Oleh:
Noviliana Astari NPM 170110170022
UNIVERSITAS PADJADJARAN
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
PROGRAM SARJANA (S1) ADMINISTRASI PUBLIK
JATINANGOR – SUMEDANG 2019
Kata Pengantar
Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberi kami kekuatan dan petunjuk untuk
menyelesaikan tugas makalah ini. Tanpa pertolongan-Nya penulis tidak akan bisa
mennyelesaikan makalah ini dengan baik.
Makalah ini disusun berdasarkan tugas dari proses pembelajaran yang telah didapat.
Makalah ini disusun dengan sungguh-sungguh oleh penulis. Makalah ini memuat tentang
“Pengembangan Organisasi Pada Organisasi Publik Kementerian Kebudayaan”.
Penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada Dosen yang telah banyak
memberi materi pada proses pembelajaran di kelas. Semoga makalah ini data dinilai dengan
baik dan dapat dipahami oleh pembaca. Meskipun makalah ini masih mempunyai
kekurangan, penulis bersedia untuk menerima kritik dan saran. Terima kasih.
Penullis
1
DAFTAR ISI
BAB 1..........................................................................................................................................3
1.1 Latar Belakang..................................................................................................................3
1.2 Identifikasi Masalah..........................................................................................................6
1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian.........................................................................................6
1.3.1 Maksud Penelitian.....................................................................................................6
1.3.2 Tujuan Penelitian.......................................................................................................7
1.4 Kegunaan Penelitian.........................................................................................................7
1.4.1 Kegunaan Akademis..................................................................................................7
1.4.2 Kegunaan Praktis.......................................................................................................7
BAB II..........................................................................................................................................8
2.1 Kerangka Teori..................................................................................................................8
2.1.2 Pengertian Organisasi................................................................................................8
2.1.3 Prinsip Organisasi......................................................................................................9
2.1.4 Strategi Pengembangan Organisasi..........................................................................9
2.1.6 Masalah-masalah yang Dapat Dipecahkan Melalui Pengembangan Organisasi...10
2.2 Tinjauan Konseptual.......................................................................................................10
2.2.1 Konsep Pengembangan Organisasi.........................................................................10
2.3 Jenis Penelitian...............................................................................................................12
2.4 Metode Pengumpulan Data...........................................................................................12
BAB III.......................................................................................................................................13
3.1 Visi Misi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan......................................................13
3.2 Sejarah Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia.......................14
3.3 Tata Nilai Budaya Kerja Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia
........................................................................................................................................ 17
3.4 Tugas Pokok dan Fungsi Unita Utama Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
Republik Indonesia...............................................................................................................20
BAB IV......................................................................................................................................27
PENUTUP..................................................................................................................................27
4.1 Kesimpulan.....................................................................................................................27
4.2 Saran...............................................................................................................................28
2
BAB 1
PENDAHULUAN
Memasuki era global saat ini seluruh negara-negara di seluruh dunia mendapati
masalah yang semakin banyak serta solusi yang harus digunakannya yang bervariasi,
terutama pada dunia kerja saat ini. Persaingan global dalam dunia kerja terutama pada
organisasi-organisasi saat ini harus mampu bersaing dengan memperhatikan sumber daya
manusia yang berkompeten. Keberhasilan suatu perusahaan pada dasarnya juga ditentukan
oleh kualitas unggul dari sumber daya manusia yang terlibat didalamnya. Keterlibatan
tersebut menyangkut peran aktif sumber daya manusia dalam menetapkan rencana, sistem,
proses dan tujuan yang ingin dicapai pada sebuah organisasi maupun perusahaan. Warren
Bennis dalam bukunya yang berjudul Organization Development: Its Nature, Origins and
Prospects, menegaskan bahwa pengembangan organisasi adalah suatu bentuk jawaban
yang mengarah terhadap perubahan, suatu strategi pendidikan yang rumit untuk mengubah
3
kepercayaan, nilai-nilai dan struktur dari suatu organisasi, sehingga suatu organisasi dapat
menyesuaikan diri dengan teknologi, pasar, dan tantangan baru, serta perputaran yang
sangat cepat dari perubahan tersebut. Oleh sebab itu, adanya peningkatan kualitas sumber
daya manusia memiliki keterkaitan erat dengan sistem pengembangan sumber daya
manusia terhadap produktivitas dan pengembangan dari organisasi melalui program
pendidikan dan pelatihan.
4
Indonesia terus melakukan pengembangan terhadap pendidikan dari tiap tahun ke
tahun nya. Hal ini menyebabkan terjadinya banyak perubahan yang dialami yang
berpengaruh terhadap pengembangan organisasi itu sendiri. Peristiwa 1998 terjadi
demonstrasi besar yang memaksa Soeharto untuk menurunkan jabatannya. Pada saat itu,
kabinet pertama di era reformasi adalah kabinet hasil Pemilu 1999 yang dipimpin oleh
Abdurrahman Wahid. Departemen Pendidikan Nasional saat itu dibentuk dan dijabati oleh
Dr. Yahya Muhaimin sebagai menteri Pendidikan Nasional. Kemudian dalam pemerintahan
Susilo Bambang Yudhoyono, istilah departemen diganti menjadi kementerian dan di tahun
2012 bidang pendidikan dan kebudayaan disatukan kembali menjadi Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan. Kebijakan pendidikan di era reformasi ini adalah perubahan
IKIP menjadi universitas, reformasi undang-undang pendidikan dengan lahirnya Undang-
Undang Nomor 20 Tahun 2003, Ujian Nasional (UN), sertifikasi guru dan dosen, Bantuan
Operasional Sekolah (BOS), pendidikan karakter, dll.
Dalam upaya pengembangan pendidikan yang telah dijelaskan, sejalan dengan Pasal
31 UUD 45 dan pada UU nomor. 20 tahun 2003, tentang sistem pendidikan nasional. Pasal-
pasal tersebut menjelaskan bahawasannya pendidikan sangat penting untuk masyarakat.
Dalam mewujudkan tujuan pendidikan nasional tersebut, tentunya diperlukan kerjasama
antar komponen yang terlibat dalam pendidikan, karena diantaranya ada saling keterkaitan
dan hubungan antar komponen. Sehingga penulis rasa diperlukan adanya penyuluhan -
penyuluhan tentang tujuan pendidikan nasional tersebut ke seluruh lapisan masyarakat,
agar tujuan pendidikan nasional ini dapat terwujud. Maka dari itu, Kementerian Pendidikan
dan Kebudayaan menyusun strategi dan merancang sistem pendidikan yang baik untuk
masyarakat dan hal tersebut dapat dilihat dari pengembangan organisasi nya.
Pengembangan organisasi yang baik yaitu diisi dengan para aktor yang kuat,
memegang teguh, komitmen, dan menyepakati secara luas dalam organisasi terhadap nilai-
nilai yang ada. Di Indonesia sendiri, salah satu tantangan besar organisasi publik adalah
bekerja secara efektif dan efisien karena realita saat ini instansi pemerintah dilihat memiliki
kinerja yang lambat, rumit, dan berbelit-belit, hal itu sangat berpengaruh terhadap
pengembangan organisasi di dalamnya sehingga kecil kemungkinan untuk mewujudkan
prinsip good governance. Good governance di Indonesia merupakan salah satu syarat untuk
setiap pemerintahan demi terwujudnya asporasi-aspirasi masyarakat. Hal itu jika dapat
5
dilaksanakan akan memberi pengaruh baik kepada masyarakat. Serta masyarakat dapat
melihat bahwa pengembangan organisasi instansi tersebut berjalan dengan baik.
Berdasarkan latar belakang yang telah penulis sampaikan, penulis mengidentifikasi masalah
dalam penelitian ini yaitu, “Bagaimana pengembangan organisasi di Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia?”
6
1.3.2 Tujuan Penelitian
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi pengembangan Ilmu
Administrasi Publik dan pemecahan masalah yang berkaitan dengan Ilmu Administrasi
Publik khususnya megenai objek yang berkaitan dengan pengembangan organisasi di suatu
organisasi pemerintahan.
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan pandangan untuk pemikiran dan
informasi, serta sebagai bahan pertimbangan perbaikan secara lebih lanjut kepada para
stakeholder yang berkaitan dengan objek dalam penelitian ini.
7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Dalam bab ini penulis akan menjelaskan mengenai literatur ilmiah yang dijadikan
tinjauan pustaka oleh penulis. Kemudian akan penulis jelaskan mengenai kerangka teori
hubungan antara Pengembangan Organisasi dengan Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan sebagai organisasi pemerintahan di Indonesia.
8
Melihat konsep yang telah dijelaskan melalui pandangan beberapa ahli, maka dapat
disimpulkan mengenai konsep organisasi. Organisasi merupakan sekumpulan orang yang
terstruktur kemudian saling berinteraksi dan berkoordinasi dalam memaksimalkan sumber
daya dengan batasan-batasan tertentu yang dikerjakan secara berkelanjutan guna mencapai
suatu tujuan atau sasaran bersama yang telah ditentukan.
1. Pembagian Kerja
2. Keseimbangan Wewenang dan Tanggung Jawab
3. Disiplin
4. Kesatuan Komando
5. Kesatuan Arah
6. Mengutamakan Kepentingan Organisasi Diatas Kepentingan Individu
7. Kompensasi Yang Adil
8. Sentralisasi
9. Rantai Skalar
10. Tata Tertib
11. Keadilan
12. Stabilitas Kondisi Karyawan
13. Inisiatif
14. Semangat Kesatuan
9
1. Kisi Pengembangan Organisasi
2. Survei Umpan Balik
3. Konsultasi Proses
4. Pembentukan Tim
5. Transcantional Analysis (TA)
6. Intergroup Activities
7. Third-Party Peacemaking
10
kemampuan organisasi dalam memecahkan masalah dan menanggapi pengaruh lingkungan
eksternal (Cummings & Worley, 2005) .Namun secara umum, pengertian pengembangan
dan perubahan organisasi dilihat dari prosesnya dapat diartikan sebagai: suatu perubahan
yang direncanakan (planned change) yang sengaja dilakukan untuk mencapai efektivitas
suatu organisasi. Terjadinya perubahan teori dan praktek pengembangan dan perubahan
organisasi dari masa ke masa dipengaruhi oleh adanya berbagai latar belakang yang
berbeda-beda awalnya dimulai pada tahun 1946 dengan menggunakan proses pelatihan
yang bersifat laboratorium yang sering dikenal dengan T-group sebagai suatu kelompok
informal yang bertujuan untuk saling belajar tentang kepemimpinan, dinamika kelompok
dan sebagainya. Kemudian pada masa selanjutnya konsep dibangun atas dasar penelitian
dan survei yang dipelopori oleh Kurt Lewin (Cumming & Worley, 2005) sebagai pengembang
model pertama dalam konsep perubahan organisasi. Pada era selanjutnya beberapa
pendekatan yang bersifat normatif serta aspek produktifitas dan kualitas hidup kerja (quality
of work life) juga diperkenalkan dalam proses pengembangan konsep. Namun seiring
dengan perkembangan dan perubahan akibat arus globalisasi maka pada akhir abad ini
umumnya pengembangan konsep dipengaruhi oleh adanya faktor perubahan yang bersifat
strategis. Pengembangan konsep ini memberikan perspektif baru dalam praktek
pengembangan organisasi yang prosesnya sangat menitikberatkan pada sejauhmana
organisasi tersebut dengan cepat menanggapi pengaruh lingkungan luar baik dari aspek
ekonomi, sosial, politik, dan teknologi yang semakin rumit dan kompleks.
Selain itu, Felix A. Nigro dan Lloyd G. Nigro dalam buku Modern Public Administration
, yang mengemukakan bahwa pengembangan organisasi merupakan suatu pendekatan yang
didasarkan atas ilmu sosial terhadap analisis masalah-masalah organisasi dan pengefektifan
perubahan yang diarahkan dengan menggunakan konsultan-konsultan yang terlatih atau
ahli- ahli dalam perusahaan.
11
2.3 Jenis Penelitian
Penelitian ini termasuk jenis penelitian studi literatur dengan mencari referensi teori
yang relefan dengan permasalahan perihal pengembangan organisasi yang melihat dari
aspek kinerja pegawai pada Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Referensi teori yang
diperoleh dengan jalan penelitian studi literatur dijadikan sebagai fondasi dasar dan alat
utama dalam penyusunan makalah penelitian.
Jenis data yang digunakan penulis dalam penelitian ini adalah data sekunder yaitu
data yang diperoleh dari jurnal, website, dan dokumentasi, yang membahas mengenai
pengembangan organisasi, serta buku yang juga bertemakan tentang pengembangan
sumber daya manusia berbasis komptensi, Organization development (OD), dan juga Human
Resources (HR). Studi literatur adalah cara yang dipakai untuk menghimpun data-data atau
sumber-sumber yang berhubungan dengan topik yang diangkat dalam suatu penelitian.
Studi literatur bisa didapat dari berbagai sumber, jurnal, buku dokumentasi, internet dan
pustaka.
12
BAB III
PEMBAHASAN
Pada BAB ini, penulis menjelaskan secara rinci pengembangan organisasi pada
Kemnterian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia secara rinci dari pertama kali
instansi ini dibentuk sampai saat ini pengaruhnya kepada masyarakat Indonesia.
Visi :
“Terbentuknya Insan serta Ekosistem Pendidikan dan Kebudayaan yang Berkarakter dengan
Berlandaskan Gotong Royong”
Misi :
Tujuan Strategis :
1. Penguatan Peran Siswa, Guru, Tenaga Kependidikan, Orang tua, dan Aparatur Institusi
Pendidikan dalam Ekosistem Pendidikan
2. Pemberdayaan Pelaku Budaya dalam Melestarikan dan Memajukan Kebudayaan
3. Peningkatan Akses Pendidikan Anak Usia Dini, Pendidikan Dasar, Pendidikan Menengah,
Pendidikan Masyarakat, dan Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus
13
4. Peningkatan Mutu dan Relevansi Pembelajaran yang Berorientasi pada Pembentukan
Karakter
5. Peningkatan Jati Diri Bangsa melalui Pelestarian Bahasa sebagai Pengantar Pendidikan
6. Peningkatan Sistem Tata Kelola yang Transparan dan Akuntabel dengan Melibatkan
Publik
14
Era Demokrasi Liberal (1951-1959)
Dapat dikatakan pada masa ini stabilitas politik menjadi sesuatu yang langka,
demikian halnya dengan program yang bisa dijadikan tonggak, tidak bisa dideskripsikan
dengan baik. Selama masa demokrasi liberal, sekitar sembilan tahun, telah terjadi tujuh kali
pergantian kabinet. Kabinet Natsir yang terbentuk tanggal 6 September 1950, menunjuk Dr.
Bahder Johan sebagai Menteri Pengajaran Pendidikan dan Kebudayaan (PP dan K). Mulai
bulan April 1951 Kabinet Natsir digantikan Kabinet Sukiman yang menunjuk Mr.
Wongsonegoro sebagai Menteri PP dan K. Selanjutnya Dr. Bahder Johan menjabat Menteri
PP dan K sekali lagi, kemudian digantikan Mr. Mohammad Yamin, RM. Soewandi, Ki Sarino
Mangunpranoto, dan Prof. Dr. Prijono. Pada periode ini, kebijakan pendidikan merupakan
kelanjutan kebijakan menteri periode sebelumnya. Yang menonjol pada era ini adalah
lahirnya payung hukum legal formal di bidang pendidikan yaitu UU Pokok Pendidikan Nomor
4 Tahun 1950.
Dekrit Presiden 5 Juli 1959 mengakhiri era demokrasi parlementer, digantikan era
demokrasi terpimpin. Di era demokrasi terpimpin banyak ujian yang menimpa bangsa
Indonesia. Konfrontasi dengan Belanda dalam masalah Irian Barat, sampai peristiwa
G30S/PKI menjadi ujian berat bagi bangsa Indonesia. Dalam Kabinet Kerja I, 10 Juli 1959 – 18
Februari 1960, status kementerian diubah menjadi menteri muda. Kementerian yang
mengurusi pendidikan dibagi menjadi tiga menteri muda. Menteri Muda Bidang Sosial
Kulturil dipegang Dr. Prijono, Menteri Muda PP dan K dipegang Sudibjo, dan Menteri Muda
Urusan Pengerahan Tenaga Rakyat dipegang Sujono.
15
Kebijakan-kebijakan tersebut antara lain kewajiban penataran P4 bagi peserta didik,
normalisasi kehidupan kampus, bina siswa melalui OSIS, ejaan Bahasa Indonesia yang
disempurnakan atau EYD, kuliah kerja nyata (KKN) bagi mahasiswa, merintis sekolah
pembangunan, dan lain-lain. Pada era ini tepatnya tahun 1978 tahun ajaran baru digeser ke
bulan Juni. Pembangunan infrastruktur pendidikan juga berkembang pesat pada era Orde
Baru tersebut. Menteri pendidikan dan kebudayaan di era Orde Baru antara lain Dr. Daud
Joesoef, Prof. Dr. Nugroho Notosusanto, Prof. Dr. Faud Hassan, Prof. Dr. Ing. Wardiman
Djojonegoro, dan Prof. Dr. Wiranto Aris Munandar.
Setelah berjaya memenangkan enam kali Pemilu, Orde Baru pada akhirnya sampai
pada akhir perjalanannya. Pada tahun 1998 Indonesia diterpa krisis politik dan ekonomi.
Demonstrasi besar-besaran di tahun tersebut berhasil memaksa Presiden Soeharto
meletakkan jabatannya. Kabinet pertama di era reformasi adalah kabinet hasil Pemilu 1999
yang dipimpin Presiden Abdurrahman Wahid. Pada masa ini Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan diubah menjadi Departemen Pendidikan Nasional dengan menunjuk Dr. Yahya
Muhaimin sebagai Menteri Pendidikan Nasional. Pada tahun 2001 MPR menurunkan
Presiden Abdurrahman Wahid dalam sidang istimewa MPR dan mengangkat Megawati
Soekarnoputri sebagai presiden.
16
Nasional (UN), sertifikasi guru dan dosen, Bantuan Operasional Sekolah (BOS), pendidikan
karakter, dan lain-lain.
3.3 Tata Nilai Budaya Kerja Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia
1. Memiliki Integritas
Contoh Perilaku Positif: Berani menyampaikan pendapat bila terjadi hal yang
menyimpang; melakukan perjalanan dinas/workshop sesuai dengan durasi
kebutuhan organisasi; melaksanakan pengadaan barang dan jasa sesuai ketentuan
yang berlaku; masuk kerja dengan tepat waktu; memakai seragam sesuai ketentuan.
Contoh Perilaku negatif; Membuat laporan pengeluaran fiktif; mengajak keluarga
dengan menggunakan biaya perjalanan dinas; mengutip biaya di luar tarif yang
berlaku; menerima hadiah dari vendor/hotel/masyarakat.
17
2. Kreatif dan Inovatif
Memiliki daya cipta; memiliki kemampuan untuk menciptakan hal baru yang
berbeda dari yang sudah ada atau yang sudah dikenal sebelumnya. Indikator
positifnya yaitu memiliki pola pikir, cara pandang dan pendekatan yang variatif
terhadap setiap permasalahan, serta mampu menghasilkan karya baru; selalu
melakukan penyempurnaan dan perbaikan berkala dan berkelanjuran; bersikap
terbuka dalam menerima ide-ide baru yang konstruktif; berani mengambil terobosan
dan solusi dalam memecahkan masalah; memanfaatkan teknologi informasi dan
komunikasi dalam bekerja secara efektif dan efisien .
Adapun Indikator negatifnya yaitu merasa cepat puas dengan hasil yang
dicapai; bersikap tertutup terhadap ide-ide pengembangan; dan monoton Contoh
Prilaku Positifnya yaitu Membuat SOP yang dapat mempercepat proses kerja;
membuat notulensi rapat secara langsung dengan laptop; mendengarkan pendpat
peserta rapat secara bijak; mendistribusikan surat secara paperless; menggunakan
sosial media dalam melayani dan berkomunikasi baik dengan masyarakat maupun
kalangan internal.
3. Inisiatif
18
4. Pembelajar
5. Menjunjung Meritokrasi
19
6. Terlibat Aktif
7. Tanpa Pamrih
Bekerja dengan tulus ikhlas dan penuh dedikasi. Indikator positifnya yaitu
Penuh komitmen dalam melaksanakan pekerjaan; rela membantu pekerjaan rekan
kerja lainnya; menunjukkan sikap 4S (Senyum, sapa, sopan dan santun). Adapun
indikator negatifnya yaitu melakukan pekerjaan dengan terpaksa; berburuk sangka
terhadap rekan kerja. Contoh prilaku positifnya yaitu; Bekerja sesuai dengan SKP
yang direncanakan; mengantar tamu yang berkunjung ke kantor dengan hati yang
ikhlas; saling menghormati antar sesama pegawai. Adapun contoh sikap negatifnya
yaitu menyelesaikan pekerjaan tanpa cek dan ricek; sulit menjalin kerjasama dengan
rekan kerja dalam mencari solusi terbaik.
3.4 Tugas Pokok dan Fungsi Unita Utama Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
Republik Indonesia
20
Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Berikut adalah tugas dan
fungsi unit-unit utama di lingkungan Kemendikbud:
1. Sekretariat Jenderal
2. Inspektorat Jenderal
21
a. Penyusunan kebijakan teknis pengawasan intern di lingkungan Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan;
b. Pelaksanaan pengawasan intern di lingkungan Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan terhadap kinerja dan keuangan melalui audit, reviu, evaluasi,
pemantauan, dan kegiatan pengawasan lainnya;
c. Pelaksanaan pengawasan untuk tujuan tertentu atas penugasan Menteri;
d. Penyusunan laporan hasil pengawasan di lingkungan Kementerian Pendidikan
dan Kebudayaan;
e. Pelaksanaan administrasi Inspektorat Jenderal; dan
f. Pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh Menteri.
Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini dan Pendidikan Masyarakat mempunyai tugas
menyelenggarakan perumusan dan pelaksanaan kebijakan di bidang pendidikan anak
usia dini dan pendidikan masyarakat. Direktorat Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini dan
Pendidikan Masyarakat menyelenggarakan fungsi:
23
5. Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan
24
a. Perumusan kebijakan di bidang kebudayaan, perfilman, kesenian, tradisi, sejarah,
cagar budaya, permuseuman, warisan budaya, dan kebudayaan lainnya;
b. Pelaksanaan kebijakan di bidang pembinaan dan pelestarian kesenian, sejarah,
dan tradisi;
c. Pelaksanaan kebijakan di bidang peningkatan pemahaman nilai-nilai kesejarahan
dan wawasan kebangsaan;
d. Pelaksanaan kebijakan di bidang pembinaan lembaga kepercayaan terhadap
Tuhan Yang Maha Esa, pengelolaan cagar budaya, warisan budaya nasional dan
dunia, dan museum nasional, pembinaan dan perizinan perfilman nasional,
promosi, diplomasi, dan pertukaran budaya antar daerah dan antar negara, serta
pembinaan dan pengembangan tenaga kebudayaan;
e. Penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria di bidang kebudayaan,
perfilman, kesenian, tradisi, sejarah, cagar budaya, permuseuman, warisan
budaya, dan kebudayaan lainnya;
f. Pemberian bimbingan teknis dan supervisi di bidang kebudayaan, perfilman,
kesenian, tradisi, sejarah, cagar budaya, permuseuman, warisan budaya, dan
kebudayaan lainnya;
g. Pelaksanaan evaluasi dan pelaporan di bidang kebudayaan, perfilman, kesenian,
tradisi, sejarah, cagar budaya, permuseuman, warisan budaya, dan kebudayaan
lainnya;
h. Pelaksanaan administrasi Direktorat Jenderal Kebudayaan; dan
i. Pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh Menteri.
25
c. Pemantauan, evaluasi, dan pelaporan pelaksanaan pengembangan, pembinaan,
dan pelindungan bahasa dan sastra;
d. Pelaksanaan administrasi Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa; dan
e. Pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh Menteri.
26
BAB IV
PENUTUP
Pada bab ini, penulis akan menjelaskan kesimpulan dari seluruh pembahasan yang
sudah dijelaskan pada BAB sebelumnya.
4.1 Kesimpulan
3. Pada realitanya, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan sebagai salah satu instansi
pemerintahan di Indonesia telah menerapkan pengembangan organisasi yang secara
27
umum telah berjalan dengan baik. Dilihat dari perubahan-perubahan yang terjadi pada
setiap era. Perubahan tersebut memberi dampak yang baik untuk negara terutama
untuk masyarakat Indonesia. Kinerja pegawai, kualitas pelayanan, etika dalam bekerja,
metode pengambilan keputusan, menurut penulis sudah cukup baik. Strategi-strategi
yang dipilih dan menjadi suatu keputusan sudah tepat sasaran. Hal itu berkaitan dengan
teori yang diungkapkan oleh Kurt Lewin.
4.2 Saran
28
Selain itu, untuk semua anggota Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. agar
selalu menjaga komitmen terhadap lembaga agar tercapai pengembangan
29
DAFTAR PUSTAKA
A., U. (2006). Strategi Pengembangan Visi Perusahaan Dikutip Dari Henry Mintzberg,
Crafting Strategy, Harvard Business Review, Juli-Agustus 1987. Yogyakarta: Santusta.
Robbins, S. P. (1994). Teori Organisasi: Struktur, Desain & Aplikasi Edisi 3. San Diego State
University: Arcan.
30