan
bijaksana dalam melaksanakan tugas dan fungsi; mematuhi peraturan perundang-
undangan yang berlaku; Sedangkan Indikator perilaku negatif yang harus dihindari
adalah Melakukan tindakan korupsi, kolusi, dan nepotisme (KKN); melanggar sumpah
dan janji pegawai/jabatan; melakukan perbuatan rekayasa atau manipulasi;
menerima pemberian (gratifikasi) daam bentuk apapun di luar ketentuan.

Contoh Perilaku Positif: Berani menyampaikan pendapat bila terjadi hal yang
menyimpang; melakukan perjalanan dinas/workshop sesuai dengan durasi
kebutuhan organisasi; melaksanakan pengadaan barang dan jasa sesuai ketentuan
yang berlaku; masuk kerja dengan tepat waktu; memakai seragam sesuai ketentuan.
Contoh Perilaku negatif; Membuat laporan pengeluaran fiktif; mengajak keluarga
dengan menggunakan biaya perjalanan dinas; mengutip biaya di luar tarif yang
berlaku; menerima hadiah dari vendor/hotel/masyarakat.

17
2. Kreatif dan Inovatif

Memiliki daya cipta; memiliki kemampuan untuk menciptakan hal baru yang
berbeda dari yang sudah ada atau yang sudah dikenal sebelumnya. Indikator
positifnya yaitu memiliki pola pikir, cara pandang dan pendekatan yang variatif
terhadap setiap permasalahan, serta mampu menghasilkan karya baru; selalu
melakukan penyempurnaan dan perbaikan berkala dan berkelanjuran; bersikap
terbuka dalam menerima ide-ide baru yang konstruktif; berani mengambil terobosan
dan solusi dalam memecahkan masalah; memanfaatkan teknologi informasi dan
komunikasi dalam bekerja secara efektif dan efisien .

Adapun Indikator negatifnya yaitu merasa cepat puas dengan hasil yang
dicapai; bersikap tertutup terhadap ide-ide pengembangan; dan monoton Contoh
Prilaku Positifnya yaitu Membuat SOP yang dapat mempercepat proses kerja;
membuat notulensi rapat secara langsung dengan laptop; mendengarkan pendpat
peserta rapat secara bijak; mendistribusikan surat secara paperless; menggunakan
sosial media dalam melayani dan berkomunikasi baik dengan masyarakat maupun
kalangan internal.

3. Inisiatif

Kemampuan seseorang untuk bertindak melebihi yang dibutuhkan atau yang


dituntut dari pekerjaan. Adapun indikator positifnya yaitu Responsif melayani
kebutuhan stakeholder; bersikap proaktif terhadap kebutuhan organisasi; memilik
dorongan untuk mengidentifikasi masalah atau peluang dan mampu mengambil
tindakan nyata untuk menyelesaikan masalah; Adapun indikator negatifnya yaitu
Hanya mengerjakan tugas yang diminta oleh atasan; mencari suara terbanyak,
berlindung dari kegagalan, beragumentasi bahwa apa yang ada lakukan telah
disetujui oleh semua anggota team.

18
4. Pembelajar

Selalu berusaha untuk mengembangkan kompetensi profesionalisme.


Adapun indikator positifnya yaitu Berkeinginan dan berusaha untuk selalu
menambah dan memperluas wawasan, pengetahuan dan pengalaman; mengambil
hikmah dan menjadikan pelajaran atas setiap kesalahan; berbagi
pengetahuan/pengalaman dengan rekan kerja. Adapun indikator negatifnya yaitu
tidak memanfaatkan waktu dengan baik; enggan mempelajari hal yang baru; malas
bekerja/bertanya/berdikusi. Contoh prilaku positifnya yaitu Mengikuti
seminar/pelatihan/workshop dengan antusias; melakkan introspeksi terhadap diri
sendiri; membuat resume pelatihan dan mengirimkan kepada rekan kerja; berdikusi
baik formal/informal terkait program kerja. Contoh prilaku negatifnya yaitu Malas
membaca buku; tidak mengikuti pelatihan secara penuh; Malas menghadiri
undangan sosialisasi program kerja dari K/L lain.

5. Menjunjung Meritokrasi

Menjungjung tinggi keadilan dalam pemberian penghargaan bagi karyawan


yang kompeten. Adapun indikator positifnya yaitu Berkompetisi secara profesional;
memberikan kesempatan yang setara dalam mengembangkan kompetensi pegawai;
memberikan penghargaan dan hukuman secara proporsional sesuai kinerja; tidak
sewenang-wenang; tidak mementingkan diri sendiri. Adapun indikator negatifnya
yaitu menduduki jabatan yang tidak sesuai dengan kompetensinya; mendapatkan
promosi hanya karena kedekatan/primordialisme.

Contoh Perilaku positifnya yaitu Mendorong rekan kerja mengikuti seleksi


terbuka; memberikan penlaian SKP secara obyektif; memberikan peluang kepada
pegawai untuk mengembangkan kompetensi; menghindari diskriminasi terhadap
perbedaan etnis, ras, agama dan usia; menutup informasi untuk pengembangan karir
pegawai lain Contoh prilaku negatifnya adalah melakukan praktik nepotisme dalam
melantik pegawai; melakukan seleksi pegawai tidak berdasar pada kompetensi.

19
6. Terlibat Aktif

Senantiasa berpartisipasi dalam setiap kegiatan. Indikator positifnya yaitu


terlibat langsung dalam setiap kegiatan untuk mendukung visi dan misi Kementerian;
memberikan dukungan kepada rekan kerja. Adapun Indikator negatifnya yaitu Tidak
peduli dengan aktifitas lingkungan sekitar (apatis) dan bersifat pasif, menunggu
perintah. Contoh perilaku positifnya yaitu mengikuti peringatan upacara hari besar
nasional; mengikuti upacara bendera; bersosialisasi dengan masyarakat untuk
menciptakan public trust; sebagai atasan, memberikan teladan bagi bawahannya;
sebagai bawahan, loyal dan disiplin terhadap setiap tugas yang diberikan. Adapun
Indikator negatifnya yaitu Malas untuk mematikan AC, kmputer dan perangkat
elektronik lainnya yang tidak digunakan; Mengisi form aktifitas harisn setelah
diminta.

7. Tanpa Pamrih

Bekerja dengan tulus ikhlas dan penuh dedikasi. Indikator positifnya yaitu
Penuh komitmen dalam melaksanakan pekerjaan; rela membantu pekerjaan rekan
kerja lainnya; menunjukkan sikap 4S (Senyum, sapa, sopan dan santun). Adapun
indikator negatifnya yaitu melakukan pekerjaan dengan terpaksa; berburuk sangka
terhadap rekan kerja. Contoh prilaku positifnya yaitu; Bekerja sesuai dengan SKP
yang direncanakan; mengantar tamu yang berkunjung ke kantor dengan hati yang
ikhlas; saling menghormati antar sesama pegawai. Adapun contoh sikap negatifnya
yaitu menyelesaikan pekerjaan tanpa cek dan ricek; sulit menjalin kerjasama dengan
rekan kerja dalam mencari solusi terbaik.

3.4 Tugas Pokok dan Fungsi Unita Utama Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
Republik Indonesia

Unit Utama di lingkungan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud)


diatur dalam Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 11 Tahun 2015 tentang

20
Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Berikut adalah tugas dan
fungsi unit-unit utama di lingkungan Kemendikbud:

1. Sekretariat Jenderal

Sekretariat Jenderal mempunyai tugas menyelenggarakan koordinasi pelaksanaan


tugas, pembinaan, dan pemberian dukungan administrasi kepada seluruh unit organisasi
di Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Sekretariat Jenderal menyelenggarakan
fungsi:

a. Koordinasi kegiatan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan;


b. Koordinasi dan penyusunan rencana, program, dan anggaran Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan;
c. Pembinaan dan pemberian dukungan administrasi yang meliputi
ketatausahaan, kepegawaian, keuangan, kerumahtanggaan, kerja sama,
hubungan masyarakat, arsip, dan dokumentasi Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan;
d. Pembinaan dan penataan organisasi dan tata laksana;
e. Koordinasi dan penyusunan peraturan perundang-undangan serta
pelaksanaan advokasi hukum;
f. Penyelenggaraan pengelolaan barang milik/kekayaan negara dan layanan
pengadaan barang/jasa; dan
g. Pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh Menteri.

2. Inspektorat Jenderal

Inspektorat Jenderal mempunyai tugas menyelenggarakan pengawasan internal di


lingkungan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Inspektorat Jenderal Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan menyelenggarakan fungsi:

21
a. Penyusunan kebijakan teknis pengawasan intern di lingkungan Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan;
b. Pelaksanaan pengawasan intern di lingkungan Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan terhadap kinerja dan keuangan melalui audit, reviu, evaluasi,
pemantauan, dan kegiatan pengawasan lainnya;
c. Pelaksanaan pengawasan untuk tujuan tertentu atas penugasan Menteri;
d. Penyusunan laporan hasil pengawasan di lingkungan Kementerian Pendidikan
dan Kebudayaan;
e. Pelaksanaan administrasi Inspektorat Jenderal; dan
f. Pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh Menteri.

3. Direktorat Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini dan Pnendidikan Masyarakat

Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini dan Pendidikan Masyarakat mempunyai tugas
menyelenggarakan perumusan dan pelaksanaan kebijakan di bidang pendidikan anak
usia dini dan pendidikan masyarakat. Direktorat Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini dan
Pendidikan Masyarakat menyelenggarakan fungsi:

a. Perumusan kebijakan di bidang kurikulum, peserta didik, sarana dan prasarana,


pendanaan, dan tata kelola pendidikan anak usia dini dan pendidikan
masyarakat;
b. Pelaksanaan kebijakan di bidang peningkatan kualitas pendidikan karakter
peserta didik, fasilitasi sumber daya, pemberian izin dan kerja sama
penyelenggaraan satuan dan/atau program yang diselenggarakan perwakilan
negara asing atau lembaga asing, dan penjaminan mutu pendidikan anak usia
dini dan pendidikan masyarakat;
c. Penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria di bidang kurikulum, peserta
didik, sarana dan prasarana, pendanaan, dan tata kelola pendidikan anak usia
dini dan pendidikan masyarakat;
d. Pemberian bimbingan teknis dan supervisi di bidang pendidikan anak usia dini
dan pendidikan masyarakat;
e. Pelaksanaan evaluasi dan pelaporan di bidang pendidikan anak usia dini dan
pendidikan masyarakat;
22
f. Pelaksanaan administrasi Direktorat Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini dan
Pendidikan Masyarakat; dan
g. Pelaksanaan fungsi lain yang diberikan Menteri.

4. Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah

Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah mempunyai tugas


menyelenggarakan perumusan dan pelaksanaan kebijakan di bidang pendidikan dasar
dan menengah. Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah menyelenggarakan
fungsi:

a. Perumusan kebijakan di bidang kurikulum, peserta didik, sarana dan prasarana,


pendanaan, dan tata kelola pendidikan dasar dan menengah;
b. Pelaksanaan kebijakan di bidang peningkatan kualitas pendidikan karakter
peserta didik, fasilitasi sumberdaya, pemberian izin dan kerja sama
penyelenggaraan satuan pendidikan yang diselenggarakan perwakilan negara
asing atau lembaga asing, penyelenggaraan pendidikan di daerah khusus dan
daerah tertinggal (pendidikan layanan khusus), dan penjaminan mutu pendidikan
dasar dan menengah;
c. Fasilitasi pembangunan teaching factory dan technopark di lingkungan Sekolah
Menengah Kejuruan;
d. Penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria di bidang pendidikan dasar
dan menengah;
e. Pemberian bimbingan teknis dan supervisi di bidang pendidikan dasar dan
menengah;
f. Pelaksanaan evaluasi dan pelaporan di bidang pendidikan dasar dan menengah;
g. Pelaksanaan administrasi Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah;
dan
h. Pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh Menteri.

23
5. Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan

Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan mempunyai tugas


menyelenggarakan perumusan dan pelaksanaan kebijakan di bidang pembinaan guru,
pendidik lainnya, dan tenaga kependidikan. Direktorat Jenderal Pendidikan Anak Usia
Dini, Nonformal, dan Informal menyelenggarakan fungsi:
a. Perumusan kebijakan di bidang pembinaan guru, pendidik lainnya, dan tenaga
kependidikan;
b. Pelaksanaan kebijakan di bidang penyusunan rencana kebutuhan dan
pengendalian formasi, pengembangan karir, peningkatan kualifikasi dan
kompetensi, pemindahan, dan peningkatan kesejahteraan guru dan pendidik
lainnya;
c. Pelaksanaan kebijakan di bidang penyusunan rencana kebutuhan, peningkatan
kualifikasi dan kompetensi, pemindahan lintas daerah provinsi, dan peningkatan
kesejahteraan tenaga kependidikan;
d. Penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria di bidang pembinaan guru,
pendidik lainnya, dan tenaga kependidikan;
e. Pemberian bimbingan teknis dan supervisi di bidang pembinaan guru, pendidik
lainnya, dan tenaga kependidikan;
f. Pelaksanaan evaluasi dan pelaporan di bidang pembinaan guru, pendidik lainnya,
dan tenaga kependidikan;
g. Pelaksanaan administrasi Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan; dan
h. Pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh Menteri.

6. Direktorat Jenderal Kebudayaan

Direktorat Jenderal Kebudayaan mempunyai tugas menyelenggarakan perumusan


dan pelaksanaan kebijakan di bidang kebudayaan, perfilman, kesenian, tradisi, sejarah,
cagar budaya, permuseuman, warisan budaya, dan kebudayaan lainnya. Direktorat
Jenderal Kebudayaan menyelenggarakan fungsi:

24
a. Perumusan kebijakan di bidang kebudayaan, perfilman, kesenian, tradisi, sejarah,
cagar budaya, permuseuman, warisan budaya, dan kebudayaan lainnya;
b. Pelaksanaan kebijakan di bidang pembinaan dan pelestarian kesenian, sejarah,
dan tradisi;
c. Pelaksanaan kebijakan di bidang peningkatan pemahaman nilai-nilai kesejarahan
dan wawasan kebangsaan;
d. Pelaksanaan kebijakan di bidang pembinaan lembaga kepercayaan terhadap
Tuhan Yang Maha Esa, pengelolaan cagar budaya, warisan budaya nasional dan
dunia, dan museum nasional, pembinaan dan perizinan perfilman nasional,
promosi, diplomasi, dan pertukaran budaya antar daerah dan antar negara, serta
pembinaan dan pengembangan tenaga kebudayaan;
e. Penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria di bidang kebudayaan,
perfilman, kesenian, tradisi, sejarah, cagar budaya, permuseuman, warisan
budaya, dan kebudayaan lainnya;
f. Pemberian bimbingan teknis dan supervisi di bidang kebudayaan, perfilman,
kesenian, tradisi, sejarah, cagar budaya, permuseuman, warisan budaya, dan
kebudayaan lainnya;
g. Pelaksanaan evaluasi dan pelaporan di bidang kebudayaan, perfilman, kesenian,
tradisi, sejarah, cagar budaya, permuseuman, warisan budaya, dan kebudayaan
lainnya;
h. Pelaksanaan administrasi Direktorat Jenderal Kebudayaan; dan
i. Pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh Menteri.

7. Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa

Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa mempunyai tugas melaksanakan


pengembangan, pembinaan, dan pelindungan di bidang bahasa dan sastra. Badan
Pengembangan dan Pembinaan Bahasa menyelenggarakan fungsi:

a. Penyusunan kebijakan teknis, rencana, program, dan anggaran pengembangan,


pembinaan, dan pelindungan bahasa dan sastra;
b. Pelaksanaan pengembangan, pembinaan, dan pelindungan bahasa dan sastra;

25
c. Pemantauan, evaluasi, dan pelaporan pelaksanaan pengembangan, pembinaan,
dan pelindungan bahasa dan sastra;
d. Pelaksanaan administrasi Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa; dan
e. Pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh Menteri.

8. Badan Penelitian dan Pengembangan

Badan Penelitian dan Pengembangan mempunyai tugas melaksanakan penelitian


dan pengembangan di bidang pendidikan anak usia dini, pendidikan dasar, pendidikan
menengah, dan pendidikan masyarakat, serta kebudayaan. Badan Penelitian dan
Pengembangan menyelenggarakan fungsi:

a. Penyusunan kebijakan teknis, program, dan anggaran penelitian dan


pengembangan di bidang pendidikan anak usia dini, pendidikan dasar,
pendidikan menengah, dan pendidikan masyarakat, serta kebudayaan;
b. Pelaksanaan penelitian dan pengembangan di bidang pendidikan anak usia dini,
pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan masyarakat, serta
kebudayaan;
c. Pemantauan, evaluasi, dan pelaporan pelaksanaan penelitian dan
pengembangan di bidang pendidikan anak usia dini, pendidikan dasar,
pendidikan menengah, dan pendidikan masyarakat, serta kebudayaan;
d. Pelaksanaan administrasi Badan Penelitian dan Pengembangan; dan
e. Pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh Menteri.

26
BAB IV

PENUTUP

Pada bab ini, penulis akan menjelaskan kesimpulan dari seluruh pembahasan yang
sudah dijelaskan pada BAB sebelumnya.

4.1 Kesimpulan

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh penulis tentang strategi pengembangan


organisasi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, dapat diambil kesimpulan sebagai
berikut:

1. Pengembangan Organisasi merupakan proses, pendekatan atau metode yang bertujuan


untuk mengadakan sebuah perubahan dalam sebuah organisasi kearah yang lebih baik.
Dengan penerapan nilai-nilai, ide dan gagasan-gagasan baru yang lebih signifikan agar
organisasi semakin berkembang kearah yang positif dan maju. Beberapa ahli telah
banyak mengemukakan pendapatnya mengenai pengembangan organisasi, diantaranya
Kurt Lewin.

2. Dalam melaksanakan suatu organisasi pemerintahan, Kementerian Pendidikan dan


Kebudayaan Republik Indonesia memiliki tata nilai budaya kerja untuk tercapainya suatu
organisasi yang memiliki integritas yang baik, efisien dan efektif dalam pelaksanaan
tugas dan fungsinya, serta menjunjung tinggi bangsa Indonesia. Hal itu didorong oleh
pengambilan keputusan yang diambil mengenai 7 poin tata nilai budaya kerja pada
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.

3. Pada realitanya, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan sebagai salah satu instansi
pemerintahan di Indonesia telah menerapkan pengembangan organisasi yang secara

27
umum telah berjalan dengan baik. Dilihat dari perubahan-perubahan yang terjadi pada
setiap era. Perubahan tersebut memberi dampak yang baik untuk negara terutama
untuk masyarakat Indonesia. Kinerja pegawai, kualitas pelayanan, etika dalam bekerja,
metode pengambilan keputusan, menurut penulis sudah cukup baik. Strategi-strategi
yang dipilih dan menjadi suatu keputusan sudah tepat sasaran. Hal itu berkaitan dengan
teori yang diungkapkan oleh Kurt Lewin.

4. Perubahan, dalam bentuk pembaruan organisasi dan pengembangan organisasi-


organisasi, terus menerus terjadi dan mempunya pengaruh yang sangat dominan dalam
masyarakat. Seiring dengan semakin ketatnya persaingan antar instansi pun dalam
kualitas pelayanan dan kinerja pegawai sangat diperhatikan. Maka dari itu,
dibutuhkannya strategi yang efektif dan efisien untuk menghadapi situasi yang sedang
dihadapi di Indonesia. Strategi tersebut berkaitan dengan pengembangan sumber daya
manusia yang dimiliki oleh instansi terkait. Terutama pada Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan Republik Indonesia.

4.2 Saran

Berdasarkan hasil penelitian dan paparan pada bab-bab sebelumnya, berikut


disampaikan saran sebagai rekomendasi dari penelitian ini:

1. Sebaiknya peneliti selanjutnya melakukan penelitian lebih mendalam tentang


pengembangan organisasi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.

2. Kemudian untuk Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan hendaknya


merancang dan menetapkan keputusan-keputusan sesuai dengan teori yang
sudah dipelajari agar kedepannya seluruh kegiatan yang dilakukan Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan akan lebih efektif lagi.

3. Perlu adanya penambahan pelatihan-pelatihan bagi semua anggota organisasi


agar menambah bekal para anggota sehingga kinerja akan semakin maksimal.

28
Selain itu, untuk semua anggota Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. agar
selalu menjaga komitmen terhadap lembaga agar tercapai pengembangan

29
DAFTAR PUSTAKA

Stoner, J. A. (1996). Manajemen Jilid I. Jakarta: Gramedia.

A., U. (2006). Strategi Pengembangan Visi Perusahaan Dikutip Dari Henry Mintzberg,
Crafting Strategy, Harvard Business Review, Juli-Agustus 1987. Yogyakarta: Santusta.

Umam, K. (2018). Perilaku Organisasi. Bandung: Penerbit Pustaka Setia Bandung.

Robbins, S. P. (1994). Teori Organisasi: Struktur, Desain & Aplikasi Edisi 3. San Diego State
University: Arcan.

Sistus Resmi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. https://www.kemdikbud.go.id.

Di akses pada 19 Desember 2019

30

Anda mungkin juga menyukai