ETIKA PROFESI
“Hakikat Kerja”
Disusun oleh :
KOMPUTERISASI AKUNTANSI
Segala puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas limpahan rahmat
dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tak
lupa shalawat serta salam kami junjung kepada Nabi Muhammad SAW beserta keluarga, para
sahabat, kerabat, tabiin dan tabiatnya. Semoga kita mendapatkan syafaat beliau di akhirat kelak.
Penulisan makalah ini guna memenuhi tugas yang diberikan dosen pengajar mata kuliah
Etika Profesi. Makalah ini terdapat pembahasan terkait Hakikat Kerja, pada kelompok 1. Dalam
penyusunan makalah ini, penulis tidak lepas dari bantuan berbagai pihak yang sangat membantu
dan memberikan makna penting demi terciptanya makalah ini. Oleh karena itu pada kesempatan
1. Allah SWT yang telah memberikan segala rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis
2. Ibu Mega Puspita Sari Sip, M.Si.M selaku dosen mata kuliah Etika Profesi .yang terus
3. Teman sekelompok dalam penyusunan makalah ini yang senantiasa saling mengingatkan
Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas kepada pembaca dan
yang membutuhkannya walaupun kami menyadari makalah ini masih jauh dari kata sempurna.
Dengan demikian saya mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari pembaca
Penulis
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.....................................................................................................................2
DAFTAR ISI...................................................................................................................................3
PEMBAHASAN..............................................................................................................................3
3
4.1.1 Aspek – aspek Motivasi Kerja.................................................................................19
6.1 Studi Kasus “Glass Ceiling pada Perempuan dan Kaum Minoritas”..............................26
6.1.1 Studi Kasus mengenai Glass Ceiling atau Diskriminasi Bagi Wanita....................26
Daftar Pustaka................................................................................................................................28
4
BAB I PEMBAHASAN
bermacam-macam, berkembang dan berubah, dan seringkali tidak disadari oleh pelakunya.
Seseorang bekerja karena ada sesuatu yang ingin dicapai, dan seseorang berharap aktivitas
kerja yang dilakukan akan membawa dirinya pada keadaan yang lebih memuaskan dari
pada keadaan sebelumnya. Dengan demikian, dapat dikatakan, bahwa dalam diri manusia
terdapat kebutuhan yang pada gilirannya menyusun tujuan yang ingin dicapai dan
dipenuhi.
Untuk mencapai tujuan tersebut, orang didorong ke suatu aktivitas yang disebut
bekerja. Namun tidak semua kegiatan dapat dikatakan sebagai suatu karya, karena
menurut Dr. Franz Magnis V, dalam bukunya "Tentang Manusia, Sekilas Tentang Filsafat
Manusia", pekerjaan itu adalah kegiatan yang terencana. Jadi pekerjaan tersebut
membutuhkan pemikiran khusus dan tidak dapat dijalankan oleh hewan. Itu dilakukan
bukan hanya karena pelaksanaan kegiatan itu sendiri tidak menyenangkan, tetapi karena
kita ingin benar-benar mencapai suatu hasil yang kemudian berdiri sendiri atau sebagai
objek, karya, kekuasaan dan lain sebagainya, atau sebagai pengorbanan kepada
masyarakat. , termasuk himself. Aktifitas tersebut dapat berupa penggunaan tenaga fisik
dan spiritual Menurut Hegel (1770-1831), inti pekerjaannya adalah kesadaran manusia.
Karya tersebut memungkinkan orang untuk menyatakan dirinya secara obyektif ke dunia
ini, sehingga mereka dan orang lain dapat melihat dan memahami keberadaan mereka.
Tampaknya sulit untuk merumuskan definisi yang jelas, tepat dan ringkas tentang apa yang
5
1.1.1 Analisis Pekerjaan
Analisis pekerjaan adalah informasi tertulis mengenai pekerjaan apa saja yang harus
dikerjakan dalam suatu perusahaan agar tujuan tercapai. Manfaat analisis pekerjaan akan
2003:29)
(Hasibuan, 2003:29):
c. Menyeleksi wuwakal (orang yang akan diserahi) jabatan yang akan dianalisis.
Secara etimologis istilah etos berasal dari bahasa Yunani yang berart ’tempat hidup’.
Mula mula tempat hidup dimaknai sebagai adat istiadat atau kebiasaan. Sejalan dengan
waktu, kata etos berevolusi dan berubah makna menjadi semakin kompleks. Dari kata yang
sama muncul pula istilah Ethikos yang berarti ’teori kehidupan’, yang kemudian menjadi
’etika’. Dalam bahasa Inggris Etos dapat diterjemahkan menjadi beberapa pengertian
antara lain ‘starting point', 'to appear', 'disposition' hingga disimpulkan sebagai 'character'.
6
Dalam bahasa Indonesia kita dapat menterjemahkannya sebagai ’sifat dasar’, ’pemunculan’
atau ’disposisi/watak’.
Aristoteles menggambarkan etos sebagai salah satu dari tiga mode persuasi selain
logos dan pathos dan mengartikannya sebagai ’kompetensi moral’. Tetapi Aristoteles
berusaha memperluas makna istilah ini hingga ’keahlian’ dan ’pengetahuan’ tercakup
didalamnya. Ia menyatakan bahwa etos hanya dapat dicapai hanya dengan apa yang
dikatakan seorang pembicara, tidak dengan apa yang dipikirkan orang tentang sifatnya
sebelum ia mulai berbicara. Disini terlihat bahwa etos dikenali berdasarkan sifat-sifat yang
dapat terdeteksi oleh indera. Menurut Usman Pelly etos kerja adalah sikap yang muncul
atas kehendak dan kesadaran sendiri yang didasari oleh sistem orientasi nilai budaya
terhadap kerja. Sedangkan etos kerja profesional adalah seperangkat perilaku kerja positif
yang berakar pada kesadaran yang kental, keyakinan yang fundamental, disertai komitmen
yang total pada paradigma kerja yang integral. Setiap organisasi yang selalu ingin maju
organisasi harus memiliki etos kerja. Anaroga menyatakan bahwa etos kerja adalah suatu
pandangan dan sikap suatu bangsa atau suatu umat terhadap kerja. Anoraga juga
memaparkan secara eksplisit beberapa sikap yang seharusnya mendasar bagi seseorang
dalam memberi nilai pada kerja yang disimpulkan sebagai berikut: a. Bekerja adalah
merupakan sumber penghasilan yang halal dan tidak amoral. d. Pekerjaan merupakan suatu
7
Etos kerja tinggi tercermin dalam perilakunya, seperti suka bekerja keras, bersikap
adil, tidak membuang-buang waktu selama jam kerja, keinginan memberikan lebih dari
sekedar yang disyaratkan, mau bekerjasama dan hormat terhadap rekan kerja. Menurut
Ishak dan Tanjung (2003) Etos kerja orang yang termotivasi biasanya dapat dilihat dari
a. Quantity work (Jumlah kerja yang dilakukan dalam suatu periode waktu
yang ditentukan)
kesiapannya.)
8
ketrampilannya.)
Etos Kerja dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu: internal dan eksternal
e. Usia
bawah 30 tahun memiliki etos kerja lebih tinggi dari pada pekerja yang
g. Jenis Kelamin
wanita memiliki etos kerja yang lebih tinggi dari pada pria.
j. Hasil penelitian Boatwright dan Slate (2000) menyatakan bahwa etos kerja
k. Lama bekerja
pekerja yang sudah bekerja selama 1-2 tahun memiliki etos kerja yang lebih
9
Sedangkan faktor external meliputi sebagai berikut :
a. Agama
Dasar pengkajian kembali makna Etos Kerja di Eropa diawali oleh buah
pikiran Max Weber. Salah satu unsur dasar dari kebudayaan modern, yaitu
Pada dasarnya agama merupakan suatu sistem nilai. Sistem nilai ini
penganutnya.
b. Budaya
masyarakat juga disebut sebagai etos budaya dan secara operasional, etos
c. Sosial Politik
rendahnya Etos Kerja suatu masyarakat dipengaruhi oleh ada atau tidaknya
struktur politik yang mendorong masyarakat untuk bekerja keras dan dapat
kesadaran akan pentingnya arti tanggung jawab kepada masa depan bangsa
dan negara.
d. Pendidikan
Etos Kerja tidak dapat dipisahkan dengan kualitas sumber daya manusia.
10
Peningkatan sumber daya manusia akan membuat seseorang mempunyai
ada pendidikan yang merata dan bermutu, disertai dengan peningkatan dan
Menurut Anoraga aspek etos kerja meliputi Sikap mental seseorang atau
sebagai perilaku kerja antara lain tepat waktu, tanggung jawab, kerja keras,
a. Kedisiplinan/tepat waktu
b. Tanggung jawab
c. Kerja keras
d. Rasional
11
sesuatu yang dicintai oleh Allah. Prinsip-prinsip ini sejalan dengan prinsip-
e. Jujur
Setiap orang atau kelompok pasti ingin maju dan berkembang namun
kemajuan itu harus di capai secara wajar tanpa merugikan orang lain.
Menurut Petty (1993), etos kerja memiliki tiga aspek atau karakteristik,
Etos kerja propesional dirumuskan pada delapan aspek Etos Kerja sebagai berikut:
a. Kerja adalah rahmat; karena kerja merupakan pemberian dari Yang Maha
Kuasa, maka individu harus dapat bekerja dengan tulus dan penuh syukur.
c. Kerja adalah panggilan; kerja merupakan suatu dharma yang sesuai dengan
panggilan jiwa kita sehingga kita mampu bekerja dengan penuh integritas.
d. Kerja adalah aktualisasi; pekerjaan adalah sarana bagi kita untuk mencapai
hakikat manusia yang tertinggi sehingga kita akan bekerja keras dengan
penuh semangat
12
dirinya pada tujuan agung Sang Pencipta dalam pengabdian.
kerja sehingga lahirlah daya cipta, kreasi baru, dan gagasan inovatif.
Mitos atau disebut juga Mite adalah cerita prosa rakyat yang menceritakan sebuah
cerita yang berlatar belakang masa lalu, berisi tafsir tentang alam semesta dan keberadaan
makhluk di dalamnya, dan diyakini terjadi oleh mereka yang menganutnya atau
pemiliknya.
Dalam berkarir, tentunya ada beberapa Mitos (nasihat dan kepercayaan) banyak orang.
Salah satu mitos yang beredar di masyarakat yaitu tentang mitos Perempuan pekerja,
namun streotip ini masih terus ada. Menurut data world bank di dunia ada 38,784% yang
mengambil bagian tenaga kerja, dan di indonesia sendiri tidak jauh berbeda yaitu 39,393%
dan pekerjaan yang dilakukan itu tidak jauh dari sifat sifat yang di asosiasikan dengan
femininity seperti, perawat, guru, serta pekerjaan sosial lainnya Mitos dan stereotip ini
tentu bisa memengaruhi jalan dan perkembangan karir seseorang perempuan untuk di
dunia kerja. Dalam pembahasan kali ini kita akan mengangkat materi tentang Mitos
fenomena Glass Ceiling yang mungkin sebagaian orang masih belum memahami apa itu
13
fenomena Glass Ceiling, dengan begitu mari kita membahas tentang fenomena Glass
Ceiling.
Definisi Glass ceiling sendiri menurut artikel Buitin.com yaitu metafora untuk
rintangan hierarkis yang jelas tetapi tidak berwujud yang mencegah kaum
minoritas dan wanita mencapai kesuksesan profesional yang lebih tinggi. Istilah
ini pertama kali dipopulerkan pada tahun 80-an untuk menggambarkan tantangan
lebih tinggi. Meskipun langit-langit kaca adalah frasa yang lebih banyak
Istilah glass ceiling ini pertama kali dikalamkan oleh Gay Bryant pada suatu
Amerika setelah ada tulisan di Wall Street Journal pada tahun 1986 tentang
jajaran angkatan kerja Amerika (invisible barriers that impede the career
secara serius oleh Kementerian Tenaga Kerja AS dengan membentuk suatu badan
kajian pada tahun 1991. Temuan dari komisi ini mengonfirmasikan adanya glass
dimulai pada awal-awal kariernya. Istilahnya, sesama pekerja laki-laki sudah jauh
melejit kariernya, sementara pekerja wanita itu masih tetap berada di posisi
14
sikap stereotyping, prejudice, dan bias jender (memandang kedudukan wanita
yang lebih rendah daripada pria secara sadar ataupun tidak sadar).
Apakah masih relevan atau tidak dengan kondisi saat ini? Karena ada banyaknya
fakta – fakta yang membuktikan bahwa, saat ini wanita menjadi pertimbangan
penting untuk mengisi jabatan level atas perusahaan. Oleh sebebab itu faktor –
a. Faktor manusia
Sifat Individu
Ambisi
b. Faktor interaksi
Kurang pengalaman
15
d. Faktor perefensi
Dukungan Keluarga
Prasangka sosial
Budaya lelaki
e. Faktor organisasi
Praktik Organisasi
Gaya Manajemen
Kebijakan Organisasi
Dukungan mentor
Stereotip gender
Jaringan
Old Boy
terkait glass ceiling,ada suatu cara yang ditawarkan oleh (Nozawa, 2010) untuk
16
meningkatkan kesadaran dan pemahaman karyawan wanita yang berafiliasi pada
Dari beberapa teori yang sudah dijelaskan diatas maka kesimpulan materi
disimpulkan bahwa tidak dijumpai adanya glass ceiling pada kondisi kerja saat
ini.
perbuatan kearah suatu tujuan tertentu Motivasi kerja adalah suatu yang menimbulkan
semangat atau dorongan kerja. Oleh sebab itu, motivasi kerja dalam psikologi kerya biasa
17
disebut pendorong semangat kerja. Kuat dan lemahnya motivasi kerja seorang tenaga kerja
ikut menentukan besar kecilnya prestasinya. (Anoraga, 2009). Motivasi adalah salah satu
Berdasarkan beberapa pendapat yang dikemukakan oleh para ahli dapat disimpulkan
bahwa motivasi kerja adalah suatu proses dimana kebutuhan mendorong seseorang untuk
melakukan serangkaian kegiatan yang mengarah ke tercapainya tujuan tertentu dan tujuan
organisasi dan untuk memenuhi beberapa kebutuhan. Kuat lemahnya motivasi kerja
a. Keinginan
b. Kebutuhan
c. Rasa aman
18
1.4.2 Faktor – Faktor Motivasi Kerja
bekerja yaitu dengan Model Pohon Motivasi, menurut Model Pohon Motivasi ini,
a. Akar Pohon
b. Batang
Bagian batang ini terdiri dari faktor pembentuk motivasi lanjutan yang
motivasi anggota team ke level yang lebih baik. Magic sendiri terdiri dari
sebagai berikut :
bermakna.
maupun profesional.
19
Connection, ikatan batin yang kuat antara rekan kerja, bawahan dan
atsan .
efektif dapat menciptakan team work yang baik dan sehat dikarenakan
waktunya.
Seseorang yang memiliki motivasi kerja yang rendah berdampak pada kinerja
kualitas bekerja seorang di suatu instansi tempat seseorang bekerja, dan juga tidak
dapat dipungkiri dengan motivasi yang bagus dapat membuat seseorang itu
Keselamatan Kerja adalah kondisi yang aman dan kondusif dalam lingkungan
diwujudkan dengan bekerja dan menggunakan alat kerja sesuai standar operasional
prosedur(SOP) yang berlaku, serta menjaga tempat kerja agar memiliki potensi
bahaya yang minim. Kesehatan kerja adalah segala hal yang berkaitan dengan
20
Pengertian Keselamatan Kesehatan Kerja(K3) adalah upaya perlindungan
yang ditujukan agar tenaga kerja dan orang lainnya ditempat kerja/perusahaan selalu
dalam keadaan selamat dan sehat, serta agar setiap setiap sumber produksi dapat
dengan mesin, peralatan, landasan tempat kerja dan lingkungan tempat kerja
sebagai berikut :
a. Lingkungan Kerja
Alat kerja dan bahan merupakan suatu hal yang pokok dibutuhkan
21
Cara-cara yang biasanya dilakukan oleh karyawan dalam melakukan
sudah tersedia dan pelindung diri secara tepat dan mematuhi peraturan
mesin.
a. Beban Kerja
Beban Kerja berupa beban fisik, mental, dan social sehingga upaya
diperhatikan.
b. Kapasitas Kerja
c. Lingkungan Kerja
maupun psikososial.
22
c. Menyediakan peraturan pembagian tugas dan tanggung jawab
kotoran, asap rokok, uap gas, radiasi, getaran mesin dan peralatan,
pembongkaran gedung
23
1.6 Studi Kasus “Glass Ceiling atau Diskriminasi Bagi Wanita”
Setingkat demi setingkat anak tangga jabatan akan ditempuhnya dengan perhitungan
setelah sekian tahun akan berada pada jenjang karier tertentu. Secara tersurat
memang tiak ada ketentuan yang mengatakan karyawan wanita tidak dimungkinkan
untuk meraih posisi puncak, namun realitanya yang ada menunjukkan hal yang
sebaliknya. Dan inilah metafora yang melukiskan kendala bagi wanita dalam
berkarier. Seorang wanita yang sedang menapaki anak tangga sambil memandang
dinding kaca. Padahal nyatanya seorang wanita mampu menembus langit-langit kaca
itu, tapi nyatanya mungkin tidak bisa mencapai tempat yang tinggi itu.
Istilah glass ceiling ini pertama kali dikalamkan oleh Gay Bryant pada
suatu artikel di Adweek pada tahun 1984. Istilah ini bahkan ditanggapi secara serius
oeh Kementrian Tenaga Kerja AS dengan membentuk suatu badan kajian pada
tahun 1991. Temuan dari komisi ini mengkonfirmasikan adanya glass ceiling
Karena pekerja laki-laki sudah jauh lebih tinggi kariernya, sementara pekerja wanita
dan bias jender(memandang kedudukan wanita yang lebih rendah daripada pria
secara sacar ataupun tidak sadar). Hanya karena pada nyatanya banyak yang masih
beranggapan bahwa laki-laki masih menjadi dominan atau pemimpin dalam suatu
24
posisi penting. Karena seorang laki-laki dianggap lebih tegas, lebih berpikir secara
rasional, lebih bisa mengambil dan membuat keputusan yang tepat. Seorang wanita
lebih bisa mengasuh, lebih bisa berkomunikasi, berempati, dan ramah makanya
karena itu wanita lebih cocok bekerja sebagai perawat, guru, sekretaris, atau yang
lainnya yang hanya termasuk dalam kelompok kerja paling bawah. Karena hal ini,
maka dapat berpengaruh pada mental seorang wanita didalam lingkup pekerjaan dan
banyak orang bahwa seorang wanita memang tidak bisa bekerja. Sehingga laki-laki
lebih banyak menapaki jenjang karier yang lebih tinggi dibandingkan seorang
wanita.
Perjuangan kesetraan ini merupakan salah satu teori yang dicetuskan oleh R.A
Kartini yang biasa dikenal dengan Habis Gelap Timbulah Terang yang sudah
peran perempuan berawal dari sebuah gerakan yang disebut suffrage pada abad
posisi, peran dan fungsi dalam kehidupan sosial, budaya dan politik. Akhir abad
25
demokratik perempuan yang paling mendasar yaitu, hak memilih (right to vote)
dan hak untuk mencalonkan diri dalam pemilihan (right to stand for election).
dalam
wanita diber
perempuanberawal dari sebuah gerakan yang disebut suffrage pada abad ke-19.
posisi, peran dan fungsi dalam kehidupan sosial, budaya danpolitik. Akhir abad
demokratik perempuan yang paling mendasar yaitu, hak memilih (right to vote)
dan hakuntuk mencalonkan diri dalam pemilihan (right to stand for election)
wanita diberi posisi dan kesempatan yang sama dengan laki-laki. UUD 45 pasal
warga negara baik laki-laki maupun perempuan, memiliki hak yang sama
26
untuk mendapatkan haknya. Perjuangan ini pada akhirnya melahirkan
Efek yang biasanya dirasakan oleh perempuan dan minoritas dari glass
1. Stres
3. Gangguan mood
4. Putus asa
BAB II KESIMPULAN
Kerja merupakan kegiatan dalam melakukan sesuatu dan orang yang kerja ada
kaitannya dengan mencarai nafkah atau bertujuan untuk mendapatkan imbalan atas prestasi
Pada diri manusia terdapat kebutuhan kebutuhan yang pada saatnya membentuk tujuan
– tujuan yang hendak dicapai dan dipenuhinya. Demi mencapai tujuan – tujuan itu,
sesorang terdorong untuk melakukan aktivitas yang kita sebut sebagai kerja.
27
BAB III PENUTUP
2.1 Penutupan
Demikian makalah ini penulis buat. Apabila dalam makalah ini ada kesalahan dan
kekurangan mohon dimaafkan, karena penulis manusia biasa yang bisa salah dan lupa.
Penulis meminta kritik dan saran untuk perbaikan makalah ini. Semoga makalah ini
Daftar Pustaka
- http://e-journal.uajy.ac.id/1721/3/2EM14719.pdf
- http://repository.uma.ac.id:8081/bitstream/123456789/7968/1/Siti%20M.L.pdf
- https://builtin.com/diversity-inclusion/glass-ceiling
- http://eprints.undip.ac.id/75655/1/4_-_full_paper.pdf
- https://www.researchgate.net/publication/330873037_Glass_Ceilings_Tantangan_Tersem
bunyi_Emansipasi_Wanita
- http://eprints.ums.ac.id/53970/13/BAB%20II.pdf
- https://www.pfimegalife.co.id/literasi-keuangan/proteksi/read/pengertian-dan-tujuan-
keselamatan-kerja
- https://www.dosenpendidikan.co.id/keselamatan-kerja/
- https://glints.com/id/lowongan/glass-ceiling-adalah/#.YE-II50zY2w
- https://www.kompasiana.com/gustaafkusno/550ab17ba3331169102e3964/glass-ceiling-
diskriminasi-bagi-wanita
- https://youtu.be/UWl313z5eGU
28
29