OLEH :
DIDI FRANZHARDI (A3K021009)
ELCE PURWANDARI (A3K021012)
SUSILAWATI (A3K021039)
MUSIMAN (A3K021022)
SUTARJO (A3K021040)
Alhamdulillah, puji syukur kami ucapkan kepada Allah SWT atas segala
rahmat dan karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan
judul “Kepemimpinan Lintas Interaksi” Dalam pembuatan makalah ini, kami secara
berkelompok saling memberikan masukan dan saling berkontribusi berupa materi-materi
yang kami diskusikan. Tak lupa ucapan terimakasih kami sampaikan kepada 1) Prof. Dr.
Sudarwan Danim, M.Pd. 2) Prof. Dr. Syukri Hamzah, M.Si. selaku dosen pengampu
mata kuliah ini yang telah memberikan kesempatan waktunya untuk bimbingan.
Akhir kata semoga makalah ini bisa bermanfaat bagi pembaca pada umumnya dan
tentunya pada kami khususnya. Kami menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini
masih jauh dari kata sempurna untuk itu kami menerima saran dan kritik yang bersifat
membangun demi perbaikan kearah kesempurnaan.
Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL............................................................................................ i
KATA PENGANTAR......................................................................................... ii
DAFTAR ISI........................................................................................................ iii
A. PENDAHULUAN......................................................................................... 1
1. Latar Belakang............................................................................................... 1
2. Rumusan Masalah.......................................................................................... 4
3. Tujuan............................................................................................................. 5
4. Manfaat .......................................................................................................... 5
B. METODOLOGI PENULISAN .................................................................. 5
C. PEMBAHASAN ........................................................................................... 6
1. Kepemimpinan Komunikasi Antar Pribadi.................................................... 6
2. Kepemimpinan Lintas Budaya....................................................................... 6
3. Rahasia Utama Kepemimpinan...................................................................... 7
4. Komunikasi Organisasi.................................................................................. 8
5. Proses Komunikasi Organisasi....................................................................... 8
6. Pola Interaksi dalam Komunikasi Menurut Cushway &Derek...................... 10
D. SIMPULAN................................................................................................... 11
E. SARAN ........................................................................................................ 12
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................... 12
A. PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Mengelola organisasi bukanlah hal yang mudah, sehingga membutuhkan banyak
elemen dalampelaksanaannya. Namun demikian ternyata banyak organisasi yang dapat
bertahan danberkembang. Diantaranya bahkan berusia lebih dari satu abad seperti contoh
perusahaan kelas duniaLevis, Coca Cola, Ford, dan Faber Castle. Di Indonesia ada
perusahaan Sampoerna yang sampaimencapai empat generasi. Aspek yang melingkupi
organisasi/perusahaan terdiri dari banyak faktor,yaitu internal seperti karyawan,
manajemen, bahan baku, teknologi, dan sebagainya, serta pihakeksternal antara lain
kebijakan pemerintah, iklim investasi, politik, dan sebagainya. Diantara begitubanyak
elemen dalam organisasi ada satu elemen yang dapat menyatukan seluruh aspek
untukbersinergi mencapai satu tujuan organisasi, yaitu elemen pemimpin.
Pemimpin memiliki peranan penting dalam mencapai visi dan misi yang telah
ditetapkan oleh organisasi. Pemimpin menjadi tokoh yang menentukan orang-orang yang
tepat untuk organisasi guna membantu pencapaian visi dan misi tersebut. Selain itu,
didukung oleh pemimpin yang dapat melayani, terus belajar, memperbaiki kesalahan
yang dilakukan, mengevaluasi pelaksanaan kegiatan, serta memotivasi pegawainya.
Kemampuan berkomunikasi adalah alat yang paling penting untuk dimiliki pemimpin
untuk dapat menjalankan peranannya tersebut. Keputusan yang akan diambil oleh
organisasi merupakan wewenang pemimpin, namun komunikasi yang tepat guna tentunya
dapat memberikan kemudahan dalam pelaksanaan keputusan tersebut. Melakukan
pembinaan serta motivasi agar dapat meningkatkan kinerja dan semangat pegawainya
juga memerlukan kemampuan berkomunikasi. Kemampuan komunikasi tersebut pun
perlu dikombinasikan dengan gaya kepemimpinan yang efektif sehingga dapat
menciptakan suasana berorganisasi yang dapat memotivasi para pegawainya untuk
memberikan kinerja terbaiknya.
Manusia selalu berusaha untuk mengorganisir segala sesuatu yang terjadi dalam
hubungan yang komplek untuk mencapai tujuan yang diinginkannya. Sehingga dapat
dikatakan bahwa organisasi merupakan interaksi di antara orang-orang yang ada
didalamnya. Maka proses komunikasi di dalam interaksi tersebut merupakan hal utama
dalam organisasi. Seperti yang dinyatakan oleh Daniel Katz dan Robert Kahn
“communication …… is the very essence of the social system organization” (1978, dalam
Daniels dkk, 1997). Dalam organisasi sering kali dihadapkan ketidakpastian informasi
yang bermuara pada sikap pegawai yang resisten terhadap organisasi itu. Salah satu
esensi fungsi komunikasi dalam organisasi adalah mengurangi ketidakpastian, abiguitas,
kesulitan, dan ketakterdugaan. Ini secara teoritik dapat dijelaskan dengan teori
equivocality yang dipostulatkan oleh Karl Weick. Stephen W. Littlejohn (2009)
memetakan gagasan teoretik Weick ini ke dalam tradisi sibernetika. Tradisi sibernetika
itu sendiri adalah menekankan pada proses komunikasi. Karl Weick meletakkan
komunikasi sebagai dasar pengorganisasian manusia. Asumsi dari gagasan teoretik
Weick adalah semua informasi dalam organisasi bersifat samar-samar atau ambigu pada
beberapa tingkatan dan komunikasi dirancang untuk mengurangi ketidakpastian itu.
Uraian tersebut menunjukkan bahwa komunikasi memiliki peranan yang penting
dalam organisasi, sehingga komunikasi organisasi dengan segala teori yang ada
didalamnya menjadi hal yang penting untuk dipelajari. Komunikasi pun menjadi pusat
fenomena dalam organisasi. Saat di dalam organisasi terjadi perubahan sistem,
komunikasi akan turut membangun dan memelihara tercapainya tujuan organisasi. Hal ini
dilakukan dengan memberikan motivasi dan memberikan inspirasi di antara anggota
organisasi yang dapat meningkatkan inovasi sehingga tujuan yang telah ditetapkan dapat
tercapai. Di dalam organisasi terdapat struktur yang berbeda-beda sesuai dengan aktifitas
yang dilakukan dan komunikasi memegang peranan dalam mengkoordinasikan hal-hal
yang dihasilkan oleh masing-masing struktur tersebut. Jenjang jabatan di antara karyawan
dalam organisasi juga memerlukan kontrol yang melibatkan jejaring komunikasi, baik
secara formal maupun informal. Oleh karena itulah komunikasi organisasi menjadi
bagian tak terpisahkan dari setiap interaksi yang terjadi di organisasi.
Dalam organisasi diperlukan peranan pimpinan yang dapat menyusun strategi dan
memiliki ketrampilan untuk menjadikan organisasi yang fleksibel dan inovatif. Pemimpin
yang kompeten serta dapat menjadi agen perubahan sekaligus teladan bagi para pegawai,
sehingga mampu mendorong mereka untuk menjalankan organisasi tersebut. Menurut
Lord & Maher (Nye & Simonetta, 1996, Muh, 2006), seseorang menjadi pemimpin
karena dipersepsikan oleh pihak lain sebagai pemimpin. Pemimpin adalah obyek
persepsi, apakah akan dipersepsi sebagai orang yang kredibel, juga tergantung pada
pelaku persepsi (perceiver) dalam menyeleksi, mengorganisasikan, dan menafsirkan
informasi yang diterimanya. Sehingga setiap gerak-gerik pemimpin tentunya akan
mendapatkan perhatian dari pegawainya menjadi sesuatu yang bisa dimaknai, yang pada
akhirnya berpengaruh terhadap perilaku dan pembentukan sikap pegawai tersebut. Jika
pegawai merasa nyaman dengan gaya kepemimpinan yang dilakukan oleh pemimpinnya,
sikap positif tentunya akan muncul dalam proses kinerjanya. Dan sebaliknya, jika
pegawai merasa tidak nyaman dengan gaya kepemimpinan yang ada dalam diri
pemimpinnya, sikap negatif dari pegawai tersebut pun akan muncul.
Seseorang disebut pemimpin biasanya karena seseorang tersebut memiliki
kemampuan lebih, yang kemudian diangkat atau ditunjuk sebagai orang yang
dipercayakan untuk mengatur orang lain (dalam Rivai dan Mulyadi, 2010). Dalam
Robbins dan Coulter (2010) didefinisikan bahwa pemimpin adalah seseorang yang dapat
mempengaruhi orang lain dan memiliki otoritas manajerial. Dari kata pemimpin itu
kemudian muncul istilah kepemimpinan, yang didefinisikan oleh Robbins dan Coulter
(2010) sebagai apa yang dilakukan oleh pemimpin, yang menjadi proses memimpin
sebuah kelompok dan mempengaruhi kelompok itu dalam mencapai tujuannya. Rauch &
Behling (1984, dalam Yukl, 2005) menyebutkan pula bahwa kepemimpinan adalah
proses mempengaruhi aktivitas kelompok yang terorganisir untuk mencapai sasaran.
Definisi kepemimpinan secara luas (dalam Rivai dan Mulyadi, 2010, 2) dijabarkan
sebagai proses mempengaruhi dalam menentukan tujuan organisasi, memotivasi perilaku
pengikut untuk mencapai tujuan, mempengaruhi untuk memperbaiki kelompok dan
budayanya, mempengaruhi interpretasi mengenai peristiwa-peristiwa para pengikutnya,
pengorganisasian dan aktivitas-aktivitas untuk mencapai sasaran, memelihara hubungan
kerja sama dan kerja kelompok, perolehan dukungan dan kerja sama dari orang-orang di
luar kelompok atau organisasi.
Kepemimpinan diwujudkan melalui gaya kerja (operating style) atau cara bekerja
sama dengan orang lain secara konsisten. Melalui bahasa yang diucapkannya dan melalui
tindakan yang dilakukannya, sehingga membantu orang lain untuk memperoleh hasil
yang yang telah ditetapkan sebelumnya. Sehingga pada saat seorang pemimpin
melakukan kombinasi antara bahasa dan tindakan yang menggambarkan suatu pola yang
cukup konsisten, guna mengarahkan orang lain untuk mencapai tujuan, hal ini
menunjukkan bahwa pemimpin tersebut sedang melakukan suatu gaya kerja yang
kemudian disebut dengan gaya kepemimpinan (Pace & Faules, 2006). Dalam Rivai dan
Mulyadi (2010) juga dikatakan bahwa gaya kepemimpinan adalah perilaku dan strategi,
sebagai hasil kombinasi dari falsafah, ketrampilan, sifat, dan sikap yang sering diterapkan
seorang pemimpin ketika dia mencoba mempengaruhi bawahannya.
Oleh karena itu, pemimpin harus dapat melakukan berbagai usaha guna
mengembangkan sikap positif dari pegawainya, sehingga dapat mendukung dalam proses
pencapaian tujuan organisasi yang telah ditetapkan. Ivancevich, Konopaske, dan
Matteson (2007) menyebutkan bahwa ada tiga faktor yang dapat dilakukan oleh
pemimpin untuk mengubah sikap pegawainya, yaitu :
a. Komunikator; Pegawai akan lebih mungkin mengubah sikap mereka menjadi lebih
positif jika mereka mempercayai, menyukai, dan mempersepsikan bahwa pimpinan
memiliki berbagai kelebihan. Jika pimpinan tidak dipercaya, usahanya untuk
mengubah sikap akan menjadi tidak berguna karena pegawai tidak akan meyakini
atau menerima pesan pimpinannya. Menyukai pimpinan dapat menjadi penyebab
perubahan sikap pegawai, karena mereka berusa mengidentifikasikan dan
mengadopsi sikap serta perilaku seorang komunikator yang disukai. Selain itu, jika
pegawai mempersepsikan pimpinannya sebagai seseorang yang memiliki berbagai
kelebihan, akan mengarahkan pegawai menjadi lebih reseptif dalam mengubah sikap
mereka. Karena pimpinan yang hanya memiliki sedikit kelebihan, kurang dihormati
oleh rekan kerja dan atasannya sehingga mengubah sikap pegawainya akan menjadi
lebih sulit.
b. Pesan; Meskipun pimpinan dipercaya, disukai, dan dilihat memiliki kelebihan, pesan
yang disampaikan juga harus jelas, dapat dipahami, dan meyakinkan. Pimpinan
hendaknya dapat mengirimkan pesan verbal maupun nonverbal yang persuasif dalam
usaha mengubah sikap pegawainya. Misalnya, secara verbal pimpinan mengatakan
bahwa dia mendukung presiden direktur yang baru, namun secara nonverbal
diketahui bahwa pimpinan tidak pernah menghadiri pertemuan dengan presiden
direktur yang baru, yang menunjukkan bahwa sebenarmya pimpinan tersebut tidak
mendukung presiden direktur yang baru tersebut.
c. Situasi; Kemampuan pimpinan untuk mengubah sikap pegawai juga tergantung pada
situasi dimana usaha tersebut dilakukan. Salah satu faktor situasional yang dapat
meningkatkan persuasi adalah pengalihan. Misalnya, supaya target penjualan
meningkatkan didorong dengan adanya peningkatan bonus akhir tahun bagi pegawai
yang berhasil mencapai target penjualan yang ditetapkan. Faktor situasional lainnya
yang juga dapat mendukung perubahan sikap pegawai adalah menciptakan
lingkungan kerja yang meyenangkan, sehingga dapat berdampak positif pada usaha
pimpinan dalam mengubah sikap pegawainya.
Dari deskripsi tersebut terlihat bahwa komunikasi dan kepemimpinan dalam
organisasi menjadi hal yang tak dapat dipisahkan dalam kehidupan berorganisasi, yang
mengarah pada meningkatnya motivasi kerja para pegawainya. Pemimpin yang memiliki
kompetensi dalam berkomunikasi untuk menyampaikan pesan kepada para pegawainya,
sehingga dapat mengendalikan situasi yang terjadi di organisasi tentunya sangat
diperlukan dalam rangka mencapai tujuan dari organisasi tersebut. Oleh karena itu, pada
bagian pembahasan tulisan ini akan dipaparkan berbagai penjelasan terkait dengan
komunikasi, gaya kepemimpinan, dan motivasi dalam organisasi yang disampaikan oleh
para ahli. Sehingga diharapkan dapat memberikan gambaran mengenai makna dan bentuk
dari komunikasi dan gaya kepemimpinan yang dapat diterapkan oleh pemimpin dalam
organisasi.
2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah pada makalah ini adalah:
a) Bagaimana Kepemimpinan Komunikasi Antar Pribadi?
b) Bagaimana Kepemimpinan Lintas Budaya?
c) Bagaimana Rahasia Utama Kepemimpinan?
d) Bagaimana Komunikasi yang dapat dilakukan dalam Organisasi?
e) Bagaimana Pola Interaksi dalam Komunikasi Menurut Cushway & Derek?
3. Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah di atas maka tujuan makalah ini adalah:
a) MendeskripsikanKepemimpinan Komunikasi Antar Pribadi
b) Mendeskripsikan Kepemimpinan Lintas Budaya
c) Mendeskripsikan Rahasia Utama Kepemimpinan
d) Mendeskripsikan Komunikasi yang dapat dilakukan dalam Organisasi
e) Mendeskripsikan Pola Interaksi dalam Komunikasi Menurut Cushway & Derek
4. Manfaat
Adapun manfaat dari makalah ini adalah:
a) Bagi Penulis, menambah wawasan dan berfikir kritis berkaitan dengan
kepemimpinan lintas interaksi
b) Bagi Pembaca, memberikan pemahaman berkaitan dengan kepemimpinan lintas
interaksi
c) Lembaga pendidikan, memberikan tambahan literatur berkaitan dengan
kepemimpinan lintas interaksi
B. METODE PENULISAN
Adapun metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah non riset, yakni
penelitian studi pustaka, dengan mengumpulkan informasi dari beberapa sumber yakni
buku, jurnal, internet, dan informasi lainnya, dengan tujuan untuk memperoleh informasi
lebih dalam dan memberikan analisis terkait dengan konsep kepemimpinan lintas
interaksi.
Metode studi pustaka menuntut peneliti untuk cermat mengolah semua sumber data
secara tertulis. Dalam hal ini penulis berusaha mengolah semua data yang bersumber dari
dokumen sebagai sumber data dalam penelitian. Sumber data disesuaikan dengan variabel
judul penelitian, sehingga semua yang menjadi rumusan masalah dapat terselesaikan
dengan baik.
Sumber data adalah semua bahan yang diperlukan dalam proses penelitian, dapat
berupa alat, bahan, dokumen, ataupun lainya. Dalam hal ini sumber data yang penulis
gunakan adalah sumber data dokumen dalam bentuk tertulis. Dokumen tertulis sebagai
sumber data adalah buku dan jurnal ilmiah yang berkaitan dengan kepemimpinan lintas
interaksi, sehingga sesuai dengan permasalahan yang penulis ajukan.
Data adalah semua yang diperoleh dari sumber data guna melengkapi hasil dan
pembahasan sebuah penelitian. Penelitian ini berfokus pada data sekunder. Jenis data ini
melibatkan artikel jurnal yang sudah peneliti kumpulkan sebagai penguat teori penelitian.
C. PEMBAHASAN
1. Kepemimpinan Komunikasi Antar Pribadi
Di dalam sebuah organisasi yang terdiri dari banyak orang, tidak jarang komunikasi
terjadi hanya beberapa orang (dua atau tiga orang), komunikasi ini disebut komunikasi
antar pribadi, yaitu komunikasi yang berlangsung antar dua atau tiga orang atau lebih
dapat dilakukan secara tatap muka ataupun menggunakan media seperti telepon, surat,
faksimili, surat dan sebagainya.
A.W Widjaja (2002), mendefinisikan komunikasi antar pribadi sebagai suatu proses
merupakan rangkaian tindakan, kejadian, dan kegiatan yang terjadi secara terus menerus.
Dengan kata lain komunikasi antar pribadi bukanlah suatu hal yang statis tetapi suatu hal
yang dinamis. Artinya segala sesuatu yang tercakup dalam komunikasi antar pribadi
selalu dalam keadaaan berubah, yakni para pelaku, pesan maupun lingkungannya. Dengan
terjalinya komunikasi ini menandakan bahwa suatu organisasi memiliki hubungan
emosional yang baik antar anggota tentunya komunikasi ini berkenaan dengan keperluan
akan organisasi.
Sedangkan Deddy Mulyana (2006), mengatakan komunikasi interpersonal merupakan
komunikasi yang mencakup hubungan antar manusia yang paling erat. Hubungan
interpersonal berkenaan dengan proses pembentukan hubungan perorangan, suatu ikatan
yang mendekatkan, mendalam dan pribadi. Dalam hubungan komuniksi ini tentunya dua
atau tiga orang yang menjalin komunikasi tersebut memiliki juga hubungan emosional
yang baik. Keeratan komunikasi yang terjalin tentunya menggambarkan bahwa sebuah
organisasi juga dalam keadaan baik.
2) Upward Communication
Yaitu komunikasi yang terjadi ketika bawahan (subordinate) mengirim pesan
kepadaatasannya. Fungsi arus komunikasi dari bawah ke atas ini adalah:
(a) Penyampaian informasi tentang pekerjaan pekerjaan ataupun tugas yang
sudahdilaksanakan
(b) Penyampaian informasi tentang persoalan-persoalan pekerjaan ataupun tugasyang tidak
dapat diselesaikan oleh bawahan
(c) Penyampaian saran-saran perbaikan dari bawahan
(d) Penyampaian keluhan dari bawahan tentang dirinya sendiri maupunpekerjaannya.
3) Horizontal Communication
Yaitu komunikasi yang berlangsung di antara para karyawan ataupun bagian yang
memilikikedudukan yang setara. Fungsi arus komunikasi horisontal ini adalah:
(a) Memperbaiki koordinasi tugas
(b) Upaya pemecahan masalah
(c) Saling berbagi informasi
(d) Upaya pemecahan konflik
(e) Membina hubungan melalui kegiatan bersama
4) Interline Communication
Yaitu tindak komunikasi untuk berbagi informasi melewati batas-batas fungsional.
Spesialisstaf biasanya paling aktif dalam komunikasi lintas-saluran ini karena biasanya
tanggungjawab mereka berhubungan dengan jabatan fungsional. Karena terdapat banyak
komunikasilintas-saluran yang dilakukan spesialis staf dan orang-orang lainnya yang perlu
berhubungandalam rantai-rantai perintah lain, diperlukan kebijakan organisasi untuk
membimbingkomunikasi lintas-saluran.
Ada dua kondisi yang harus dipenuhi dalam menggunakan komunikasi lintas-saluran:
(a) Setiap pegawai yang ingin berkomunikasi melintas saluran harus meminta izinterlebih
dahulu dari atasannya langsung
(b) Setiap pegawai yang terlibat dalam komunikasi lintas-saluran harus
memberitahukanhasil komunikasinya kepada atasannya.
b) Komunikasi Eksternal
Komunikasi antara pimpinan organisasi (perusahaan) dengan khalayak audience di
luarorganisasi.
(1) Komunikasi dari organisasi kepada khalayak bersifat informatif ; majalah, press release/
media release, artikel surat kabar atau majalah, pidato, brosur, poster,konferensi pers, dll.
(2) Komunikasi dari khalayak kepada organisasi, misalnya: lebih berupa kritik dan saran
yang diberikan dari khalayak kepada organisasi.
a) Roda (wheel)
Sistem pola komunikasi disini menjadikan semua laporan, intruksi, danperintah kerja dan
kepengawasan terpusat pada satu orang pemimpin dengan empatbawahan atau lebih. Namun
tidak terjadi interaksi (komunikasi) antara satu bawahandengan bawahan lainnya.
Keunggulan pola komunikasi ini adalah cepat dalammencapai kesimpulan.
b) Rantai (chain)
Model pola komunikasi disini terdapat lima tingkatan dalam jenjanghirarkinya dan hanya
dikenal sebagai sistem komunikasi arus keatas (upward) dankebawah (downward). Artinya
model tersebut menganut hubungan komunikasi garislangsung (komando) baik keatas atau
kebawah tanpa terjadi suatu penyimpangan.Model ini banyak dianut pada jaringan
komunikasi dalam menajemen operasi militer,laporan keuangan, pembayaran gaji, dan lain
sebagainya yang bersifat sangat kaku.Hal ini dilakukan demi tercapainya ketelitian tinggi
atau pengawasan ketat padasetiap tingkatan yang mewakili devisi/ supervisor jenjang
hirarkinya.
c) Lingkaran (Circle)
Model pola komunikasi lingkaran ini, pada semua anggota/ staf bisa terjadiinteraksi pada
setiap tiga tingkatan hirarki tetapi tanpa ada kelanjutan pada tingkatanyang lebih tinggi, dan
hanya terbatas pada srtiap level. Misalnya komunikasi terjadisecara interaksi antar sesama
bawahan dengan atasannya langsung (komunikasiberjenjang). Jika dilihat dari segi kepuasan
karyawan, pola komunikasi inimerupakan pola yang paling rendah untuk orang-orang
didalamnya.
d) Saluran Majemuk (All – channel)
Model pola komunikasi sistem ini merupakan pengembangan model lingkaran (circle).
Di dalam model ini semua tingkatan dalam jaringan tersebut dapatmelakukan interaksi timbal
balik tanpa melihat siapa yang menjadi tokoh sentralnya.Semua pola komunikasi antar
tingkatan jenjang hirarkinya tidak dibatasi dan setiapstaf / bawahan bebas melalukan interaksi
dengan berbagai pihak termasuk pimpinandan sebaliknya.
Pola ini memiliki keunggulan dibandingkan pola komunikasi yang lain karenapola
tersebut dapat memberikan pemecahan masalah yang paling baik apabilamenemui
permasalahan yang rumit.
D. SIMPULAN
Di dalam sebuah lembaga/organisasi, pemimpin memiliki peranan penting dalam
mencapai visi dan misi yang telah ditetapkan dan disetujui bersama. Pemimpin selalu
dijadikan tokoh yang menentukan orang-orang yang dipimpinnya pada sebuah organisasi
guna membantu pencapaian visi dan misi tersebut. Selain itu juga pemimpin pemimpin
melayani, terus belajar, memperbaiki kesalahan yang dilakukan, mengevaluasi pelaksanaan
kegiatan, serta memotivasi pegawainya.
Ketercapaian visi, misi, dan tujuan dari sebuah organisasi selain ketertiban administrasi,
kepandaian pimpinan mengatur kegiatan organisasi, hubungan antar pimpinan dan anggota,
atau sesama anggota juga harus memiliki konikasi yang pula. Sebaik/sebagus apapun sebuah
organisasi di atur, namun apabila komunikasi tidak terjalin dengan baik diantara sesama
mereka maka apapun yang menjadi tujuan dari sebuah organisasi tidak akan tercapai.
E. SARAN
Pemimpin merupakan sosok yang dapat menjadi teladan tidak hanya bagi orang-orang
yang dipimpinya, namun juga kepada masyarakat luas. Apabila sebuah organisasi dipimpin
oleh orang yang berjiwa pemimpin yang baik maka sudah dipastikan anak buahnya juga akan
menjadi baik dan organisasi akan menjadi maju, dan begitu juga sebaliknya. Semoga kita
memiliki pemimpin yang baik, baik di setiap organisasi ataupun dalam tingkat yang lebih
tinggi.
DAFTAR PUSTAKA
Daniels, Tom D., Barry K. Spiker, dan Michael J. Papa. 1997. Perspective on Organizational
Communication. 4 ed. Boston, MA : McGraw-Hill Co.
Mulyana Deddy, 2006. Komunikasi Organisasi dan Penerapan Manajemen Bisnis, Andi
Offset, Yogyakarta
Pace, R. Wayne dan Don F. Faules. 2006. Komunikasi Organisasi, Strategi Meningkatkan
Kinerja Perusahaan. Cetakan Ke-6. PT. RemajaRosdakarya. Bandung.
Rivai, Veithzal dan Deddy Mulyadi. 2010. Kepemimpinan dan perilaku organisasi. (Edisi 2).
Jakarta: Rajawali Pers.
Robbins, Stephen P. dan Mary Coulter. 2010. Manajemen. (Ed.10 Jilid 2). (Dialihbahasakan
oleh Bob Sabran dan Devri Barnadi Putera). Jakarta: Erlangga.
Teguh, Mochammad, dkk. 2001. Latihan Kepemimpinan Islam Tingkat Dasar [LKID].
Yogyakarta: UII Press.
Yukl, Gary. 2005. Kepemimpinan dalam organisasi. (Ed.5). (Alih Bahasa, Budi Supriyanto.
Editor, Eli Tanya). Jakarta: Indeks.