Dosen Pembimbing:
IRENE IPIJEI, S.E., M.M
Disusun Oleh:
Kelompok 2
Deasy N Kolyaan (202161201140)
Inri Devi Julianti (202161201142)
Helena Yunita Renwarin (202161201144)
Dian Febri P Sari (202161201163)
Mohammad Rizki Andriono (202261201011)
Maria Fransiska Roja (202261201026)
Retno Hesti Kurnia (202261201033)
Musdalia Nurdin (202261201041)
Petrus Bahakap (202261201068)
Maria Adelningsih Wea (202261201076)
Markus Roland I (202261201105)
Mian Andrianto (202261201108)
Alda Rahmadani (202261201162)
Febrianty Ri’pian Parida (202361201pmm07)
Puji dan syukur senantiasa kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha
Kuasa yang telah melimpahkan rahmat dan karunia Nya, sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah ini guna memenuhi tugas untuk mata kuliah Manajemen
Sumber Daya Manusia Lanjutan Kelas B dengan judul : “MAKALAH
MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA LANJUTAN”.
Kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini tidak terlepas dari
bantuan banyak pihak yang dengan tulus memberikan doa, saran dan kritik
sehingga makalah ini dapat terselesaikan.
Kami menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh dari kata
sempurna dikarenakan terbatasnya pengalaman dan pengetahuan yang kami miliki.
Oleh karena itu, kami mengharapkan segala bentuk saran serta masukan bahkan
kritik yang membangun dari sebagai pihak. Akhirnya kami berharap semoga
makalah ini dapat memberikan manfaat bagi pembaca. Terima kasih.
i
DAFTAR ISI
Isi
1. Pengawasan .......................................................................................... 20
2. Pengendalian ......................................................................................... 25
ii
3. Indikator Penilaian Kinerja ................................................................... 34
iii
4. Tantangan Bagi Organisasi Untuk Merespon Perubahan Teknologi Baru
.............................................................................................................. 56
iv
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
1
4. Bagaimana sistem penilaian dan pengembangan sumber daya manusia dapat
mendukung pertumbuhan karir dan motivasi karyawan?
5. Apa manfaat dari audit/evaluasi SDM dalam menilai efektivitas kebijakan
dan prosedur SDM di organisasi?
6. Bagaimana sumber daya manusia dapat dioptimalkan untuk mencapai
keunggulan bersaing dalam lingkungan bisnis yang kompetitif?
7. Bagaimana peran SDM dalam menghadapi era 4.0 dan 5.0, dan strategi apa
yang dapat diimplementasikan untuk memastikan adaptasi yang sukses
terhadap perubahan teknologi?
C. Tujuan Penulisan
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
2) Melengkapi bimbingan dalam seleksi dan penarikan
pegawai
3) Mengevaluasi kebutuhan pegawai untuk pemindahan atau
promosi jabatan
4) Menetapkan kebutuhan untuk program latihan.
5) Menentukan tingkat gaji, upah dan pemeliharaan
administrasi upah dan gaji.
6) Menilai keluhan-keluhan yang menyoroti masalah
keadilan dan kompensasi.
7) Menetapkan tanggung jawab, pertanggungjawaban dan
otoritas.
8) Menetapkan pola esensial dalam penetapan standar
produksi.
9) Menyediakan petunjuk untuk meningkatkan metode
dan penyederhanaan kerja.
b. Jenis- Jenis Analisis Jabatan
Analisis pekerjaan (Job analysis) perlu dilakukan agar
dapat membantu organisasi untuk menetapkan uraian pekerjaan
(Job Description), spesifikasi pekerjaan (Job Spesification) dan
evaluasi Pekerjaan (Job Evaluation). Penjelasan lebih lanjut
tentang 3 hal tersebut antara lain:
1) Uraian pekerjaan (Job Description)
Uraian pekerjaan adalah informasi tertulis yang
menggambarkan tugas, tanggung jawab, kondisi, dan
aspek pekerjaan pada suatu jabatan. Format yang jelas
diperlukan agar pegawai dapat memahami pekerjaan
mereka dengan baik, mengetahui tugas, tanggung jawab,
dan prestasi yang diharapkan untuk dicapai. Hal ini akan
membantu organisasi untuk memastikan pekerjaan
dilakukan dengan mudah karena struktur yang terstruktur
dan mudah dimengerti.
4
Menurut Samsudin (2009:67) adapun isi pokok
suatu uraian pekerjaan (Job Description) adalah sebagai
berikut:
5
kecil dan ranking jabatan rendah, maka gaji nya semakin
kecil Hasibuan (2011:35).
6
7) Perencanaan Karier: Memberikan dasar untuk
perencanaan karir karyawan dengan mengidentifikasi
keterampilan dan pengalaman yang diperlukan untuk
kemajuan di dalam perusahaan.
7
7) Penetapan kecakapan-kecakapan.
8) Penetapan kepribadian, sikap, ketangkasan, dan
karakteristik fisik dan mental yang diperlukan dalam
pekerjaan.
e. Metode Dalam Melakukan Analisis Jabatan.
Ada beberapa metode yang dapat digunakan dalam
melaksanakan analisis pekerjaan. Beberapa di antaranya
termasuk:
1) Observasi Langsung: Melibatkan pengamatan langsung
terhadap pekerjaan oleh analis, dan memungkinkan
pengumpulan data tentang tugas, tanggung jawab, dan
keterampilan yang diperlukan.
2) Wawancara: Melibatkan interaksi langsung antara analis
dan pekerja atau supervisor, Memberikan pemahaman
yang lebih mendalam tentang pekerjaan, keterampilan,
serta persyaratan lainnya.
3) Kuesioner: Penyebaran formulir pertanyaan kepada
pekerja atau manajer untuk dikumpulkan dan dianalisis.
Metode ini cocok untuk skala besar dan dapat memberikan
data kuantitatif.
4) Pemeriksaan Dokumen: Mengevaluasi dokumen-
dokumen seperti deskripsi pekerjaan, laporan, dan
prosedur operasional, serta memberikan informasi tentang
tanggung jawab dan persyaratan pekerjaan.
5) Partisipasi Karyawan: Melibatkan karyawan dalam
proses analisis pekerjaan untuk mendapatkan pemahaman
langsung dari mereka, serta meningkatkan tingkat
kepuasan dan penerimaan terhadap hasil analisis.
6) Teknik Job Diary: Pekerja mencatat aktivitas harian
mereka sendiri selama periode waktu tertentu untuk
8
memberikan pandangan mendalam tentang tugas dan
aktivitas sehari-hari.
7) Metode Kombinasi: Menggabungkan beberapa metode
di atas untuk mendapatkan gambaran yang lebih lengkap
dan akurat tentang pekerjaan.
9
dengan total waktu yang dibutuhkan untuk penyelesaian tugas
tertentu (Akob, 2016).
10
6) Mengarsipkan surat masuk dan keluar.
7) Mengelola buku harian perusahaan.
c. Faktor-faktor Dalam Penyusunan Job Desk
Dalam penyusunan job desk, ada beberapa faktor penting
yang perlu diperhatikan, yaitu:
1) Deskripsi Pekerjaan: Hal ini meliputi rincian tugas,
tanggung jawab yang spesifik untuk posisi tersebut, dan
Penyebutan keterampilan yang serta kompetensi yang
diperlukan.
2) Tujuan Pekerjaan: Seperti tujuan umum dari posisi
tersebut dan bagaimana posisi tersebut berkontribusi pada
tujuan organisasi.
3) Otoritas dan Tanggung Jawab: Meliputi jelasnya
tingkat otoritas yang dimiliki oleh pemegang posisi
terhadap keputusan dan tanggung jawab tertentu.
4) Kualifikasi Pendidikan dan Pengalaman: Hal ini
meliputi persyaratan pendidikan, pelatihan, dan
pengalaman yang diperlukan untuk melakukan tugas-
tugas dalam suatu pekerjaan.
5) Hubungan Kerja: Meliputi keterkaitan posisi dengan
unit atau departemen lain.
6) Kondisi Kerja: Faktor-faktor lingkungan kerja seperti
lokasi, jam kerja, dan aspek-aspek lain yang
mempengaruhi kondisi pekerjaan.
7) Evaluasi Kinerja: Kriteria yang digunakan untuk menilai
kinerja pemegang posisi dan Penetapan target dan harapan
yang jelas.
8) Pemberdayaan dan Pengembangan: Peluang
pemberdayaan dan pengembangan karyawan yang terkait
dengan posisi tersebut.
11
9) Kesehatan dan Keselamatan Kerja: Berisi tentang
Faktor-faktor yang berkaitan dengan kesehatan dan
keselamatan kerja yang perlu diperhatikan oleh pemegang
posisi.
10) Keterkaitan dengan Struktur Organisasi: Bagaimana
posisi tersebut terkait dengan struktur organisasi secara
keseluruhan dan kedudukan posisi dalam hierarki
organisasi.
11) Fleksibilitas dan Perubahan: Meliputi tingkat
fleksibilitas yang diperlukan dalam melaksanakan tugas
dan tanggung jawab, serta respons terhadap perubahan
dalam tugas atau lingkungan kerja.
12) Pengukuran Kinerja: Metrik atau kriteria yang akan
digunakan untuk mengukur keberhasilan dalam posisi
tersebut.
12
dari data yang telah Anda kumpulkan dengan milik
perusahaan lain?.
2) Membentuk persona kandidat : Suatu organisasi harus
memiliki persona yang mewakili perusahaan dan dapat
berkomunikasi dengan kandidat lewat job description.
Job description jangan dibuat dari template saja.
Visualisasikan kepribadian tersebut ke dalam deskripsi
agar membuat lebih menarik perhatian kandidat.
3) Menyesuaikan dengan kandidat : Sebagai contoh, jika
target suatu organisasi berasal dari kalangan Gen Z,
mungkin organisasi tersebut ingin menulis detail job
desk dengan gaya penulisan lebih santai dan friendly. Jika
target Anda generasi yang lebih lama, atau kalangan
profesional lainnya, Suatu Organisasi perlu penyesuaian
yang memiliki nuansa dalam penulisan job desk. Namun,
ingatlah untuk selalu memprioritaskan kejelasan dari
kriteria yang dibutuhkan pada posisi tersebut,
4) Terstruktur tetapi tidak kaku: Menulis job description
yang rapi, jelas, dan terstruktur akan membuat
perusahaan terlihat profesional. Saat ini, banyak sekali
cara unik dan kreatif dalam menuliskan job desk, apalagi
jika suatu organisasi menggunakan media sosial sebagai
tempat menyebarkan iklan lowongan pekerjaan.
Kuncinya adalah tetap rapi dan terstruktur, namun spesifik.
13
daya manusia yang efektif dan keselarasan yang optimal dalam pencapaian visi
dan misi perusahaan.
14
Terakhir, keberhasilan fungsi rekrutmen menjadi kunci,
memastikan bahwa manajer memiliki akses terhadap sekelompok
individu yang memenuhi kriteria dan siap dipilih untuk mengisi
lowongan tersebut. Dengan demikian, integrasi informasi dari analisis
jabatan, rencana sumber daya manusia, dan keberhasilan fungsi
rekrutmen menjadi pondasi yang kokoh untuk menjalankan proses
seleksi dengan efektif dalam konteks manajemen sumber daya manusia.
a. Tes Kemampuan
Tes kemampuan digunakan untuk menyaring pelamar
dengan dasar keterampilan dan kemampuan yang berkaitan
dengan posisi pekerjaan yang dilamar. Metode ini membantu
untuk mengetahui lebih banyak tentang karyawan secara
langsung. Tes kemampuan juga menunjukkan kemampuan
individu dalam mengetahui seberapa baik dia akan muncul untuk
posisi yang telah diberikan kepadanya dan tugas yang harus
dipenuhi. Biasanya, tes ini mencakup pertanyaan pilihan ganda.
b. Tes Integritas
Tes integritas lebih mengukur pada rangkaian
kecenderungan perilaku yang lebih spesifik. Perusahaan dapat
menyelenggarakan tes kejujuran untuk mendapatkan kandidat
yang berintegritas. Ini membantu dalam mengukur sikap dan
pengalaman karyawan tertentu.
c. Tes Kepribadian
Tes kepribadian secara khusus mengukur kandidat
berdasarkan sifat kepribadian tertentu yang relevan dengan
kinerja pekerjaan.
15
Sebagai contoh, untuk menjadi akuntan mungkin
diperlukan sebagai orang yang konservatif dan sangat teliti,
sedangkan penjual mobil bekas mungkin digambarkan sebagai
orang yang aktif dan berbicara sopan.
16
e. Prinsip Kesatuan Arah: Prinsip ini diterapkan dalam
perusahaan terhadap setiap karyawan yang bekerja agar dapat
melaksanakan tugas-tugas, dibutuhkan kesatuan arah, kesatuan
pelaksanaan tugas sejalan dengan program dan rencana yang
digariskan.
f. Prinsip Kesatuan Tujuan: Prinsip ini erat hubungannya dengan
kesatuan arah artinya arah yang dilaksanakan karyawan harus
difokuskan pada tujuan yang dicapai.
g. Prinsip Kesatuan Komando: Karyawan yang bekerja selalu
dipengaruhi adanya komando yang diberikan sehingga setiap
karyawan hanya mempunyai satu orang atasan.
h. Prinsip Efisiensi dan Produktivitas Kerja: Prinsip ini
merupakan kunci ke arah tujuan perusahaan karena efisiensi dan
produktivitas kerja harus dicapai dalam rangka mencapai tujuan
perusahaan.
17
makin lama bekerja maka makin banyak pengalaman yang
dimiliki oleh pegawai yang bersangkutan. Banyaknya
pengalaman bekerja memberikan kecenderungan bahwa pegawai
yang bersangkutan memiliki keahlian dan pengalaman yang
relatif tinggi.
c. Faktor Kesehatan Fisik dan Mental: Dalam menempatkan
pegawai, faktor fisik dan mental perlu dipertimbangkan karena
tanpa pertimbangan yang matang, maka hal-hal yang bakal
merugikan perusahaan akan terjadi. Penempatan pegawai pada
tugas dan pekerjaan tertentu harus disesuaikan dengan kondisi
fisik dan mental pegawai yang bersangkutan.
d. Faktor Usia: Dalam rangka menempatkan pegawai, faktor usia
pada diri pegawai yang lulus dalam seleksi perlu mendapatkan
pertimbangan. Hal tersebut dimaksudkan untuk menghindari
rendahnya produktivitas yang dihasilkan oleh pegawai yang
bersangkutan.
18
c. Penempatan karyawan, pada dasarnya, adalah proses pengisian
jabatan untuk melaksanakan pekerjaan yang telah ditentukan oleh
organisasi. Karyoto dalam (Sahadewa & Rahmawati, 2021)
mengemukakan bahwa penempatan karyawan merupakan suatu
hal yang penting untuk diperhatikan karena berhubungan dengan
beberapa kepentingan dari berbagai organisasi, sebagai proses
ataupun penugasan yang diberikan kepada karyawan baru
maupun karyawan lama. Dengan penempatan karyawan kerja
yang sesuai dengan kemampuan atau skill yang dimiliki oleh
karyawannya hal tersebut sudah pasti akan mempermudah atau
mempercepat pengembangan karier karyawan dimasa yang akan
datang (Sahadewa and Rahmawati 2021).
d. Penilaian kinerja karyawan, menjadi parameter penting.
Mangkunegara (2021) menjelaskan bahwa kinerja adalah hasil
kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seorang
pegawai sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan. Dengan
penempatan yang tepat, karyawan memiliki peluang lebih besar
untuk mencapai kinerja optimal, dan pembelajaran e-learning
dapat menjadi faktor penting dalam meningkatkan kualitas dan
kuantitas kinerja tersebut.
19
seleksi dan perekrutan. Informasi yang didapatkan melalui analisis
jabatan dapat digunakan untuk mengembangkan uraian jabatan (job
description) dan spesifikasi jabatan (job spesification).
1. Pengawasan
Pengawasan merupakan suatu proses dan rangkaian kegiatan
untuk mengusahakan agar suatu pekerjaan dapat dilaksanakan sesuai
dengan rencana yang telah ditetapkan dan tahapan yang harus dilalui.
Dengan demikian, apabila ada kegiatan yang tidak sesuai dengan rencana
dan tahapan tersebut, diadakan suatu Tindakan perbaikan (corrective
actions).
a. Definisi Pengawasan
Menurut Terry (1975), controlling is determining what is
being accomplish, that evaluating performance and if necessary
appliying ccorrective measure so performance takes according to
plans. Dengan demikian, pengawasan merupakan usaha yang
sistematis dalam menentukan apa yang telah diperoleh mengarah
pada penilaian kinerja dan pentingnya mengoreksi yang
didasarkan pada rencana-rencana yang telah ditetapkan. Di dalam
pengawasan kita membandingkan antara rencana dengan
realisasi, menilai kinerja sesuai dengan target yang diharapkan.
20
pengawasan adalah kesalahan-kesalahan, kegagalan, cacat,
kecurangan-kecurangan atau yang bersifat negatif, yang terjadi
selama dalam proses pencapaian tujuan organisasi.
21
4) Meningkatkan kelancaran operasi organisasi;
5) Meningkatkan kinerja organisasi;
6) Memberikan pendapat atas kinerja organisasi;
7) Mengarahkan manajemen untuk melakukan perbaikan
atas masalah-masalah pencapaian kinerja yang ada;
8) Menciptakan terwujudnya pemerintahan yang bersih.
Menurut Hayani (2014:100) Bila fungsi pengawasan
dilaksanakan dengan tepat, organisasi akan memperoleh manfaat
berupa:
1) Dapat mengetahui sejauh mana program sudah dilakukan
oleh staf, apakah sesuai dengan standar atau rencana
kerja, apakah sumber daya telah digunakan sesuai dengan
yang telah ditetapkan. Fungsi pengawasan akan
meningkatkan efisiensi kegiatan program.
2) Dapat mengetahui adanya penyimpangan pada
pemahaman staf dalam melaksanakan tugas-tugasnya.
3) Dapat mengetahui apakah waktu dan sumber daya lainya
mencukupi kebutuhan dan telah dimanfaatkan secara
efisien.
4) Dapat mengetahui sebab-sebab terjadinya penyimpangan.
5) Dapat mengetahui staf yang perlu diberikan penghargaan,
dipromosikan.
c. Langkah Langkah Proses Pengawasan
Menurut (Effendi, 2011) dalam melakukan proses
pengawasan memerlukan langkah-langkah, antara lain:
1) Penetapan standar pelaksanaan
Standar mengandung pengertian sebagai suatu
satuan pengukuran yang dapat digunakan sebagai patokan
untuk penilaian hasil-hasil, tujuan, sasaran, kuota, dan
target pelaksanaan dapat digunakan sebagai standar.
Bentuk standar khusus: target penjualan anggaran, bagian
22
pasar (market share), marjin keuntungan, keselamatan
kerja dan sasaran produksi. Ada tiga bentuk standar yang
umum digunakan manajemen: standar-standar fisik yang
meliputi barang atau jasa, standar-standar moneter yang
mencakup biaya tenaga kerja, standar-standar waktu
mencakup kecepatan produksi atau batas waktu suatu
pekerjaan.
23
d. Jenis-jenis Pengawasan
Agar mudah dipahami ada beberapa jenis pengawasan
dalam ilmu manajemen, yaitu:
1) Pengawasan Langsung
Pengawasan langsung melibatkan interaksi
langsung atau peninjauan pribadi oleh pimpinan
organisasi terhadap kegiatan yang dilakukan oleh para
bawahannya. Metode ini mencakup inspeksi langsung,
pengamatan langsung di tempat kerja, dan pembuatan
laporan secara langsung.
Contohnya, pemimpin secara langsung meninjau
pelaksanaan pekerjaan atau melakukan inspeksi kas.
Keuntungan dari pengawasan langsung adalah pemimpin
dapat melihat secara langsung pelaksanaan pekerjaan,
namun, kelemahannya adalah dapat menciptakan kesan
keras dan kuat terhadap bawahan.
24
mengenai pekerjaan yang dilaksanakannya sesuai
dengan instruksi dan tugas yang diberikan.
• Laporan Khusus: Pengawasan melalui laporan
yang berfokus pada aspek-aspek tertentu atau
kejadian istimewa. Pengawasan berdasarkan
pengecualian (control by exception) dilakukan
hanya ketika muncul laporan yang menunjukkan
adanya peristiwa-peristiwa yang istimewa atau
diluar kebiasaan.
2. Pengendalian
Dalam materi pengendalian SDM, terdapat beberapa pembahasan
yaitu sebagai berikut:
a. Definisi Pengendalian
Menurut George R Terry Pengendalian dapat
didefinisikan sebagai suatu proses penentuan apa yang harus
dicapai yaitu standar, apa yang sedang dilakukan yaitu
pelaksanaan, menilai pelaksanaan dan bila perlu melakukan
perbaikan-perbaikan sehingga pelaksanaan sesuai dengan
rencana yaitu selaras dan standar
25
evaluasi yang dilakukan oleh atasan atau pimpinan dalam
organisasi terhadap komponen organisasi dan sumber-sumber
yang ada untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan
sebelumya, secara terus menerus dan berkesinambungan agar
semua dapat berfungsi secara maksimal sehingga tujuan
organisasi dapat tercapai secara efektif dan efisien.
b. Prinsip-Prinsip Pengendalian
Dalam manajemen SDM selain fungsi manajerial dan
fungsi operasional di dalam penerapannya harus diperhatikan
pula prinsip-prinsip manajemen SDM. Adapun prinsip-prinsip
manajemen SDM yang perlu diperhatikan antara lain, adalah:
1) Prinsip kemanusiaan
2) Prinsip demokrasi
3) Prinsip The Right Man is The Right Place
4) Prinsip Equal Pay for Equal Work
5) Prinsip kesatuan arah
6) Prinsip kesatuan komando
7) Prinsip efisiensi
8) Prinsip efektivitas
9) Prinsip produktivitas kerja
10) Prinsip disiplin
11) Prinsip wewenang dan tanggung jawab
c. Metode – Metode Pengendalian
Dalam ilmu manajemen, ada berbagai macam metode
yang dapat digunakan dalam pengendalian SDM, yaitu:
1) Pengendalian pra tindakan (pre-action control): Suatu
tindakan bisa diambil bila sumber daya manusia, bahan,
dan keuangan diseleksi dan tersedia dalam jenis, jumlah
dan mutu yang tepat.
2) Pengendalian kemudi (steering controls): Metode ini
diperlukan untuk mendeteksi penyimpangan dari
26
beberapa standar atau tujuan tertentu dan memungkinkan
pengambilan tindakan koreksi berada di depan.
3) Pengendalian secara screening (Screening or yes /no
controls): Metode ini sangat luas digunakan karena
mampu melakukan penelitian ganda, dan metode ini
fungsional bila prosedur dan syarat-syarat tertentu
disepakati sebelum melakukan kegiatan.
4) Pengendalian Purna-Karya (Post-Action Controls):
Metode pengendalian ini digunakan untuk melihat adanya
penyimpangan arah dan tujuan perusahaan setelah
kegiatan selesai. Pengendalian ini hampir mirip dengan
evaluasi yang waktu pelaksanaannya ditetapkan.
d. Langkah-Langkah Dalam Proses Pengendalian
Ada beberapa langkah yang diperlukan dalam proses
pengendalian SDM, yaitu:
1) Menetapkan standar dan metode untuk mengukur
kinerja: Hal ini bisa mencakup standar dan ukuran untuk
segala hal, mulai dari target penjualan dan produksi
sampai pada catatan kehadiran dan keamanan pekerja.
Untuk menjamin efektivitas langkah ini, standar tersebut
harus dispesifikasi dalam bentuk yang berarti dan
diterima oleh para individu yang bersangkutan.
2) Mengukur kinerja (measure the performance):
Langkah mengukur kinerja merupakan proses yang
berlanjut dan repetitif, dengan frekuensi aktual
bergantung pada jenis aktivitas yang sedang diukur.
3) Membandingkan kinerja sesuai dengan standar
(compare the performance match with the standar):
Membandingkan kinerja adalah membandingkan hasil
yang telahdiukur dengan target atau standar yang telah
ditetapkan. Apabila kinerja ini sesuai dengan standar,
27
manajer berasumsi bahwa segala sesuatunya telah
berjalan secara terkendali. Oleh karena itu, manajer tidak
perlu campur tangan secara aktif dalam organisasi.
4) Mengambil tindakan perbaikan (take corrective
action): Tindakan ini dilakukan manakala kinerja rendah
di bawah standar dan analisis menunjukkan perlunya
diambil tindakan. Tindakan perbaikan dapat berupa
mengadakan perubahan terhadap satu atau beberapa
aktivitas dalam operasi organisasi atau terhadap standar
yang telah ditetapkan sebelumnya. Manajer hanya
memantau kinerja dan bukan melaksanakan
pengendalian, kecuali apabila manajer mengikuti terus
proses tersebut sampai berakhir.
28
indikator-indikator input, output, hasil, dan manfaat dan dampak. Dari
beberapa pengertian yang dikemukakan mengenai penilaian kinerja,
dapat disimpulkan bahwa penilaian kinerja sehubungan dengan seberapa
baik suatu individu melakukan pekerjaan yang telah diberikan.
29
g. Informational Inaccuracies: Kinerja yang buruk dapat
menunjukkan kesalahan dalam informasi analisis pekerjaan,
perencanaan tenaga kerja, atau aspek lain dari sistem manajemen
SDM anda. Hal ini menyebabkan ketidakakuratan dalam
perekrutan, pelatihan dan keputusan konsultasi.
h. Job Design Error: Kinerja yang buruk dapat menjadi tanda
pengaturan kerja yang salah atau tidak tepat.Kegagalan ini dapat
didiagnosis dengan penilaian kinerja..
i. Feedback to Human Resources: Baik buruknya kinerja suatu
perusahaan menunjukkan seberapa baik fungsi departemen
sumber daya manusia dijalankan.
30
2) Monitoring: Pada tahap ini kedua pihak dapat mengecek
progres dan menilai sasaran kerja, apa yang sudah dicapai
dan apa yang belum. Manajer dapat memberikan umpan
balik kepada karyawan.
3) Reviewing: Di tahap ini manajer dan karyawan
mendiskusikan hasil akhir yang dicapai, kemudian
karyawan diberi nilai berdasarkan hasil kinerja
keseluruhan dalam satu periode.
c. 360-Degree Feedback: Metode penilaian kinerja karyawan 360-
Degree Feedback menggunakan umpan balik dari lingkaran
pengaruh di sekeliling karyawan, yang meliputi manajer, rekan
kerja, konsumen/pelanggan, dan laporan langsung. Metode ini
lebih komprehensif memberikan penilaian dari beberapa sudut
pandang. Penilaian kinerja ini melibatkan lima komponen:
1) Self appraisal: Karyawan melihat kembali kinerja
mereka dan mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan
sendiri, serta menggunakan formulir terstruktur untuk
menghindari bias.
2) Manager review: Manajer melakukan penilaian
tradisional terhadap karyawan serta mengevaluasi tim.
3) Peer review: Rekan kerja satu tim menilai kemampuan
karyawan dalam bekerja sama, pengambilan inisiatif, dan
kontribusi terhadap tim. Namun, pertemanan dan
permusuhan dapat memengaruhi penilaian tidak objektif.
4) Subordinates Appraising Manager (SAM): Di sini,
manajer penilai bawahan mengevaluasi karyawan
berdasarkan laporan langsung.
5) Customer/client review: Penilaian ini berdasar ulasan
pelanggan atau klien yang berinteraksi dengan karyawan
secara teratur.
31
d. Assessment Center Method: Assessment Center menggambarkan
bagaimana orang lain mengamati dan menilai karyawan dan
pengaruhnya bagi kinerja karyawan. Penilaian dilakukan dengan
metode partisipasi dalam simulasi sosial, diskusi informal, latihan
pencarian fakta, pengambilan keputusan, dan permainan peran.
Kelebihan metode ini adalah selain menilai kinerja individu juga
dapat memperkirakan kinerja di masa depan. Namun, metode ini
juga memiliki kekurangan, yaitu memakan waktu dan biaya yang
sulit diprediksi.
e. Analytical Hierarchy Process (AHP): Metode penilaian kinerja
yang satu ini merupakan salah satu bentuk metode pengambilan
keputusan yang inputnya dapat berupa kualitatif dan kuantitatif.
Pada dasarnya, AHP adalah cara atau metode untuk memecahkan
suatu masalah dengan situasi kompleks dan tidak terstruktur ke
dalam beberapa komponen dan akan disusun menjadi sebuah
hierarki, dengan memberikan penilaian subjektif tentang
pentingnya setiap variable secara relative dan menetapkan
variable dengan prioritas tertinggi dengan tujuan bisa
mempengaruhi hasil pada situasi tersebut.
f. Graphic Rating Scale: Metode penilaian kinerja ini memiliki
tujuan yaitu untuk membandingkan kinerja individu dengan
standar absolut. Metode penilaian kinerja ini terkomputerisasi
yang membuatnya dapat mempercepat proses perhitungan,
mengolah data yang berguna untuk validasi penilaian kinerja dan
menjaga keakuratan data, serta membuat penilaian lebih objektif
dengan menetapkan parameter atau kriteria yang relevan dengan
lapangan. Asesor menilai kinerja pada berbagai aspek atau
kriteria, hal ini kemudian menunjukkan bahwa diharapkan
pendekatan Graphic Rating Scale (GRS) dapat menghasilkan
penilaian yang tepat dan akurat.
32
g. Psychological Appraisals: Penilaian psikologis lebih banyak
digunakan untuk mengidentifikasi potensi tersembunyi dalam
diri karyawan. Fokus metode ini adalah analisis kinerja masa
depan ketimbang kinerja masa lalu karyawan. Metode ini
digunakan untuk menganalisis tujuh komponen utama kinerja
karyawan, yaitu:
1) Keterampilan interpersonal
2) Kemampuan kognitif
3) Kemampuan intelektual
4) Kepemimpinan
5) Karakter kepribadian
6) Kecerdasan emosional
7) Keterampilan terkait
h. Key Performance Indikator (KPI): Metode penilaian kinerja
yang satu ini dapat diukur dari waktu ke waktu untuk tujuan yang
spesifik. KPI memberikan tujuan tim, pencapaian untuk
mengukur seberapa jauh kemajuan yang telah dibuat dan
wawasan untuk membantu orang-orang di seluruh organisasi
membuat keputusan yang lebih baik. Key Performance Indicator
merupakan suatu pernyataan tentang suatu posisi atau jabatan
yang terukur. Berasal dari visi perusahaan dan cara pencapaian
visi melalui misi, kemudian dijabarkan oleh setiap departemen.
Dari misi kemudian dapat menghadirkan sistem kerja yang
kemudian dilanjutkan dengan sasaran (outcome) dari tugas,
dengan memiliki nilai ambang batas (threshold) untuk
membedakan antara nilai target dengan nilai aktual.
i. Competency Based Human Resource Management (CBHRM):
Competency Based Human Resource Management (CBHRM)
adalah model baru manajemen kinerja yang menyinkronkan
strategi bisnis dan strategi sumber daya manusia untuk mencapai
tujuan suatu organisasi.
33
3. Indikator Penilaian Kinerja
34
Dari pengertian yang dikemukakan oleh para ahli di atas, maka
pengembangan tersebut dapat dikatakan sebagai suatu proses
peningkatan kemampuan atau pendidikan jangka panjang untuk
meningkatkan kemampuan konseptual, kemampuan dalam pengambilan
keputusan dan memperluas hubungan manusia (human relation) untuk
mencapai tujuan umum yang dilakukan secara sistematis dan
terorganisasi serta dilakukan oleh pegawai manajerialnya (tingkat atas
dan menengah). Tujuan yang dimaksud antara lain:
a. Dapat meningkatkan produktivitas di dalam pekerjaan
b. Mengurangi risiko kerusakan produk
c. Memastikan semua pekerjaan berjalan efisien
d. Meningkatkan sikap kepemimpinan
e. Menciptakan moral karyawan atau manusia
f. Menaikkan Balas Jasa
35
Perusahaan yang dipilih tersebut adalah perusahaan yang
memang menyediakan jasa pelatihan yang dibutuhkan.
Sementara pelatihan eksternal dilakukan dengan cara karyawan-
karyawan ke lembaga atau instansi pelatihan untuk melakukan
pelatihan di sana. Training merupakan hal yang harus dilalui oleh
seorang karyawan baru. Sebelum ditugaskan, mereka diharuskan
mengikuti training terlebih dahulu.
b. Magang
Melalui metode magang para karyawan baru dilatih untuk
mengerjakan apa tugas yang akan dilakukannya kelak. Karyawan
baru tentu belum menguasai medan tempur, karenanya perlu
didampingi terlebih dahulu agar nanti siap diterjunkan dalam
pekerjaannya dengan keterampilan dan wawasan yang
dibutuhkan. Magang umum diadakan di setiap perusahaan
sebagai langkah awal untuk mempersiapkan diri.
c. Pendidikan
Melalui metode pendidikan, perusahaan memberikan
pendidikan formal kepada para karyawan atau memberikan
kesempatan pada karyawan untuk melanjutkan pendidikan agar
karyawan tersebut memiliki kualifikasi pendidikan yang
dibutuhkan oleh perusahaan.
36
d. Rotasi Kerja
Metode rotasi memberikan kesempatan pada karyawan
untuk merasakan variasi pekerjaan sekaligus untuk mengetahui
divisi mana karyawan tersebut cocok untuk ditempatkan.
e. Studi Banding
Metode ini adalah metode pengembangan SDM dengan
cara mengevaluasi atau membandingkan sistem kerja yang
selama ini berjalan di suatu perusahaan dengan sistem kerja
standar atau berlaku di tempat lain. Melalui metode ini
perusahaan akan mendapat gambaran seefektif apa sistem kerja
terhadap produktivitas yang diperoleh.
f. Uji Kompetensi
Metode ini mungkin tak disukai karyawan ,siapa sih yang
senang diberi ujian? Namun metode ini dianggap perlu dilakukan
untuk mengetahui kualitas karyawan selama ini. Uji kompetensi
bisa dilakukan oleh perusahaan sendiri atau oleh Badan Nasional
Sertifikasi Profesi (BNSP).
37
g. Coaching
Metode ini adalah metode pelatihan atau bimbingan.
Seseorang ditunjuk untuk membimbing karyawan lain. Tujuan
dari metode ini jelas untuk meningkatkan keterampilannya dalam
bekerja. Tujuan dari metode ini selain untuk meningkatkan
kualitas kerja juga sebagai sarana untuk transfer kemampuan
karyawan atau orang yang sudah jauh berpengalaman di suatu
pekerjaan.
h. Outbond
Metode ini dilakukan dengan tujuan untuk mempererat
silaturahmi diantara karyawan di semua level. Pada kegiatan ini
biasanya dibagi ke dalam kelompok yang anggotanya berasal
dari divisi lain.
38
b. Fungsi Pemeliharaan Tenaga Kerja
Fungsi pemeliharaan tenaga kerja mencakup pelaksanaan
program-program ekonomis maupun non-ekonomis yang
diharapkan mampu memberikan ketenteraman kerja bagi pekerja,
sehingga para pekerja dapat dengan tenang bekerja dan
berkonsentrasi. Kondisi ini diharapkan dapat menghasilkan
prestasi kerja yang sesuai dengan harapan.
39
mengoptimalkan potensi tim, dan menghadapi tantangan perubahan dengan
lebih siap dan tanggap.
40
kesesuaian, efektivitas, dan efisiensi dalam pengelolaan sumber daya
manusia untuk mendukung tercapainya sasaran-sasaran fungsional
maupun tujuan organisasi secara keseluruhan baik untuk jangka pendek,
jangka menengah maupun jangka panjang.
41
h. Sebagai dasar pertimbangan ikut sertanya karyawan, mungkin
pengembangan (pelatihan dan pendidikan).
i. Untuk memenuhi ego dan kepuasan dengan memperhatikan nilai
mereka.
j. Sebagai pedoman yang efektif dalam melaksanakan seleksi
penerimaan karyawan di masa yang akan datang.
k. Sebagai dasar penilaian kembali rencana Sumber Daya Manusia
apakah sudah baik atau tidak, atau masih perlu disempurnakan.
42
c. Kejelasan tugas dan tanggung jawab satuan kerja yang
menangani sumber daya manusia.
d. Mendorong penerapan kebijaksanaan yang seragam dalam
praktek-praktek mengurus sumber daya manusia.
43
a. Perencanaan Audit Sumber Daya Manusia
Menurut Samsudin dalam Levianti (2010) menyebutkan
bahwa audit dimulai secara logis dengan suatu telaah kerja
departemen Sumber Daya Manusia, audit sumber daya manusia
meliputi suatu perencanaan sumber daya manusia yang meliputi
rapat kerja yang melibatkan staf-staf kunci dan manajer senior.
Secara garis besar perencanaan audit sumber daya manusia
menurut Susilo dalam Levianti (2010) dibedakan menjadi tiga
tahap, yaitu:
1) Rancangan sistem audit sumber daya manusia yang ingin
dikembangkan di dalam suatu organisasi.
2) Perencanaan operasional audit sumber daya manusia
berupa program dan penjadwalan audit sumber daya
manusia.
3) Perencanaan berkenaan dengan persiapan kerja auditor
pada tahap pelaksanaan audit.
b. Pelaksanaan Audit Sumber Daya Manusia
Menurut Hasibuan dalam Levianti (2010) menyebutkan
bahwa pelaksanaan audit sumber daya manusia baik secara
individual maupun kolektif, secara formal dan informal,
dilakukan oleh atasan langsung dan manajemen urusan sumber
daya manusia, dan baru ada artinya jika ada tindak lanjut dan
hasilnya. Pelaksanaan audit terbagi atas beberapa tahap:
1) Mengamati kegiatan
2) Meminta penjelasan
3) Mewawancarai auditor
4) Melakukan survei dengan angket
5) Menilai data dan fakta
6) Menyimpulkan
c. Pelaporan dan Tindak Lanjut Audit Sumber Daya Manusia
44
Setelah melakukan kedua tahap seperti di atas, maka hal
yang perlu dilakukan adalah menyusun laporan dari hasil temuan
audit. yaitu pelaporan audit diskriminasi komprehensif terhadap
aktivitas sumber daya manusia yang meliputi rekomendasi untuk
praktik yang efektif dan rekomendasi untuk memperbaiki praktik
yang tidak efektif.
45
tujuan bersama dengan perusahaan. Ini dapat meningkatkan
loyalitas, motivasi, dan retensi karyawan.
46
4. Pengembangan Budaya Organisasi Yang Mendukung Kinerja
Unggul
47
pembelajaran terus-menerus. Mendorong eksperimen,
menghargai pembelajaran dari kegagalan, dan menciptakan
lingkungan yang mendukung kreativitas.
b. Langkah-langkah untuk Mengembangkan Budaya
Organisasi yang Mendukung Kinerja Unggul
1) Identifikasi Nilai Inti dan Tujuan Bersama
2) Komunikasikan dengan Konsisten
3) Mendorong Kepemimpinan Berbasis Nilai
4) Berikan Pengakuan dan Insentif yang Sesuai
5) Kembangkan Keterlibatan dan Partisipasi Karyawan
6) Evaluasi dan Secara berkala
48
terus berubah. Manajemen perubahan memungkinkan
adopsi ide-ide baru dan mengubah cara kerja yang lebih
efektif.
2) Ketangguhan Terhadap Perubahan: Dalam menghadapi
transformasi industri, perusahaan harus memiliki
kemampuan untuk menyesuaikan diri secara cepat dan
efektif. Manajemen perubahan membantu perusahaan
menjadi lebih tangguh terhadap perubahan tersebut.
3) Peningkatan Daya Saing: Respons terhadap kebutuhan
pasar memungkinkan perusahaan untuk tetap kompetitif.
Melalui manajemen perubahan, perusahaan dapat
merancang strategi yang memberikan keunggulan dalam
pasar yang bersaing ketat.
b. Strategi Manajemen Perubahan untuk Merespons
Kebutuhan Pasar dan Industri.
1) Analisis Kebutuhan dan Tren Pasar: Melakukan analisis
pasar untuk memahami tren, kebutuhan konsumen, dan
perkembangan industri.
2) Keterlibatan Pemangku Kepentingan: Komunikasi yang
Terbuka yang Melibatkan karyawan, pemangku
kepentingan internal, dan eksternal dalam merencanakan
perubahan. Serta Mengidentifikasi pemimpin opini,
pelanggan utama, dan influencer pasar yang dapat
membantu dalam pengambilan keputusan dan adopsi
perubahan.
3) Inovasi dan Adaptasi: Pengembangan Produk/ Layanan
Baru, Berinovasi dalam produk atau layanan untuk
memenuhi kebutuhan yang berkembang.
4) Fleksibilitas dalam Proses: Menerapkan fleksibilitas
dalam proses produksi atau distribusi untuk beradaptasi
dengan perubahan cepat.
49
5) Manajemen Risiko: Mengidentifikasi risiko-risiko yang
terkait dengan perubahan dan mengelola risiko-risiko
tersebut dengan strategi yang tepat.
6) Pemantauan dan Evaluasi Berkelanjutan: Melakukan
pemantauan berkelanjutan terhadap perubahan yang
dilakukan untuk memastikan bahwa mereka sesuai dengan
tujuan dan memperbaiki kekurangan.
c. Tantangan dalam Manajemen Perubahan
1) Ketidakpastian Pasar
2) Ketidaknyamanan pada Karyawan
3) Ketidakefektifan Implementasi
50
c. Keterlibatan dan Motivasi Tinggi
Merasa terlibat dan memiliki rasa memiliki terhadap
tujuan dan visi perusahaan, serta Memiliki motivasi internal yang
tinggi untuk berkontribusi dan berkembang di dalam perusahaan.
d. Kemampuan Berkolaborasi
Mampu berkomunikasi dengan baik di dalam tim dan
lintas departemen untuk bekerja sama dengan orang lain untuk
mencapai tujuan bersama.
51
G. Sumber Daya Manusia Era 4.0 dan 5.0
Istilah Sumber Daya Manusia “4.0" dan "5.0" merujuk pada evolusi
dalam pengelolaan sumber daya manusia (SDM), seiring dengan perkembangan
teknologi dan perubahan paradigma dalam dunia kerja. Namun, perbedaan
definisi dan konsep ini belum secara luas disepakati oleh para ahli karena
sifatnya yang masih baru dan terus berkembang. Tetapi, umumnya, kedua istilah
ini mengacu pada konsep SDM yang berfokus pada transformasi digital,
kecerdasan buatan (AI), dan peran SDM dalam menghadapi perubahan yang
cepat di lingkungan kerja. Untuk memahami lebih dalam tentang SDM 4.0 dan
5.0, akan dijelaskan pada materi berikut ini:
1. Sumber Daya Manusia Era 4.0
52
c. Adaptabilitas dan Fleksibilitas: Kemampuan untuk beradaptasi
dengan perubahan teknologi yang cepat dan fleksibel dalam
menyesuaikan diri dengan lingkungan kerja yang dinamis.
d. Kolaborasi dan Keterlibatan: Kemampuan untuk bekerja
dalam tim, berkolaborasi, dan terlibat secara aktif dalam berbagai
proyek atau inisiatif organisasi.
53
memanfaatkan dan memaksimalkan setiap inovasi teknologi seperti
Internet of Things, Big Data, robot, dan Artificial Intelligence, sehingga
masyarakat mampu mengatasi berbagai masalah sosial dan tantangan
kehidupan.
54
c. Kepemimpinan Inovatif: Mampu memimpin dengan cara yang
inovatif, memfasilitasi ide-ide baru, dan menciptakan lingkungan
kerja yang memungkinkan kreativitas dan eksperimen.
d. Manajemen Perubahan: Kemampuan untuk mengelola
perubahan organisasi, memfasilitasi adaptasi karyawan, dan
memastikan transisi yang mulus dari paradigma kerja yang lama
ke yang baru.
55
d. Pengembangan Soft Skills: Membangun keterampilan
kepemimpinan yang memperhatikan kebutuhan dan aspirasi
karyawan, serta memiliki kemampuan untuk berkomunikasi
secara efektif dalam berbagai konteks, termasuk virtual.
e. Fleksibilitas dan Adaptabilitas: Menerima dan mengatasi
perubahan dengan cepat dan efektif, serta mampu beradaptasi
dengan model kerja yang fleksibel, termasuk bekerja dari jarak
jauh atau dalam tim yang terdistribusi.
f. Manajemen Perubahan: Kemampuan untuk mengelola
perubahan organisasi dan membantu karyawan menyesuaikan
diri dengan perubahan tersebut.
g. Budaya Organisasi: Mendorong budaya inovasi di tempat kerja
untuk mendorong ide-ide baru dan eksperimen, serta mendorong
budaya di mana kesalahan dianggap sebagai kesempatan untuk
belajar.
56
c. Hierarki berkurang, lebih berorientasi pada kerja sama atau
kolaborasi.
d. Kehidupan pekerja pada era 4IR didominasi oleh self-directed
striving for personally valued career outcomes.
Efek kondisi Industri 4.0 sudah terasa nyata terlihat dan larut di
dalamnya. Bisnis model baru dengan strategi inovatif pun hadir. Banyak
model dan strategi bisnis yang sebelumnya belum terpikirkan tetapi
muncul meramaikan dan menjuarai bisnis di bidangnya, bahkan
mengalahkan incumbent secara telak dan cepat.
57
e. Isu modulasi dan artifak fisik yang fleksibel
f. Isu investasi.
58
Menurut Mello (2015), tantangan bagi organisasi untuk merespon
perubahan teknologi baru, sebagai berikut:
59
menentukan elemen utama, melihat berbagai kemungkinan
sebagai solusi, melakukan tindakan untuk menyelesaikan
masalah, serta menemukan ilmu pengetahuan baru untuk
memecahkan masalah.
b. Critical thinking. Keterampilan untuk berpikir secara rasional,
kognitif, dan membentuk strategi yang akan meningkatkan
feedback sesuai yang diharapkan. Berpikir kritis disebut juga
berpikir dengan tujuan yang jelas, beralasan, dan berorientasi
pada sasaran.
c. Creativity. Keterampilan untuk menemukan sesuatu yang unik,
orisinal, atau mengembangkan apa yang sudah ada, serta
bermanfaat bagi masyarakat dan lingkungan.
d. People management. Keterampilan leadership untuk mengatur,
memimpin, dan memanfaatkan SDM secara efektif, efisien, dan
tepat sasaran.
e. Coordinating with other. Keterampilan untuk bekerja sama
dengan orang lain, baik di dalam maupun di luar organisasi.
f. Emotion intelligence. Keterampilan untuk memahami,
menerima, menilai, mengelola, serta mengontrol emosi diri
sendiri dan orang-orang disekitarnya.
g. Judgment and decision making. Keterampilan untuk menarik
kesimpulan dan mengambil keputusan dalam kondisi apapun,
meskipun berada di bawah tekanan.
h. Service orientation. Keinginan untuk membantu dan melayani
orang lain sebaik mungkin untuk memenuhi kebutuhan mereka,
tanpa semata.
i. Negotiation. mengharapkan penghargaan Keterampilan untuk
berbicara, bernegosiasi, dan meyakinkan orang dalam aspek
pekerjaan. Tidak semua orang secara alamiah memiliki
kemampuan untuk menghasilkan kesepakatan yang diharapkan,
hal ini dapat dikuasai dengan latihan dan pembiasaan diri.
60
j. Flexibility. Keterampilan untuk pengalihan (switch) dalam
berpikir sesuai dengan kebutuhan yang diperlukan, yaitu
menyusun secara spontan suatu pengetahuan, serta memberi
respon untuk dapat menyesuaikan dengan keperluan dan
mengubah tuntutan situasional (Syarif, 2019).
61
training/short-course, seminar/lokakarya, dan workshop
(Nugroho, 2019).
d. Knowledge Capture: Memungkinkan seluruh informasi
dituangkan dalam bentuk tertentu (tulisan, video, buku, dsb.)
sehingga dapat dipelajari oleh mereka yang membutuhkan.
Meng- capture knowledge dapat dilakukan dengan beberapa cara,
antara lain mengumpulkan dan mendisimilasi materi
pembelajaran dalam suatu wadah, meng-capture knowledge yang
dimiliki narasumber/unit pengguna yang dituangkan dalam suatu
kurikulum/desain program diklat, dan meng-capture tacit
knowledge yang dimiliki oleh para pegawai (Betania, 2017).
e. Kemenkeu Learning Center: BPPK meluncurkan portal
pembelajaran online Kemenkeu Learning Center (KLC) pada
tahun 2017, KLC merupakan media pembelajaran online yang
membahas berbagai materi tentang pengelolaan keuangan negara
yang dapat diakses oleh seluruh pegawai Kementerian Keuangan
Republik Indonesia dan masyarakat umum tanpa batas (anytime,
anywhere, and anydevice).
f. Open class: Merupakan forum yang digagas untuk
mengkomunikasikan dan mendiskusikan program dan kebijakan
pemerintah. Open class menghadapi beberapa tantangan, yaitu
penentuan tema yang sesuai dengan kebutuhan stakeholder,
waktu penyelenggaraan, ketersediaan narasumber yang sesuai
dengan tema yang diangkat, metode pembelajaran yang harus
interaktif dan efektif yang disesuaikan dengan karakteristik
peserta, serta belum ada payung hukum tentang penyelenggaraan
kegiatan open class. Respon peserta terhadap pelaksanaan open
class sangat antusias, sehingga mampu menjaring lebih dari 40
peserta dalam setiap penyelenggaraan (Tolla, 2017).
g. Pelatihan dasar (Latsar): Bagi calon aparatur sipil negara
(CASN) yang diselenggarakan oleh Lembaga Diklat ASN yang
62
telah diakreditasi oleh LAN. Lastar merupakan pelatihan
pembentukan karakter, sehingga output yang diharapkan adalah
pegawai yang berperilaku dan berkepribadian baik, serta mampu
memahami dan mengimplementasikan semua budaya organisasi.
Salah satu wujud pencapaian BPPK pada tahun 2018, yaitu
mendapatkan akreditasi A untuk penyelenggaraan Lastar.
Pencapaian dalam pelaksaan Lastar tersebut semakin menambah
laju BPPK untuk mencapai visi yang dicita-citakan (Putri, 2018).
h. Modern E-Learning: Pada kurun waktu 2009-2016 frekuensi
penyelenggaraan pelatihan e-learning di BPPK belum signifikan.
Setelah penerapan strategi Kemenkeu Corporate University
tahun 2016, penyelenggaraan pelatihan e-learning kembali
digiatkan, berupa blended learning, action learning, knowledge
sharing, coaching, community of practice, internship, full e-
learning, dan virtual meeting dengan memanfaatkan video
conference.
i. Financial Education and Training Agency: BPPK melalui
Pusdiklat Pengembangan SDM (PPSDM) mengemban tugas
untuk melakukan seleksi terhadap pegawai yang mengajukan
beasiswa program doktor dan magister (S3 & S2). Pada tahun
2019, tercatat sebanyak 1.350 orang mendaftar beasiswa FETA
dari seluruh Eselon I di lingkungan Kementerian Keuangan
Republik Indonesia. Dari jumlah tersebut, hanya 58 pegawai
yang dinyatakan lulus seleksi (Kurniawan, 2019).
j. Flexible Working Space (FWS): Merupakan pengaturan pola
kerja pegawai yang memberikan fleksibilitas lokasi bekerja
selama periode tertentu dengan memaksimalkan teknologi
informasi dan komunikasi untuk meningkatkan dan menjaga
produktivitas pegawai, serta menjamin keberlangsungan
pelaksanaan tugas dan fungsi Kementerian Keuangan Republik
Indonesia. FWS yang populer dengan sebutan Era New Normal
63
Kementerian Keuangan akan menjadi budaya baru dalam bekerja
di lingkungan Kementerian Keuangan Republik Indonesia.
Penerapan skema kerja FWS diyakini dapat meningkatkan
kinerja ASN di Kementerian Keuangan Republik Indonesia
(Dewayani, 2020).
Dengan memahami konsep SDM 4.0 dan 5.0, kita dapat merangkul era
transformasi digital dengan optimal. Semoga pemahaman ini menjadi landasan
untuk mengembangkan potensi sumber daya manusia dan menjawab tantangan
masa depan.
64
BAB III
PENUTUP
65
DAFTAR PUSTAKA
66
Ijal, R. (2022). Definisi Pengendalian. Diakses dari:
https://www.academia.edu/32133397/Pengendalian. [Diakses pada: 18
Desember 2023].
Isnaini Rodiyah., & Isna Fitri Agustina. (2020). Buku Ajar: MSDM Sektor Publik.
Sidoarjo. UMSIDA press
Mochamad Hanafi. (2020). Manajemen Sumber Daya Manusia Smk Bisnis Dan
Manajemen Di Daerah Istimewa Yogyakarta. JURNAL PENDIDIKAN
MANAJEMEN PERKANTORAN, 5(1): 31-44.
Brian E. Becker, Mark A. Huselid., & Dave Ulrich. (2019). The HR Scorecard:
Linking People, Strategy, and Performance.
Arraniri, I., et al. (2021). Manajemen Sumber Daya Manusia. Kesambi. Penerbit
Insania.
67
Dewi, A. (2019). Manajemen Sumber Daya Manusia di Era Digital. Penerbit Abadi
Bastian, R., & Nurlela, N. (2006). Transformasi SDM: Perubahan Paradigma dalam
Era Digital. Jurnal Ilmu Manajemen, 5(1), 45-58.
Tahar, A., Setiadi, P. B., & Rahayu, S. (2022). Strategi Pengembangan Sumber
Daya Manusia Dalam Menghadapi Era Revolusi Industri 4.0 Menuju Era
Society 5.0. Jurnal Pendidikan Tambusai, 6(2), 12380-12394.
Dr. Suherman, S.Kom., M.M., Dr. Musnaini, S.E., M.M., Hadion Wijoyo,
S.E.,S.H.,S.Sos.,S.Pd.,M.H.,M.M.,Ak.,CA.,QWP., Dr. Irjus Indrawan,
S.Pd.I.,M.Pd.I. (2020). INDUSTRY 4.0 VS SOCIETY 5.0. CV. Pena
Persada. Purwokerto Selatan
Jati Utomo Dwi Hatmoko. (2021). REVOLUSI INDUSTRI 4.0. Yogyakarta. CV.
Andi Offset.
68