Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...............................................................................................i
DAFTAR ISI...........................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1
1.1. Latar Belakang.......................................................................................1
1.2. Rumusan Masalah.................................................................................2
1.3. Tujuan Penulisan...................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN.........................................................................................3
2.1. Organisasi dan Manajemen..................................................................3
2.2. Keterlibatan Peran Manajer.................................................................3
2.2.1. Tingkatan Manajer............................................................................4
2.2.2. Fungsi Manajemen.............................................................................5
2.2.3. Peran Manajemen..............................................................................7
2.2.4. Keahlian Manajemen.........................................................................8
2.3. Mendefinisikan Perilaku Organisasi..................................................10
2.3.1. Pengertian Organisasi.....................................................................10
2.3.2. Tujuan Organisasi...........................................................................11
2.3.3. Target Organisasi.............................................................................11
2.4. Peran Perilaku Organisasi..................................................................11
2.4.1. Di Tempat Kerja..............................................................................11
2.4.2. Bagi Individu....................................................................................12
2.4.3. Tidak Bekerja dalam Perusahaan Besar.......................................12
2.4.4. Jika Tidak Ingin Jadi Seorang Manajer........................................12
2.5. Beberapa Hal Penting dalam Perilaku Organisasi...........................12
2.5.1. Teori Peran.......................................................................................13
2.5.2. Struktur Sosial.................................................................................14
2.5.3. Budaya..............................................................................................15
2.5.4. Komitmen Organisasi......................................................................17
2.5.5. Konflik Peran...................................................................................18
2.5.6. Konflik Kepentingan.......................................................................19
2.6. Perubahan pada Tingkat Individu.....................................................20
ii
2.6.1. Perbedaan Individu.........................................................................21
2.6.2. Motivasi.............................................................................................21
2.6.3. Pemberdayaan..................................................................................21
2.6.4. Berperilaku Etis...............................................................................23
2.7. Perubahan pada Tingkat Kelompok..................................................24
2.7.1. Bekerja Dengan yang Lainnya.......................................................24
2.7.2. Perbedaan Kekuatan Kerja............................................................24
2.8. Perubahan pada Tingkat Organisasi.................................................25
2.8.1. Produktivitas....................................................................................25
2.8.2. Pengembangan Efektivitas Karyawan...........................................25
2.8.3. Menempatkan Orang Pertama.......................................................26
2.8.4. Mengelola dan Bekerja Dalam Dunia Multikultural...................26
2.8.5. Fleksibilitas.......................................................................................27
2.9. Tipe Pola Motivasi...............................................................................28
2.9.1. Kepatuhan Atau Kesesuaian Norma Sistem.................................28
2.9.2. Imbalan Sistem Instrumental.........................................................28
2.9.3. Kepuasan Intrinsik Terhadap Aturan Kinerja Spesifik..............29
2.9.4. Internalisasi Nilai Individu Sesuai Dengan Tujuan Organisasi. .29
2.9.5. Kepuasan Sosial Yang Diperoleh Dari Hubungan Kelompok
Primer...........................................................................................................29
2.10. Pola Motivasi: Konsekuensi dan Syarat............................................30
2.10.1. Kepatuhan Bukan Aturan Sah...................................................30
2.10.2. Kondisi Kondusif Bagi Aktivasi Penerimaan Aturan..............30
2.10.3. Imbalan Sistem Instrumental.....................................................31
2.10.4. Kondisi Kondusif Terhadap Ganjaran Sistem Yang Efektif...32
2.10.5. Ganjaran Individual Instrumental.............................................33
2.10.6. Kondisi Kondusif Imbalan Instrumental Individual................34
2.10.7. Kepuasan Kerja Intrinsik...........................................................34
2.11. Kepuasan Sosial dari Hubungan Kelompok Primer........................37
BAB III KESIMPULAN.......................................................................................38
3.1. Kesimpulan...........................................................................................38
iii
BAB I PENDAHULUAN
1
1.2. Rumusan Masalah
1. Bagaimana konsep organisasi dan manajemen?
2. Bagaimana keterlibatan peran manajer dalam organisasi?
3. Apa definisi dari perilaku organisasi?
4. Apakah peran perilaku organisasi?
5. Apa saja hal penting dalam perilaku organisasi?
6. Bagaimana perubahan pada tingkat individu?
7. Bagaimana perubahan pada tingkat kelompok?
8. Bagaimana perubahan pada tingkat organisasi?
9. Apa tipe pola motivasi?
10. Bagaimana pola motivasi: konsekuensi dan syarat?
11. Apa kepuasan sosial dari hubungan kelompok primer?
2
BAB II PEMBAHASAN
3
baik itu organisasi bisnis, departemen (divisi) tertentu dalam perusahaan,
dan sebagainya.
4
tradisional ini. Misalnya, pada organisasi yang lebih fleksibel dan
sederhana, dengan pekerjaan yang dilakukan oleh tim karyawan yang
selalu berubah, berpindah dari satu proyek ke proyek lainnya sesuai
dengan dengan permintaan pekerjaan.
5
akan dikerjakan dengan sumber yang dimiliki Perencanaan
dilakukan untuk menentukan tujuan perusahaan secara
keseluruhan dan cara terbaik untuk memenuhi tujuan itu Manajer
mengevaluasi berbagai rencana alternatif sebelum mengambil
tindakan dan kemudian melihat apakah rencana yang dipilih
cocok dan dapat digunakan untuk memenuhi tujuan perusahaan.
Perencanaan merupakan proses terpenting dari semua fungsi
manajemen karena tanpa perencanaan, fungsifungsi lainnya tidak
dapat berjalan.
2. Pengorganisasian
Fungsi pengorganisasian mencakup proses menentukan tugas
yang harus dikerjakan, pihak yang harus mengerjakannya, cara
tugas-tugas itu akan dikelompokkan, hierarki pelaporan, dan
pada tingkatan apa keputusan harus diambil. Pengorganisasian
dilakukan dengan tujuan membagi suatu kegiatan besar menjadi
kegiatan yang lebih kecil. Pengorganisasian mempermudah
manajer dalam melakukan pengawasan dan menentukan orang
yang dibutuhkan untuk melaksanakan tugas-tugas yang telah
dibagi-bagi tersebut. Pengorganisasian dapat dilakukan dengan
cara menentukan tugas apa yang harus dikerjakan, siapa yang
harus mengerjakannya, bagaimana tugas tersebut
dikelompokkan, siapa yang bertanggung jawab atas tugas
tersebut, pada tingkatan mana keputusan harus diambil.
3. Pengarahan
Pengarahan adalah suatu tindakan untuk mengusahakan agar
semua anggota kelompok berusaha untuk mencapai sasaran
sesuai dengan perencanaan manajerial dan usaha.
4. Kepemimpinan
6
Fungsi kepemimpinan merupakan kemampuan dan kesiapan
seseorang untuk memengaruhi , membimbing, dan mengarahkan
atau mengelola orang lain agar mereka mau berbuat sesuatu demi
tercapainya tujuan bersama. Dalam pengertian ini, seseorang
yang ingin diakui sebagai pemimpin harus memiliki kelebihan
dalam beberapa fungsi yang dijelaskan di atas, yakni mulai dari
memengaruhi, membimbing sampai pada kemampuan mengelola
orang lain. Kalau seseorang tidakdapat menjalankan semua
fungsi ini, praktis ia tidak dapat diterima oleh kelompok tersebut
sebagai pemimpin yang fungsional.
5. Pengendalian
Fungsi pengendalian menjelaskan bahwa setelah sasaran
ditentukan, rencana dirumuskan, pengaturan strukturnya
ditetapkan (fungsi organisasi), serta orangorang dipekerjakan,
dilatih, dan diberikan motivasi, terdapat sejumlah evaluasi untuk
mengetahui apakah segala sesuatunya berjalan sesuai rencana.
Untuk menjamin agar segala sesuatunya berjalan sebagaimana
mestinya, para manajer harus memantau dan mengevaluasi
kinerja. Kinerja aktual harus dibandingkan dengan sasaran yang
telah ditentukan sebelumnya.
7
simbolis. Peran ini meliputi peran sebagai figur untuk anak buah,
pemimpin, dan penghubung. Kedua adalah peran informasional,
meliputi peran manajer sebagai pemantau dan penyebar informasi,
serta peran sebagai juru bicara. Ketiga adalah peran pengambilan
keputusan, meliputi peran sebagai seorang wiraswasta, pemecah
masalah, pembagi sumber daya, dan perunding. Mintzberg kemudian
menyimpulkan bahwa secara garis besar, aktivitas yang dilakukan
oleh manajer adalah berinteraksi dengan orang lain.
8
komunikasi yang persuasif, bersahabat, dan kebapakan akan
membuat karyawan merasa dihargai dan kemudian mereka akan
bersikap terbuka kepada atasan. Keterampilan berkomunikasi
diperlukan untuk tingkatan manajemen atas, menengah, maupun
bawah.
9
alternatif yang telah dipilih serta mengawasi dan
mengevaluasinya agar tetap berada di jalur yang benar.
10
2.3.2. Tujuan Organisasi
Tujuan organisasi merupakan hasil terukur yang harus
dicapai. Tujuan tersebut menggambarkan hasil yang harus dicapai
dalam jangka pendek guna mewujudkan visi jangka panjang. Tujuan
tersebut langsung diturunkan dari faktor penentu keberhasilan agar
menciptakan terobosan yang realistis.
11
yang mencerminkan perasaan suka atau tidak suka seorang karyawan
terhadap organisasi tempat ia bekerja.
12
Konsep perilaku organisasi harus mencerminkan kondisi situasional
atau kontinjensi (contingency). Kita dapat mengatakan bahwa x
menyebabkan y,tetapi hanya pada kondisi yang dikhususkan dalam z
(variabel kontinjensi/situasional). Ilmu perilaku organisasi dikembangkan
dengan menggunakan konsep umum, kemudian mengubah penerapannya
pada situasi tertentu. Jadi, misalnya, pakar perilaku organisasi akan
menghindari pernyataan bahwa pemimpin yang efektif adalah pemimpin
yang selalu mencari ide-ide dari anak buahnya sebelum mengambil suatu
keputusan. Sebagai gantinya, mereka mengatakan bahwa dalam beberapa
situasi, gaya kepemimpinan partisipatif jelas lebih unggul. Namun, dalam
situasi yang berbeda, gaya pengambilan keputusan otokratis akan lebih
efektif. Dengan kata lain, efektivitas gaya kepemimpinan tertentu
bergantung pada situasi di mana gaya tersebut diterapkan. Teori perilaku
organisasi mencerminkan inti masalah yang ditangani oleh teori tersebut.
Manusia bersifat kompleks dan rumit, demikian pula dengan teori yang
dikembangkan untuk menjelaskan tindakannya.
2.5.1. Teori Peran
Susunan atau tanggapan perilaku yang diharapkan dan dikehendaki
disebut peranan sosial. Peranan sosial menggambarkan hak, tugas,
kewajiban, dan perilaku yang sesuai dengan orang yang memegang
posisi tertentu dalam konteks sosial tertentu. Dalam kelompok formal
suatu organisasi, peran digambarkan secara eksplisit dalam manual
organisasi, di mana peran tersebut umumnya diatur berdasarkan
hukum. Peran membedakan perilaku dari orang yang menduduki posisi
organisasi tertentu dan berfungsi mempersatukan kelompok dengan
menyediakan spesialisasi dan fungsi koordinasi. Dalam organisasi
bisnis, pembagian kerja dan peran adalah sesuatu yang rumit.
Pemimpin suatu organisasi harus pula mendidik anggota organisasi
tersebut mengenai perilaku yang diharapkan dari anggota organisasi
dengan posisi tertentu. Hal ini harus dilakukan walaupun pimpinan
telah memahami peran yang harus dimainkan oleh setiap anggota.
13
Peran merupakan komponen perilaku nyata yang disebut norma.
Norma adalah harapan dan kebutuhan perilaku yang sesuai untuk suatu
peranan tertentu. Tiap-tiap peran berhubungan dengan suatu identitas
yang menggambarkan individu dalam hal bagaimana mereka perlu
bertindak dalam situasi khusus. Sejumlah orang mempunyai peran dan
identitas yang bergantung pada situasi di mana mereka menemukan
diri mereka. Suatu aspek penting dari teori peran adalah identitas dan
perilaku dianugerahkan secara sosial pada dukungan sosial. Posisi
seseorang yang menduduki jabatan tertentu dalam suatu organisasi
formal atau suatu kelompok informal membawa pola perilaku bersama
yang diharapkan.
14
digunakan juga oleh ilmu pengetahuan lain dengan mengacu pada
suatu bentuk yang menghubungkan satu bagian dengan bagian lain
serta antar-bagian yang saling bergantung. Selanjutnya, orang baru
dapat berbicara mengenal sistem matahari, sistem biologi, atau sistem
sosial. Pola teladan dari berbagai bagian subsistem yang beroperasi
yang dikenal sebagai struktur sistem. Memasukkan struktur sosial yang
mengacu pada hubungan terpola antara berbagai subsistem sosial dan
individu memungkinkan struktur tersebut agar berfungsi dalam
masyarakat, organisasi sosial, atau kelompok sosial.
2.5.3. Budaya
Budaya merupakan satu sudut pandang yang pada saat bersamaan
dijadikan jalan hidup oleh suatu masyarakat. Tidak ada masyarakat
tanpa budaya, dan budaya tidak eksis di luar masyarakat. Budaya
memengaruhi pola teladan perilaku manusia yang teratur karena
budaya menggambarkan perilaku yang sesuai untuk situasi tertentu.
Aspek budaya yang terpenting adalah memastikan kehidupan manusia
baik secara fisik maupun secara sosial..
Budaya merupakan norma dan nilai yang mengarahkan perilaku
anggota organisasi. Setiap anggota akan berperilaku sesuai dengan
budaya yang berlaku agar diterima di lingkungan tersebut. Budaya
dapat dibagi menjadi tiga faktor mendasar, yaitu struktural, politis, dan
emosional. Faktor struktural ditentukan oleh ukuran, seperti umur dan
sejarah perusahaan, tempat operasi, serta lokasi geografis perusahaan
dalam satu jenis industri. Faktor politis ditentukan oleh distribusi
kekuasaan dan cara pengambilan keputusan manajerial. Sementara itu,
faktor emosional mencakup pemikiran kolektif, kebiasaan, sikap,
perasaan, dan pola perilaku. Praktik yang dilakukan oleh anggota suatu
budaya juga perlu diamati karena praktik itu mengambarkan
manifestasi dari nilai budaya tersebut. Hofstede dkk. (1990)
menyatakan nilai budaya dapat dimanifestasikan dalam berbagai
15
pilihan perilaku. la dan timnya juga membuktikan bahwa walaupun
nilai dan praktik budaya adalah faktor penting, faktor yang lebih
penting lagi dalam menjelaskan perbedaan di berbagai organisasi
adalah persepsi yang dianut dalam praktik sehari-hari.
Ada dua jenis praktik organisasi yang dilakukan dan menghasilkan
nilai budaya. Kedua jenis praktik tersebut adalah proses seleksi dan
proses sosialisasi. Untuk memahami perbedaan antarbangsa, Hofstede
menggunakan kerangka berpikir yang dinamakan dimensi budaya
nasional. Menurut Hofstede (1980, 1991), ada empat dimensi budaya
nasional.
1. Jarak kekuasaan (power distance), yaitu sejauh mana orang
percaya bahwa kekuasaan dan status didistribusikan secara
tidak merata dan bagaimana orang menerima distribusi
kekuasaan yang tidak merata tersebut sebagai cara yang tepat
untuk mengorganisasikan sistem sosial.
2. Penghindaran ketidakpastian (uncertain avoidance), yaitu
sejauh mana orang merasa terancam dengan keadaan yang
tidak tentu (tidak pasti) atau tidak diketahui.
3. Maskulinitas dan feminisitas (masculinity and femininity)
Maskulinitas adalah suatu situasi yang ditandai dengan nilai-
nilai yang dominan dalam masyarakat yang lebih menekankan
dan mementingkan uang, harta benda, atau materi. Sementara
itu, feminisitas adalah suatu situasi yang menjelaskan nilai-nilai
yang dominan dalam masyarakat, yang lebih menekankan pada
pentingnya hubungan antar-manusia, kepedulian pada orang
lain, dan ketenteraman hidup.
4. Individualisme dan kolektivisme (individualism and
cillectivism)
Individualisme adalah situasi yang menjelaskan orang-orang
dalam suatu masyarakat, yang cenderung memperhatikan
dirinya sendiri dan keluarga dekatnya. Sementara kolektivisme
16
adalah situasi yang menjelaskan orang-orang dalam
masyarakat, yang cenderung merasa memiliki ikatan kuat
dengan satu kelompok yang berbeda dengan kelompok lainnya.
17
Komitmen organisasi mempunyai hubungan dengan orientasi etika
dan sensitivitas etika. Hasil riset ini didukung oleh riset lain yang
dilakukan sebelumnya oleh Beau dan Yamoor (1985) dengan unit
analisis pada dokter gigi, oleh Volker (1984) terhadap profesi
konsultan manajemen, dan oleh Shaub (1989) terhadap profesi akuntan
publik. Berikut tiga komponen utama mengenai komitmen organisasi.
1. Komitmen afektif (affective commitment) terjadi apabila
karyawan ingin menjadi bagian dari organisasi karena keterikatan
emosional (emotional attachment) atau psikologis terhadap
organisasi.
2. Komitmen kontinu (continuance commitment) muncul apabila
karyawan tetap bertahan pada suatu organisasi karena
membutuhkan gaji dan keuntungan lain, atau karena karyawan
tersebut tidak menemukan pekerjaan lain. Dengan kata lain,
karyawan tersebut tinggal dalam organisasi tersebut karena ia
membutuhkan organisasi tersebut.
3. Komitmen normatif (normative commitment) timbul karena nilai
diri karyawan. Karyawan bertahan menjadi anggota suatu organisasi
karena memiliki kesadaran bahwa komitmen terhadap organisasi
tersebut merupakan hal yang memang harus dilakukan. Jadi,
karyawan tersebut tinggal dalam organisasi itu karena ia merasa
berkewajiban untuk itu.
Dari ketiga jenis komitmen tersebut, komitmen afektif adalah jenis
yang paling diinginkan oleh perusahaan. Karyawan yang memiliki
loyalitas, yaitu karyawan yang mempunyai komitmen afektif akan
cenderung tetap bertahan (bekerja dalam perusahaan).
18
diterima secara bersamaan dan pelaksanaan atas salah satu perintah
akan mengakibatkan diabaikannya perintah yang lain. Perintah
pertama berasal dari kode etik profesi, sedangkan perintah kedua
berasal dari sistem pengendalian yang berlaku di perusahaan. Apabila
seorang profesional bertindak sesuai dengan kode etik maka ia akan
merasa tidak berperan sebagai karyawan perusahaan yang baik.
Sebaliknya, apabila ia bertindak sesuai dengan prosedur yang
ditentukan oleh perusahaan maka akan merasa telah bertindak secara
tidak profesional. Kondisi seperti ini yang disebut konflik peran, yaitu
suatu konflik yang timbul karena mekanisme pengendalian birokratis
organisasi tidak sesuai dengan norma, aturan, etika, dan kemandirian
profesional. Misalnya, dalam lingkungan kerja akuntan publik, konflik
peran timbul sehubungan dengan dua rangkaian tuntutan yang
bertentangan. Tanpa pengetahuan mengenai struktur audit yang baku,
staf akuntan cenderung mengalami kesulitan dalam menjalankan
tugasnya. Kesulitan ini timbul sehubungan dengan beberapa faktor,
seperti koordinasi arus kerja, kecukupan wewenang, kecukupan
komunikasi, dan kemampuan adaptasi. Konflik peran berdampak
negatif terhadap perilaku karyawan, seperti timbulnya ketegangan
kerja, penurunan komitmen pada organisasi, dan penurunan kinerja
secara keseluruhan.
19
dasarnya lebih dikarenakan oleh perbedaan kepentingan di antara
sesama anggota organisasi atau antara organisasi dengan anggotanya.
Di samping itu, menurut prinsip manajemen yang dikemukakan
oleh Henry Fayol (1914), yakni prinsip no. 6, kepentingan pribadi atau
kelompok harus tunduk pada kepentingan organisasi secara
keseluruhan. Dengan demikian, apabila dalam praktik bisnis, demi
kepentingan orang banyak atau organisasi, manajemen harus
memutuskan hubungan kerja dengan seorang atau beberapa orang
karyawan, walaupun karyawan tersebut mungkin telah puluhan tahun
ikut serta dalam mengembangkan dan membesarkan perusahaan. Oleh
karena menganut pandangan bahwa urusan pribadi harus dipisahkan
dari bisnis serta kepentingan perusahaan harus lebih didahulukan
daripada kepentingan pribadi, banyak eksekutif yang sukses dalam
memimpin dan mengatur perusahaan, tetapi gagal dalam memimpin
dan mengatur keluarga.
Banyak bukti riset yang menunjukkan bahwa konflik kepentingan
antara pekerja dan keluarganya sangat merugikan karyawan dan
perusahaan. Konflik kerja dan keluarga cenderung berpengaruh negatif
terhadap kinerja karyawan. Hasil riset di bidang itu merekomendasikan
perlunya manajemen perusahaan untuk mengambil kebijakan yang
menginterpretasikan kepentingan pekerjaan dengan kepentingan
pribadi.
20
memiliki perbedaan tingkat kepuasan kerja dan motivasi, dan ini
memengaruhi bagaimana cara manajer mengatur karyawannya.
2.6.1. Perbedaan Individu
Orang-orang memasuki kelompok dan organisasi dengan karakteristik
tertentu yang memengaruhi perilakunya. Karakteristik tersebut berupa
karakteristik kepribadian, persepsi, nilai, dan sikap. Karakteristik ini
sebenarnya tetap utuh ketika individu menggabungkan diri ke suatu
organisasi, tetapi terdapat kemungkinan bahwa organisasi dapat
menimbulkan perubahan terhadap diri individu tersebut, di mana
perubahan itu berdampak begitu nyata terhadap perilaku individu yang
bersangkutan. Berdasarkan hal ini, kita melihat bagaimana persepsi,
kepribadian, nilai, dan sikap berpengaruh pada perilaku individu.
2.6.2. Motivasi
Motivasi secara umum sering diartikan sebagai sesuatu yang ada pada
diri seseorang yang dapat mendorong, mengaktifkan, menggerakkan,
dan mengarahkan perilaku seseorang. Dengan kata lain, motivasi itu
ada dalam diri seseorang dalam wujud niat, harapan, keinginan, dan
tujuan yang ingin dicapai. Motivasi ada dalam diri manusia terdorong
karena: 1) keinginan untuk hidup, 2) keinginan untuk memiliki sesuatu,
3) keinginan akan kekuasaan, dan 4) keinginan akan adanya pengakuan.
Jadi, secara singkat motivasi dapat diartikan sebagai dorongan atau
keinginan yang dapat dicapai oleh seorang individu dengan perilaku
tertentu dalam usahanya.
2.6.3. Pemberdayaan
Manajer bertanggung jawab terhadap kepuasan dan kebahagiaan
karyawan. Namun, pada saat yang sama mereka juga diminta untuk
turut andil terhadap kekuasaan. Pada beberapa organisasi, karyawan
telah menjadi “berkaitan” atau “rekan setim.” Pengambilan keputusan
menekankan pada tingkat operasi, dimana karyawan diberikan
kebebasan untuk membuat pilihan tentang skedul, prosedur, dan
pemecahan masalah berkaitan dengan pekerjaan yang dilakukan.
21
Pemberdayaan berarti manajer sedang menempatkan karyawan yang
berwenang terhadap apa yang dilakukannya.
Terdapat beberapa faktor yang mendorong organisasi dalam
melaksanakan pemberdayaan. Beberapa di antaranya adalah tuntutan
pelanggan yang semakin tinggi terhadap kualitas produk maupun
layanan, jaminan keamanan, perlindungan konsumen persaingan dalam
efisiensi dan inovasi produk, penggunaan teknologi baru yang canggih,
peraturan pemerintah, dan sebagainya. Apabila organisasi
melaksanakan pemberdayaan karyawan maka diperlakukan sesuai
dengan teori Y. Artinya, pemimpin organisasi menganut paham atau
cara pandang (paradigma) bahwa karyawan di perusahaan adalah
karyawan yang mempunyai karakteristik yang umumnya positif.
Akan tetapi, dalam praktiknya, terdapat banyak pengertian
mengenai apa yang dimaksud dengan pemberdayaan dan bagaimana
cara melakukan pemberdayaan. Namun, terdapat kesamaan tujuan
pemberdayaan dalam organisasi yaitu :
1) Meningkatkan motivasi guna mengurangi kesalahan dan
mendorong karyawan untuk bertanggung jawab terhadap
tindakannya.
2) Meningkatkan dan mengembangkan kreativitas dan Inovasi.
3) Mendorong peningkatan kualitas produk dan jasa.
4) Meningkatkan kepuasan pelanggan dengan mendekatkan karyawan
ke pelanggan sehingga karyawan dapat melayani dengan lebih
baik.
5) Meningkatkan kesetiaan dan pada saat yang sama mengurangi
tingkat kemangkiran.
6) Mendorong kerja sama yang lebih baik dengan sesama rekan kerja
dalam meningkatkan pengawasan dan produktivitas.
7) Mengurangi tugas pengawasan (pengendalian) dari manajemen
menengah dalam pekerjaan operasional sehari-hari sehingga
22
manajer lebih mempunyai waktu dan perhatian terhadap masalah
yang lebih besar.
8) Menyiapkan karyawan untuk berkembang dan menghadapi
perubahan, suksesi, dan tuntutan persaingan.
9) Meningkatkan daya saing bisnis.
Untuk melaksanakan pemberdayaan tersebut, organisasi biasanya
menyusun serta menentukan visi dan misi organisasi. Selain itu,
perusahaan juga melaksanakan perencanaan strategis dan berbagai
pelatihan yang berkaitan dengan pemberdayaan, seperti membangun
kerja sama tím, pemberdayaan, kepemimpinan dan motivasi, kepekaan
emosional di tempat kerja, peningkatan kualitas secara kontinu,
pelatihan keterampilan khusus yang berkaitan dengan pekerjaan, dan
sebagainya.
2.6.4. Berperilaku Etis
Skandal Enron di Amerika Serikat menggambarkan bagaimana
biasanya sebagian orang memperlakukan etika sebagai subjek. Pada
skandal tersebut, dengan kreatif, eksekutif Enron sengaja mengubah
cara mereka melaporkan laba rugi perusahaan. Ketika ditantang,
eksekutif perusahaan, Kenneth Lay, memilih untuk melihat dengan cara
lain. Reputasi dari KAP Arthur Andersen telah hancur karena gagal
mempersoalkan praktik akuntansi Enron. Etika merupakan norma atau
standar perilaku kita yang berfungsi sebagai petunjuk moral ketika kita
berinteraksi dengan orang lain.
Etika juga sebanding dengan moral, di mana keduanya merupakan
filsafat tentang adat kebiasaan. Jadi, secara umum, etika atau moral
adalah filsafat, ilmu, atau disiplin. tentang tingkah laku manusia atau
tindakan manusia. Dengan demikian, persepsi umum adalah etika yang
hanya dianggap sebagai pernyataan benar atau salah serta baik atau
buruk. Etika sebenarnya meliputi suatu proses penentuan yang
kompleks tentang apa yang harus dilakukan seseorang dalam situasi
tertentu. Proses itu sendiri meliputi penyeimbangan dari berbagai
23
pertimbangan dari sisi dalam (inner) dan sisi luar (outner) yang didasari
oleh sifat dari kondisi unik, melalui pengalaman maupun pembelajaran
setiap individu. Akuntan merupakan profesi yang keberadaannya sangat
tergantung pada kepercayaan masyarakat. Sebagai profesi, dalam
menjalankan tugasnya, seorang akuntan harus menjunjung tinggi
etikanya.
24
Organisasi telah menjadi lebih berbeda, mempekerjakan
keanekaragaman yang lebih tinggi dari orang-orang yang terlibat di
dalamnya berkaitan dengan gender, ras, etnis,orientasi seksual, dan
umur. Angkatan kerja meliputi, misalnya, perempuan, penduduk asli,
orang-orang penyandang cacat, warga negara, dan sebagainya.
Angkatan kerja juga mencakup orang-orang dengan karakteristik
demografis yang berbeda, seperti status pendidikan dan sosioekonomi.
Kemampuan untuk menyesuaikan terhadap banyak orang yang berbeda
merupakan salah satu kemampuan yang paling penting dan secara luas
mendasari perubahan yang dihadapi organisasi.
25
efektif sehingga mereka berkomitmen terhadap organisasi. Kita
menggunakan istilah perilaku kewarganegaraan organisatoris (PKO)
untuk mendeskripsikan kebebasan perilaku yang bukan merupakan
bagian dari kebutuhan pekerjaan formal seorang karyawan, tetapi dapat
meningkatkan efektivitas dari organisasi.
Di tempat kerja yang dinamis saat ini, di mana semakin banyak
tugas yang dikerjakan dalam tim dan fleksibilitas menjadi semakin
penting-organisasi memerlukan karyawan yang mau terlibat dalam
perilaku "kewarganegaraan yang baik, seperti membuat pernyataan
yang bersifat membangun tentang kelompok kerja mereka dan
organisasi, menolong anggota lain dalam tim mereka, sukarela
melakukan pekerjaan ekstra, menghindari konflik yang tidak perlu,
memperlihatkan kepedulian pada hak milik organisasi, menghormati
semangat seperti halnya surat ketentuan dan peraturan, dan dengan
penuh toleransi memaklumi pungutan pajak terkait dengan penghasilan
kerja serta gangguan.
26
Dua puluh atau tiga puluh tahun lalu, batasan nasional melindungi
banyak perusahaan dari tekanan persaingan asing. Namun, sekarang hal
ini jarang terjadi. Blok perdagangan seperti North American Free Trade
Agreement (NAFTA) dan European Union (EU) telah mengurangi tarif
dan halangan untuk perdagangan secara signifikan, sementara Amerika
Utara serta Eropa bukan lagi merupakan satu-satunya benua dengan
keterampilan buruh yang sangat tinggi. Internet juga membantu
perusahaan menjadi lebih terkoneksi secara serentak dengan membuka
peluang bagi dilakukannya penjualan internasional dan meningkatkan
kesempatan bisnis. Perusahaan kecil bahkan dapat memperoleh tawaran
proyek dari negara berbeda dan bersaing dengan perusahaan lebih besar
melalui Internet. Salah satu implikasi semua perubahan ini adalah Anda
dapat menemukan sendiri pengelolaan atau pekerjaan pada satu
lingkungan multikultural.
2.8.5. Fleksibilitas
Fleksibilitas dalam manajemen sumber daya manusia dapat
diartikan perusahaan memerlukan pengembangan sistem desentralisasi
yang mengutamakan pelimpahan wewenang dan tanggung jawab
secara berjenjang. Pembahasan umum mengenai alasan
dibutuhkannya desentralisasi mencakup hal-hal berikut.
1) Desentralisasi membebaskan manajemen puncak untuk fokus
terhadap keputusan strategis jangka panjang dan bukannya terlibat
dalam keputusan operasi. Hal ini berarti menuntut penggunaan
yang lebih baik atas waktu manajerial yang sangat berharga.
2) Desentralisasi memungkinkan organisasi untuk memberikan
tanggapan secara cepat dan efektif terhadap masalah karena mereka
yang berada paling dekat dengan suatu masalah (manajer lokal)
memiliki informasi yang paling baik. Oleh sebab itu, dapat
memberikan tanggapan yang lebih baik terhadap kebutuhan lokal.
27
3) Sistem yang tersentralisasi tidak mampu menangani semua
informasi rumit yang diperlukan untuk membuat keputusan
optimal. Keputusan yang tersentralisasi mungkin lebih inferior
dibandingkan dengan keputusan yang dibuat secara lokal dalam
suatu sistem yang terdesentralisasi.
4) Desentralisasi menyediakan dasar pelatihan yang baik bagi
manajemen puncak di masa depan.
5) Desentralisasi memenuhi kebutuhan akan otonomi sehingga
merupakan suatu alat motivasi yang kuat bagi manajer.
Fleksibilitas juga menyangkut penggunaan tenaga kerja dengan
mengurangi kecenderungan mengangkat pekerja reguler (pekerja
tetap). Pengangkatan sebaiknya lebih difokuskan pada penggunaan
tenaga kerja temporer.
28
tunjangan gangguan lingkungan, fasilitas rekreasi, dan kondisi kerja
yang tersedia bagi seluruh anggota dalam subsistem.
29
yang dipegang orang-orang dalam sistem, memaksimalkan kinerja
peranan mereka, dan mendorong perilaku inovatif?. Kedua, dalam
kondisi yang bagaimanakah pola ini akan memberikan hasil organisasi
tertentu?
30
Walaupun kepatuhan terhadap aturan dapat menghasilkan kinerja
peran yang andal, penggunaan aturan harus memperhitungkan tiga
kondisi berikut agar efektivitasnya maksimum:
1) ketepatan simbol otoritas dan relevansi aturan terhadap sistem
sosial yang terlibat,
2) kejelasan norma legal dari aturan dan struktur aturan, dan
3) penguatan karakter sanksi.
31
Walaupun efek imbalan sistem untuk mempertahankan tingkat
produktivitas tidak jauh di atas standar minimum yang dibutuhkan
dalam sistem, masih terdapat perbedaan besar antar-sistem dengan
melihat pada kuantitas dan kualitas produksi sebagai fungsi dari
imbalan sistem. Organisasi dengan tarif upah yang secara substansial
lebih baik daripada pesaingnya mungkin mampu menentukan tingkat
kinerja yang lebih tinggi sebagai ketentuan minimum bagi pekerjanya
dibandingkan dengan perusahaan lain dan pada saat yang bersamaan
masih dapat mempertahankan karyawannya. Dengan kata lain,
imbalan sistem dapat berhubungan dengan produktivitas organisasi
yang berbeda secara keseluruhan. Imbalan sistem mungkin tidak
memperhitungkan perbedaan motivasi antar-sistem selain perbedaan
motivasi antar individu dalam sistem yang sama. Imbalan sistem
beroperasi melalui standar minimum untuk semua orang dalam sistem.
Imbalan sistem yang bertindak secara tidak langsung berdampak pada
orang-orang yang ingin tetap tinggal dalam organisasi. Untuk itu,
orang-orang tersebut harus menerima standar yang diperoleh dari
kinerja peran dalam sistem secara sah. Dengan demikian, mekanisme
langsung untuk memastikan kinerja adalah kepatuhan terhadap
legitimasi, tetapi ketentuan legal organisasi tidak akan dipenuhi
anggota jika tuntutan terlalu tinggi ketika dibandingkan dengan
tuntutan organisasi lain.
32
kelompok utama dalam sistem. Orang-orang akan merasa tidak
diperlakukan dengan adil jika kelompok yang satu dibedakan dengan
kelompok lain. Manajemen biasanya kaget dengan permusuhan yang
muncul sebagai akibat dari imbalan sistem yang berbeda, sementara
kasus yang sama tidak ditemukan pada imbalan individu yang
berbeda. Oleh karena menyesuaikan dengan orang-orang menurut
kebaikan keanggotaan atau masa kerja dalam organisasi, maka
imbalan sistem dianggap tidak adil jika tidak dilaksanakan secara
seragam. Persepsi anggota organisasi adalah seluruh anggota
mempunyai akses yang sama terhadap tunjangan organisasi.
Karyawan tidak akan marah dengan perbedaan imbalan individual
untuk perbedaan tanggung jawab. Namun demikian, jika organisasi
menyediakan makan siang di kafetaria dengan memberikan tempat
khusus bagi bos, mereka mungkin tidak suka.
33
medali dan penghargaan, tetapi aktivitas kerja sama sehari-hari tidak
akan membuat organisasi mengakui dan memberikan imbalan dengan
mudah.
34
kompleksitas, tantangan, dan keahlian yang memadai untuk
menggunakan kemampuan pekerja. Jika terdapat satu temuan tegas
dalam seluruh studi moral karyawan dan kepuasan maka ini
merupakan korelasi antara variasi dan tantangan pekerjaan dan
kepuasan yang sesuai dengan pekerja. Tentunya, ada orang-orang
yang tidak menginginkan lebih banyak tanggung jawab dan orang-
orang yang menjadi kehilangan semangat bila ditempatkan pada
pekerjaan yang terlalu sulit bagi mereka. Namun, hal yang demikian
ini adalah pengecualian. Sebagian besar orang mencari tanggung
jawab yang lebih besar dan pekerjaan yang menuntut keahlian lebih
tinggi. Mereka yang mampu mencapai pekerjaan yang lebih menuntut
ini akan menjadi semakin senang dan puas. Jelasnya, kondisi
keamanan yang lebih tinggi menjadi motivasi untuk memproduksi dan
menghasilkan kualitas kerja. Motivasi yang tinggi juga diperoleh dari
kebutuhan perubahan dalam organisasi, khususnya perluasan kerja dan
bukan pemecahan kerja. Namun, terdapat kecenderungan dalam
organisasi skala besar terhadap peningkatan spesialisasi dan rutinisasi
pekerjaan. Pekerja akan lebih termotivasi terhadap produksi individual
yang lebih tinggi dan kualitas kerja yang lebih baik jika kita
mengabaikan lini perakitan dengan menuju pada operasi teknik dari
tipe produksi.
35
yang lebih parsial. Pertama, terdapat beberapa tujuan organisasi umum
yang tidak unik bagi organisasi. Seorang ilmuwan mungkin telah
menginternalisasi beberapa nilai penelitian profesi, tetapi tidak harus
menginternalisasi nilai dari lembaga spesifik yang terkait. Sepanjang
ilmuwan tersebut berada dalam lembaga itu, ia mungkin menjadi
pekerja dengan motivasi baik. Namun, ia mungkin merasa lebih
mudah untuk mengerjakan sesuatu bila berada pada institusi lain.
Tipe kedua internalisasi organisasi terbentuk dengan nilai dan
tujuan subsistem organisasi. Ini biasanya lebih mudah bagi orang yang
menggunakan nilai dalam unitnya sendiri. Kita mungkin lebih melekat
pada departemen kita sendiri pada universitas dibandingkan dengan
tujuan universitas secara keseluruhan.
36
kontribusi terhadap kinerja kelompok secara signifikan, dan 3) berbagi
imbalan dengan pencapaian kelompok. Jika tiga kondisi ini terpenuhi,
maka individu dapat menganggap kelompok sama seperti dirinya.
37
BAB III KESIMPULAN
3.1. Kesimpulan
Organisasi merupakan alat manajemen untuk mencapai tujuan.
Organisasi tanpa manajemen yang baik akan mengakibatkan rutinitas
organisasi tidak akan dapat bertahan lama. Organisasi dapat dibedakan
menjadi 2 macam, yaitu organisasi dalam arti statis dan organisasi dalam arti
dinamis. Dalam organisasi, ada hubungan yang erat antara manajemen,
organisasi, dan metode (tata kerja). Secara umum organisasi dapat
didefinisikan sebagai unit sosial yang dikoordinasikan secara sadar, terdiri
atas dua orang atau lebih dan yang relatif terus-menerus untuk mencapai
satu atau serangkaian tujuan bersama. Manajer adalah seseorang yang
bekerja dengan dan melalui orang lain dengan mengoordinasikan kegiatan
pekerjaan untuk mencapai tujuan organisasi.
Peran perilaku manajerial digolongkan menjadi peran antar-pribadi,
peran informasi, dan peran keputusan. Henry Mintzberg, seorang ahli riset
ilmu manajemen, mengemukakan bahwa ada sepuluh peran yang dimainkan
oleh manajer di tempat kerjanya. Ia kemudian mengelompokkan kesepuluh
peran itu ke dalam tiga kelompok. Pertama adalah peran antar-pribadi, yaitu
melibatkan orang dan kewajiban lain, yang bersifat seremonial dan simbolis.
Peran ini meliputi peran sebagai figur untuk anak buah, pemimpin, dan
penghubung. Kedua adalah peran informasional, meliputi peran manajer
sebagai pemantau dan penyebar informasi, serta peran sebagai juru bicara.
Ketiga adalah peran pengambilan keputusan, meliputi peran sebagai seorang
wiraswasta, pemecah masalah, pembagi sumber daya, dan perunding.
38