Anda di halaman 1dari 24

EKONOMI PEMBANGUNAN

(EKI 211/A3)
ANALISIS KESENJANGAN
ANTARA PENDIDIKAN DAN PEMBANGUNAN
Dosen Pengampu : Dr. Ni Nyoman Reni Suasih, S.IP., M.Si.

Oleh:
Kelompok 4

Rheo Aryande Sipayung (2107511194)


Seruni Maharani Putri (2107511197)
Ni Kadek Oki Selmanita (2107511202)
Deni Aldian (2107511214)
Safina Mutiara Khanum (2107511235)
Putu Krishna Candrawinata (2107511236)

PROGRAM STUDI SARJANA EKONOMI


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS UDAYANA
BUKIT JIMBARAN
2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat dan
karunia-Nya yang telah diberikan hingga saat ini sehingga paper yang berjudul : “Analisis
Kesenjangan antara Pendidikan dan Pembangunan” dapat diselesaikan dengan tepat pada
waktunya.
Paper Ekonomi Pembangunan ini menjadi salah satu tugas dari mata kuliah Pembangunan
Ekonomi di Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana. Paper ini dibuat dengan tujuan
mengulas dan mengkaji lebih lanjut mengenai Analisis Kesenjangan antara Pendidikan dan
Pembangunan
Tidak lupa juga kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak khususnya
kepada Ibu Dr. Ni Nyoman Reni Suasih, S.IP., M.Si., selaku dosen pengampu mata kuliah
Ekonomi Pembangunan. Kami juga mengucapkan terima kasih kepada seluruh pihak yang
tidak dapat kami sebutkan satu-persatu yang terlibat dalam penyusunan paper ini. Besar
harapan kami semoga dengan disusunnya paper Ekonomi Pembangunan ini dapat menambah
wawasan serta pengetahuan mengenai Analisis Kesenjangan antara Pendidikan dan
Pengangguran bagi para pembaca. Kami menyadari bahwa paper ini masih jauh dari kata
sempurna. Oleh karena itu, kami selaku penyusun paper ini menerima kritik dan saran agar
paper ini dapat menjadi lebih baik lagi. Demikian paper ini kami buat, akhir kata kami ucapkan
terima kasih.

Bukit Jimbaran, 25 Mei 2023

Kelompok 4

ii
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI............................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN ......................................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ................................................................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah ............................................................................................................ 1
1.3 Tujuan Penulisan .............................................................................................................. 1
BAB II PEMBAHASAN .......................................................................................................... 2
2.1 Pendidikan dan Sumber Daya Manusia (SDM) ............................................................... 2
2.1.1 Konsep Sumber Daya Manusia ................................................................................. 2
2.1.2 Pengembangan Sumber Daya Manusia (SDM) ......................................................... 2
2.1.3 Konsep Perencanaan Sumber Daya Manusia (SDM) ................................................ 4
2.1.4 Pendidikan dan Pelatihan........................................................................................... 5
2.2 Pendidikan di Negara Berkembang .................................................................................. 6
2.2.1 Faktor-faktor Penyebab Permasalahan Pendidikan di Negara Berkembang ............. 6
2.2.2 Kebijakan Pendidikan di Negara Berkembang .......................................................... 8
2.3 Kesenjangan Pendidikan Gender dalam Pembangunan ................................................... 9
2.3.1 Konsep dan Kesenjangan Pendidikan Gender ........................................................... 9
2.3.2 Faktor Penyebab Kesenjangan Pendidikan Gender ................................................. 10
2.3.3 Kebijakan dan Strategi dalam Mengatasi Kesenjangan Pendidikan Gender ........... 11
BAB III STUDI KASUS ........................................................................................................ 12
3.1 Latar Belakang ............................................................................................................... 12
3.2 Pembahasan .................................................................................................................... 13
3.3 Kesimpulan dan Saran .................................................................................................... 17
3.3.1 Kesimpulan .............................................................................................................. 17
3.3.2 Saran ........................................................................................................................ 18
BAB IV PENUTUP ................................................................................................................ 19
4.1 Kesimpulan..................................................................................................................... 19
4.2 Saran ............................................................................................................................... 20
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................. 21

iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pendidikan merupakan salah satu bagian penting bagi pembangunan suatu negara.
Pendidikan dianggap sangat penting terutama dalam pembentukan karakter serta penentu
kualitas sumber daya manusia (SDM). Saat ini tingkat pendidikan merupakan salah satu
indikator dalam menentukan serta menunjukkan kualitas penduduk di suatu negara.
Dalam pembangunan negara ini, pendidikan berhubungan langsung dengan
pembangunan politik serta pembangunan ekonomi. Seperti halnya di negara-negara maju,
pendidikan dianggap penting dalam usaha membangun negara. Dapat dilihat bahwa setiap
negara-negara yang saat ini telah menjadi negara maju, mengutamakan pendidikan dalam
usaha membangun negaranya. Maka tidak heran jika saat ini di negara-negara maju memiliki
sumber daya manusia yang berkualitas. Hal ini karena ditunjang oleh kesadaran diri yang tinggi
dari masyarakat mengenai pentingnya pendidikan yang ditunjukkan dengan tingginya
partisipasi masyarakat dalam pendidikan, pengembangan sistem pendidikan yang baik serta
anggaran pendidikan yang tinggi dari pemerintah, serta tersedianya sarana dan prasarana
pendidikan yang memadai.
Lalu bagaimana dengan negara berkembang? Hampir semua negara berkembang
mengalami permasalahan di bidang pendidikan baik dalam hal kualitas maupun kuantitas.
Tidak terkonsep dengan baiknya visi dan misi serta sistem pembangunan di negara-negara
berkembang sering mengakibatkan pendidikan justru tertinggal. Tulisan ini bertujuan untuk
menganalisis bagaimana pendidikan yang merupakan pendukung pembangunan menjadi suatu
masalah yang menghambat pembangunan negara-negara berkembang.

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana kondisi pendidikan dan SDM di negara berkembang?
2. Bagaimana pendidikan di negara berkembang?
3. Bagaimana pengaruh kesenjangan pendidikan gender dalam pembangunan?

1.3 Tujuan Penulisan


1. Untuk mengetahui bagaimana kondisi pendidikan dan SDM di negara berkembang.
2. Untuk mengetahui pendidikan di negara berkembang
3. Untuk mengetahui pengaruh kesenjangan pendidikan gender dalam pembangunan.

1
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pendidikan dan Sumber Daya Manusia (SDM)


2.1.1 Konsep Sumber Daya Manusia
Menurut Straub dan Attner (1985:136), manusia merupakan sumber daya yang
paling penting dari sebuah organisasi. Manusia memberikan
bakat,keahlian,pengetahuan,dan pengalaman untuk mencapai tujuan-tujuan organisasi.
Menurut Schermerhorn (1996:4) sumber daya manusia adalah orang,individu-individu,
dan kelompok-kelompok yang membantu organisasi menghasilkan barang-barang atau
jasa-jasa. Sedangkan menurut Nawawi (2001:37), sumber daya manusia (SDM) adalah
orang yang bekerja dan berfungsi sebagai aset organisasi/perusahaan yang dapat
dihitung jumlahnya(kuantitatif). SDM adalah potensi yang menjadi motor penggerak
organisasi.
Kekayaan yang paling berharga dalam suatu organisasi adalah sumber daya
manusia (SDM). SDM merupakan investasi yang sangat berharga bagi sebuah
organisasi yang perlu dijaga. Untuk mencapai produktivitas yang maksimum,
organisasi harus menjamin dipilihnya tenaga kerja yang tepat dengan pekerjaan serta
kondisi yang memungkinkan mereka bekerja secara optimal. Ciri-ciri sumber daya
manusia (SDM) yang berkualitas :
a) Memiliki pengetahuan penuh tentang tugas, tanggung jawab dan wewenangnya.
b) Memiliki pengetahuan (knowledges) yang diperlukan, terkait dengan
pelaksanaan tugasnya secara penuh.
c) Mampu melaksanakan tugas-tugas yang harus dilakukannya karena mempunyai
keahlian atau keterampilan yang diperlukan.
d) Bersikap produktif,inovatif atau kreatif, serta mau bekerja sama dengan orang
lain.
e) Mempunyai watak yang bermoral tinggi, antara lain jujur, menepati janji.
2.1.2 Pengembangan Sumber Daya Manusia (SDM)
Pengembangan sumber daya manusia adalah suatu proses peningkatan
pengetahuan, keterampilan dan kapasitas dari semua penduduk suatu masyarakat.
Pengembangan sumber daya manusia (SDM) memiliki banyak manfaat bagi individu,
organisasi, dan masyarakat secara keseluruhan. Berikut ini adalah beberapa manfaat
utama pengembangan SDM:
2
1. Meningkatkan kinerja individu: Pengembangan SDM membantu
individu mengembangkan pengetahuan, keterampilan, dan kompetensi
yang diperlukan untuk melaksanakan tugas mereka dengan lebih efektif.
Ini dapat meningkatkan produktivitas dan kualitas kerja individu.
2. Meningkatkan kinerja organisasi: Ketika SDM dikembangkan dengan
baik, organisasi cenderung memiliki karyawan yang lebih terampil,
berpengetahuan luas, dan berkompeten. Hal ini berdampak positif pada
kinerja keseluruhan organisasi, termasuk peningkatan produktivitas,
inovasi, dan keunggulan kompetitif.
3. Meningkatkan kepuasan karyawan: Pengembangan SDM membantu
karyawan merasa dihargai dan diperhatikan oleh organisasi. Ketika
karyawan melihat kesempatan untuk meningkatkan keterampilan dan
kemampuan mereka, mereka cenderung lebih puas dengan pekerjaan
mereka dan lebih berkomitmen terhadap organisasi.
4. Meningkatkan retensi karyawan: Karyawan yang diberikan kesempatan
untuk mengembangkan diri mereka cenderung lebih termotivasi dan
berkomitmen untuk tetap bekerja di organisasi. Hal ini dapat
mengurangi tingkat pergantian karyawan dan membantu organisasi
mempertahankan bakat-bakat berharga.
5. Mengurangi biaya rekrutmen dan pelatihan: Dengan mengembangkan
SDM internal, organisasi dapat mengurangi ketergantungan pada
rekrutmen eksternal yang mahal. Selain itu, dengan memiliki karyawan
yang memiliki keterampilan yang diperlukan, biaya pelatihan eksternal
juga dapat dikurangi.
6. Mendorong inovasi dan adaptasi: Pengembangan SDM memungkinkan
organisasi untuk menghasilkan ide-ide baru dan mendorong inovasi.
Karyawan yang terlatih dengan baik cenderung lebih kreatif dalam
memecahkan masalah dan menghadapi perubahan. Ini memungkinkan
organisasi untuk lebih mudah beradaptasi dengan perubahan lingkungan
bisnis yang cepat.
7. Meningkatkan citra perusahaan: Perusahaan yang berinvestasi dalam
pengembangan SDM cenderung dilihat sebagai tempat kerja yang
menarik dan diinginkan. Ini dapat meningkatkan citra perusahaan di
mata karyawan potensial, pelanggan, dan masyarakat umum.
3
2.1.3 Konsep Perencanaan Sumber Daya Manusia (SDM)
Menurut KBBI definisi tentang perencanaan sumber daya manusia adalah
sebuah potensi individu yang bisa dikembangkan dan dilatih untuk kepentingan proses
produksi. Sedangkan menurut Mathis dan Jackson (2001), perencanaan SDM adalah
sebuah proses identifikasi dan analisis untuk memiliki SDM yang bisa mencapai tujuan
organisasi atau perusahaan.
Perencanaan Sumber Daya Manusia mempunyai beberapa kepentingan seperti:
1. Kepentingan individu, karena dapat membantu meningkatkan
prestasinya, begitu pula keputusan pegawai dapat dicapai melalui
perencanaan karier.
2. Kepentingan organisasi, karena dengan adanya perencanaan SDM,
dapat dipersiapkan calon-calon pegawai yang berpotensi untuk
menduduki posisi manajer dan pimpinan puncak untuk masa yang akan
datang.
3. Kepentingan nasional, karena pegawai-pegawai yang berpotensi tinggi
dapat dimanfaatkan pula oleh pemerintah dalam rangka meningkatkan
produktivitas nasional. Mereka dapat dijadikan tenaga-tenaga ahli dalam
bidang tertentu untuk membantu program pemerintah.
Berdasarkan pendapat para pakar tersebut di atas, terlihat ada empat kegiatan
yang saling berhubungan yang membentuk sistem perencanaan SDM secara terpadu,
yaitu:
1. Kegiatan untuk menyediakan SDM seperti rekrutmen, seleksi, dan
penempatan,
2. Perkiraan permintaan dan penawaran SDM di masa yang akan datang,
seperti mutasi, promosi, pensiun, pengunduran diri, dan pemutusan
kerja,
3. Rencana untuk memperbesar SDM yang qualified seperti kajian
kebutuhan diklat dan pengembangan,
4. Pengawasan dan evaluasi untuk mendapatkan umpan balik seperti
penilaian kinerja.
Melalui perencanaan SDM ini diharapkan tersedia tenaga kerja yang lebih tepat
sesuai dengan kebutuhan organisasi. Perencanaan SDM mempunyai tujuan sangat
penting untuk keperluan individu, organisasi, dan kepentingan nasional. Tujuan

4
perencanaan SDM adalah menghubungkan SDM yang ada untuk kebutuhan perusahaan
pada masa yang akan datang.
2.1.4 Pendidikan dan Pelatihan
Menurut (Mangkuprawira, 2011:43) dalam (Awaluddin, 2021) hakikatnya
pendidikan merupakan salah satu kewajiban yang harus dilewati setiap orang dalam
kehidupannya. Keberhasilan pendidikan bukan saja dapat diketahui dari mutu individu
suatu negara, melainkan juga sangat terkait erat dengan mutu kehidupan bermasyarakat,
berbangsa, dan bernegara.
Tujuan pendidikan pada hakikatnya menyangkut hal-hal seperti :
1. Produktivitas kerja
Dengan pendidikan produktivitas kerja seseorang akan meningkat,
kualitas dan kuantitas akan semakin baik karena memperoleh technical
skill, dan managerial skill.
2. Mengurangi kerusakan barang, produksi, dan mesin-mesin. Mempunyai
kesempatan untuk meningkatkan karier bagi setiap orang
3. Meningkatkan efisiensi tenaga, waktu, bahan baku.
4. Konseptual.
Pendidikan merupakan suatu sistem yang terdiri atas komponen- komponen
yang saling terkait secara fungsional bagi tercapainya pendidikan yang berkualitas.
Setidaknya terdapat empat komponen utama dalam pendidikan, yaitu: SDM, dana,
sarana, prasarana, dan kebijakan. Komponen SDM dapat dikatakan menjadi komponen
strategis, karena dengan SDM yang berkualitas dapat mendayagunakan komponen
lainnya, sehingga tercapai efektivitas dan efisiensi pendidikan. Di mana SDM yang
berkualitas dapat dicapai dengan pengembangan SDM.
Menurut (Hardjanto, 2000:70) dalam (Awaluddin, 2021), pelatihan adalah
bagian dari pendidikan. Pelatihan bersifat spesifik, praktis, dan segera. Spesifik berarti
pelatihan berhubungan dengan bidang pekerjaan yang dilakukan. Sementara untuk
praktis dan segera berarti yang sudah dilatihkan dapat dipraktikkan. Pelatihan juga
merupakan suatu usaha peningkatan pengetahuan dan keahlian seorang pegawai untuk
mengerjakan suatu pekerjaan tertentu. Pelatihan dimaksudkan untuk memperbaiki
penguasaan berbagai keterampilan dan teknik pelaksanaan kerja tertentu, rinci dan
rutin. Pada setiap aktivitas pasti memiliki arah yang dituju, baik jangka pendek maupun
jangka panjang. Arah yang dituju merupakan rencana yang dinyatakan sebagai hasil
yang dicapai. Manfaat dan dampak yang diharapkan dari pelatihan harus dirumuskan
5
dengan jelas, tidak mengabaikan kesanggupan dan kemampuan instansi. Menurut
(Simamora, 2004:350) dalam (Awaluddin, 2021), manfaat pelatihan antara lain:
1. Meningkatkan kuantitas dan kualitas produktivitas
2. Menciptakan sikap, loyalitas dan kerjasama yang lebih menguntungkan
3. Mengurangi waktu belajar yang diperlukan karyawan agar mencapai standar-
standar kinerja yang dapat diterima
4. Memenuhi kebutuhan-kebutuhan perencanaan sumber daya manusia
5. Mengurangi jumlah biaya dan kecelakaan
6. Membantu karyawan dalam peningkatan dan pengembangan pribadi mereka.

2.2 Pendidikan di Negara Berkembang


Pendidikan merupakan kunci dari pembangunan. Pendidikan merupakan salah satu
faktor yang penting dalam rangka pengembangan sumber daya manusia. Pendidikan juga
meningkatkan keterampilan kerja yang selanjutnya akan meningkatkan produktivitas kerja
sehingga terhindar dari kemiskinan. Semakin baik tingkat pendidikan seseorang maka akan
semakin baik pula tingkatan ekonomi yang dimilikinya. Kemudian ekonomi juga akan selalu
meminta tenaga kerja yang terdidik (memiliki keahlian yang didapatkan melalui proses belajar
mengajar) dalam rangka meningkatkan produktivitas. Jika produktivitas sudah meningkat,
maka otomatis perekonomian juga akan meningkat sehingga mempermudah pembangunan.
Hampir semua negara berkembang mengalami permasalahan di bidang pendidikan baik
dalam hal kualitas maupun kuantitas. Hal ini kemudian mengakibatkan rendahnya mutu
pendidikan yang kemudian melahirkan masalah-masalah seperti adanya tingkat melek huruf
yang rendah, pemerataan pendidikan yang rendah, serta standar proses pendidikan yang relatif
kurang memenuhi syarat. Kesadaran akan pentingnya pendidikan juga masih kurang karena
beberapa faktor seperti budaya atau cara berpikir masyarakat serta tidak adanya motivasi serta
kurangnya dukungan dari pemerintah bagi masyarakat untuk mengenyam pendidikan. Maka
tidak heran jika saat ini kualitas SDM di negara-negara maju tergolong rendah.
2.2.1 Faktor-faktor Penyebab Permasalahan Pendidikan di Negara Berkembang
Pendidikan mempunyai pengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi melalui
berkembangnya kesempatan untuk meningkatkan kesehatan, pengetahuan, dan
keterampilan, keahlian, serta wawasan mereka agar mampu lebih bekerja secara
produktif, baik secara perorangan maupun kelompok. Beberapa penyebab rendahnya
kualitas pendidikan di negara berkembang secara umum, yaitu:

6
1. Standardisasi Pendidikan
Standar dan kompetensi dalam pendidikan formal maupun informal
terlihat hanya keranjingan terhadap standar dan kompetensi. Kualitas
pendidikan diukur oleh standar dan kompetensi di dalam berbagai versi,
demikian pula sehingga dibentuk badan-badan baru untuk melaksanakan
standardisasi dan kompetensi tersebut seperti Badan Standardisasi Nasional
Pendidikan (BSNP).
2. Efisiensi Pengajaran Di Negara Berkembang
Efisien adalah bagaimana menghasilkan efektivitas dari suatu tujuan
dengan proses yang lebih “murah”. Dalam proses pendidikan akan jauh lebih
baik jika kita memperhitungkan untuk memperoleh hasil yang baik tanpa
melupakan proses yang baik pula. Beberapa masalah efisiensi pengajaran adalah
mahalnya biaya pendidikan, waktu yang digunakan dalam proses pendidikan,
mutu pengajar dan banyak hal lain yang menyebabkan kurang efisiennya proses
pendidikan. Yang juga berpengaruh dalam peningkatan sumber daya manusia
yang lebih baik.
3. Efektifitas Pendidikan
Pendidikan yang efektif adalah suatu pendidikan yang memungkinkan
peserta didik untuk dapat belajar dengan mudah, menyenangkan dan dapat
tercapai tujuan sesuai dengan yang diharapkan. Dengan demikian, pendidik
(dosen, guru, instruktur, dan trainer) dituntut untuk dapat meningkatkan
keefektifan pembelajaran agar pembelajaran tersebut dapat berguna.
4. Rendahnya Kualitas
Guru Keadaan guru di Indonesia juga amat memprihatinkan.
Kebanyakan guru belum memiliki profesionalisme yang memadai untuk
menjalankan tugasnya sebagaimana disebut dalam pasal 39 UU No 20/2003
yaitu merencanakan pembelajaran, melaksanakan pembelajaran, menilai hasil
pembelajaran, melakukan pembimbingan, melakukan pelatihan, melakukan
penelitian dan melakukan pengabdian masyarakat. Bukan itu saja, sebagian
guru di Indonesia bahkan dinyatakan tidak layak mengajar. Walaupun guru dan
pengajar bukan satu-satunya faktor penentu keberhasilan pendidikan tetapi,
pengajaran merupakan titik sentral pendidikan dan kualifikasi, sebagai cermin
kualitas, tenaga pengajar memberikan andil sangat besar pada kualitas

7
pendidikan yang menjadi tanggung jawabnya. Kualitas guru dan pengajar yang
rendah juga dipengaruhi oleh masih rendahnya tingkat kesejahteraan guru.
5. Kurangnya Pemerataan Kesempatan
Pendidikan Kesempatan memperoleh pendidikan masih terbatas pada
tingkat Sekolah Dasar. Sementara itu layanan pendidikan usia dini masih sangat
terbatas. Kegagalan pembinaan dalam usia dini nantinya tentu akan
menghambat pengembangan sumber daya manusia secara keseluruhan. Oleh
karena itu diperlukan kebijakan dan strategi pemerataan pendidikan yang tepat
untuk mengatasi masalah ketidakmerataan tersebut.
6. Mahalnya Biaya Pendidikan
Mahalnya biaya pendidikan dari Taman Kanak-Kanak (TK) hingga
Perguruan Tinggi (PT) membuat masyarakat miskin tidak memiliki pilihan lain
kecuali tidak bersekolah.
2.2.2 Kebijakan Pendidikan di Negara Berkembang
Kebijakan pendidikan di negara berkembang beragam tergantung pada keadaan
dan kondisi setiap negara tersebut. Berikut ini adalah beberapa contoh kebijakan
pendidikan di negara berkembang :
a) Program Wajib Belajar
Program Wajib Belajar adalah kebijakan yang mengharuskan anak-anak untuk
mengikuti pendidikan formal minimal selama beberapa tahun. Kebijakan ini bertujuan
untuk meningkatkan aksesibilitas dan partisipasi dalam pendidikan. Negara
berkembang sering kali menerapkan program ini untuk memastikan bahwa anak-anak
mendapatkan hak pendidikan mereka dan untuk mengurangi angka anak-anak yang
tidak sekolah. Dalam beberapa negara, Program Wajib Belajar mencakup periode
sekolah dasar atau dasar dan menengah.
b) Pendidikan Inklusif
Kebijakan Pendidikan Inklusif menekankan pada pendidikan yang inklusif bagi
semua siswa, termasuk mereka yang memiliki kebutuhan khusus atau cacat. Kebijakan
ini bertujuan untuk menghilangkan segregasi dan diskriminasi dalam pendidikan, serta
memastikan bahwa semua siswa memiliki kesempatan yang sama untuk belajar dan
berkembang. Dalam konteks negara berkembang, pendekatan inklusif mungkin
melibatkan penyediaan sumber daya dan dukungan tambahan bagi siswa dengan
kebutuhan khusus, pelatihan bagi guru, dan penyesuaian kurikulum agar dapat
memenuhi kebutuhan beragam siswa.
8
c) Pendidikan Teknologi dan Kewirausahaan
Kebijakan Pendidikan Teknologi dan Kewirausahaan bertujuan untuk
mempersiapkan siswa dengan keterampilan dan pengetahuan yang relevan untuk
menghadapi tuntutan masyarakat yang semakin maju secara teknologi dan ekonomi.
Melalui kebijakan ini, negara berkembang berusaha untuk memperkenalkan atau
meningkatkan pembelajaran tentang teknologi, komputer, kewirausahaan, dan
keterampilan terkait lainnya di dalam kurikulum pendidikan mereka. Hal ini
dimaksudkan untuk membekali siswa dengan keterampilan digital, pemikiran kreatif,
kewirausahaan, dan kemampuan adaptasi yang diperlukan untuk sukses dalam dunia
kerja yang terus berkembang.

2.3 Kesenjangan Pendidikan Gender dalam Pembangunan


2.3.1 Konsep dan Kesenjangan Pendidikan Gender
Kata gender dapat diartikan sebagai peran yang dibentuk oleh masyarakat serta
perilaku yang tertanam lewat proses sosialisasi yang berhubungan dengan jenis kelamin
perempuan dan laki-laki. Berbagai bentuk kesenjangan gender yang terjadi dalam
berbagai bidang kehidupan masyarakat, berpresentasi juga dalam dunia pendidikan.
Secara garis besar, fenomena kesenjangan gender dalam pendidikan dapat diklasifikasi
dalam beberapa dimensi, antara lain:
1) Kurangnya Partisipasi
Dalam hal partisipasi pendidikan, perempuan di seluruh dunia menghadapi
permasalahan yang sama. Dibandingkan dengan lawan jenis, partisipasi
perempuan dalam pendidikan formal jauh lebih rendah di negara-negara dunia
di mana pendidikan dasar belum diwajibkan, jumlah murid perempuan
umumnya hanya separuh atau sepertiga jumlah murid laki-laki.
2) Kurangnya Keterwakilan
Partisipasi perempuan dalam pendidikan sebagai tenaga pengajar maupun
pimpinan juga menunjukkan kecenderungan disparitas progresif. Jumlah guru
perempuan pada jenjang pendidikan dasar umumnya sama atau melebihi jumlah
guru laki-laki. Namun, pada jenjang pendidikan lanjutan dan pendidikan tinggi,
jumlah tersebut menunjukkan penurunan drastis.
3) Perlakuan yang Tidak Adil
Kegiatan pembelajaran dan proses interaksi dalam kelas seringkali bersifat
merugikan murid perempuan. Guru secara tidak sadar cenderung menaruh
9
harapan dan perhatian yang lebih besar kepada murid laki-laki dibanding murid
perempuan. Para guru kadang kala cenderung berpikir ke arah "self fulfilling
prophecy" terhadap siswa perempuan karena menganggap perempuan tidak
perlu memperoleh pendidikan yang tinggi.
(Todaro & Smith, 2006) dalam (Deris L. dkk, 2022) menemukan bukti empiris
bahwa ternyata cukup banyak diskriminasi pendidikan yang terjadi di masyarakat
bahwa penduduk perempuan dalam pendidikan dapat menghambat laju pembangunan
ekonomi serta semakin memperkeruh ketimpangan sosial. Sejatinya memberikan
kesempatan kepada penduduk wanita bisa menguntungkan bagi pembangunan
ekonomi, hal tersebut diperkuat oleh empat dasar yaitu sebagai berikut:
1) Rate of Return dalam bidang pendidikan di negara berkembang, penduduk
perempuan lebih tinggi jika dibandingkan dengan penduduk laki-laki
2) Tingkat pendidikan penduduk perempuan semakin meningkat yang bisa
meningkatkan pula produktivitas perempuan untuk turut ambil andil dalam
tenaga kerja, lambatnya pernikahan, penurunan fertilitas, serta perbaikan
kesehatan dan gizi anak.
3) Kesehatan dan gizi anak mengalami peningkatan dan peran dari seorang ibu
yang terdidik akan memberikan multiplier effect kepada kualitas generasi yang
akan datang.
4) Meningkatkan kualitas pendidikan dapat memutus rantai kemiskinan bagi
penduduk perempuan yang memiliki beban kemiskinan dalam keluarga serta
kelangkaan lahan garapan, sehingga perbaikan kualitas pendidikan menjadi
satu-satunya jalan untuk mendorong wanita memiliki kehidupan yang lebih
layak.
2.3.2 Faktor Penyebab Kesenjangan Pendidikan Gender
1. Faktor Sosial dan Budaya
Beberapa negara masih menerapkan tradisi yang kuat tentang peran
gender dalam masyarakat. Peran tradisional seperti wanita harus mengurus
rumah tangga dan anak-anak, sementara laki-laki harus bekerja untuk mencari
nafkah. Hal ini dapat menghambat akses pendidikan bagi perempuan, karena
masyarakat mungkin menganggap bahwa pendidikan tidak diperlukan untuk
perempuan.

10
2. Faktor Ekonomi
Kesenjangan ekonomi dapat mempengaruhi akses pendidikan.
Keluarga miskin mungkin tidak mampu membayar biaya sekolah atau memilih
untuk memprioritaskan pendidikan anak laki-laki karena dianggap lebih
produktif dan dapat membantu menghasilkan pendapatan keluarga.
3. Faktor Politik
Di beberapa negara, konflik dan ketidakstabilan politik dapat
mempengaruhi pendidikan. Konflik dapat memaksa anak-anak terpaksa
berhenti sekolah atau melarikan diri dari daerah konflik.
2.3.3 Kebijakan dan Strategi dalam Mengatasi Kesenjangan Pendidikan Gender
Terdapat kebijakan dan program untuk meningkatkan kesetaraan gender di
negara berkembang, khususnya di Indonesia:
1. Adanya kebijakan untuk mewujudkan persamaan akses pendidikan yang
bermutu dan berwawasan gender bagi semua anak laki-laki dan perempuan.
2. Menurunkan tingkat buta huruf penduduk dewasa terutama penduduk
perempuan melalui peningkatan kinerja pendidikan pada setiap tingkat
pendidikan, melalui sekolah maupun luar sekolah.
3. Pendidikan kesetaraan dan pendidikan baca tulis fungsional bagi penduduk
dewasa.
4. Meningkatkan kemampuan kelembagaan pendidikan dalam mengelola dan
mempromosikan pendidikan yang berwawasan gender.
Adapun strategi dalam menjalankan kebijakan di atas, antara lain:
1. Penyediaan akses pendidikan yang bermutu secara merata bagi anak perempuan
dan laki-laki.
2. Penyediaan akses pendidikan kesetaraan bagi penduduk usia dewasa yang tidak
dapat mengikuti pendidikan sekolah.
3. Peningkatan penyediaan pelayanan pendidikan untuk meningkatkan derajat
melek huruf, terutama penduduk perempuan.
4. Peningkatan koordinasi, informasi dan edukasi dalam rangka
mengarusutamakan pendidikan berwawasan gender.
5. Pengembangan kelembagaan institusi pendidikan baik ditingkat pusat maupun
daerah mengenai pendidikan berwawasan gender.

11
BAB III
STUDI KASUS
KONTRIBUSI PENDIDIKAN TERHADAP PEMBANGUNAN EKONOMI : KASUS
PROVINSI ACEH

3.1 Latar Belakang


Hubungan antara pendidikan dan pertumbuhan ekonomi selalu menarik dan menjadi
isu penting dalam pembuatan kebijakan tentang investasi publik dalam bidang modal manusia
(human capital). Pembentukan modal manusia sudah dipelopori sejak lama (lihat Becker,
1993). Perkembangan teori-pertumbuhan ekonomi endogen juga semakin memfokuskan
analisis ekonomi pada pentingnya investasi pendidikan. Becker berargumentasi bahwa
individu membuat pilihan-pilihan tentang investasi modal manusia didasarkan pada manfaat
dan biaya, termasuk imbal investasi (return on investment). Dia juga mengindikasikan bahwa
tingkat imbal investasi berbeda-beda antar individu dan karenanya mempunyai implikasi
makroekonominya.
Modal manusia adalah stok kompetensi, ilmu pengetahuan, atribut sosial dan personal,
termasuk kreativitas, yang melekat pada kemampuan menggunakan tenaga kerja dalam
menghasilkan nilai ekonomi. Banyak teori mengaitkan secara eksplisit antara investasi
pembangunan modal manusia dengan pendidikan, dan peran modal manusia dalam
pembangunan ekonomi, pertumbuhan produktivitas, dan inovasi seringkali disebut sebagai
justifikasi untuk adanya subsidi oleh pemerintah pada pendidikan dan pelatihan keterampilan
kerja. Simkovic (2013) menyimpulkan bahwa mengalokasikan sumberdaya pendidikan secara
lebih efisien akan bermanfaat tidak saja bagi individu siswa/mahasiswa tapi juga keluarga
mereka. Dengan kasus AS ditemukan bahwa produktivitas dan daya saing tenaga kerja AS
meningkat, dengan konsekuensi manfaat bagi keuangan sektor swasta dan sektor publik. Oleh
karena itu, dalam jangka panjang, efisiensi demikian selanjutnya dapat meningkatkan
sumberdaya yang tersedia untuk investasi lebih lanjut dalam pendidikan dan penelitian.
Penelitian-penelitian dewasa ini telah menunjukkan bahwa investasi modal manusia
yang meningkatkan kualitas tenaga kerja dalam perekonomian adalah serupa dalam hal dampak
dengan investasi modal fisik yang menaikkan stok alat-alat dan perlengkapan yang digunakan
dalam produksi (Sharp, Register, dan Grimes, 2013). Kenaikan modal manusia di AS selama
periode dari 1950 hingga sekarang merupakan faktor penentu utama bagi pertumbuhan
ekonomi jangka panjang di AS.

12
Pendidikan sebagai salah satu bagian penting dari pembentukan modal manusia
semakin mendapat perhatian dari peneliti dengan kajian empiris berbagai berbagai negara dan
antarnegara. Tapi penelitian untuk wilayah regional dalam suatu negara masih relatif lebih
sedikit. Penelitian ini menganalisis hubungan antara pendidikan dan pertumbuhan ekonomi
untuk kasus di Provinsi Aceh.

3.2 Pembahasan
Sumber Dana Pendidikan Aceh dan Alokasinya
Sesuai dengan ketentuan dalam Undang-undang Nomor 11 Tahun 2006 tentang
Pemerintahan Aceh (UUPA), yang kemudian dipertegas dalam Qanun Aceh Nomor 2/2008
dan Qanun Aceh Nomor 5/2008, dana pendidikan Aceh berasal dari dana otonomi khusus
sebesar 20% dan tambahan dana bagi hasil minyak dan gas bumi sebesar 30%. Gambar 1
memperlihatkan sumber dana tersebut dan bagaimana dialokasikan antar penggunaan untuk
pendidikan dan sektor-sektor lain dan pembagian menurut jenjang pemerintahan di Aceh.
Selain itu juga terdapat ketentuan bahwa sebesar 20% dari total belanja dalam anggaran, baik
di tingkat provinsi maupun di tingkat kabupaten/kota, dialokasikan untuk pendidikan.
Sebagai konsekuensi, Pemerintah provinsi dan pemerintah kabupaten/kota mempunyai
kapasitas fiskal yang besar untuk membangun pendidikan. Hal ini ditunjukkan dengan
kecenderungan ketersediaan dana pendidikan di tingkat provinsi. Tabel 1 menunjukkan bahwa,
kendati belum memenuhi ketentuan alokasi 20% dari anggaran, dana pendidikan yang tersedia
setiap tahun mencapai sekitar 1 triliun rupiah. Peningkatan signifikan dalam dana pendidikan
Aceh terjadi pada tahun 2002 ketika diberlakukannya Undang Undang 18 Tahun 2001, tentang
Otonomi Khusus Aceh di mana 30% TDBH Migas dialokasikan untuk pembangunan
pendidikan. Kemudian sejak 2008 yang merupakan tahun pertama diberlakukannya UUPA,
dana Otonomi Khusus mulai mengalir, di mana pendidikan merupakan satu di antara 6 sektor
yang menjadi target pendanaan. Karena produksi minyak dan gas bumi cenderung menurun,
maka bagian dari TDBH Migas diperkirakan akan menurun terus. Namun bagian dana otsus
cenderung meningkat karena penerimaan dalam negeri pemerintah Indonesia diperkirakan
meningkat, dengan demikian DAU juga diperkirakan terus meningkat.

13
Capaian Pendidikan Aceh
Angka Melek Huruf (AMH) di Aceh pada tahun 2012 mencapai 96,06 persen, di atas
rata-rata nasional 93,1 persen dan bahkan berada di atas target nasional yang ingin dicapai
setinggi 95,8 persen pada 2014.iv Akses (kesempatan belajar) di Aceh pada berbagai kelompok
usia sekolah secara umum sudah mencapai tingkat yang tinggi. Pada kelompok usia 7-12
Angka Partisipasi Sekolah (APS)v mencapai di atas 99 %, pada tahun 2011 pada kelompok
usia 13-15 di atas 94%, dan pada kelompok usia 16-18 mencapai di atas 72%. Pada kelompok
usia pendidikan tinggi partisipasi mencapai diatas 24% (tahun 2010). Dari sudut Angka
Partisipasi Kasar (APK), kecuali untuk jenjang pendidikan SMP dan sederajat, APK SD dan
sederajat masih berada di atas 100%. Ini menandakan masih adanya anak-anak usia di bawah
7 tahun yang sudah berada pada jenjang pendidikan dasar atau anak-anak di atas usia 12 yang
masih berada di bangku SD dan sederajat. Yang pertama dapat terjadi karena masih rendahnya
partisipasi pada Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD). Angka Partisipasi Kasar (APK)
penduduk usia 4-6 tahun di TK/RA di Aceh hanya 30% pada 2012.vi Angka Partisipasi Murni
(APM) untuk jenjang SD dan sederajat sudah mencapai di atas 92% pada 2011, yang hampir
setingkat dengan angka nasional 93% pada 2012. APM SMP dan sederajat bahkan mencapai
hampir 75%, lebih tinggi daripada angka nasional 60%. APM pendidikan tinggi yang mencapai
24% (2011)vii bahkan lebih tinggi dari angka nasional 15% (2012).

14
Masalah pendidikan di Aceh pada dasarnya terletak pada mutu. Hal ini tercermin
setidaknya pada dua aspek: mutu guru dan manajemen sekolah. Dua aspek ini adalah
determinan penting dalam proses belajar mengajar di tingkat sekolah. Mutu guru dapat
tercermin pada dua hal: kualifikasi dan kompetensi. Yang pertama dapat diindikasikan dari
persentase guru yang berkualifikasi minimal S1/D4. Persentase guru TK/RA berkualifikasi
minimal S1/D4 hanya berada pada angka 17,2% pada 2012.viii Persentase guru berkualifikasi
minimal S1/D4 pada SMD dan sederajat sudah mencapai di atas 80% dan pada SMA dan MA
di atas 90% pada 2012.ix Secara umum sebenarnya persentase guru berkualifikasi S1/D4
meningkat jauh dibandingkan pada tahun 2009.
Namun isu penting tentang guru adalah kompetensi mereka. Dari 8.846 orang guru dari
semua jenjang pendidikan (termasuk kepala sekolah) dan pengawas sekolah yang mengikuti
UKA pada 2012, sebanyak 76,49% diantaranya dinyatakan lulus dengan nilai kelulusan
(passing grade) 30,00 dan diwajibkan mengikuti PLPG. Peserta UKA yang tidak lulus
diwajibkan mengikuti Diklat Pasca UKA yang dilaksanakan oleh LPMP Provinsi Aceh. Peserta
yang lulus dalam Diklat Pasca UKA dapat mengikuti PLPG. x Dari sejumlah 17.701 orang
guru yang mengikuti UKG, untuk satuan pendidikan TK, nilai rerata tertinggi diperoleh
Kabupaten Simeulue sebesar 40,67 dan terendah diperoleh Kabupaten Pidie Jaya sebesar
30,44. Untuk satuan pendidikan SD, nilai rerata tertinggi diperoleh Kabupaten Simeulue
sebesar 44,42 dan terendah diperoleh Kabupaten Aceh Tenggara sebesar 33,63. Nilai rerata
tersebut masih dapat digolongkan sebagai angka yang relatif rendah.
Dari sudut manajemen sekolah di mana pencapaian 8 standar pendidikan nasional
diukur, hasil Evaluasi Diri Sekolah (EDS) yang dilakukan oleh LPMP pada 2012 menunjukkan
bahwa dari 1.101 sekolah (yakni 30% dari total sekolah) yang dijadikan sampel dan belum
termasuk madrasah di bawah Kemenag, di tingkat SD nilai rata-rata tertinggi untuk standar isi
sebesar 1,46 dan terendah untuk standar pendidik dan tenaga kependidikan sebesar 0,89. Di
tingkat SMP, nilai rata-rata tertinggi untuk standar pembiayaan sebesar 1,53 dan terendah

15
untuk standar proses sebesar 1,29. Sementara di tingkat SMA, nilai rata-rata tertinggi untuk
standar isi dan standar pendidik dan tenaga kependidikan masing-masing sebesar 1,49 dan
terendah untuk standar proses sebesar 1,18 (lihat Tabel 3).

Hubungan antara Kinerja Pendidikan dan Pertumbuhan Ekonomi


Hasil penelitian Cooray (2009) menunjukkan tidak terdapat hubungan yang begitu jelas
antara belanja pendidikan dengan pertumbuhan ekonomi (lihat Gambar 4). Ini
mengindikasikan bahwa adalah keliru jika belanja pendidikan dinaikkan terus menerus,
pertumbuhan ekonomi akan naik. Belanja pendidikan yang besar akan menjadi sia-sia jika
penggunaannya tidak tepat. Masalah efisiensi eksternal dari sistem pendidikan, di mana kinerja
pendidikan memberi kontribusi pada pertumbuhan ekonomi perlu dikaji kembali. Justru
hubungan positif terjadi antara kenaikan angka melek huruf dengan kenaikan pendapatan per
kapita (Hanushek and Woessmann, 2008). Pada Gambar 2, Angka Melek Huruf naik dan turun
xii, tapi angkanya selalu berada di atas 90 persen. Namun dari Gambar 5 dan 6 dapat
diindikasikan bahwa kenaikan pendapatan per kapita - diukur dengan PDRB per kapita -
berkorelasi positif dengan kenaikan rata-rata lama belajar.
Walaupun hubungan antara belanja pemerintah dan pertumbuhan ekonomi tidak jelas,
tapi sebagaimana diperlihatkan pada Gambar 7 ada hubungan positif antara PDB dan Angka
Partisipasi SD (Cooray, 2009). Namun perlu dicatat bahwa kenaikan partisipasi sekolah terjadi
lebih karena membaiknya pengelolaan pendidikan (lihat World Bank, 2013). Gambar 8
mempertegas bahwa dari tahun ke tahun terjadi kenaikan pertumbuhan ekonomi Aceh. Seiring
dengan itu, angka pengangguran juga terus menurun.

16
3.3 Kesimpulan dan Saran
3.3.1 Kesimpulan
Pendidikan Aceh mempunyai kecenderungan semakin tumbuh, baik dari dari
sudut kuantitas maupun kualitas. Hal ini ditunjukkan dengan tingginya angka melek
huruf, angka partisipasi, dan rata-rata lama sekolah. Di samping itu, terdapat hubungan
positif antara kinerja pendidikan dengan pertumbuhan ekonomi, sebagaimana
diindikasikan dengan kenaikan pertumbuhan ekonomi, pendapatan per kapita, dan
penurunan angka pengangguran.Walaupun akses pendidikan di Aceh secara relatif
sudah baik, tapi terdapat masalah dalam hal mutu pendidikan, terutama dalam aspek
mutu guru dan manajemen pengelolaan satuan pendidikan. Belanja pendidikan tidak
berhubungan langsung dengan kinerja pendidikan, tapi bagaimana pendidikan dikelola
mulai dari jenjang pengelolaan di tingkat provinsi dan kabupaten hingga tingkat sekolah
menentukan kualitas output pendidikan.

17
3.3.2 Saran
1. Fokus pada peningkatan mutu pendidikan: Meskipun angka melek huruf, angka
partisipasi, dan rata-rata lama sekolah sudah meningkat, tetap ada kebutuhan untuk
meningkatkan mutu pendidikan. Hal ini terutama berlaku untuk aspek mutu guru dan
manajemen pengelolaan satuan pendidikan. Pemerintah daerah dan lembaga
pendidikan harus memberikan perhatian khusus pada pelatihan dan pengembangan
profesionalisme guru serta perbaikan manajemen pendidikan.
2. Perbaiki sistem pengelolaan pendidikan: Penting untuk meningkatkan sistem
pengelolaan pendidikan di tingkat provinsi, kabupaten, dan sekolah. Pengawasan dan
pemantauan yang efektif harus dilakukan untuk memastikan bahwa kebijakan dan
program pendidikan diimplementasikan dengan baik dan tujuan pendidikan tercapai.
Transparansi dan akuntabilitas juga harus menjadi fokus dalam pengelolaan
pendidikan.
3. Dorong kolaborasi antara sektor pendidikan dan sektor ekonomi: Adanya
hubungan positif antara kinerja pendidikan dan pertumbuhan ekonomi menunjukkan
pentingnya kolaborasi antara sektor pendidikan dan sektor ekonomi. Pemerintah,
lembaga pendidikan, dan perusahaan harus bekerja sama untuk mengembangkan
program-program pendidikan yang relevan dengan kebutuhan pasar kerja dan
menghasilkan lulusan yang siap menghadapi tantangan ekonomi.
4. Tingkatkan investasi dalam pendidikan: Meskipun belanja pendidikan tidak
berhubungan langsung dengan kinerja pendidikan, tetapi investasi yang cukup dalam
pendidikan tetap penting. Pemerintah harus mengalokasikan dana yang memadai untuk
infrastruktur pendidikan, pengembangan kurikulum, pelatihan guru, dan peningkatan
fasilitas pendidikan. Juga penting untuk memastikan penggunaan dana tersebut secara
efisien dan efektif.
5. Libatkan masyarakat dalam pendidikan: Melibatkan masyarakat secara aktif
dalam pendidikan dapat memberikan dukungan yang lebih luas dan memperkuat upaya
peningkatan pendidikan. Pendidikan bukan hanya tanggung jawab pemerintah dan
lembaga pendidikan, tetapi juga tanggung jawab seluruh masyarakat. Kolaborasi antara
sekolah, keluarga, komunitas, dan pemangku kepentingan lainnya dapat menciptakan
lingkungan yang mendukung pembelajaran yang baik.

18
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
1. SDM merupakan investasi yang sangat berharga bagi sebuah organisasi yang perlu
dijaga. Untuk mencapai produktivitas yang maksimum, organisasi harus menjamin
dipilihnya tenaga kerja yang tepat dengan pekerjaan serta kondisi yang memungkinkan
mereka bekerja secara optimal.
Pendidikan merupakan suatu sistem yang terdiri atas komponen- komponen
yang saling terkait secara fungsional bagi tercapainya pendidikan yang berkualitas.
Setidaknya terdapat empat komponen utama dalam pendidikan, yaitu: SDM, dana,
sarana, prasarana, dan kebijakan. Komponen SDM dapat dikatakan menjadi komponen
strategis, karena dengan SDM yang berkualitas dapat mendayagunakan komponen
lainnya, sehingga tercapai efektivitas dan efisiensi pendidikan. Di mana SDM yang
berkualitas dapat dicapai dengan pengembangan SDM.
2. Hampir semua negara berkembang mengalami permasalahan di bidang pendidikan baik
dalam hal kualitas maupun kuantitas.Maka tidak heran jika saat ini kualitas SDM di
negara-negara maju tergolong rendah.Menurut Tilaar (2002), beberapa penyebab
rendahnya kualitas pendidikan di negara berkembang secara umum, yaitu:
a. Standardisasi pendidikan
b. Efisiensi pengajaran di negara berkembang
c. Efektifitas pendidikan
d. Rendahnya kualitas
e. Kurangnya pemerataan kesempatan
f. Mahalnya biaya pendidikan
3. Berbagai bentuk kesenjangan gender yang terjadi dalam berbagai bidang kehidupan
masyarakat, berpresentasi juga dalam dunia pendidikan. Secara garis besar, fenomena
kesenjangan gender dalam pendidikan dapat diklasifikasi dalam beberapa dimensi,
antara lain:
a. Kurangnya partisipasi
b. Kurangnya keterwakilan
c. Perlakuan yang tidak adil
Adapun kebijakan dan strategi untuk mengatasi kesenjangan pendidikan gender

19
1) Adanya kebijakan untuk mewujudkan persamaan akses pendidikan yang
bermutu dan berwawasan gender bagi semua anak laki-laki dan perempuan.
2) Menurunkan tingkat buta huruf penduduk dewasa terutama penduduk
perempuan melalui peningkatan kinerja pendidikan pada setiap tingkat
pendidikan, melalui sekolah maupun luar sekolah.
3) Pendidikan kesetaraan dan pendidikan baca tulis fungsional bagi penduduk
dewasa.
4) Meningkatkan kemampuan kelembagaan pendidikan dalam mengelola dan
mempromosikan pendidikan yang berwawasan gender.

4.2 Saran
Paper ini dibuat dari berbagai sumber yang kami dapatkan sejauh ini, penulisan paper
ini dapat membuat pembaca memahami mengenai “Analisis Kesenjangan antara Pendidikan
dan Pembangunan”.Tentunya masih banyak kekurangan yang ada dalam paper ini. Oleh karena
itu kami mengharapkan saran dan kritik dari pembaca untuk menyempurnakan paper ini.

20
DAFTAR PUSTAKA

Awaluddin. (2021). PENDIDIKAN DAN PELATIHAN SUMBER DAYA MANUSIA


DALAM PENINGKATAN MUTU SEKOLAH. Cybernetics: Journal Educational
Research and Social Studies, 26-42.
Deris, L. dkk (2022). PENGARUH KETIMPANGAN GENDER TERHADAP
PERTUMBUHAN EKONOMI DI INDONESIA (34 PROVINSI). JURNAL
PENDIDIKAN EKONOMI INDONESIA Vol. 4 No. 1, 307.
Ernasari, E. (2022, Juni 3). Membangun Kesetaraan Gender dalam Pendidikan. Retrieved from
Kompasiana:
https://www.kompasiana.com/httpsekaerna/62999e13ce96e512771f5182/membangun
-kesetaraan-gender-dalam-pendidikan
Natasha, H. (2013). KETIDAKSETARAAN GENDER BIDANG PENDIDIKAN: FAKTOR
PENYEBAB, DAMPAK, DAN SOLUSI. Marwah Vol. XII No. 1, 53-61.
Nazamuddin. (2013). Kontribusi Pendidikan Terhadap Pembangunan Ekonomi: Kasus
Provinsi Aceh. Jurnal Pencerahan, 90-100.
Nazira, A. (2022, Maret 24). 11 Kriteria Sumber Daya Manusia Indonesia yang Berkualitas,
Apa Saja? Retrieved from Okedukasi:
https://edukasi.okezone.com/read/2022/03/24/624/2566992/11-kriteria-sumber-daya-
manusia-indonesia-yang-berkualitas-apa-saja
Perencanaan SDM: Pengertian, Faktor, dan Proses Pelaksanaan. (2022, September 15).
Retrieved from RUN SYSTEM: https://runsystem.id/id/blog/pengertian-perencanaan-
sdm/
Utama, Z. M. (2020). MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA: Konsep Dasar & Teori.
Jakarta: UNJ Press.

21

Anda mungkin juga menyukai