Anda di halaman 1dari 26

ANALISIS KEPEMIMPINAN DAN DINAMIKA KELOMPOK KOPERASI

PETERNAKAN BANDUNG SELATAN PANGALENGAN (KPBS)

MAKALAH TUGAS AKHIR


MATA KULIAH ORGANISASI SOSIAL DAN
KEPEMIMPINAN

Oleh :
Kelompok 2
Insy Sabina 200110200032
Endang Ervina 200110200035
Hepia Rahmadita 200110200036
Gilang Mulya Putra 200110200037
Adinda Deaniva Imani 200110200068

PROGRAM STUDI ILMU PETERNAKAN


FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS PADJADJARAN
SUMEDANG
2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan pada Tuhan Yang Maha Esa, atas anugerah-Nya sehingga kami
dapat menyelesaikan laporan akhir ini tepat pada waktunya. Adapun maksud dan tujuan dari
penyusunan makalah ini untuk menyelesaikan tugas yang diberikan oleh Ibu Dr. Ir. Marina
Sulistyati, MS. Terima kasih kepada seluruh pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan
Makalah Laporan Akhir yang berjudul “Analisis Kepemiminan dan Dinamika Kelompok
Koperasi Peternakan Bandung Selatan Pangalengan (KPBS)”. Makalah Laporan Akhir ini
tidak akan selesai jika tanpa adanya bantuan serta dukungan dari berbagai pihak. Maka dari itu,
kami mengucapkan banyak terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan kekuasaan dan ridha-Nya kepada kami,
dari perencanaan pembuatan makalah hingga pembuatan makalah ini dapat selesai
dengan baik.
2. Dosen Pengampu mata kuliah Organisasi Sosial dan Kepemimpinan, Ibu Dr. Ir. Marina
Sulistyati, MS. yang telah mendukung mahasiswanya serta membagikan ilmu yang
sangat bermanfaat dalam pembuatan makalah ini.
3. Kawan-kawan anggota kelompok 2 (dua) yang telah berusaha semaksimal mungkin
dalam pembuatan laporan akhir ini.Untuk dapat menyusun laporan akhir ini dengan
baik, kami menyadari bahwa kami memiliki keterbatasan sebagai manusia biasa. Oleh
karena itu, jika didapati kesalahan-kesalahan maupun kekurangan baik segi teknik
penulisan ataupun isi.
Maka kami memohon maaf dan kritik serta saran yang bersifat membangun untuk pembuatan
laporan akhir selanjutnya. Kami harap laporan akhir ini dapat bermanfaat bagi berbagai pihak.

Jatinangor, 07 November 2022

Penyusun

i
DAFTAR ISI

Contents
KATA PENGANTAR ............................................................................................................................ i
DAFTAR ISI.......................................................................................................................................... ii
I PENDAHULUAN ............................................................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ...................................................................................................................... 1
1.2 Tujuan Penulisan .................................................................................................................. 1
1.3 Manfaat Penulisan ................................................................................................................ 1
1.4 Metode Penulisan .................................................................................................................. 2
II TINJAUAN PUSTAKA ................................................................................................................... 3
2.1 Kepemimpinan ...................................................................................................................... 3
2.1.1 Pengertian Kepemimpinan........................................................................................... 3
2.1.2 Kepemimpinan dengan Pendekatan Sifat ................................................................... 3
2.1.3 Kepemimpinan dengan Pendekatan Perilaku ............................................................ 4
2.1.4 Kepemimpinan dengan Pendekatan Kontingensi ...................................................... 4
2.1.5 Kepemimpinan Berprinsip ........................................................................................... 5
2.2 Dinamika Kelompok/Organisasi ......................................................................................... 5
2.2.1 Pengertian dan Tujuan Kelompok .............................................................................. 5
2.2.2 Struktur Kelompok ....................................................................................................... 6
2.2.3 Fungsi Tugas Kelompok ............................................................................................... 7
2.2.4 Pembinaan dan Pemeliharaan Kelompok .................................................................. 7
2.2.5 Kekompakan Kelompok ............................................................................................... 8
2.2.6 Suasana Kelompok........................................................................................................ 9
2.2.7 Tekanan Kelompok ....................................................................................................... 9
2.2.8 Efektivitas Kelompok ................................................................................................... 9
III DESKRIPSI KELOMPOK ......................................................................................................... 10
3.1 Sejarah Organisasi .............................................................................................................. 10
3.2 Visi dan Misi ........................................................................................................................ 11
3.3 Karakteristik KPBS ............................................................................................................ 11
IV HASIL KAJIAN DAN PEMBAHASAN .................................................................................... 12
4.1 Kajian Kepemimpinan ....................................................................................................... 12
4.1.1 Kepemimpinan KPBS Pangalengan dalam Perspektif Teori Pendekatan Sifat ... 12
4.1.2 Kepemimpinan KPBS Pangalengan dalam Perpektif Pendekatan Prilaku .......... 12

ii
4.1.3 Kepemimpinan KPBS Pangalengan dalam Perspektif Teori Pendekatan
Situasional.................................................................................................................................... 13
4.1.4 Kepemimpinan KPBS Pangalengan dalam Perpektif Teori Kepemimpinan
Berprinsip .................................................................................................................................... 14
4.2 Kajian Dinamika Kelompok KPBS (Koperasi Peternakan Bandung Selatan) ............. 15
4.2.1 Tujuan Kelompok KPBS (Koperasi Peternakan Bandung Selatan) ...................... 15
4.2.2 Struktuk Kelompok KPBS (Koperasi Peternakan Bandung Selatan) ................... 15
4.2.3 Fungsi Tugas Kelompok KPBS (Koperasi Peternakan Bandung Selatan) ........... 16
4.2.4 Pembinaan dan Pemeliharaan Kelompok (Koperasi Peternakan Bandung
Selatan) 16
4.2.5 Kekompakan Kelompok KPBS (Koperasi Peternakan Bandung Selatan) ........... 17
4.2.6 Suasana Kelompok KPBS (Koperasi Peternakan Bandung Selatan) .................... 17
4.2.7 Tekanan Kelompok KPBS (Koperasi Peternakan Bandung Selatan) ................... 17
4.2.8 Efektivitas Kelompok KPBS (Koperasi Peternakan Bandung Selatan) ................ 18
4.3 Hubungan Kepemimpinan dan Dinamika Kelompok KPBS (Koperasi Peternakan
Bandung Selatan) ............................................................................................................................ 18
V KESIMPULAN DAN SARAN ...................................................................................................... 20
5.1 Kesimpulan ................................................................................................................................ 20
5.2 Saran .......................................................................................................................................... 20
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................................................... 21

iii
I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pembangunan peternakan merupakan tanggung jawab bersama antara pemerintah,


masyarakat dan swasta. Pemerintah menyelenggarakan pengaturan, pembinaan,
pengendalian dan pengawasan terhadap ketersediaan produk peternakan yang cukup, baik
jumlah maupun mutunya, aman, bergizi, beragam dan merata. Sedang swasta dan
masyarakat memiliki kesempatan untuk berperan seluas-luasnya dalam mewujudkan
kecukupan produk peternakan, dapat berupa melaksanakan produksi, perdagangan dan
distribusi produk ternak. Di sisi lain, Indonesia dengan jumlah penduduk saat ini yang
mencapai 223 juta orang dengan tingkat pertumbuhan populasi 1,01 persen per tahun
(Ditjenak, 2006), merupakan target pasar potensial yang ingin dibidik oleh banyak negara
produsen pangan di dunia termasuk produk pangan peternakan. Dari ketiga macam produk
pangan utama asal ternak, maka ada beberapa komoditas yang telah mampu
berswasembada dan ada juga yang sangat bergantung pada ketersediaan melalui impor.
Kepemimpinan yang ideal dalam usaha peternakan juga menjadi factor yang
fundamental bagi perkembangan peternakan di Indonesia. Hal ini berkaitan dengan semua
aspek dari hulu ke hilir baik dari produksi sampai ke marketing harus dipimpin oleh
kepemimpinan yang ideal.
1.2 Tujuan Penulisan

Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk mengkaji kepemimpinan ketua kelompok
peternak sapi perah KPBS Pangalengan dilihat dari teori kepemimpinan dengan pendekatan
sifat, pendekatan perilaku, pendekatan kontingensi atau situasional, dan kepemimpinan
berprinsip. Serta menjabarkan dinamika organisasi di KPBS Pangalengan.
1.3 Manfaat Penulisan

Penulisan makalah ini diharapkan bisa bermanfaat bagi :


1. Penulis agar bisa mengaplikasikan teori mengenai kepemimpinan di dalam kehidupan
sehari-hari.

1
2. Rekonstruksi kepemimpinan bagi ketua kelompok atau organisasi manapun yang
berguna di dalam penumbuhan jiwa kepemimpinan yang bisa menunjang tercapainya
tujuan kelompok atau organisasi bersama
1.4 Metode Penulisan

Adapun metode penulisan makalah ini adalah menggunakan metode deskritif yang
bertujuan untuk mendeskripsikan segala sesuatu yang berhubungan dengan hal tersebut.
Data-data yang ada diambil dari literatur yang beredar.

2
II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kepemimpinan
2.1.1 Pengertian Kepemimpinan

Ada beberapa macam pengertian mengenai kepemimpinan diantaranya menurut


Wukir (2013) memberikan pengertian kepemimpinan yang merupakan seni memotivasi
dan mempengaruhi sekelompok orang untuk bertindak mencapai tujuan bersama.
Sedangkan menurut Samsudin (2019) kepemimpinan dapat diartikan sebagai
kemampuan meyakinkan dan menggerakan orang lain agar mau bekerja sama di bawah
kepemimpinannya sebagai suatu tim untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Kemudian
menurut Rachmawati (2004) kepemimpinan dapat diartikan sebagai kemampuan
mempengaruhi kelompok ke arah pencapaian tujuan atau suatu usaha menggunakan
gaya mempengaruhi dan tidak memaksa untuk memotivasi individu dalam mencapai
tujuan.
George R. Terry (Miftah Thoha, 2010: 5) mengartikan bahwa Kepemimpinan
adalah aktivitas untuk mempengaruhi orang-orang supaya diarahkan mencapai tujuan
organisasi. Kepemimpinan meliputi proses mempengaruhi dalam menentukan tujuan
organisasi, memotivasi perilaku pengikut untuk mencapai tujuan, mempengaruhi untuk
memperbaiki kelompok dan budayanya.
A. Dale Timple (2000: 58) mengartikan Kepemimpinan adalah proses pengaruh
sosial di dalam mana manajer mencari keikutsertaan sukarela dari bawahan dalam
usaha mencapai tujuan organisasi. Dengan kepemimpinan yang dilakukan seorang
pemimpin juga menggambarkan arah dan tujuan yang akan dicapai dari sebuah
organisasi. Sehingga dapat dikatakan kepemimpinan sangat berpengaruh bagi nama
besar organisasi. Berdasarkan definisi diatas maka, kepemimpinan dapat diartikan
sebagai suatu kemampuan maupun keahlian yang ada pada seseorang dalam
menggerakan atau memotivasi suatu individu maupun kelompok untuk mencapai
tujuan yang telah ditetapkan.
2.1.2 Kepemimpinan dengan Pendekatan Sifat

Pendekatan ini menekankan pada atribut/sifat yang ada pada pemimpin, maksud hal
tersesbut merupakan keberhasilan atau kegaggalan seseorang pemimpin banyak

3
ditentukan atau dipengaruhi oleh sifat-sifat yang dimiliki oleh pribadi seorang
pemimpin. sifat-sifat itu ada pada seseorang karena pembawaan dan keturunan. Jadi,
seseorang menjadi pemimpin karena sifat-sifatnya yang dibawa sejak lahir, bukan
karena dibuat atau dilatih.
Beberapa sifat tersebut yaitu :
a. Ambisi dan semangat
b. Hasrat untuk memimpin
c. Kejujuran dan integritas
d. Kepercayaan diri
e. Kecerdasan dan pengetahuan yang relevan dengan pekerjaan
f. Luwes dalam menyesuaikan perilaku mereka ke dalam situasi yang berlainan
2.1.3 Kepemimpinan dengan Pendekatan Perilaku

Pendekatan perilaku merupakan pendedkatan yang berdasarkan pemikiran bahwa


keberhasilan atau kegagalam pemimpin ditentukan oleh sikap dan gaya kepemimpinan
yang dilakukan oleh pemimpin. Sikap dan gaya kepemimpinan itu tampak dalam
kegiatan sehari-hari, yaitu :
a. Cara memimpin itu memberikan perintah
b. Membagi tugas dan wewenangnya
c. Cara berkomunikasi
d. Cara mendorong semangat kerja bawahan
e. Cara menyelenggarakan dan memimpin rapat anggota
f. Cara mengambil keputusan Tingkat di mana pemimpin memiliki hubungan
pekerjaan yang dicirikan dengan rasa saling percaya, penghormatan terhadap
gagasan bawahan dan menghargai perasaan mereka.
Beberapa indikatornya yaitu :
a. Membantu bawahan dalam menyelesaikan tugas
b. Mendengarkan dan mendiskusikan keluhan bawahan
c. Menerima saran bawahan
d. Memperlakukan semua bawahan secara sama
e. Memperhatikan kesejahteraan bawahan
2.1.4 Kepemimpinan dengan Pendekatan Kontingensi

Pendekatan situasional atau kontingensi adalah pendekatan ini didasarkan atas


asumsi bahwa keberhasilan kepemimpinan suatu organisasi atau lembaga tidak hanya

4
bergantung atau dipengaruhi oleh perilaku dan sifat-sifat pemimpin saja. Tiap
organisasi atau lembaga memiliki ciri-ciri khusus dan unik. Bahkan organisasi atau
lembaga yang sejenispun akan menghadapi masalah yang berbeda karena lingkungan
yang berbeda, semangat, watak, dan situasi yang berbeda-beda ini harus dihadapi
dengan perilaku kepemimpinan yang berbeda pula.
2.1.5 Kepemimpinan Berprinsip

Kepemimpinan yang berprinsip menganggap hidupnya sebagai proses belajar yang


tiada henti untuk mengembangkan lingkaran pengetahuan mereka. Di saat yang sama,
mereka juga menyadari betapa lingkaran ketidaktahuan mereka juga membersar.
Mereka terus belajar dari pengalam. Mereka tidak segan mengikuti pelatihan,
mendengarkan orang lain, bertanya, ingin tahu, meningkatkan keterampinan dan minat
baru. Kepemimpinan Berperinsip yaitu pemimpin yang mengutamakan prinsip yang
terbukti dalam bentuk hukum alam mengatur orang, meningkatkan nilai sosial mereka,
dan membimbing mereka untuk mencapai visi dan misi yang ingin dicapai. Selain itu
memandang manusia sebagai makhluk yang memiliki makna serta nilai yang berarti.

2.2 Dinamika Kelompok/Organisasi


2.2.1 Pengertian dan Tujuan Kelompok

Dinamika Kelompok secara harfiyah merupakan sebuah kata majemuk, terdiri dari
dinamika dan kelompok, yang menggambarkan adanya gerakan bersama dari
sekumpulan orang atau kelompok dalam melakukan aktivitas organisasi. Dinamika
adalah sesuatu yang mengandung arti tenaga kekuatan, selalu bergerak, berkembang
dan dapat menyesuaikan diri secara memadai terhadap keadaan. Dinamika juga berarti
adanya interaksi dan interdependensi antara anggota kelompok dengan kelompok
secara keseluruhan. Keadaan ini dapat terjadi karena selama ada kelompok, semangat
kelompok (group spirit) terus-menerus ada dalam kelompok itu, oleh karena itu
kelompok tersebut bersifat dinamis, artinya setiap saat kelompok yang bersangkutan
dapat berubah.
Kelompok adalah kumpulan orang-orang yang merupakan kesatuan sosial yang
mengadakan interaksi yang intensif dan mempunyai tujuan bersama.. Kurt Lewin
berpendapat ”the essence of a group is not the similarity or dissimilarity of its members
but their interdependence”. H. Smith menguraikan bahwa kelompok adalah suatu unit

5
yang terdapat beberapa individu, yang mempunyai kemampuan untuk berbuat dengan
kesatuannya dengan cara dan dasar kesatuan persepsi.
Dinamika kelompok merupakan suatu kelompok yang terdiri dari dua atau lebih
individu yang memiliki hubungan psikologi secara jelas antara anggota satu dengan
yang lain yang dapat berlangsung dalam situasi yang dialami secara bersama. Dinamika
kelompok juga dapat didefinisikan sebagai konsep yang menggambarkan proses
kelompok yang selalu bergerak, berkembang dan dapat menyesuaikan diri dengan
keadaan yang selalu berubah-ubah. Dinamika kelompok mempunyai beberapa tujuan,
antara lain:
a. Membangkitkan kepekaan diri seorang anggota kelompok terhadap anggota
kelompok lain, sehingga dapat menimbulkan rasa saling menghargai
b. Menimbulkan rasa solidaritas anggota sehingga dapat saling menghormati dan
saling menghargai pendapat orang lain
c. Menciptakan komunikasi yang terbuka terhadap sesama anggota kelompok
d. Menimbulkan adanya i’tikad yang baik antara sesama anggota kelompok.
Cartwright dan Zander (1968, 110) menekankan bahwa kejelasan tujuan
kelompok akan sangat berpengaruh pada aktivitas anggota dalam mencapai
tujuan kelompok.
2.2.2 Struktur Kelompok

Struktur kelompok adalah pola interaksi yang stabil antara anggota kelompok, yang
berkaitan dengan bentuk pengelompokan, bentuk hubungan, perbedaan kedudukan
antaranggota, pembagian tugas dan sebagainya. Kelompok juga berfungi dan terbentuk
dari interaksi antar anggotanya. Kelompok juga dapat disebut sebagai jaringan kerja
dari hubungan antar manusia dan sebuah kelompok hanya akan efektif jika kerjasama
yang dilakukan antar anggota kelompok tersebut efektif. Ketika dua atau lebih individu
bergabung untuk mencapai suatu tujuan, disaat itulah struktur kelompok berkembang.
Namun norma-norma yang berkembang didalamnya berbeda-beda. Interaksi yang
terjadi antara anggota kelompok terbentuk dari peran-peran kelompok atau aturan-
aturan dan norma-norma yang ada di dalam kelompok. Bahasan utama dalam
perkembangan struktur kelompok adalah norma, peranan dan hubungan antar anggota
kelompok itu sendiri. Setiap kelompok memiliki karateristik pembentuk kelompok,
karakteristik tersebut antara lain :

6
1. Adanya tujuan yang menentukan teritori kelompok dan yang menyatukan semua
anggota
2. Ada pembagian peran untuk mengendalikan konflik
3. Ada norma
4. Adaptasi kelompok pada organisasi
5. Ada dasar sosial budaya
6. Ada keeratan antar anggota
2.2.3 Fungsi Tugas Kelompok

Margono Slamet (1989) mengemukakan bahwa peranan fungsional anggota


kelompok adalah cara bagaimana kelompok mengatur dirinya sendiri untuk mencapai
tujuan yang diinginkan. Lebih lanjut dikatakan bahwa banyak hal yang menentukan
bentuk peranan fungsional anggota kelompok, tetapi yang utama adalah menyangkut :
a. Fungsi kekuasaan atau pengambilan keputusan
b. Fungsi tugas/pembagian pekerjaan
c. Fungsi komunikasi yaitu bentuk dari jaringan komunikasi yang terjadi dalam
kelompok
d. Wahana untuk terjadinya interaksi.
Fungsi dari dinamika kelompok itu antara lain:
1. Membentuk kerjasama saling menguntungkan dalam mengatasi persoalan
hidup. (Bagaimanapun manusia tidak bisa hidup sendiri tanpa bantuan orang
lain).
2. Memudahkan segala pekerjaan. (Banyak pekerjaan yang tidak dapat
dilaksanakan tanpa bantuan orang lain)
3. Mengatasi pekerjaan yang membutuhkan pemecahan masalah dan mengurangi
beban pekerjaan yang terlalu besar sehingga seleseai lebih cepat, efektif dan
efesian. (pekerjaan besar dibagi-bagi sesuai bagian kelompoknya masing-
masing / sesuai keahlian).
4. Menciptakan iklim demokratis dalam kehidupan masyarakat (setiap individu
bisa memberikan masukan dan berinteraksi dan memiliki peran yang sama
dalam masyarakat).
2.2.4 Pembinaan dan Pemeliharaan Kelompok

Pembinaan dan pemeliharaan kelompok (group building and maintenance),


Pembinaan dan pemeliharaan kelompok diukur berdasarkan indikator kegiatan

7
kelompok dan ketersediaan fasilitas yang mendukung dalam kegiatan kelompok.
Indikator yang dijadikan pedoman untuk mengukur tingkat perkembangan kelompok :
a. Adaptasi
Setiap individu terbuka untuk memberi dan menerima informasi yang baru. Setiap
kelompok, tetap selalu terbuka untuk menerima peran baru sesuai dengan hasil
dinamika kelompok tersebut. Di samping itu proses adaptasi juga berjalan dengan
baik yang ditandai dengan kelenturan setiap anggota untuk menerima ide,
pandangan, norma dan kepercayaan anggota kelompok lain tanpa merasa
integritasnya terganggu.
b. Pencapaian Tujuan
Setiap anggota mampu menunda kepuasan dan melepaskan ikatan dalam rangka
mencapai tujuan bersama, mampu membina dan memperluas pola, serta individu
mampu terlibat secara emosional untuk mengungkapkan pengalaman, pengetahuan
dan kemampuannya.
c. Perkembangan kelompok
Perkembangan kelompok dapat ditunjang oleh bagaimana komunikasi dalam
kelompok.
2.2.5 Kekompakan Kelompok

Kekompakan kelompok (group cohesiveness), yaitu rasa keterikatan anggota


kelompok terhadap kelompoknya. Kekompakan kelompok diukur berdasarkan
indikator ketua kelompok dalam mengkoordinir anggota untuk mengikuti kegiatan
kelompok dan tingkat kenyamanan anggota dalam kelompok. Margono Slamet (1978,
hlm. 39) mengatakan bahwa kekompakan kelompok adalah perasaan keterkaitan
anggota terhadap kelompok atau rasa memiliki kelompok. Selanjutnya ditunjukan
beberapa faktor yang dapat mempengaruhi kekompakan kelompok, yakni :
a. Ada tidaknya rasa kebersamaan dan saling memilki antara pemimpin dan para
anggota kelompok
b. Pandangan anggota terhadap nilai-nilai yang melekat pada tujuan yang ingin dicapai
c. Homogenitas dalam berpartisipasi dan keterpaduan dalam pelaksanaan kegiatan
kelompok
d. Jiwa serta semangat kerjasama yang tinggi di antara anggota.

8
2.2.6 Suasana Kelompok

Menurut Mardikanto (1993) suasana kelompok (group atmosphere), yaitu


lingkungan fisik dan nonfisik yang akan mempengaruhi perasaan setiap anggota
kelompok terhadap kelompoknya. Margono Slamet (1989, hlm. 49) mengungkapkan
bahwa suasana kelompok pada dasarnya merupakan keadaan moral, sikap dan
perasaan-perasaan yang terdapat di dalam kelompok. Sebagai indikatornya dapat dilihat
pada sikap anggota seperti bersemangat atau sebaliknya apatis terhadap kegiatan dan
kehidupan kelompok. Kelompok menjadi semakin dinamis jika anggota kelompok
menunjukan semakin bersemangat dalam kegiatan kehidupan berkelompok.
2.2.7 Tekanan Kelompok

Tekanan kelompok (group pressure), yaitu tekanan atau ketegangan dalam


kelompok yang menyebabkan kelompok tersebut berusaha keras mencapai tujuan
kelompok. Tekanan kelompok diukur berdasarkan indikator adanya peraturan dan
sanksi dalam kelompok.
2.2.8 Efektivitas Kelompok

Keefektifan kelompok (group effectiveness), yaitu keberhasilan kelompok untuk


mencapai tujuannya, yang dapat dilihat pada tercapainya keadaan atau perubahan (fisik
dan nonfisik) yang memuaskan anggotanya. Keefektifan kelompok diukur berdasarkan
indikator keberhasilan dalam mencapai tujuan kelompok. Margono Slamet (1978, hlm.
46) menyatakan bahwa efektivitas kelompok mempunyai pengaruh timbal-balik
terhadap dinamika kelompok.

9
III

DESKRIPSI KELOMPOK

3.1 Sejarah Organisasi

Pada zaman penjajahan Belanda di Pangalengan terdapat beberapa peternakan


diantaranya, De Friensche Terp, Almanak, Van Der Els, dan Big Man. Pemasaran hasil
produksinya dilakukan oleh Bandungche Melk Center (BMC). Pada masa pendudukan
Jepang semua perusahaan tersebut dihancurkan dan sapinya dipelihara oleh penduduk
sekitar sebagai usaha keluarga. Para bulan November 1949 petani membentuk koperasi
dengan nama Gabungan Petani Peternak Sapi Indonesia Pangalengan (GAPPSIP).
Pada tahun 1960an, GAPPSIP tidak mampu menghadapi labilnya perekonomian
Indonesia, sehingga tataniaga persusuan sebagian besar diambil alih oleh kolektor
(tengkulak). Usaha peternakan sapi perah merupakan usaha yang rentan karena susu
merupakan produk yang cepat rusak.
Beberapa tahun kemudian yaitu pada tanggal 22 Maret 1969 didirikan koperasi yang
diberi nama KOPERASI PETERNAKAN BANDUNG SELATAN Pangalengan, disingkat
KPBS Pangalengan. Pada tanggal 1 April 1969 KPBS Pangalengan secara resmi telah
berbadan hukum.
Untuk menanggulangi rentannya susu, KPBS membangun fasilitas pengolahan susu
yang selesai dibangun pada tahun 1979.
Pasca kejadian gempa bumi Jawa Barat 2009, KPBS Pangalengan sempat berhenti
berproduksi selama beberapa hari. Gempa bumi telah merusak berbagai fasilitas produksi
susu seperti kandang sapi dan mesin pengolahan susu.
Pada tahun 2011, sebanyak 5000 ekor sapi susu yang sudah tua dan tidak produktif
disembelih, sehingga menyebabkan penurunan produksi susu. Untuk mengganti sapi tua
dengan bibit sapi yang baru membutuhkan waktu lama, sehingga pada tahun 2013 produksi
susu belum mencapai level sebelum penyembelihan. Selain itu, besarnya kebutuhan
industri daging menggoda peternak sapi perah untuk menyembelih sapinya. Hal ini
semakin menyulitkan KPBS untuk mengembalikan populasi sapi.
Pada tahun 2013 KPBS mendirikan satu bangunan yang dinamakan Milk Treatment II
(MT-II). Secara administrasi MT-II ini terpisah dengan KPBS namun produk yang dibuat
tetap dengan menggunakan nama KPBS Pangalengan dan hanya bekerja sama dalam sistem
operasi. MT-II ini berbeda dengan MT-I yang hanya melakukan proses penganalisaan

10
bahan setengah jadi yaitu susu, melakukan penjualan ke Industri Pengolahan Susu (IPS),
dan menentukan harga jual atau harga beli susu kepada peternak. Sedangkan MT-II
melakukan proses pembuatan produk susu dan turunanya seperti yoghurt, butter, ice cream
dan keju mozzarella serta mengemas produk susu yang siap didistribusikan ke konsumen
3.2 Visi dan Misi

Adapun visi Koperasi Peternakan Bandung Selatan Adalah Sebagai berikut :


1. Taat dan patuh terhadap Pancasila, UUD 1945, Undang-Undang Perkoperasian serta
Peraturan Pelaksanaannya dan Peraturan Perundang-undangan yang berlaku, serta
melaksanakan amanah keputusan Rapat Anggota.

2. Memotivasi Anggota secara mandiri untuk meningkatkan harkat derajat sendiri,


sekaligus mengangkat citra Perkoperasian.
3. Meningkatkan kopetensi sumber daya koperasi.
4. Melaksanakan Tata Kelola Operasional dengan baik, efektif & efisien.
5. Menjadi laboratorium koperasi persusuan.
6. Mengimplementasikan inovasi, ilmu pengetahuan, teknologi tepat guna yang ramah
lingkungan.
Adapun Misi dari Koperasi Peternakan Bandung Selatan Adalah Sebagai berikut :
1. Menjadi koperasi yang amaliah,
2. Modern, sehat organisasi,
3. Sehat usaha dan sehat mental
4. Serta unggul di tingkat regional & nasional
3.3 Karakteristik KPBS

Karakteristik dari Kooperasi Peternakan Bandung Selatan lebih ke usahanya, kalau mau
ke usaha belajar ke kpbs. Hasil olahan susu KPBS Pangalengn tidak hanya di pasarkan di
kota produksinya akan tetapi di pasarkan di beberapa kota di Jawa Barat mulai dari
Sukabumi, Tasik, Garut dan beberapa Kabupaten kota di Jabar. KPBS Pangalengan bukan
hanya memproduksi susu murni dan susu cokelat tapi meproduksi olahan lain yang
memeliki bahan dasar susu, seperti dodol susu, kerupuk susu, permen susu, keju, dan yogurt
itu di pruduksi oleh KPBS Pangalengan dan sebagian dari home industri. Olahan susu hasil
KPBS Pangalengan memeliki beragam varian rasa, seperti rasa cokelat, rasa strawberry,
susu murni, yang di kemas menggunakan plastik dan cup dengan tulisan KPBS
Pangalengan dan ada logo si kepala sapi yang menjadi ciri khas utamanya.

11
IV

HASIL KAJIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Kajian Kepemimpinan


4.1.1 Kepemimpinan KPBS Pangalengan dalam Perspektif Teori Pendekatan Sifat

Teori kepemimpinan dengan pendekatan sifat meyakini bahwa pemimpin yang baik
memiliki karakteristik bawaan dari lahir. Menurut Stogdill (dalam Smyth, 1989; Watkins,
1992; dan Dunford, 1995) menyebutkan karakteristik fisik dan kepribadian pemimpin
mencakup antara lain: usia, penampilan, kelancaran berbicara, kecerdasan, enerjik,
dominan, percaya diri, ekstrovert, memiliki dorongan berprestasi, terkait dengan
kepemimpinan yang efektif. Selain itu menurut Keith Davis merumuskan bahwa ada empat
sifat umum yang nampaknya mempunyai pengaruh terhadap keberhasilan kepemimpinan
organisasi, yaitu kecerdasan, Kedewasaan dan keluasan hubungan sosial, Motivasi diri dan
dorongan berprestasi, serta Sikap-sikap hubungan kemanusiaan.
Berdasarkan teori yang telah dijelaskan pada bagian sebelumnya, maka
kepemimpinan berdasarkan sifat bisa dilihat dari tiga aspek, yaitu intelegensi, kepribadian
dan karakter fisik. Dilihat dari aspek pertama yaitu intelegensi Ketua KPBS Pangalengan
tentu memiliki intelegensi yang lebih baik dari anggotanya mengingat KPBS Pangalengan
merupakan Koperasi yang menjunjung tinggi demokrasi maka orang yang dipilih tentunya
orang yang ahli di bidangnya. Melihat dari keperibadian ketua KPBS Pangalengan maka
tentu beliau merupakan pribadi yang baik karena alasan para anggota memilih beliau bukan
lain karena kepribadian yang luhur.
4.1.2 Kepemimpinan KPBS Pangalengan dalam Perpektif Pendekatan Prilaku

Teori kepemimpinan ini mencoba mengkaji perilaku atau tindakan pemimpin dalam
mempengaruhi dan/atau menggerakkan para pengikutnya guna mencapai suatu tujuan.
Dalam pengembangannya yang modern Martin Evans dan Robert House secara terpisah
telah menulis karangan dalam subyek yang sama. Secara pokok teori path-goal berusaha
untuk menjelaskan pergaruh perilaku pimpinan terhadap motivasi, kepuasan, dan
pelaksanaan pekerjaan bawahannya. Menurut teori path-goal versi House, gaya
kepemimpinan terdiri dari kepemimpinan direktif, supportive, partisipatif, dan achivement
oriented.
Koperasi memilih pemimpin yang berasal dari anggotanya sendiri, lalu diberikan
tanggung jawab dan wewenang terhadap kepengurusan koperasi. Hal ini menunjukkan

12
bahwa keputusan bisnis diputuskan bersama, ditetapkan pada rapat anggota tahunan
(RAT), begitu pula yang terjadi di KPBS Pangalengan. Hubungan antara seluruh
komponen sistem dalam koperasi berjalan dengan baik, memiliki kedudukan yang sama,
diposisikan sebagai sebuah pekerjaan dari dan untuk anggota, sehingga semua anggota
merasa memiliki dan wajib menjaga keberlangsungan usaha tersebut. Gaya kepemimpinan
demokratis yang kuat menjadikan pimpinan Koperasi menjadi lebih bijaksana dalam
menentukan keputusan.
4.1.3 Kepemimpinan KPBS Pangalengan dalam Perspektif Teori Pendekatan

Situasional

Gaya kepemimpinan yang paling optimal sangat beragam tergantung pada (1) sifat,
kemampuan, dan keterampilan pemimpin, (2) perilaku bawahan, dan (3) kondisi dan situasi
lingkungan (Dunford, 1995); atau seperti dikemukakan oleh Sweeney dan McFarlin (2002)
bahwa “Pada lingkungan apapun, memperhitungkan konteks mencakup bagaimana
karakteristik situasi, pemimpin, dan pengikutnya, semuanya berkombinasi mempertajam
strategi perilaku pemimpin”. Dengan demikian gaya kepemimpinan yang efektif atau
optimal merupakan hasil penerapan strategi mempengaruhi anggota dengan
mempertimbangkan dan mengkombinasikan karakteristik pemimpin, anggota (pengikut),
dan konteks situasi.
Hersey dan Blanchard (Yukl, 1989) mengembangkan teori kepemimpinan yang
pada awalnya disebut “life cycle theory of leadership” dan kemudian dinamakan
“situational leadership theory”. Argumen dasar dari teori ini adalah kepemimpinan yang
efektif memerlukan kombinasi yang tepat antara perilaku berorientasi tugas dan perilaku
berorientasi hubungan, serta mempertimbangkan tingkat kematangan bawahan.
Berdasarkan kombinasi tersebut dapat diterapkan beberapa gaya kepemimpinan telling,
selling, participative dan delegating.
Dalam kondisi tertentu atau situasional pimpinan KPBS Pangalengan mengambil
keputusan mengikutsertakan seluruh pendapat anggota organisasi, sehingga setiap anggota
memilki tanggung jawab dalam pelaksanaan tugas, karena merasa ikut andil untuk
menentukan kebijakan. Namun proses pengambilan keputusan yang melibatkan anggota
ini juga memiliki sisi lemah, proses menjadi lebih lambat. Pemimpin harus
mempertimbangkan semua sudut pandang anggota, dan pemimpin harus memikirikan
faktor psikologis anggota yang berbanding terbalik dengan kecepatan pengambilan

13
keputusan. Gaya kepemimpinan demokratik dalam pemeliharaan hubungan dengan setiap
anggota akan menjaga keseimbangan hubungan antara semua stakeholders yang terlibat.
4.1.4 Kepemimpinan KPBS Pangalengan dalam Perpektif Teori Kepemimpinan

Berprinsip

Kepemimpinan merupakan sesuatu yang abstrak, namun kita sering menemuinya


dan dapat merasakannya di kehidupan kita sehari-hari, mulai di keluarga, masyarakat, dan
bahkan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Dalam situasi bisnis sekarang ini
tampaknya mudah sekali orang membenarkan cara-cara kasar demi mencapau tujuan. Bagi
mereka, “bisnis adalah bisnis”, sedangkan “etika dan prinsip terkadang harus mengalah
pada keuntungan”. Selain itu, banyak juga kita lihat para pelaku dan pemimpin bisnis yang
tampak berhasil menumpuk kekayaan, namun di belakang kehidupan mereka tampak
kacau dan mengenaskan. Padahal bila kita tinjau, hampir setiap minggu muncul teori
manajemen baru, namun tampaknya sedikit sekali yang meninggalkan hasil yang
diharapkan. Menurut Stephen R Covery hal ini karena mereka tidak lagi berpegang pada
prinsip dasar yang berlaku di alam ini. Padahal hukum alam, berdasarkan pada prinsip,
berlaku tanpa peduli apakah kita menyadarinya atau tidak. Oleh karena itu semestinya kita
meletakkan prinsip-prinsip ini di pusat kehidupan, hubungan dan seluruh organisasi bisnis
anda. Kesuksesan harus datang dari “dalam diri” dengan berdasarkan pada apa yang kita
pahami dan yakini untuk menjadi prinsip yang tak tergoyahkan. Dengan demikian
kepemimpinan yang berprinsip memusatkan kehidupan dan kepemimpinan pada prinsip-
prinsip utama yang benar. Menurut penulis ada delapan ciri-ciri pemimpin yang berprinsip,
yaitu: Mereka terus belajar; Berorientasi pada pelayanan; Memancarkan energi positif;
Mempercayai orang lain; hidup seimbang; Melihat hidup sebagai suatu petualangan;
sinergetik; dan berlatih untuk memperbarui diri.
Pada dasarnya anggota Koperasi ini semuanya harus memiliki sifat demokratis
yang tinggi, begitu pula dengan pemimpinya yang harus menjunjung tinggi demokrasi.
Semua kebijakan dan perlakuan yang dilakukan tidak boleh ada diluar prinsip prinsip
demokrasi. Pimpinan KPBS akan senantiasa menjunjung tinggi prinsip demokrasi karena
sudah terbiasa sejak menjadi anggota serta jika keluar dari prinsip demokrasi akan
terancam jabatanya. Sejauh ini pimpinan koperasi bertindak sesuai prinsip yang dipegang.
Hal itu dibuktikan minimnya protes dari anggota mengenai kebijakan yang dibuat.

14
4.2 Kajian Dinamika Kelompok KPBS (Koperasi Peternakan Bandung Selatan)
4.2.1 Tujuan Kelompok KPBS (Koperasi Peternakan Bandung Selatan)

Koperasi adalah organisasi bisnis yang dimiliki dan dioperasikan oleh orang
seorang demi kepentingan bersama (O’Sullivan, 2003). Koperasi melandaskan
kegiatan berdasarkan prinsip gerakan ekonomi rakyat yang berlandaskan asas
kekeluargaan. Prinsip koperasi adalahsuatu sistem ide-ide abstrak yang merupakan
petunjuk untuk membangun koperasi yang efektif dan tahan lama. Tujuan adanya
kelompok ini adalah sebagai wadah berorganisasi, pembelajaran, wahana bekerjasama,
dan unit produksi yang mampu menghasilkan solusi dan rekomendasi bagi kemajuan
kelompoknya hingga masyarakat secara luas.
KPBS Pangalengan dengan wilayah kerja yang cukup luas mampu dengan
konsisten mewujudkan visi, misi, dan pilar yang dilandasi nilai-nilai moral dan
agama sehingga anggota merasakan manfaat yang nyata dalam wadah KPBS
Pangalengan.
4.2.2 Struktuk Kelompok KPBS (Koperasi Peternakan Bandung Selatan)

Wilayah kerja KPBS Pangalengan terdiri dari tiga kecamatan, yaitu:


Kecamatan Pangalengan, Kecamatan Pacet, dan Kecamatan Kertasari. Wilayah
kerja yang sangat luas ini membuat KPBS membagi wilayah kerja ke dalam
35 Komisariat Daerah (KOMDA). Setiap KOMDA tediri dari 3-10 kelompok
peternak dan satu kelompok peternak terdiri dari 15-30 peternak.

Sebagai sebuah koperasi yang memiliki beberapa unit usaha dalam upaya
mencapai sasaran dan juga untuk menjalankan roda organisasi serta usaha
koperasi, maka KPBS Pangalengan membentuk struktur organisasi yang dapat
menjamin mekanisme kerja yang efektif dan efisien. Struktur organisasi

15
menunjukkan kedudukan, wewenang, dan tanggung jawab dari masing-masing
unsur yang ada dalam struktur organisasi tersebut. Berdasarkan undang-undang
Republik Indonesia. No. 25 Tahun 1992 Tentang perkoperasian pada pasal 21,
disebutkan bahwa perangkat koperasi terdiri dari:
 Rapat Anggota
 Pengurus
 Pengawas
4.2.3 Fungsi Tugas Kelompok KPBS (Koperasi Peternakan Bandung Selatan)

Fungsi tugas internal untuk menyetor susu dengan kualitas baik lebih ringan karena
anggota akan saling membantu. Kebijakan ketua dapat mengurangi jatah pengambilan
konsentrat dan beras sehingga mengurangi tunggakan anggota dan menjadikan
terlaksananya tugas eksternal yang diberikan koperasi kepada ketua untuk meniadakan
tunggakan kepada koperasi.
Kepedulian yang membuat kedekatan yang lebih diantara anggota saat ini membuat
mereka sama-sama ingin terus menjalankan usaha sapi perahnya dan menjaga keutuhan
kelompok. Mereka ingin menyetor susu kepada koperasi sehingga tugas internal dan
eksternal kelompok terlaksana.
4.2.4 Pembinaan dan Pemeliharaan Kelompok (Koperasi Peternakan Bandung

Selatan)

KPBS Pangalengan dengan rutin mengadakan rapat anggota setiap tahun.


Minimal rapat anggota dilaksanakan satu kali dalam setahun akan tetapi dalam
kondisi tertentu pengurus dapat melaksanakan rapat anggota di luar rapat anggota
tahunan (RAT). Agar RAT berjalan efektif, KPBS memilih untuk membagi rapat
harian berdasarkan pembagian rayon. Diharapkan jumlah anggota yang hadir dari
setiap kelompok tersebar dan terwakili merata, dan materi RAT dapat tersampaikan
dan diterima dengan baik oleh seluruh anggota. Hal yang ditetapkan dalam rapat
anggota adalah:
1. Anggaran dasar, mencakup kebijakan umum di organisasi, manajemen, dan usaha
koperasi.
2. Pemilihan, pengangkatan, serta pemberhentian pengurus dan atau pengawas.
3. Rencana kerja, rencana anggaran pendapatan dan belanja koperasi.
4. Pengesahan laporan keuangan selama periode tertentu

16
5. Pengesahan pertanggungjawaban pengurus dalam pelaksanaan tugasnya
6. Pembagian sisa hasil usaha
7. Penggabungan, peleburan, pembagian dan atau pembubuaran koperasi
4.2.5 Kekompakan Kelompok KPBS (Koperasi Peternakan Bandung Selatan)

Sebagaimana dilihat dari fungsi tugas kelompok, dimana KPBS Pengalengan sangat
peduli terhadap sesama anggota ataupun pengurus. KPBS Pangalengan selalu
berusaha menempatkan diri sebagai organisasi yang mengutamakan kepentingan
anggota, bekerja secara gotong royong agar semua anggota mendapatkan
kesejahteraan yang sama. Budaya ini dipertahankan secara turun menurun oleh
semua anggota, disampaikan melalui rapat anggota atau rapat harian pada setiap
KOMDA. KPBS tidak segan-segan mengeluarkan anggotanya ketika menyalahi
aturan organisasi. Pada KPBS kepentingan bersama jauh lebih penting dari
kepentingan pribadi, jadi tidak boleh keuntungan diambil sendiri oleh pengurus.
Sebagai langkah preventif, KPBS memiliki pengawas yang harus mengawasi
kinerja pengurus. Hasil keuntungan dibagikan kepada seluruh anggota, dengan nama
Sisa Hasil Usaha (SHU).
4.2.6 Suasana Kelompok KPBS (Koperasi Peternakan Bandung Selatan)

Peran pembentukan kelompok kadangkala mendapat hambatan karena tidak semua


masyarakat perkotaan berminat untuk membentuk atau mengembangkan kelompok
yang telah ada. Walau di wilayah perkotaan banyak bermunculan kelompok-kelompok
masyarakat, sayangnya kurang berjalan secara ideal, sehingga tujuan dan sasaran tidak
tercapai. Ironisnya, kegagalan kelompok-kelompok dalam berproses ini disebabkan
tujuan yang tidak jelas, tanpa arah dan mengedepankan kepentingan kelompok
semata. Berbedanya dengan KPBS Pangalengan, dimana kelompok ini memiliki
tujuan, visi, dan misi yang sangat jelas sehingga menguntugkan bagi sesama anggota
yang ada di kelompok tersebut.
4.2.7 Tekanan Kelompok KPBS (Koperasi Peternakan Bandung Selatan)

Kepercayaan/trust anggota satu sama lain, anggota terhadap ketua dan ketua
terhadap kinerja kelompoknya sudah cukup baik.Partisipasi didalam kelompok sudah
cukup baik. Mereka sudah memiliki kesadaran dan keinginan untuk ikut serta dalam
setiap kegiatan kelompok, membantu sesama anggota maupun non anggota,
mengeluarkan pendapat dan merasakan kenyamanan didalam kelompok seperti berada

17
didalam lingkungan keluarga sendiri. Resprositas atau rasa timbal balik yang ada
didalam kelompok sudah baik. Tingkat kepedulian sesama anggota untuk saling
membantu dan memberi perhatian saat dibutuhkan sudah baik. Suatu kelompok yang
memiliki rasa resiprositas/ timbal balik yang kuat akan memberikan dampak positif
pada kelompok berupa kuatnya ikatan antar anggota dalam kelompok. Permasalah yang
ada dalam kelompok akan mudah teratasi dan mereka semangat untuk membangun
kemajuan kelompok
4.2.8 Efektivitas Kelompok KPBS (Koperasi Peternakan Bandung Selatan)

Pengawas bertujuan untuk membantu anggota mengawasi organisasi koperasi agar


berjalan efektif. Secara khusus, pengawas bertujuan untuk mengamankan asset,
mengecek akurasi, mempromosikan efisiensi operasi dan usaha, serta
menyempurnakan kebijakan-kebijakan organisasi. Pada KPBS Pangalengan sendiri,
tugas pengawas adalah:
1. Melakukan pemerikasaan terhadap tata kehidupan koperasi, termasuk organisasi
usaha-usaha dan pelaksanaan kebijakan pengurus.
2. Membuat laporan tertulis tentang hasil pemeriksaan.
Sedangkan wewenang pengawas adalah:
1. Meneliti catatan yang ada pada koperasi
2. Mendapatkan segala keterangan yang diperlukan
4.3 Hubungan Kepemimpinan dan Dinamika Kelompok KPBS (Koperasi Peternakan
Bandung Selatan)
Gaya kepemimpinan adalah berbagai tingkah laku yang diterapkan oleh pemimpin
dalam proses mengarahkan dan mempengaruhi pekerja (Stoner dan Freeman,
1996). Koperasi memilih pemimpin yang berasal dari anggotanya sendiri, lalu
diberikan tanggung jawab dan wewenang terhadap kepengurusan koperasi. Hal
inimenunjukkan bahwa keputusan bisnis diputuskan bersama,ditetapkan pada rapat
anggota tahunan (RAT), begitu pula yang terjadi di KPBS Pangalengan. Hubungan
antara seluruh komponen sistem dalam koperasi berjalan dengan baik, memiliki
kedudukan yang sama, diposisikan sebagai sebuah pekerjaan dari dan untuk anggota,
sehingga semua anggota merasa memiliki dan wajib menjaga keberlangsungan usaha
tersebut.
Gaya kepemimpinan seperti ini adalah gaya kepemimpinan demokratik.
Pengambilan keputusan mengikutsertakan seluruh pendapat anggota organisasi,
sehingga setiap anggota memilki tanggung jawab dalam pelaksanaan tugas, karena

18
merasa ikut andil untuk menentukan kebijakan. Namun proses pengambilan
keputusan yang melibatkan anggota ini juga memiliki sisi lemah, proses menjadi lebih
lambat. Pemimpin harus mempertimbangkansemua sudut pandang anggota, dan
pemimpin harus memikirikan faktor psikologis anggota yang berbanding terbalik dengan
kecepatan pengambilan keputusan.Gaya kepemimpinan demokratik dalam pemeliharaan
hubungan dengan setiap anggota akan menjaga keseimbangan hubungan antara
semua stakeholders yang terlibat.

19
V

KESIMPULAN DAN SARAN


5.1 Kesimpulan
1. Struktur organisasi koperasi terpusat pada Rapat Anggota Tahunan (RAT), pada
rapat ini ditentukan kepengurusan koperasi dan agenda kegiatan. Pengurus
dipilih dari anggota koperasi dan diberi tugas dan wewenang. Selama
melaksanakan tugas, pengurus diawasi oleh badan pengawas, serta wajib
mempertanggungjawabkan seluruh kegiatan operasional dan pemakaian dana pada
RAT.
2. Gaya kepemimpinan yang diterapkakan pada kelompok koperasi KPBS
Pengalengan ini adalah gaya kepemimpinan demokratik. Seluruh anggota ikut
menentukan dan bertanggungjawab atas semua kebijakan koperasi.
3. Koperasi bisa dikatakan sebagai salah satu penunjang perekonomian
komparatif dan tentu saja dapat bertahan dalam perekonomian modern, dan sesuai
dengan keterbatasan kemampuan individual bangsa Indonesia.
5.2 Saran
1. Terdapat kesulitan untuk menghubungi peternak secara langsung jadi alangkah
lebih mempermudah diperbolehkan Unit Kegiatan Mahasiswa yang menjadi
narasumber untuk makalah ini tidak dibatasi

20
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2012. Koperasi. http://id.wikipedia.org/wiki/Koperasi. November 6, 2022
Dessler, G. 1997. Manajemen Sumberdaya Manusia. Prenhallindo. Jakarta
Eka, Novina S. 2012. KOPERASI SEBAGAI PENUNJANG PEREKONOMIAN BANGSA
Struktur Organisasi, Gaya Kepemimpinan, dan Budaya Organisasi Studi Kasus pada
Koperasi Peternakan Bandung Selatan (KPBS) Pangalengan. IPB . Bogor
Forsyth, D.R. 1983. An introduction to group dynamics. California:Brooks/Cole Publishing
Company
Hessel NS, Tangkilisan. 2007. Manajemen Publik. Jakarta(ID): PT Grasindo.

Huraerah, Abu,dkk.2005. Dinamika Kelompok. Bandung: Rafika Aditama

Kadarusman, D. 2012. Natural Intelligence Leadership: Cara Pandang Baru Terhadap


Kecerdasa dan Karakter Kepemimpinan. Jakarta: Raih Asa Sukses.

Khairunnisa. 2011. Manajemen Produksi di KPBS Pangalengan-Bandung. Laporan


Praktek Lapangan. Departemen Teknologi Industri Pertanian. Institut
Pertanian Bogor. Bogor.
Mulyadi D, Rivai V. 2012. Kepemimpinan dan Perilaku Organisasi. Jakarta(ID): Rajawali
Press.

Ratna, S.,dkk. 2003. Dinamika Kelompok. Jakarta: Lembaga Administrasi Negara

Rivai, V. 2005. Kepemimpinan dan Perilaku Organisasi. PT Raja Grafindo Persada.


Jakarta.

Santosa, S. 2004. Dinamika Kelompok. Jakarta: PT Bumi Aksara

Smyth, John. (Ed.). (1989). Critical Perspectives on Educational Leadership. London: The
Palmer Press.
Sweeney, P.D. and McFarlin, D. . (2002). Organizational Behavior: Solutions for Management.
New York: McGraw-Hill/Irwin.
Thoha, Miftah. 1996. Perilaku Organisasi: Konsep Dasar dan Aplikasinya. Jakarta. PT Raja
Grafindo Persada
Watkins, Peter. 1992. A Critical Review of Leadership Concpets and Research: The
Implication for Educational Administration. Geelong: Deakin University Press.
Yukl, Gary A. (1989). Leadership in Organizations. 2nd Ed.New Jersey: Prentice-Hall
International, Inc.

21
Yukl, G. 1998. Kepemimpinan dalam Organisasi. Prenhallindo. Jakarta.

22

Anda mungkin juga menyukai