Anda di halaman 1dari 27

AKSELERASI

Makalah ini Disusun sebagai Tugas pada Mata Kuliah


Perspektif Pendidikan Anak Berbakat
Dosen : Hartini Nara, S.Pd.

Disusun Oleh :

Didit Aditya
Nur Chandra Yulia
Mutiarahmah Kasim
Ayu Mega Uswatun Khasanah

PLB-A
SEMESTER 2

JURUSAN PENDIDIKAN LUAR BIASA


FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA
2013

1
KATA PENGANTAR

Bismillahirahmanirrahim
Assalamualaikum wr. wb.
Puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah mencurahkan segala rahmat dan
karunianya kepada kita semua. Karena hanya dengan berkat rahmat dan hidayah-Nya
penulis dapat menyelesaikan tugas pembuatan makalah Mata Kuliah Perspektif Pendidikan
Anak Berbakat yang berjudul “Akselerasi”, sesuai dengan waktu yang telah ditentukan.
Dengan selesainya makalah ini, penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-
besarnya kepada Ibu Hartini Nara, S.Pd, selaku dosen Mata Kuliah Perspektif Pendidikan
Anak Berbakat. Kepada kedua orangtua yang terus memberikan dorongan motivasi
sehingga penulis dapat menyelesaikan pembuatan makalah ini. Semoga makalah ini dapat
memberikan manfaat bagi kita semua.
Akhir kata penulis meminta maaf bila terdapat banyak kekurangan. Penulis
mengharapkan kritik dan saran dari pembaca agar dapat menjadi acuan untuk dapat
membuat makalah selanjutnya yang jauh lebih baik dari sekarang.
Wassalamualaikum wr. wb.

Jakarta, 30 April 2013

Penulis

2
DAFTAR ISI

Kata Pengantar ............................................................................................................... i


Daftar Isi ...............................................................................................................ii
BAB I : Pendahuluan
1.1 Latar Belakang ...............................................................1
1.2 Rumusan Masalah ...............................................................1
1.3 Tujuan dan kegunaan ...............................................................2
BAB II : Pembahasan
2.1 Perspektif Program Akselerasi Bagi Anak Berbakat Akademik......
2.1 Peranan Pendidikan Terbuka dalam Mempersiapkan SDM
Berkualitas ...............................................................4
2.2 Peranan Pendidikan Nasional dalam Pembangunan Karakter
Bangsa ...............................................................4
2.3 Peranan Pendidikan dalam Meningkatkan Sumber Daya
Manusia ...............................................................5
2.4 Peranan Pendidikan dalam Mewujudkan Mobilitas
Sosial ...............................................................7
2.5 Peranan Pendidikan Memotong Rantai Kemiskinan ................8
2.6 Peran Pendidikan di Era Globalisasi ......................................12
BAB III : Penutup
3.1 Kesimpulan .............................................................17
3.2 Saran .............................................................17

Daftar Pustaka ........................................................................................................... 18

3
BAB I
PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang
Perhatian terhadap pendidikan anak berbakat sebenarnya sudah dikenal sejak 2000
tahun yang lalu. Misalnya, Plato pernah menyerukan agar anak-anak berbakat dikumpulkan
dan dididik secara khusus karena mereka ini diharapkan bakal menjadi pemimpin negara
dalam segala bidang pemerintahan. Oleh karena itu, mereka dibekali ilmu pengetahuan
yang dapat menunjang tugas mereka (Rohman Natawijaya, 1979).
Demikian pula di Indonesia, kehadiran mereka sudah dikenal sejak dulu. Banyak
sekolah yang menerapkan sistem loncat kelas atau dapat naik ke kelas berikutnya lebih
cepat meskipun waktu kenaikan kelas belum saatnya. Perhatian yang lebih serius dan formal
tersurat dalam UUSPN No. 2 Tahun 1989 bahwa peserta didik yang memiliki kemampuan
dan kecerdasan luar biasa berhak memperoleh pendidikan khusus untuk mengembangkan
potensi anak-anak tersebut secara optimal.
Anak berbakat tidak mengalami kecacatan, seperti anak tunanetra, tunarungu, dan
tunagrahita. Walaupun diantara anak berbakat ada yang menyandang kelainan, tetapi
kelainan itu bukan pada terhambatnya kecerdasan. Agar anak berbakat yang mempunyai
potensi unggul tersebut dapat mengembangkan potensinya dibutuhkan program dan
layanan pendidikan secara khusus contohnya dengan memberikan pelayanan program
Akselerasi. Tetapi masih banyak pendidik yang belum mengetahui bagaimana
penyelenggaraan program akselerasi itu dilaksanakan, sehingga anak berbakat tidak dilayani
dengan benar, hal itu tidak menutup kemungkinan jika anak berbakat tidak dilayani secara
maksimal ini akan mengakibatkan anak berbakat menjadi underachiever. Mereka lahir
dengan membawa potensi luar biasa yang berarti telah membawa kebermaknaan hidup.
Oleh karena itu, tugas pendidikan adalah mengembangkan kebermaknaan tersebut secara
optimal sehingga mereka dapat berkiprah dalam memajukan bangsa dan negara.

1.2 Rumusan Masalah


Penulis merumuskan beberapa rumusan permasalahan yang akan dibahas disini,
diantaranya:

4
1. Bagaimana Perspektif Program Akselerasi Bagi Anak Berbakat Akademik?
2. Apa yang dimaksud dengan Akselerasi, Pengayaan, dan Pengelompokan?
3. Apakah Akselerasi itu Efektif?

1.3 Tujuan dan Kegunaan

5
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Perspektif Program Akselerasi Bagi Anak Berbakat Akademik


A.Pengertian akselerasi:
Pengertian “Akselerasi” Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) 1 berarti:

1. Percepatan
2. Peningkatan Kecepatan
3. Laju Perubahan Kecepatan
Depdiknas mendefinisikan program percepatan belajar (akselerasi) adalah sebuah
pemberian layanan pendidikan sesuai potensi siswa berbakat, dengan memberi kesempatan
mereka untuk menyesuaikan program reguler dalam jangka waktuyang lebih cepat
dibandingkan teman-temannya.2

Sedangkan menurut Prof. Dr. Oemar Hamalik (2004:186) akselerasi berarti memberi
kesempatan kepada siswa yang bersangkutan untuk naik ke tingkat kelas berikutnya lebih
cepat satu atau dua sekaligus.3
Menurut Mimin Haryati (2006:95), akselerasi berarti percepatan belajarsebagai
implikasi dari sistem belajar tuntas (master learning) juga menunjukan adanya siswa yang
memiliki kecerdasan luar biasa dan mampu mencapai kompetensi yang telah di tetapkan
jauh lebih cepat dan mempunyai nilai yang amat baik (>95) siswa yang memiliki kecerdasan
yang luar biasa ini memiliki karakteristik khusus yaitu tidak banyak memerlukan waktu dan
bantuan dalam menyelesaikan percepatan kompetensi yang telah ditetapkan, misalnya
program remidial dan pengayaan dapat mengganggu optimalisasi belajarnya.4
Dari beberapa pengertian tentang akselerasi diatas, maka dapat didimpilkan bahwa
kelas akselerasi adalah kelas yang diperuntukan bagi siswa yang belajarnya dipercepat

1 Wjs.Poerwadarminta,Kamus Besar Bahasa Indonesis, (Jakarta: Halai Pustaka, 2006), hal.22


2 Depdiknas, Program Penyelenggaran Program Percepatan Belajar SD, SLTP, SMU (Jakarta : 2001), 13

3 Iif Khoiru Ahmadi,M.Pd.dkk. Pembelajaran Akselerasi,(Jakarta:Prestasi Pustaka,2011),hal.1


4 Ibid.,hal.2

6
sesuai dengan tingkat pemahaman materi sehingga ia dapat menempuh waktu studinya
lebih cepat dari waktu yang ditentukan pada kelas biasa.5

B. Tujuan Penyelenggaraan Program Akselerasi (Percepatan)


Ada 2 (dua) tujuan yang mendasari dikembangkannya program percepatan
belajar bagi peserta didik yang memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa: 6
a.Tujuan Umum
 Memenuhi kebutuhan peserta didik yang memiliki karakteristik spesifik dari
segi perkembangan kognitif dan afektifnya.
 Memenuhi Hak Azasi manusia peserta didik yag sesuai dengan kebutuhan
pendidikan bagi dirinya sendiri.
 Memenuhi minat intelektual dan perspektif masa depan peserta didik.
 Memenuhi kebutuhan aktualisasi diri peserta didik.
 Menimbang peran serta peserta didik sebagai aset masyarakat dan
kebutuhan masyarakat untuk pengisian peran.
 Menyiapkan peserta didik sebagai pemimpin masa depan.
b.Tujuan Khusus
 Memberikan penghargaan untuk dapat menyelesaikan program pendidikan
secara lebih cepat.
 Meningkatkan efisiensi dan efektifitas proses pembelajaran peserta didik.
 Mencegah rasa bosan terhadap iklim kelas yang kurang mendukung
berkembangnya potensi keunggulan peserta didik secara optimal.
 Memacu mutu siswa untuk peningkatan kecerdasan spiritual, intelektual, dan
emosionalnya secara seimbang.
C. Bentuk Penyelenggaraan Program Akselerasi
Program akselerasi belajar dapat diselenggarakan dalam 3 (tiga) bentuk
pilihan seperti kelas reguler, dimana siswa yang memiliki potensi kecerdasan dan bakat
istimewa belajar bersama-sama dengan siswa lainnya dikelas reguler (model

5 Ibid.,hal.3
6 Ibid.,hal. 220

7
terpadu/inklusif). Bentuk penyelenggaraan pada kelas reguler dapat dilakukan dengan
model sebagai berikut:7
a. Kelas reguler dengan kelompok (cluster)
Siswa yang memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa belajar bersama
siswa lain (normal) dikelas reguler dengan kelompok khusus.
b. Kelas reguler dengan pull out
Siswa yang memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa belajar bersama
siswa lain(normal) dikelas reguler, namun dalam waktu tertentu ditarik dari kelas
reguler ke ruang sumber (ruang khusus) untuk belajar mandiri, belajar kelompok,
dan/atau belajar dengan guru pembimbing khusus.
1. Kelas Khusus, dimana siswa yang memiliki potensi kecerdasan dan bakat
istimewa belajar dalam kelas khusus.
2. Sekolah khusus, dimana siswa yang belajar di sekolah ini adalah siswa
yang memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa.
D. Sarana Belajar
Kegiatan pembelajaran berlangsung seperti kelas regular (non akselerasi)
dengan tempat pembelajaran di ruang kelas khusus yang dilengkapi AC, Computer,OHP
serta LCD.
E. Persyaratan Peserta didik
Siswa yang diterima sabagai peserta program percepatan belajar adalah
siswa yang memenuhi persyaratan sebagai berikut:8
1. Persyaratan akademis, uang diperoleh dari skor rata-rata nilai rapor, nilai
Ujian Nasional, serta tes kemampuan akademis dengan nilai sekurang-
kurangnya 8,00
2. Persyaratan Psikologis, yang diperoleh dari hasil pemeriksaan psikologis
meliputi tes kemampuan intelektuan umum, tes kreativitas, dan
keterikatan pada tugas. Peserta yang lulus psikologi adalah mereka yang
memiliki kamampuan itelejensi umum dengan kategori jenius (IQ ≥ 140)

7. Drs, Hendro Ari Setyono.dkk. Pembelajaran Akselerasi,(Jakarta:Prestasi Pustaka,2011),hal.221

8 Ibid.,hal.223

8
atau mereka dengan kategori cerdas (IQ ≥ 125) yang ditunjang oleg=h
kreativitas dan keterikatan terhadap tugas dalam kategori diatas rata-rata.
3. Informasi data Subyektif, yaitu nominasi yang diperoleh dari diri
sendiri(self nomination), teman sebaya (peer nomination), orangtua, dan
guru sebagai hasil dari pengamatan sejumlah ciri-ciri keberbakatan.
4. Kesehatan fisik, yang ditunjukan dengan surat keterangan sehat dari
dokter.
5. Kesediaan calon siswa dan persetujuan orang tua.
F. Manfaat Akselerasi
Southern dan Jones dalam Akbar (2004: 7) menyebutkan keuntungan dari
penyelenggaraan program kelas akselerasi bagi anak berbakat, antara lain:9

1. Meningkatkan efisiensi . Siswa yang telah siap dengan bahan-bahan pengajaran


dan menguasai kurikulum pada tingkat akan belajar lebih baik dan efisien.
2. Meningkatkan efektivitas. Siswa yang terikat belajar pada tingkat kelas yang
dipersiapkan dan menguasai keterampilan-keterampilan sebelumnya merupakan
siswa yang paling efektif.
3. Penghargaan. Siswa yang telah mampu mencapai tingkat tertentu sepantasnya
memperoleh penghargaan atas prestasi yang dicapainya.
4. Meningkatkan waktu untuk karier. Adanya pengurangan waktu belajar akan
meningkatkan produktivitas siswa, penghasilan, dan kehidupan pribadinya pada
waktu yang lain.
5. Membuka siswa pada kelompok barunya. Dengan program akselerasi, siswa
dimungkinkan untuk bergabung dengan siswa lain yang memiliki kemampuan
intelektual dan akademis yang sama.
6. Ekonomis. Keuntungan bagi sekolah ialah tidak perlu mengeluarkan banyak biaya
untuk mendidik guru khusus anak berbakat.

G. Kelemahan Akselerasi
a. Segi akademik
 Bahan ajar terlalu tinggi bagi siswa akselerasi.

9 Ibid.,hal.12

9
 Kemampuan siswa melebihi teman sebayanya bersifat sementara
 Siswa akseleran kemungkinan imatur secara sosial, fisik dan
emosional dalam tingkatan kelas tertentu
 Siswa akseleran terikat pada keputusan karier lebih dini tidak efisien
sehingga mahal.
 Siswa ekseleran mengembangkan kedewasaan yang luar biasa tanpa
adanya pengalaman yang dimiliki sebelumnya
 Pengalaman-pengalaman yang sesuai untuk anak seusianya tidak
dialami karena tidak merupakan bagian dari kurikulum
 Tuntutan sebagai siswa sebagian besar pada produk akademik
konvergen sehingga siswa akseleran akan kehilangan kesempatan
mengembangkan kemampuan berpikir kreatif dan divergen.
b. Segi penyesuaian sosial
 Kekurangan waktu beraktivitas dengan teman sebayanya
 iswa akan kehilangan aktivitas sosial yang penting dalam usia
sebenarnya dan kehilangan waktu bermain.
c. Berkurangnya kesempatan kegiatan ekstrakurikuler
d. Penyesuaian emosional
 Siswa akseleran pada akhirnya akan mengalami burn out di bawah
rekanan yang ada dan kemungkinan menjadi underachiever
 Siswa akseleran akan mudah frsutasi dengan adanya tekanan dan
tuntutan berprestasi.
 Adanya tekanan untuk berprestasi membuat siswa akseleran
kehilangan kesempatan untuk mengembangkan hobi.
H. Landasan Program Akselerasi (Percepatan)
Landasan dan pengembangan sistim pembelajaran program akselerasi adalah
sesuai dengan:
1. Undang-undang No. 2 tahun 1989 tentang Sistim Pendidikan Nasional10
yang tertuang dalam:

10 Depertemen Pendidikan Nasional RI, UU tentang sistem pendidikan Nasional,Jakarta:


PT.Pradya Paramita, 1989.

10
a. Pasal 8 ayat 2:
Warga Negara yang memiliki kemampuan dan kecerdasan luar biasa
berhak memperoleh perhatian khusus.
b. Pasal 24 ayat 1 dan 6:
c. Setiap peserta didik berhak mendapatkan perlakuan sesuai dengan
bakat, minat dan kemampuannya dan berhak menyelesaikan program
pendidikan lebih awal dari waktu yang ditentukan.
d. Pasal 26:
Peserta didik berkesempatan untuk mengembangkan kemampuan
dirinya dengan belajar pada setiap saat dalam perjalanan hidupnya
sesuai dengan bakat, minat dan kemampuan masing-masing.
e. Garis_Garis Besar Haluan Negara Tahun 1999
Butir 1:
Yaitu mengupayakan perluasan dan pemerataan kesempatan
memperoleh pendidikan yang bermutu tinggi bagi seluruh rakyat
Indonesia menuju terciptanya manusia Indonesia berkualitas tinggi
dengan peningkatan anggaran pendidikan secara berarti.
Butir 7:
Yaitu mengembangkan kualitas SDM sedini mungkin secara terarah,
terpadu,dan menyentuh melalui berbagai upaya proaktif dan reaktif
oleh seluruh komponen bangsa agar generasi muda dapat
berkembang secara optimal disertai dengan hak dukungan dan
lindungan sesuai dengan potensinya.
I. Bimbingan dan Konseling
Pelayanan bimbingan dan konseling sangat diperlukan agar potensi keberbakatan
tinggi yang dimiliki oleh siswa dapat dikembangkan dan tersalur secara optimal. Program
Bimbingan dan Konseling diarahkan untuk dapat menjaga terjadinya keseimbangan dan
keserasian dalam perkembangan intelektual, emosional dan social. Hendaknya dijaga agar
jangan sampai penyelenggara Program Cerdas Istimewa (Akselerasi) terlalu menekankan
perkembangan intelektual dan kurang mementingkan perkembangan emosional dan sosial

11
anak seirama dengan jiwa keremajaannya. Selain itu, Program Bimbingan dan Konseling
diharapkan dapat mencegah dan mengatasi potensi-potensi negative yang dapat terjadi
dalam proses percepatan belajar. Potensi negative tersebut, misalnya, siswa akan mudah
frustasi karena adanya tekanan dan tuntutan untuk berprestasi, siswa menjadi terasing atau
agresif terhadap orang lain karena sedikit kesempatan untuk membentuk persahabatan
pada masanya, ataupun kegelisahan akibat harus menentukan keputusan karier lebih dini
dari biasanya.

2.2 Akselerasi, Pengayaan, dan Pengelompokan


Pada dasarnya bentuk pelaksanaan pendidikan bagi anak yang berprestasi atau diatas
rata-rata (dalam istilah sutratina, anak supernormal) dapat dilakukan dengan beberapa cara
yaitu.

1. Acceleration (Percepatan)
2. Segregation (Pengelompokan)
3. Enrichment (Pengayaan)11
Program acceleration dapat dilaksanakan dengan cara masuk sekolah sebelum
waktunya, naik kelas sebelum waktunya, merangkap kelas, meloncat kelas, menyelesaikan
bahwa pelajaran dalam waktu yang singkat sesuai dengan kemampuan yang istimewa,
menghilangkan bagian yang dianggap kurang penting atau yang sangat mudah karena sudah
dapat belajar sendiri, sehingga dengan mempelajari buku dengan cara meloncat-loncat.
Acceleration dapat berjalan praktis apabila sekolah itu mempergunakan sistem maju
berkelanjutan dan sistam kredit, ini berarti anak dapat maju terus sesuai dengan kemampuan
sendiri (cepat atau lambat). 12
Segregation (pengelompokan) adalah upaya untuk menyatukan siswa yang sangat
cerdas, setidaknya paruh waktu, untuk membantu kebahagiaan dalam bidang akademis dan
sosial-emosional. Akselerasi dan pengayaan terkadang membutuhkan pengelompokan.
1. Kelas biasa ditambah kelas khusus, jadi anak yang diatas rata-rata mengikuti
seluruh jegiatan disekolahnya setelah itu mendapat pelajaran tambahan di kelas
khusus.

11 Sutratinah Tirtonegoro, Anak Supernormal dan Program Pendidikannya, (Jakarta: Bina Aksara, 2000), 104
12 Sutratina Tirtonegoro, Anak Supernormal..., 104

12
2. Mengikuti kelas biasa (reguler class) tetapi tidak penuh 100% (hanya sekitar 75
%) ditambah dengan mengikuti kelas khusus (special class), maka anak diatas
rata-rata masih bisa melakukan kegiatan-kegiatan lain yang dibutuhkan untuk
pengembangan aspek-aspek kepribadian, karena jumlah belajar yang cukup lama
dikelas khusus anak diatas masih memperoleh kesempatan bersaing dengan teman
sesama diatas rata-rata.
3. Secara penuh anak diatas rata-rata dimasukkan dengan kelas khusus, ini berarti
guru-guru, kurikulum, metode pembelajaran, dan lain-lain komponen pendidikan
dilaksanakan secara khusus.
4. Mendirikan sekolah khusus untuk anak diatas rata-rata agar mendapat
kesempatan seluas-luasnya untuk mengembangkan diri, karena dapat bersaing
dengan anak lain dengan segala fasilitas yang diperlukan.13
Enrichment (pengayaan) adalah upaya untuk memberikan materi pelajaran yang jauh
lebih luas dan dalam kepada siswa, tetapi tanpa memberikan nilai atau penempatan yang
lebih maju. Dalam program ini siswa diberi pelajaran sebagai satu pengayaan. Bentuk
pengayaan ini dapat di laksanakan dengan dua cara yaitu:
1. Secara vertikal
Pada program ini siswa diberi kesempatan untuk memperdalam materi pelajaran yang
di senangi. Hal ini di arahkan pada spesialisasi satu bidang tertentu sesuai minat siswa.
2. Secara Horizontal
Siswa di beri kesempatan untuk memperluas pengetahuan tentang materi pelajaran
yang di pelajari dengan tambahan pengayaan. Adapun materi yang di tambahkan dapat
berupa memperluas kurikulum, memperluas materi pelajaran itu sendiri dan mengadakan
kegiatan seperti library skill, penelitian, tugas praktek lapangan dll.

2.3 Apakah Akselerasi itu efektif?


Menurut pengalaman Nicholas Colangelo selama berpuluh tahun di Belin-Blank
International Center For Gifted Education and Talent Development di Universitas of Lowa,
beliau menyimpulkan masalah dan mamfaat yang telah terbukti tentang topik
akselerasi.kritik menyatakan secara tidak tepat bahwa akselerasi merusak siswa yang
cerdas dalam hal pendidikan, psikologi, dan sosial, diantaranya:

13 Sutratina Tirtonegoro, Anak Supernormal..., 110-112

13
1. Menghasilkan kesenjangan dalam pengetahuan
2. Menyebabkan ketidak seimbangan sosial/emosial dengan menempatkan mereka
bersama siswa yang lebih tua, dengan jangka panjang dan mengerikan
3. Memburu-buru dan menekan anak
4. Tidak adil untuk anak mereka “karena semua anak kelas 2 SD tempatnya di kelas 2
SD!”; atau tidak perlu karena tanpa akselerasipun tak masalah.

Selain itu Karen Roger menambahkan kekhawatiran lain tentang akselerasi tingkatan
kelas, yaitu harga diri anak bisa berkurang bila teman kelas yang mengalami percepatan itu
aneh dan anak yang cerdas mungkin mengurangi persepsi diri dalam bidang akademisnya,
karena tugas sekolah tidak lagi mudah.14

Colangelo menyatakan bahwa akselerasi sangat membatu siswa yang sangat cerdas
secara akademis, tanpa mengubah mereka secara sosial atau emosional. Selain itu colangelo
juga menekankan bahwa semua siswa yang luar biasa berbakat jelas-jelas membutuhkan
akselerasi. Sebenarnya hambatan untuk melakukan akselerasi siswa yang sangat cerdas
adalah dengan tidak memahami penelitian tentang akselerasi atau mengabaikannya. Selain
itu anggapan negatif tentang program akselerasi itu berasal dari pilihan pribadi atau bias
politik dari pengawas, kepala sekolah, atau guru. Rogerspun menambahkan dari hasil
penelitian yang dilakukan terhadap semua siswa yang melakukan akselerasi bahwa tidak ada
pilihan akselerasi yang merusak kesehatan psikologis, penyesuaian sosial, harga diri
akademis atau prestasi akademis.

Banyak kemampuan penting keberhasilan anak yang cerdas mengikuti akselerasi


mencakup, kemampuan untuk memahami intruksi, pengetahuan keterampilan, dan
kemampuan analisis didalam sistem simbol tertentu (misalnya matematika, bahasa),
kemampuan untuk bekerja sendiri, minat yang tinggi, ketekunan, tidak mengikuti kata hati,
dan kekhawatiran yang rendah.

Pelaksanaan kelas Akselerasi di Indonesia

Pelaksanaan Akselerasi di Indonesia masih belum Efektif, ini dibuktikan dengan


dengan adanya kutipan berita dari surat kabar Kompas yang berisi tentang belum efektifnya

14 A.Gary Davis, Anak Berbakat dan Pendidikan keberbakatan,( jakarta: GPP,indeks 2012) hal.101

14
kelas Akselerasi di Indonesia (terlampir). Meskipun hal itu hanya beberapa penelitian yang
dilakukan di sekolah SMAN 70 Jakarta yang menyelenggarakan kelas akselerasi tetapi hal itu
cukup mewakili penggambaran masyarakat tentang belum efektifnya pelaksanaan
Akselerasi di Indonesia. Ini dibuktikan dengan:

1. Kurangnya perhatian dari pemerintah terhadap anak berbakat seperti kurangnya


fasilitas-fasilitas pendukung
2. Pembelajaran tidak berbahasa inggris
3. Pembelajaran juga belum sepenuhnya berbasis teknologi informasi
4. hampir tidak ada perbedaan antara kelas reguler dan kelas akselerasi. Dari sarana
ruang kelas, tenaga pengajar, sampai materi pelajarannya sama.
5. Perbedaanya hanya di kelas percepatan bahan pengajaran harus selesai lebih cepat.
Tuntutan itu menjadikan kelas khusus ini kurang efektif.
6. Anak menjadi lelah karna tugas menumpuk
7. Nilai ujian akhir siswa akselerasi tidak lebih tinggi dari siswa reguler unggulan
8. Guru kekurangan waktu untuk mengajar karena kelas Akselerasi berbeda pelayanan
kelas akselerasi dengan reguler dari segi perbedaan kalender pendidikan, murid
akselerasi lulus dalam waktu dua tahun.

Seharusnya peran pemerintah juga sangat penting dalam terciptanya keefektifan kelas
akselerasi, karena dengan dukungan pemerintah siswa kelas akselerasi bisa lebih
mengembangkan kemampuannya dengan lengkapnya fasilitas-fasilitas pendukung ketika
belajar dikelas akselerasi, sebagai pendidik siswa akselerasi maka sudah selayaknya semua
tenaga pengajarnya berstandar kelayakan, baik kualitas personal (kompetensi,
profesionalitas, efektivitas maupun leadership), kualifikasi pendidikan serta relevansi
pendidikannya.15

2.4 Pendaftaran Awal untuk Taman Kanak-kanak atau Kelas 1 SD

Pendaftaran dini berguna untuk mengakomodasi antusiasme, imajinasi, keingintahuan, dan


kebutuhan untuk mengamati serta menyelediki anak yang berbakat. Tetapi sejumlah

15 Drs, Hendro Ari Setyono.dkk. Pembelajaran Akselerasi,(Jakarta:Prestasi Pustaka,2011),hal.vi

15
pendidik mengkhawatirkan anak-anak yang diterima di usia dini tidak mampu bersosialisasi
dengan baik bersama anak yang lebih tua, memiliki sedikit teman, dan tidak bahagia,
mereka akan kehilangan masa anak-anak, permintaan akademis yang menyebabkan anak
stres, kompetensi akademis dan prestasi akan buruk, mereka tidak akan mengembangkan
keterampilan kepemimpinan, mereka akan menjadi sombong, kesiapan anak itu sendiri
untuk mengikuti pendaftaran dini . banyak orang tua yang memalsukan data dengan
mengubah akta kelahiran anaknya agar anaknya diterima. Tentu saja pendaftaran dini ke TK
atau SD ini harus diseleksi secara hati-hati dievaluasi, terkait dengan kesiapan kognitif,
emosional, dan kematangan sosial serta fisik.

Kriteria anak untuk pendaftaran usia dini ke TK atau SD,yaitu:

 IQ 130 atau lebih. Tetapi, bila tingkat rata-rata IQ seluruh sekolah adalah 120 atau
125, anak yang cerdas bisa menunggu. Kurikulum reguler yang ada di sekolah itu
akan cukup sulit
 Setidaknya, koordinasi mata-tangan yang cukup baik
 Pemahaman bacaan dan analisis aritmatika yang maju
 Tidak ada maslah penyesuaian yang serius (baik secara sosial maupun emosional)
 Guru yang menerima murid seharusnya mendukung pendaftaran dini dan bersedia
untuk membantu anak menyesuaikan diri. (tapi apabila anak benar-benar siap,
sebagian besar guru yang awalnya bersikap negatif akan berubah sikap).
 Keluarga anak harus menghargai prestasi akademis lebih dari keberhasilan atletik,
karena anak dengan tubuh kecil memiliki kemungkinan kecil untuk menjadi bintang
pemain bola atau bisbol.
2.5 Lompat Kelas
Lompat kelas adalah dimana anak sudah menguasai materi yang di berikan. Dua
strategi dapat digunakan dalam metode lompat kelas. Pertama, akselerasi bisa terjadi
selama tahun akademis. Contoh, terkadang selama di tahun kedua, Roberta kecil bisa
pindah ke kelas 3 selama sisa tahun akademis itu. Keputusan seperti itu biasanya di hasilkan
dari pertemuan yang dihadiri oleh orangtua, guru yang mengajar Roberta di kelas 2, kepala
sekolah, dan konselor dan/atau psikologi sekolah. Di pendekatan kedua, seorang anak bisa
lompat kelas selama satu tahun penuh. Contoh, setelah Roberta menyelesaikan kelas 2, dia
memasuki kelas 4 di tahun ajaran berikutnya.
16
Lompat kelas atau “promosi ganda”, biasanya terjadi di tingkatan kelas SD yang
terendah, tetapi terkadang di tingkatan yang lebih tinggi. Sejumlah anak yang sangat cerdas
melompati dua atau tiga tingkatan (biasanya lebih) dan memasuki perguruan tinggi di usia
15 atau 16 tahun (atau bahkan lebih muda). Ini sering disebut akselerasi radikal.
Pertimbangan untuk lompat kelas menyerupai program pendaftaran dini untuk TK
atau SD : IQ lebih dari 130 ; lompat satu tingkatan kelas pada satu waktu ; mendiagnosis dan
memperbaiki kesenjangan keterampilan apapun ; guru harus mendukung ; orangtua harus
lebih menghargai nilai akademis daripada olahraga ; dan anak seharusnya matang,
termotivasi, dan membutuhkan rangsangan serta tantangan intelektual.
2.6 Lompat Materi

Lompat materi adalah akselerasi sebagian, dibandingkan dengan akselerasi


penuh dari lompat kelas. Hal ini mencakup tindakan untuk memelajari subjek
tertentu, khususnya subjek yang berurutan seperti matematika dan membaca,
dengan siswa di tingkatkan yang lebih tinggi.

Lompat satu materi terkadang digunakan untuk bereksperimen dengan


penyesuaian akademis dan sosial di tingkatan kelas yang lebih tinggi. Bila
penyesuaian akademis dan sosial-emosional tidak mengalami masalah, guru lalu
bisa merekomendasikan akselerasi tingkatan kelas atau akselerasi penuh.

2.7 Program Teleskop

Siswa yang cukup mampu dapat mempelajari pelajaran yang seharusnya


tiga tahun bisa di padatkan menjadi dua tahun dan lebih banyak tugas sebagai
kompensasi untuk lulus lebih cepat.

Menggambarkan hasil kursus fisika selama tiga minggu di musim panas


yang untuk kedelapan kalinya. Pelajaran yang di berikan setara dengan pelajaran
selama setahun di SMA atau setara satu semester di perguruan tinggi.

2.8 Nilai dengan Pengujian

Di SMP atau SMA, siswa yang berbakat, biasanya, dalam matematika atau bahasa
yang mungkin didapat dari kursus musim panas atau perjalanan ke luar negeri sering kali

17
bisa “mencoba” suatu pelajaran dan mendapat nilai penuh. Kebijakan ini mencegah
pengulangan dan kebosanan, serta mendorong siswa yang mampu untuk menetapkan
tujuan dan berusaha mencapai tujuan itu. Untuk adilnya, seorang kandidat seharusnya
menerima ringkasan pelajaran, sehingga dia dapat mengevaluasi keterampilannya dan
berkonsentrasi untuk mempelajari materi yang belum dikuasai.

Nilai perguruan tinggi juga bisa didapat lewat pengujian dengan program Pengujian
Tingkat Perguruan Tinggi (CLEP). Ujian CLEP tersedia di 30 mata pelajaran, termasuk
matematika, komposisi dan literatur Bahasa Inggris, bisnis, ilmu komputer, keperawatan,
pendidikan, psikologi, dan bahasa asing. Sayangnya, beberapa perguruan tinggi tidak
menerima nilai CLEP. Sebelum membayar untuk mendaftar ujian CLEP, siswa yang tertarik
harus memastikan dulu apakah perguruan tinggi yang mereka milih menerima nilai CLEP.

2.9 Pelajaran Perguruan Tinggi Ketika di SMA


Ada tiga strategi yang memungkinkan siswa SMA untuk mengambil pelajaran
perguruan tinggi. Pertama, dengan rencana pendaftaran ganda, siswa SMA diizinkan untuk
separuh hari mengambil satu atau dua pelajaran di perguruan tinggi setempat. Nilai
biasanya bisa ditransfer ke perguruan tinggi yang berbeda. Kedua, program penempatan
yang lebih maju (AP). Colangelo mendeskripsikan program AP sebagai pilihan yang terbaik
berskala besar yang saat ini tersedia untuk menantang kemampuan siswa SMA yang sangat
cerdas. Banyak untuk media SMA besar menawari kursus AP tingkat perguruan tinggi yang
diajari oleh siswa instruktur yang mengikuti gambaran besar kursus AP, dan menggunakan
sumber daya pengajaran yang disarankan dan lainnya. Kursus dan ujian ada di sejumlah
bidang pelajaran misalnya, komposisi dan literatur Inggris, ilmu komputer, psikologi, bahasa
perancis, bahasa jerman, bahasa spanyol, bahasa latin, teori musik, sejarah, sejarah seni,
biologi, ekonomi, kalkulus, kimia dan banyak lagi. Dengan kelas AP, siswa bisa memasuki
perguruan tinggi setelah mengantongi dua semester atau lebih nilai perguruan tinggi.
Berita baiknya, kelas AP menyatukan anak yang cerdas dan berprestasi tinggi, dan
siswa-siswi ini mendapatkan kredit nilai perguruan tinggi. Berita buruknya, kelas AP
terkadang membutuhkan jumlah pekerjaan rumah yang banyak.
AP untuk para siswa yang tidak cerdas? Sejumlah kelas AP akan menerima siswa
dengan motivasi tinggi, termasuk siswa dengan nilai “C” dan “D”. Tetapi, siswa diberi

18
pengertian tentang kesulitan kelas AP. Selain itu, orangtua yang sangat termotivasi
terkadang menginginkan anak mereka yang tidak terlalu termotivasi, untuk apa di kelas AP.
Guru AP biasanya mencoba membujuk mereka untuk tidak seperti itu.
Tes AP diberikan setiap awal Mei, Tanpa mengambil kelas AP, siapa pun bisa
mempersiapkan diri secara individu dan mengambil tes AP.
Strategi ketiga yang tersedia untuk siswa SMA adalah kursus korespondensi
universitas. Kursus ini ditawarkan oleh setiap universitas besar, biasanya ditingkat
mahasiswa tahun pertama dan kedua. Mereka memberikan nilai perguruan tinggi ke siswa
SMA. Nilai inti tersedia di banyak mata pelajaran, tetapi bukan mata pelajaran yang
menurut interaksi guru-siswa (misalnya, pidato) atau kerja laboratorium (misalnya, kimia,
fisika). Tes tertulis dilakukan di universitas yang menawarkan kursus ini.

2.10 Pendaftaran Dini ke Perguruan Tinggi


Beberapa siswa SMA yang sangat cerdas, dan siswa SMP, walaupun sangat jarang,
diizinkan untuk lebih dini dan awal memasuki perguruan tinggi sebagai siswa purna waktu.
Seperti segala bentuk akselerasi, tujuannya adalah tantangan pendidikan yang tepat. Siswa
SMA yang cerdas bisa mempercepat tugas SMA mereka dam lulus lebih dini, atau sekadar
meninggalkan SMA lebih awal tanpa tamat sekolah. Untuk kedua pilihan itu, seorang
konselor, yang ditemui secara regular sejak mulai sekolah di SMA, akan: (1) membantu
merencanakan program akselerasiyang memungkinnkan kelulusan lebih awal, atau (2)
memastikan bahwa perguruan tinggi yang dituju akan menerima siswa yang mampu
walaupun tidaK lulus SMA.
Muratori, Colangelo, dan Assouline menggunakan wawancara, observas, dan survey
terhadap orangtua serta siswa, untuk mengeksplorasi penyesuaian ditahun pertama dalam
bidang akademis, sosial, keluarga, dan hal lain dari 10 mahasiswa baru (enam perempuan,
empat laki-laki) yang diterima di University of lowa pada usia lebih muda. Semua mengalami
lompat kelas sebanyak 1 tahun di SMA. Beberapa siswa mendapati, cukup mudah untuk
tinggal jauh dari rumah, terutama mereka yang sebelumnya telah berpartisipasi dalam acara
berkemah, tinggal di asrama perguruan tinggi, atau tinggal di negara asing. Beberapa siswa,
yang sebelumnya tidak pernah tinggal jauh dari rumah atau yang kehilangan teman,
menggambarkan pengalaman itu sebagai “sulit” atau “mengerikan”. Semua siswa
membentuk hubungan pertemanan di kampus; tetapi, tiga diantaranya kangen rumah.

19
Terlepas dari pengalaman positif di University of lowa, satu anak perempuan yang sangat
kangen rumah kembali ke SMA saat libur semester.
Tinggal di asrama membantu siswa ini melakukan penyesuaian sosial. Selain itu,
mereka semua menyukai tantangan akademis di sana,dibandingkan dengan kesibukan dan
kecepatan yang lambat di SMA, bersama dengan sedikit guru SMA yang ketat dan tidak
kompeten. Rata-rata IPK mereka di semester pertama adalah 3,18. Nilai ini lebih tinggi
daripada siswa tahun pertama di University of lowa. Terkait dengan pilihan mereka untuk
lebih dini memasuki perguruan tinggi, satu siswa berkomentar bahwa bila dia tetap tinggal
di SMA, “saya mungkin akan menjadi gila!.... saya akan benar-benar bosan.” Yang lain
berkata dengan bergurau bahwa dia akan menderita “keterbelakangan emosional atau
sesuatu seperti itu!”
Seorang siswa berkata, ditahun-tahun kehidupannya di sekolah lanjutan, dia menjadi
“malas dan… apatis terhadap sekolah.. itu adalah rutinitasyang sama setiap hari.” Tetapi,
empat dari 10 siswa memiliki reaksi campuran tentang tahun pertama di perguruan tinggi
dan dua dari mereka benar-benar menyesali pilihan itu. Masalahnya termasuk rasa tidak
suka terhadap professor (yang arogan dan antisosial), rasa tidak suka terhadap teman satu
kamar, kehilangan pengalaman SMA yang berharga, dan kehilangan komunitas tempat
tinggal. Suatu jejaring pertemanan diperguruan tinggi yang kuat dengan cepat
meningkatkan rasa puas mereka terhadap perguruan tinggi.

2.11 SMA Berasrama

SMA berasrama telah muncul di negara bagian telah muncul seperempat abd terkhir
banyak yang berfokus pada subjek seperti matematika, sains, dan computer. Sekolah
seperti itu secara akurat memperkirakan bahwa SMA regular benar-benar tidak mampu
memberikan cukup pelajaran matematika dan sains untuk siswa yang menyelesaikan
dengan cepat apa yang ditawarkan sekolah dalam satu atau dua tahun. Sampai tahun 2013,
ada 10 negara bagian dengan SMA berarama.

Adapun nama-nama SMA berasrama yang ada yaitu :

1) Arkansas School For Math and Science in Hot Springs


2) Illinois Mathematics and Science Academy

20
3) Indiana Academy For Science, Mathematics, and the Humanities
4) Louisiana School for Math, Science and the Arts
5) Massachusetts Academy of Mathematics and Science
6) Mississipi School for Math and Science
7) Missouri Academy of Science, Mathematics, and Computing
8) North Carolina School of Science and Mathematic
9) South Carolina Governor’s School for Science and Mathematics
10) Texas Academy of Mathematics and Science

Semua SMA berasama diciptakan oleh peraturan negara bagian dan didukung oleh
dana negara bagian. Semua itu mencakup siswa dalam kelompok ras dan etnis tertentu,
yang sesuai dengan komposisi ras dan etnik negara bagian. Semua, kecuali tiga, berlokasi
dikampus, yang menyediakan asrama, kafetaria, fasilitas rekreasi,kelas, dan sumber daya
akademik lainnya, ditambah peluang untuk seni, music, dan teater. Sekolah Illinois
beroperasi di SMA yang dikosongkan. Sekolah di Carolina Utara dan Arkansas merupakan
rumah sakit menjadi ruang kelas, perpustakaan, asrama, labolatorium, dan tempat
bersantai. Semuanya memiliki kafetaria.

Keluhan dan kecaman tampaknya mengikuti rencana pendidikan baru apapun. Di dalam kasus SMA
berasrama, keluhan mencakup:

1) SMA kehilangan siswa terbaik mereka (masalah “pengeringan otak”)


2) Siswa meninggalkan rumah terlalu dini
3) Sekolah elit seperti itu menciptakan arogansi, dan
4) Orang muda akan dipengaruhi oleh mahasiswa nakal, yang terlibat dalam obat-
obatan terlarang, seks, pembunuhan, terorisme, dan pelanggaran peraturan lalu
lintas.
2.12 Program Baccalaureate International (IBP)

Secara keseluruhan, ada 1310 program IB “yang disahkan” di 110 negara. Tepatnya,
1000 program IB yang memilih dengan sangat selektif Program Diploma-SMA dua tahun
untuk siswa dengan usia 16 hingga 19 tahun. Sisanya adalah program yang bertajuk Middle
Years Programs and Primary Years Programs, yang didesain untuk siswa yang lebih muda
dan bukan persyaratan untuk Program Diploma-SMA. Program IB sangat selektif, mencakup

21
pelajaran yang lebih sulit dan bahas a asing, serta memperkenalkan siswa dengan persoalan
dan masalah internasional.

Siswa dipilih oleh komite guru, konselor, dan pengelola yang menganalisis prestasi
akademis, melaksanakan aktivitas ekstrakulikuler serta motivasi, dan pernyataan tertulis
dari setiap pelamar. Secara akademis, semua siswa IB ada di 10% bagian atas.

Di Program Diploma-SMA,kursus yang ditawarkan mencangkup kursus dua tahun Tingkatan


yang Lebih Tinggi (HL) dan kursus satu tahun Level Standar (SL), kursus itu mencangkup
enam bidang, yaitu:

1. Bahasa AI (bahasa ibu) yang mencangkup pelajaran literatur dunia


2. Bahasa Kedua
3. Individu dan Masyarakat (misalnya, bisnis,geografi,psikologi,antropologi)
4. Sains yang bersifat eksperimen (misalnya biologi, fisika, system lingkungan,
teknologi desain)
5. Matematika, dan
6. Seni dan mata pelajaran pilihan (seni, music, teater)

Menurut kolumnis Washington Post, Jay Mathews, kita memiliki masalah nilai tes
yang tidak jujur. Sebagian besar perguruan tinggi tampaknya akan menghargai nilai
perguruan tinggi hanya untuk kursus HL dua tahun, tetapi tidak untuk kursus SL satu tahun.
Hal ini, terlepas dari fakta bahwa mereka memang menghargai nilai perguruan tinggi untik
kursus AP satu tahun, yang sebenarnya bisa lebih mudah. Untuk mendapatkan nilai
perguruan tinggi, banyak siswa IB harus mengambil ujian AP ssebagai tambahan untuk ujian
IB mereka. Satu pengelola sekolah IB melihat setiap bulan Mei sebagai “kebun binatang
ujian” karena SMA-nya member 532 ujian IB dan 961 ujian AP, semuanya dalam waktu satu
bulan itu.

2.13 Pencarian Bakat dan Pencarian Bakat Sekolah Dasar

Pada tahun 1971, Julian Stanley memulai penelitiannya tentang kamum muda yang
jenius dalam bidang matematika (SMPY) di John Hopkins University. Dia mengasumsikan
dengan tepat bahwa siswanya yang berbakat secara matematis, diperlambat oleh guru
matematika yang mengasumsikan bahwa semua siswa harus belajar dengan tahapan yang

22
sudah pasti. Dengan menggunakan Tes Kemampuan Pelajaran Matematika (SAT-M), dia
mengidentifikasi siswa kelas 7 dan sejumlah siswa kelas 8 yang memiliki nilai di atas
persentil 51, dalam perbandingan dengan siswa SMP dan SMA yang orang tuanya tidak lulus
perguruan tinggi. Nilai IQ dari siswa kelas tujuh dan delapan merentang dari 135 ke 200.
Siswa ini mengambil kelas metematika musim panas di Johns Hopkins dan menguasai satu
atau dua tahun materi aljabar dan geometri SMA dalam waktu tiga minggu. Stanley berkata,
mereka bekerja, bukan tidur. Stanley juga menyarankan siswa itu untuk memilih akselerasi
sebagai berikut:

1) Menghadiri kelas di perguruan tinggi paruh waktu


2) Memadatkan materi matematika untuk dua tahun atau lebih menjadi satu
tahun
3) Mendapat nilai perguruan tinggi di program CLEP atau AP
4) Lompat kelas, dan
5) Mendaftar perguruan tinggi lebih dini

SMPY di Johns Hopkins baru-baru ini melaksanakan pencarian nasional untuk “satu dalam
10000” siswa dalam dua kelompok yang disebut “kelompok SAT-Verbal sebelum usia 13”.
Siswa di kedua kelompok dibantu dalam hal pendidikan, contohnya, dengan beasiswa untuk
aktivitas musim panas pra-perguruan tinggi, terutama Pencarian Bakat dan dengan bulletin
yang menggambarkan cara untuk mempercepat pendidikan mereka. Anak-anak langka ini
juga diteliti.

Program universitas pencarian bakat ini meniru SMPY di Johns Hopkins. Siswa kelas 7
yang luar biasa cerdas diidentifiksi dengan Tes Kemampuan Terkait Pelajaran-I (SAT-I) yang
lebih baru, yang mengevaluasi kemampuan matematika dan verbal. Seperti SMPY, aktivitas
utama adalah kursus musim panas, beberapa yang memiliki nilai AP. Contoh, satu program
Pencarian Bakat yang ada menawarkan 14 kursus: Kalkulus (AP), Sains labolatorium,
ekonomi, survey ilmu social, pidato dan debat, bahasa Yunani, mitologi, dan lainnya.

23
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Siswa jika terlalu banyak diberikan materi pembelajaran apapun sangat berpengaruh
terhadap kehidupanya, kemampuan siswa yang unggul di bidang akademiknya membuat
siswa mengalami masalah dibidang sosial, tetapi hal tersebut tidak selalu menjadi patokan,
sebab perkembangan tiap anak berbakat atau akseleran itu berbeda, asalkan saja akseleran
mau menempatkan diri pada posisi yang sesuai di lingkungan sekitarnya. Karena itu perlu
dibuat lingkungan yang bersahabat agar dapat mengembangkan sikap sosial akseleran dan
diharapkan dapat memenuhi minat belajar anak.

Peran pemerintah juga sangat penting dalam terciptanya keefektifan kelas


akselerasi, karena dengan dukungan pemerintah siswa kelas akselerasi bisa lebih
mengembangkan kemampuannya dengan lengkapnya fasilitas-fasilitas pendukung ketika
belajar dikelas akselerasi.

Sebagai pendidik siswa akselerasi maka sudah selayaknya semua tenaga


pengajarnya berstandar kelayakan, baik kualitas personal (kompetensi, profesionalitas,
efektivitas maupun leadership), kualifikasi pendidikan serta relevansi pendidikannya.

24
Daftar Pustaka

A.Gary Davis.2012. Anak Berbakat dan pendidikan Keberbakatan. Jakarta: GPP, Indeks

Wjs.Poerwadarminta. 2006. Kamus Besar Bahasa Indonesis, Jakarta: Balai Pustakahal

Depdiknas. 2001. Program Penyelenggaran Program Percepatan Belajar SD, SLTP, SMU.
Jakarta

Iif Khoiru Ahmadi,M.Pd.dkk. 2001. Pembelajaran Akselerasi, Jakarta:Prestasi Pustaka

http://monikyusemangad.blogspot.com/2012/04/makalah-komparatif-tentang-kelas.html
(diunduh tanggal 27-4-2013 jam 13.00 WIB)

http://www.ditplb.or.id/profile.php?id=50 (diunduh tanggal 27-4-2013 jam 13.20 WIB)

http://prestasipustakaraya.com/pembelajaran-akselerasi.html/ (diunduh tanggal 27-4-2013


jam 14.20 WIB)

http://jurnalakselerasi.wordpress.com/tag/akselerasi/ (diunduh tanggal 28-4-2013 jam 19.33


WIB)

http://books.google.co.id/books?id=MGrN2AhZX0AC&pg=PA2004&dq=Akselerasi,+Penga
yaan,+dan+Pengelompokan&hl=id&sa=X&ei=P4SAUf3fK6f94APNqoHQAw&redir_esc=y
#v=onepage&q=Akselerasi%2C%20Pengayaan%2C%20dan%20Pengelompokan&f=false
(diunduh tanggal 28-4-2013 20.00 WIB)

25
Lampiran

Kelas Akselerasi Belum Efektif ?


Pembelajaran Belum Berbasis Bahasa Inggris
Sabtu, 24 November 2007
_______________________________________________________________________
Jakarta, Kompas - Kelas akselerasi yang dijalankan sejumlah sekolah belum efektif
menumbuhkan potensi dalam diri anak-anak berbakat karena hanya mengejar anak
cepat lulus. Fasilitas-fasilitas lain yang mendukung kebutuhan anak dengan kecerdasan
di atas- rata-rata dan bakat berbeda-beda ini belum sepenuhnya diperhatikan.
Perombakan model seperti yang diinginkan pemerintah belum dapat dilaksanakan.
Murid akselerasi masih belajar di kelas khusus. Pembelajaran juga tidak berbahasa
Inggris seperti yang diinginkan. "Anak-anak agaknya terlalu lelah karena tugas yang
bertumpuk. Tidak jarang mereka pulang sore." Sebagai indikator, Hambali
menambahkan, nilai ujian akhir siswa di kelas akselerasi tak lebih tinggi dari siswa di
kelas reguler unggulan. "Dalam daftar sepuluh besar, tahun ini hanya tiga yang dari
kelas akselerasi, yang lain dari kelas reguler," ujar Hambali. Kesulitan pun ditemui guru
ketika harus mempersiapkan materi pengajaran kepada siswa. Ahmad Subeki,
pengajar Fisika di SMPN 19, mengakui kekurangan waktu dalam mempersiapkan
bahan untuk mengajar. Di SMAN 70, perbedaan pelayanan antara kelas akselerasi dan
reguler yang kentara ialah perbedaan kalender pendidikan. Murid kelas akselerasi juga
diarahkan untuk jurusan IPA saja. "Anak lulus dalam waktu dua tahun," ujar
Koordinator Program Percepatan/Akselerasi di SMAN 70 Jakarta, Risda Wahab.
Biasanya guru hanya mengajar esensinya. Murid harus belajar sendiri. Itu sebabnya,
anak-anak kelas akselerasi disaring dengan tes IQ. Murid di kelas X akselerasi SMAN
70, misalnya, ber-IQ 125-129. Kepala Dinas Pendidikan Dasar DKI Jakarta Silviana
Murni mengatakan, seharusnya sekolah yang membuka kelas akselerasi juga memberi
fasilitas khusus. Misalnya, laboratorium khusus untuk siswa yang senang pelajaran
tertentu. Siswa kelas VII akselerasi di SMPN 19 yang ditemui mengungkapkan
keinginan mereka untuk lulus cepat. "Kalau materi, enggak ada yang beda dengan
kelas lain. Kami hanya lebih cepat," ujar Astrid (12), ketua kelas khusus dengan IQ di
atas 130. Di setiap kelas ber-AC dan disediakan satu komputer dan televisi. Nyaris tidak
ada perbedaan dengan kelas lain, kecuali jumlah siswa. Astrid dan teman-temannya
mengaku sering kewalahan karena banyaknya tugas sekolah. Ny Hermin, orangtua dari
murid akselerasi kelas X SMAN 70, mengatakan, putranya siap masuk kelas akselerasi
karena sudah terbiasa mandiri. "Ketika pindah sekolah di Jepang karena perbedaan
sistem pendidikan, anak saya turun satu tingkat. Ketika kembali, ia senang sekali ada
kelas akselerasi," katanya.

26
Study Kasus

Lompat Kelas

Contohnya adalah Mika salah satu finalis X Faktor yang berumur 15 tahun, yang seharusnya
dia masih duduk di bangku SMA, namun sudah duduk di bangku kuliah.

Lompat Materi

Seorang anak yang telah memahami salah satu pelajaran, misalnya anak kelas 1 lalu anak
mengikuti ke kelas 3 atau ikut di perkuliahan untuk mengikuti pelajaran yang telah di
pahami, namun pelajaran lain si anak tersebut kembali lagi ke kelasnya.

Program Teleskop

Siswa yang cukup mampu dapat mempelajari pelajaran yang seharusnya tiga tahun bisa di
padatkan menjadi dua tahun dan lebih banyak tugas sebagai kompensasi untuk lulus lebih
cepat.

27

Anda mungkin juga menyukai