Dosen Pembimbing :
Dewi Sartika,S.E., M.M
i
DAFTAR ISI
JUDUL
KATA PENGANTAR...................................................................................................................................................... i
DAFTAR ISI ................................................................................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ...................................................................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah................................................................................................................................. 2
1.3 Manfaat Penelitian ................................................................................................................................ 2
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Konflik Dan Frustasi Dalam Kerja ....................................................................................................... 3
2.1.1 Pengertian Konflik Dalam Kerja............................................................................................... 3
2.1.2 Pengertian Frustasi Dalam Kerja .............................................................................................. 3
2.2 Faktor Pengaruh Konflik Dan Frustasi Dalam Kerja ............................................................................ 4
2.2.1 Faktor Pengaruh Konflik Dalam Kerja ..................................................................................... 4
2.2.2 Faktor Pengaruh Frustasi Dalam Kerja ..................................................................................... 5
2.3 Klasifikasi Konflik ............................................................................................................................... 6
2.3.1 Konflik Intrapersonal ................................................................................................................ 6
2.3.2 Konflik Interpersonal ................................................................................................................ 6
2.3.3 Konflik Antara Anggota Kelompok .......................................................................................... 7
2.3.4 Konflik Antar Kelompok .......................................................................................................... 8
2.3.5 Konflik Antar Organisasi .......................................................................................................... 8
2.4 Model Konflik Organisasi .................................................................................................................... 9
2.4.1 Model Stimulasi Konflik........................................................................................................... 9
2.4.2 Model Pengurangan (Reduce) Konflik ................................................................................... 10
2.4.3 Model Penyelesaian Konflik ................................................................................................... 11
2.5 Manajemen Konflik ............................................................................................................................ 12
2.6 Konflik Dan Pengaruhnya Dalam Kerja ............................................................................................. 14
2.6.1 Ciri Konflik Dalam Kerja ....................................................................................................... 14
2.6.2 Pengaruh Konflik Dalam Kerja............................................................................................... 14
2.6.3 Persepsi Konflik Dalam Kerja ................................................................................................ 15
2.7 Frustasi Dan Kecelakaan Kerja........................................................................................................... 15
2.7.1 Gejala Frustasi Di Lingkungan Kerja ..................................................................................... 15
2.7.2 Faktor Pengaruh Frustasi Sebagai Penyebab Kecelakaan Kerja ............................................. 16
2.7.3 Penanggulangan Frustasi Dalam Kerja ................................................................................... 17
2.8 Dampak Frustasi Dalam Kerja ............................................................................................................ 18
2.8.1 Dampak Positif Frustasi Dalam Kerja..................................................................................... 18
2.8.2 Dampak Negatif Frustasi Dalam Kerja ................................................................................... 19
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan ......................................................................................................................................... 20
3.2 Saran ................................................................................................................................................... 20
DAFTAR PUSTAKA
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dalam kondisi era globalisasi dan liberalisasi ekonomi, persaingan yang
semakin kompetitif merupakan suatu hal yang tidak dapat dipungkiri. Tingginya
tingkat persaingan membuat organisasi untuk berubah dalam mempertahankan diri
dan meningkatkan keunggulan dalam bersaing. Era globalisasi dan liberalisasi
ekonomi, juga mendorong organisasi untuk berinovasi dalam mengembangkan
produk-produk baru dan masuk kedalam pasar yang semakin terbuka. Faktor tersebut
dapat mendorong organisasi untuk melakukan berbagai perubahan. Perubahan yang
dilakukan oleh organisasi dapat memberikan dampak yang positif dalam
meningkatkan kinerja organisasi jika perubahan tersebut terencana dan dikelola
dengan baik.
Perubahan itu sendiri pada dasarnya berasal dari peran karyawan dalam
sebuah organisasi perusahaan yang merupakan faktor yang sangat penting untuk
mencapai dan menjalankan fungsi serta tujuan dari perusahaan. Karyawan menjadi
perencana, pelaksana, dan pengendali yang selalu berperan aktif dalam mewujudkan
tujuan organisasi perusahaan. Karyawan sebagai penunjang tujuan, mreka juga
memiliki pikiran, perasaan, dan keinginan yang mempengaruhi sikapnya terhadap
pekerjaanya. Sikap ini akan menentukan prestasi kerja, dedikasi, dan kecintaanya
dalam pekerjaan yang dibebankan kepada karyawan. Sikap-sikap karyawan ini
dikenal sebagai kepuasan kerja, stres, dan frustasi yang ditimbulkan oleh pekerjaan,
lingkungan, kebutuhan dan sebagainya.
Kemampuan perusahaan dalam melakukan perubahan akan sangat tergantung
dari kemampuan pegawainya dalam menghadapi perubahan tersebut, termasuk
kesiapan dalam melakukan perubahan. Karyawan sebagai aset perusahaan merupakan
salah satu aspek penting dalam kelangsungan sebuah organisasi, dimana kenyamanan
yang dirasakan Karyawan akan sangat berpengaruh terhadap keberhasilan suatu
perusahaan. Di satu sisi kemampuan manajemen, dalam mengolah dan mendapat
dukungan yang berkualitas dari sumber daya manusia yang dimilikinya, akan
membantu manajemen dalam menjalankan perencanaan yang bertujuan menyamakan
pengertian dan pemahaman tentang adanya suatu perubahan yang dijalankan.
Memahami pentingnya keberadaan Sumber Daya Manusia di era globalisasi
ini salah satu upaya yang harus dicapai oleh perusahaan adalah dengan meningkatkan
kualitas sumber daya manusia. Tidak terlepas daripada peningkatan kualitas sumber
daya manusia, pihak perusahaan pun dituntut untuk terus meningkatkan daya
saingnya melalui peningkatan kualitas manajemen. Oleh karena itu, agar perusahaan
dapat lebih berkembang secara optimal mak apemeliharaa nhubungan yang serasi dan
dapat dipahami dengan para karyawan menjadi sangat penting.
Beberapa hal yang penting diperhatikan dalam pemeliharaan hubungan dengan
para karyawan yaitu dengan memperhatikan tingkat kepuasan kerja para karyawan,
memperhatikan bentuk-bentuk peningkatan motivasi kerja karyawan secara optimal,
cara kepemimpinan yang baik dalam memimpin karyawan, dan bagaimana pihak
1
manajemen perusahaan memperbaiki usaha-usaha penanggulangan konflik kerja
karyawan dan stres kerja yang sedang atau akan muncul yang disebabkan oleh
pekerjaan karyawan tersebut. Untuk membangkitkan kerja dan kepuasan kerja
karyawan atas segala hal yang dialaminya dalam bekerja, maka karyawan perlu
diberikan kompensasi oleh prrusahaan. Semua usaha yang dilakukan oleh pihak
manajemen dalam hal ini bagian personalia guna untuk membantu karyawan dalam
bekerja dan memenuhi tujuan organisasi.
Interaksi karyawan dengan pekerjaan dan lingkungan kerjanya menghasilkan
barang atau jasa. Berdasarkan unjuk kerjanya, karyawan mendapatkan kompensasi
yang berdampak pada motivasi dan kepuasan kerjanya sebagai hasil atau akibat lain
dari proses bekerja, karyawan dapat mengalami konflik kerja dengan karyawan
lainnyayang mengalami ketidaksepakatan pendapat dengan rekan kerjanya, maka dari
itu karyawan dapat mengalami stres yang dapat berkembang menjadi karyawan sakit,
fisik dan mental, sehingga tidak dapat bekerja lagi secara optimal. Akibat yang timbul
dari kondisi diatas adalah munculnya stres kerja yang dialami oleh karyawan. Hal ini
dapat mempengaruhi kepuasan kerja karyawan. Oleh karena itu penulis tertarik untuk
membahas makalah dengan judul “Konflik dan Frustasi dalam Dunia Kerja”.
2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Konflik Dan Frustasi Dalam Kerja
2.1.1 Pengertian Konflik Dalam Kerja
Konflik dalam kerja adalah situasi dimana dua atau lebih individu atau
kelompok memiliki perbedaan pendapat, kepentingan, atau tujuan yang
bertentangan satu sama lain. Konflik dapat terjadi diberbagai tingkat dalam
organisasi, mulai dari antara individu hingga antara departemen atau unit yang
lebih besar.
Menurut Dalton McFarland dan Daniel C. Cavanaugh (2015) mengartikan
konflik dalam kerja sebagai “ketidaksepakatan atau perbedaan pendapat antara
individu atau kelompok dalam organisasi yang mempengaruhi efektivitas kerja
dan memerlukan penyelesaian.”
Menurut Stephen P. Robbins, konflik dalam kerja adalah proses yang
dimulai ketika satu pihak merasakan adanya ketidakcocokan,
ketidaksepakatan, atau perbedaan antara kebutuhan, keinginan, nilai, atau
tujuan dengan pihak lain.
Menurut Kurt Lewin, konflik dapat terjadi ketika dua atau lebih individu
atau kelompok memiliki kepentingan yang saling bertentangan dan saling
mempengaruhi satu sama lain. Dalam pengertian ini, konflik dianggap sebagai
bagian alami dari interaksi antarindividu dan kelompok dalam lingkungan
kerja. Namun, konflik yang tidak ditangani dengan baik dapat berdampak
negatif pada produktivitas dan kesejahteraan karyawan, sehingga perlu diatasi
secara efektif oleh manajemen organisasi.
Konflik dalam dunia kerja dapat terjadi karena berbagai alasan, seperti
perbedaan pandangan tentang cara terbaik untuk melakukan tugas, perbedaan
tujuan pribadi atau departemen, perbedaan nilai-nilai atau keyakinan, atau
sumber daya yang terbatas. Konflik dapat terjadi secara terbuka dan
terselubung, dan dapat mempengaruhi produktivitas, kualitas kerja, serta
hubungan antar karyawan dan antar departemen.
Konflik dalam dunia kerja juga dapat memberikan manfaat jika dikelola
dengan baik. Konflik dapat mendorong perubahan dan inovasi, memperkuat
hubungan antar individu dan kelompok, serta meningkatkan kesadaran diri dan
pemahaman terhadap perbedaan pendapat. Oleh karena itu, penting untuk
mengelola konflik dengan cara yang tepat agar tidak mempengaruhi
produktivitas dan kesejahteraan karyawan serta organisasi secara keseluruhan.
3
daya yang terbatas, kurangnya penghargaan dan pengakuan, atau konflik
dengan rekan kerja atau atasan.
Menurut Supriyadi (2017), frustasi dalam kerja adalah perasaan tidak puas
atau kekecewaan yang timbul akibat adanya hambatan, kesulitan, atau
kegagalan dalam mencapai tujuan yang diinginkan dalam pekerjaan. Frustasi
dapat mempengaruhi motivasi dan kinerja seseorang dalam pekerjaannya.
Frustasi dalam dunia kerja dapat disebabkan oleh berbagai faktor, seperti
beban kerja yang terlalu berat, kekurangan sumber daya atau dukungan,
konflik interpersonal, ketidakjelasan tugas atau peran, dan lain sebagainya.
Frustasi dalam dunia kerja dapat berdampak negatif pada kesehatan fisik
dan mental seseorang, termasuk meningkatkan risiko stres, kelelahan,
kecemasan, depresi, dan bahkan masalah kesehatan yang lebih serius seperti
tekanan darah tinggi dan penyakit jantung. Oleh karena itu, penting untuk
mengelola frustasi dengan baik dalam lingkungan kerja, misalnya dengan cara
berkomunikasi dengan rekan kerja atau atasan, mencari bantuan atau
dukungan, dan memperbaiki situasi yang memicu frustasi tersebut.
3. Persaingan
Ketika ada persaingan diantara anggota tim atau departemen dalam
mencapai tujuan atau mendapatkan penghargaan atau pengakuan, hal ini
dapat memicu konflik dan menimbulkan ketegangan.
4
6. Perbedaan kepribadian atau gaya kerja
Perbedaan dalam kepribadian atau gaya dapat menyebabkan konflik
antara anggota tim atau departemen karena perbedaan pendekatan atau cara
kerja yang berbeda.
5
10. Penghayatan yang baru saja berlangsung yang sangat penting bagi
pribadi yang afektif
11. Tekanan sosial yang berat dan menghimpit perasaan seseorang yang
bersangkutan
6
Berikut adalah beberapa langkah yang dapat diambil untuk mengatasi
konflik interpersonal dalam kerja:
1. Berbicara secara terbuka
Membicarakan masalah dengan jujur dan terbuka dapat membantu
mengurangi ketengangan dan menghindari konflik yang lebih besar
dikemudian hari.
7
mencari solusi yang dapat diterima oleh semua pihak, dan mengambil tindakan
yang tepat untuk mencegah terulangnya konflik di masa depan.
8
Konflik antar organisasi dalam kerja dapat menghambat efisiensi dan
efektivitas organisasi atau perusahaan yang terlibat, serta dapat mempengaruhi
hubungan dan kinerja antar organisasi atau perusahaan tersebut. Oleh karena
itu, penting untuk mengelola konflik dengan cara yang tepat dan konstruktif,
seperti dengan mencari solusi yang saling menguntungkan atau merumuskan
aturan dan kebijakan yang jelas dalam mengatur persaingan antar organisasi
dalam lingkungan kerja.
Beberapa contoh konflik antar organisasi adalah sebagai berikut:
1. Persaingan dalam mencari pelanggan atau konsumen yang sama.
2. Sengketa dalam perencanaan dan pengelolaan proyek yang sama.
3. Persaingan dalam penggunaan sumber daya seperti tenaga kerja,
ruang kantor, atau peralatan.
4. Persaingan dalam memperebutkan kontrak atau kesempatan
bisnis.
5. Persaingan dalam memperebutkan sumber daya pendanaan atau
dukungan dari pihak luar.
2. Debat
Peserta diberikan kesempatan untuk membahas isu yang kontroversial
dan berbeda pendapat, sehingga mendorong munculnya konflik yang
dapat diatasi melalui pemahaman yang lebih baik tentang sudut
pandang yang berbeda.
9
3. Simulasi
Peserta ditempatkan dalam situasi yang menimbulkan konflik, seperti
permainan peran atau situasi kasus, yang memungkinkan mereka
untuk merasakan dan memahami dampak konflik dan cara
mengatasinya.
Tujuan dari penggunaan model stimulasi konflik adalah untuk membantu
individu atau kelompok memahami konflik secara lebih baik, mengembangkan
kerterampilan dalam menyelesaikan konflik, dan meningkatkan kemampuan
berkomunikasi dengan baik didalam dan diluar kelompok.
Menurut model ini, konflik dapat memacu berbagai kemampuan
individu atau kelompok, seperti kemampuan untuk berpikir kritis dan analitis,
dan kemampuan untuk berkomunikasi secara efektif. Konflik juga dapat
memicu kreativitas dan inovasi, karena individu atau kelompok cenderung
mencari cara baru dan lebih baik untuk menyelesaikan masalah atau mencapai
tujuan.
Namun, konflik yang tidak dielaborasi dengan baik dan dikelola dengan
bijak dapat menyebabkan kerusakan dan kehancuran dalam suatu kelompok
atau organisasi. Oleh karena itu, model stimulasi konflik perlu dikombinasikan
dengan kemampuan mengelola konflik yang baik agar dapat menjadi kekuatan
positif yang memberikan manfaat bagi kelompok atau organisasi.
2. Komunikasi terbuka
Menciptakan budaya dimana karyawan merasa nyaman untuk
berbicara secara terbuka dan jujur, serta membangun kepercayaan
diantara anggota tim.
3. Timbang-Tarik (win-win)
Teknik yang fokus pada pencapaiab kemenangan bersama dengan
mencari solusi yang saling menguntungkan bagi semua pihak yang
terlibat.
10
4. Mengelola perbedaan
Memahami dan menghargai perbedaan diantara karyawan, serta
mengambil tindakan untuk memperkuat kelebihan dan mengatasi
kelemahan dalam tim.
b. Kompromi
Manajer mencoba menyelesaikan konflik melalui jalan tengah yang dapat
diterima oleh pihak yang bertikai. Bentuk-bentuk kompromi meliputi:
• Pemisahan (separation), dimana pihak-pihak yang bertikaai
dipisahkan sampai mereka mencapai persetujuan.
• Perwasitan (arbitrasi), dimana pihak ketiga (biasanya manajer)
diminta memberi pendapat.
• Kembali ke peraturan-peraturan yang berlaku, dimana kemacetan
dikembalikan pada ketentuan-ketentuan tertulis yang berlaku dan
menyetujui bahwa peraturan-peraturan yang memutuskan konflik.
• Penyuapan (bribing),
11
salah satu pihak menerima kompensasi dalam pertukaran untuk
tercapainya penyelesaian konflik.
• Pemecahan masalah integratif.
c. Integratif
• Konsensus. Kedua belah pihak bertemu bersama untuk mencari
penyelesaian terbaik masalah mereka dan buka mencari kemenangan
satu pihak.
• Konfrontasi. Kedua belah pihak menyatakan pendapatnya secara
langsung satu sama lain, dan dengan kepemimpinan yang terampil
serta kesediaan untuk menerima penyelesaian, suatu penyelesaian
konflik yang rasional sering dapat ditemukan penggunaan tujuan-
tujuan lebih tinggi.
• Seorang manajer tidak mampu mengatasi sendiri konflik yang
timbul, maka manajer bisa menggunakan tenaga eksternal sebagai
penengah atau mediator.
12
Jangan sekali-kali menyelesaikan dengan cara yang tidak terlalu baik.
Carilah yang terbaik.
4. Pelaksanaan. Ingatlah bahwa akan selalu ada keuntungan dan kerugian.
Namun hati-hati, jangan biarkan pertimbangan ini terlalu mempengaruhi
pilihan dan arah pada kelompok tertentu.
5. Evaluasi Penyelesaian itu sendiri, dapat melahirkan serangkaian masalah
baru. Jika penyelesaiannya tampak tidak berhasil, kembalilah ke langkah -
langkah sebelumnya dan cobalah lagi.
Menurut Mangkunegara (2009) para manajer dan karyawan memiliki
beberapa strategi dalam menangani dan menyelesaikan konflik. Strategi
tersebut antara lain adalah:
1. Menghindar
Menghindari konflik dapat dilakukan jika isu atau masalah yang
memicu konflik tidak terlalu penting atau jika potensi konfrontasinya tidak
seimbang dengan akibat yang akan ditimbulkannya. Penghindaran
merupakan strategi yang memungkinkan pihak-pihak yang berkonfrontasi
untuk menenangkan diri. Manajer perawat yang terlibat dalam konflik
dapat menepiskan isu dengan mengatakan “Biarlah kedua pihak
mengambil waktu untuk memikirkan hal ini dan menentukan tanggal
untuk melakukan diskusi” .
2. Mengakomodasi
Memberi kesempatan pada orang lain untuk mengatur strategi
pemecahan masalah, khususnya apabila isu tersebut penting bagi orang
lain. Hal ini memungkinkan timbulnya kerjasama dengan memberi
kesempatan pada mereka untuk membuat keputusan. Perawat yang
menjadi bagian dalam konflik dapat mengakomodasikan pihak lain dengan
menempatkan kebutuhan pihak lain di tempat yang pertama.
3. Kompetisi
Gunakan metode ini jika anda percaya bahwa anda memiliki lebih
banyak informasi dan keahlian yang lebih dibanding yang lainnya atau
ketika anda tidak ingin mengkompromikan nilai-nilai anda. Metode ini
mungkin bisa memicu konflik tetapi bisa jadi merupakan metode yang
penting untuk alasan- alasan keamanan.
4. Kompromi atau Negosiasi
Masing-masing memberikan dan menawarkan sesuatu pada waktu
yang bersamaan, saling memberi dan menerima, serta meminimalkan
kekurangan semua pihak yang dapat menguntungkan semua pihak.
5. Memecahkan Masalah atau Kolaborasi
Pemecahan sama-sama menang dimana individu yang terlibat
mempunyai tujuan kerja yang sama. Perlu adanya satu komitmen dari
semua pihak yang terlibat untuk saling mendukung dan saling
memperhatikan satu sama lainnya.
13
2.6 Konflik Dan Pengaruhnya Dalam Kerja
2.6.1 Ciri Konflik Dalam Kerja
Menurut Nawawi (2010), adanya konflik kerja dalam suatu perusahaan atau
organisasi ditandai dengan adanya ciri-ciri sebagai berikut:
- Terdapat perbedaan pendapat atau pertentangan antara individu atau
kelompok.
- Terdapat perselisihan dalam mencapai tujuan yang disebabkan adanya
perbedaan persepsi dalam menafsirkan program organisasi.
- Terdapat pertentangan norma, dan nilai-nilai individu maupun kelompok.
- Adanya sikap dan perilaku saling meniadakan, menghalangi pihak lain
untuk memperoleh kemenangan dalam memperebutkan sumber daya
organisasi yang terbatas.
- Adanya perdebatan dan pertentangan sebagai akibat munculnya
kreativitas, inisiatif atau gagasan-gagasan baru dalam mencapai tujuan
organisasi.
14
2.6.3 Persepsi Konflik Dalam Kerja
15
2.7.2 Faktor Pengaruh Frustasi Sebagai Penyebab Kecelakaan Kerja
Burn out atau kelelahan kerja adalah hasil dari stres, kelelahan, dan
ketidakpuasaan di tempat kerja. Berdasarkan hasil penelitian University
Zaragoza di Spanyol, ada tiga kelompok faktor yang melatarbelakangi burn
out, antara lain adalah sebagai berikut :
• Bekerja Terlalu Keras
Salah satu penyebab burn out adalah karyawan bekerja terlalu keras karena
terobsesi dengan kesuksesan. Mereka biasanya memiliki beban kerja yang
berlebih daripada yang seharusnya, sehingga seringnya rela mengorbankan
kehidupan personal dan kesehatan.
16
2. Microsleep
Microsleep atau tidur sesaat biasanya dialami seseorang yang
mengalami kelelahan atau mengantuk. Kejadian microsleep pada
umumnya hanya berlangsung beberapa detik. Seseorang yang
mengalami microsleep tidak akan menyadari jika dirinya tertidur atau akan
memasuki kondisi tidur.
Microsleep ditandai dengan gerakan kepala seperti mengangguk,
mengedipkan mata yang terlalu sering atau bahkan dapat terjadi dalam
keadaan mata terbuka dengan pandangan kosong. Microsleep ini dapat
menempatkan pekerja pada risiko serius jika mereka melakukan pekerjaan
berbahaya. Tidak hanya merugikan secara finansial, kecelakaan kerja dan
kecelakaan saat berkendara karena pekerja mengalami microsleep sering
kali mengancam jiwa pekerja.
Saat seseorang merasakan kelelahan ekstrem sehingga
mengalami microsleep, kemungkinan besar mereka kehilangan kesadaran
dan perhatian. Inilah mengapa microsleep yang disebabkan
oleh fatigue sangat berbahaya dan berpotensi mematikan karena bisa
meningkatkan risiko kecelakaan kerja dan juga kecelakaan saat berkendara
yang dapat mengakibatkan cedera ringan, cedera serius/ fatal hingga
kematian.
17
➢ Penanggulangan Dari Pihak Perusahaan
- Biarkan para pekerja berbicara bebas dan terbuka satu sama
lain.
- Mengurangi konflik-konflik pribadi pada pekerjaan.
- Beri pekerja kendali yang cukup besar dalam melaksanakan
pekerjaannya.
- Pastikan pengadaan staf dan anggaran yang cukup.
- Dukung upaya para pekerja.
- Berbicara secara terbuka dengan para pekerja.
- Menyediakan tunjangan-tunjangan cuti dan liburan.
- Kurangi jalur birokrasi yang ada.
- Akui dan beri imbalan kepada para pekerja karena prestasi dan
kontribusi mereka.
18
Dan semua itu adalah jalan sebagai menghidupkan spirit perjuangan yang
agresif dan tak mengenal rasa menyerah.
• Sublimasi
Adalah usaha sebagai mengganti kecenderungan egois, nafsu seks,
dorongan dorongan biologis primitif dan aspirasi sosial yang tak sehat
dalam bentuk tingkah laku terpuji yang bisa diterima di masyarakat.
19
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Konflik dapat muncul karena perbedaan makna yang disebabkan oleh
perbedaan pengalaman. Perbedaan pengalaman dapat dilihat dari perbedaan latar
belakang budaya yang membentuk individu yang berbeda. Seseorang akan
dipengaruhi oleh pola pikir dan pembentukan kelompok. Perbedaan pemikiran dan
pendirian tersebut pada akhirnya akan menimbulkan perbedaan kepribadian individu
yang dapat menimbulkan konflik. Di setiap organisasi/perusahaan, ketidaksepakatan
seringkali disengaja atau dibuat sebagai salah satu strategi perubahan pemimpin.
Perubahan ini dapat dilakukan dengan menciptakan konflik. Namun, konflik juga
dapat terjadi secara spontan karena kondisi objektif yang dapat menimbulkan konflik.
Pada hakekatnya konflik merupakan suatu pertarungan menang kalah antara
kelompok atau perorangan yang berbeda kepentingannya satu sama lain dalam
organisasi atau dengan kata lain, konflik adalah segala macam interaksi pertentangan
atau antagonistik antara dua atau lebih pihak. Pertentangan kepentingan ini berbeda
dalam intensitasnya tergantung pada sarana yang dipakai. Masing-masing ingin
membela nilai-nilai yang telah mereka anggap benar, dan memaksa pihak lain untuk
mengakui nilai-nilai tersebut baik secara halus maupun keras. Untuk mengetahui
adanya konflik, sebenarnya dapat diketahui dari hubungan-hubungan yang ada, sebab
hubungan yang tidak normal pada umumnya suatu gejala adanya konflik. Misalnya
ketegangan dalam hubungan, kekakuan dalam hubungan, saling fitnah-memfitnah.
Suatu konflik dapat terjadi karena masing-masing pihak atau salah satu pihak merasa
dirugikan. Kerugian ini bukan hanya bersifat material, tetapi dapat juga bersifat non
material.
3.2 Saran
Apapun penyebab dan bentuk dari konflik itu harus segera diatasi/ditangani,
karena akan tercipta suasana kerja yang kurang kondusif. Meskipun tipikal setiap
orang itu berbeda-beda tetapi ketika ada konflik dalam pekerjaannya atau lembaga
kerjanya tentunya akan mempengaruhi motivasi kerja mereka.
20
DAFTAR PUSTAKA
Muspawi, M. (2014). Manajemen Konflik (Upaya Penyelesaian Konflik dalam Organisasi).
Nawawi, Hadari. (2010). Perencanaan Sumber Daya Manusia Untuk Organisasi Profit Yang
Kompetitif. Yogyakarta: UGM Press.
Nimran, Umar. (1997). Perilaku Organisasi. Surabaya: Citra Media.
Riadi, Muchlisin. (2020). Konflik Kerja (Pengertian, Bentuk, Ciri, Penyebab dan Metode
Penyelesaian).
Rivai,Veithzal. (2011). Manajemen Sumber Daya Manusia untuk Perusahaan, dari Teori ke
Praktik. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Tommy, Y. (2010). Skripsi: Pengaruh Konflik Kerja terhadap Burnout pada pegawai Bagian
Produksi UD. Abadi Lestari Bojonegoro. Malang: Universitas Negeri Malang.
Wahyudi, Bambang. (2011). Manajemen Sumber Daya Manusia. Bandung: Sulita.
Wexley, K.N., dan Yuki, G.A. (2005). Perilaku Organisasi dan Psikologi Personalia.
Jakarta: Bina Aksara.
Zimbio. (2014). Strategi Mengatasi Konflik. Diakses pada 8 Maret 2023, dari
http://www.zimbio.com/member/igndjoko/articles/9QRMTF_pMWb/Strategi+Menga
tasi +Konflik.